44. Peperangan
Shahih Bukhari 3655: Telah menceritakan kepadaku ['Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Wahb] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq]: "Aku pernah berada di samping [Zaid bin Arqam] lalu ditanyakan kepadanya: "Berapa kali Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ikut dalam peperangan?" Dia menjawab: "Sembilan belas kali." Lalu ditanyakan lagi: "Berapa kali kamu menyertai beliau berperang?" Dia menjawab: "Tujuh belas kali." Aku bertanya: "Di antara perang-perang itu, mana yang pertama terjadi?" Dia menjawab: "Perang Al 'Usairah atau Al 'Usyairah." Kemudian aku tanyakan kepada Qatadah, maka dia menjawab: "Perang Al 'Usyairah."
Shahih Bukhari 3656: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin "Utsman] telah menceritakan kepada kami [Syuraij bin Maslamah] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Yusuf] dari [bapaknya] dari [Abu Ishaq] berkata: telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Maimun] bahwa Dia mendengar 'Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu bercerita tentang Sa'ad bin Mu'adz, bahwa dahulu Sa'ad adalah teman dekat Umayyah bin Khalaf, apabila Umayyah datang ke Madinah, dia akan singgah menemui Sa'ad begitu pula bila Sa'ad datang ke Makkah, dia akan singgah menemui Umayyah. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, Sa'ad bin Mu'adz berangkat untuk melaksanakan 'umrah kemudian dia singgah menemui Umayyah di Makkah. Sa'ad berkata kepada Umayyah: "Perhatikanlah suasana sebentar! karena aku akan thawaf di Baitullah." Maka dia keluar bersamanya pada tengah hari lalu keduanya berjumpa dengan Abu Jahal. Abu Jahal berkata: "Wahai Abu Shafwan, siapakah orang yang bersamamu ini?" Umayyah berkata: "Dia adalah Sa'ad." Abu Jahal berkata kepada Umayyah: "Mengapa kamu biarkan dia thawaf dengan aman. Sungguh kalian telah membantu orang yang keluar dari agamanya dan kalian juga telah berjanji untuk menolong dan membantu. Sungguh demi Allah, kalau kamu bukan bersama Abu Shafwan, kamu tidak akan bisa kembali kepada keluargamu dengan selamat." Maka Sa'ad berkata kepadanya dengan meninggikan suaranya: "Demi Allah, seandainya engkau menghalangiku thawaf pasti aku akan menghalangimu mengambil jalan ke Madinah dengan cara yang lebih keras." Umayyah berkata kepada Sa'ad: "Jangan kamu tinggikan suaramu di hadapan Abu Al Hakam karena dia adalah pembesarnya penduduk lembah ini (Makkah)." Sa'ad berkata: "Biarkanlah kami, wahai Umayyah. Demi Allah, sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya mereka (kaum Muslimin) akan memerangi kamu." Umayyah bertanya: "Di Makkah?" Sa'ad menjawab: "Aku tidak tahu." Hal ini membuat Umayyah sangat kaget. Ketika dia pulang kepada keluarganya, dia berkata: "Wahai Ummu Shafwan, tahukan kamu apa yang dikatakan Sa'ad kepadaku?" Istrinya bertanya: "Apa yang telah dikatakannya kepadamu?" Umayyah berkata: "Dia mengaku bahwa Muhammad telah mengabarkan kepada mereka bahwa mereka akan membunuhku." Aku bertanya kepadanya: "Apakah di Makkah?" Dia menjawab: "Tidak tahu." Umayyah selanjutnya berkata: "Demi Allah, aku tidak akan keluar dari Makkah." Ketika menjelang perang Badar, Abu Jahal mengerahkan manusia seraya berseru: "Persiapkanlah kendaraan kalian!" Saat itu Umayyah enggan untuk keluar, maka Abu Jahal mendatanginya dan berkata: "Wahai Abu Shafwan, kamu ini akan menjadi perhatian manusia. Kamu tidak berangkat padahal kamu adalah pemimpin penduduk Makkah ini. Mereka akan mencontoh kamu untuk tidak berangkat." Abu Jahal terus saja mengajaknya hingga akhirnya Umayyah berkata: "Kalau kamu memaksaku, demi Allah, aku akan membeli unta yang paling bagus di Makkah." Kemudian Umayyah berkata kepada istrinya: "Wahai Ummu Shafwan, persiapkanlah perbekalanku!" Istrinya berkata kepadanya: "Apakah kamu telah lupa apa yang telah dikatakan saudaramu dari Yatsrib?" Umayyah berkata: "Tidak. Aku tidak hendak bergabung bersama mereka melainkan sebentar." Ketika keluar, Umayyah tidak singgah di suatu tempat melainkan hanya mengikatkan untanya. Dan dia terus saja memegangi untanya hingga Allah membunuhnya di medan perang Badar.
Shahih Bukhari 3657: Telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Abdur Rahman bin 'Abdullah bin Ka'ab] bahwa 'Abdullah bin Ka'ab berkata: aku mendengar Ka'ab bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Aku tidak pernah menghindar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam peperangan yang beliau lakukan melainkan pada perang Tabuk. Adapun aku tidak ikut pada perang Badar karena memang tidak ada satu pun orang yang dicela disebabkan menghindar darinya. Sebab tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar melainkan hendak menghadang rombongan dagang kafir Quraisy hingga akhirnya Allah mempertemukan mereka dengan musuh mereka tanpa ada kesepakatan (keinginan untuk berperang).
Shahih Bukhari 3658: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] telah menceritakan kepada kami [Isra'il] dari [Mukhariq] dari [Thariq bin Syihab] berkata: aku mendengar [Ibnu Mas'ud] berkata: Aku menyaksikan dari Al Miqdad bin Al Aswad suatu peristiwa dimana jika aku menjadi pelaku peristiwa tersebut lebih aku sukai daripada apapun yang dibandingkan dengannya. Yaitu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang (pada perang Badar) dan memohonkan kebinasaan bagi orang-orang musyrik, Al Miqdad berkata: "Kami tidak akan mengatakan seperti yang dikatakan kaumnya Musa: {IDZHAB ANTA WA RABBUKA FAQAATILAA} (Pergilah kamu dan Rabbmu untuk berperang) (QS. Al Maidah ayat). Akan tetapi kami akan berperang dari samping kananmu, samping kirimu, di hadapanmu dan di belakangmu." Maka aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam wajahnya berseri-seri, yaitu karena ucapan Al Miqdad tadi.
Shahih Bukhari 3659: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin 'Ubaidullah bin Hawsyab] telah menceritakan kepada kami ['Abdul Wahhab] telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari ['Ikrimah] dari [Ibnu 'Abbas] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a pada perang Badar: "Ya Allah, aku meminta jaminan dan janji-Mu. Ya Allah, jika Engkau mau Engkau tidak akan diibadahi." Maka Abu Bakar memegang (pundak) beliau seraya berkata: "Cukuplah!" Maka beliau keluar lalu bersabda (membaca ayat): {SAYUHZAMUL JAM'U WAYUWALLUUNAD DUBURA} (Golongan itu pasti akan dikalahkan dan akan mundur ke belakang) (QS. Al-Qamar: 45).
Shahih Bukhari 3660: Bab. Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] bahwa [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepada mereka, katanya telah mengabarkan kepadaku ['Abdul Karim] bahwa dia mendengar [Miqsam, maula 'Abdullah bin Al Harits] menceritakan dari [Ibnu 'Abbas] bahwanya Dia mendengarnya menjelaskan firman Allah {LAA YASTAWIL QAA'IDUUNA MINAL MU'MINIINA} (Tidak sama orang-orang yang duduk dari orang beriman...) (dalam QS. An-Nisaa': 97) maksudnya adalah tentang perang Badar dan orang-orang yang keluar ikut perang Badar.
Shahih Bukhari 3661: Telah menceritakan kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari [Al Bara'] berkata: "Aku dan Ibnu Umar masih dianggap anak kecil". Telah menceritakan kepadaku [Mahmud] telah menceritakan kepada kami [Wahb] dari [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari [Al Bara'] berkata: "Aku dan Ibnu 'Umar masih dianggap anak kecil pada saat perang Badar. Pada waktu itu, jumlah kaum Muhajirin sekitar enam puluh orang sedangkan Kaum Anshar berjumlah dua ratus empat puluh orang."
Shahih Bukhari 3662: Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] berkata: aku mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Telah menceritakan kepadaku para shahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diantara orang yang turut dalam perang Badar, bahwa jumlah mereka seperti jumlah tentara Thalut, bala tentara yang menyeberangi sungai dimana jumlahnya sekitar tiga ratus sepuluh orang. Al Bara' berkata: Demi Allah, tidak ada dari mereka yang dapat menyeberangi sungai melainkan orang beriman.
Shahih Bukhari 3663: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Raja'] telah menceritakan kepada kami [Isra'il] dari [Abu Ishaq] dari [Al Bara'] berkata: Kami, para shahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita bahwa jumah pasukan dalam perang Badar adalah seperti jumlah bala tentara Thalut, yang menyeberangi sungai, dimana tidak ada dari mereka yang dapat menyeberangi sungai melainkan orang beriman. Jumlahnya sekitar tiga ratus sepuluh orang.
Shahih Bukhari 3664: Telah menceritakan kepadaku ['Abdullah bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] dari [Abu Ishaq] dari [Al Barra']. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Ishaq] dari Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Kami menceritakan bahwa jumlah pasukan Badar sekitar tiga ratus sepuluh orang, seperti jumlah tentara Thalut yang menyeberangi sungai dan tidak ada yang dapat menyeberangi sungai melainkan orang beriman dimana jumlahnya sekitar tiga ratus sepuluh orang.
Shahih Bukhari 3665: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] dari [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Maimun] dari 'Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap Kabah lalu mendo'akan kebinasan bagi beberapa orang dari Quraisy, yaitu Syaibah bin Rabi'ah, 'Utbah bin Rabi'ah, Al Walid bin 'Utbah dan Abu Jahal bin Hisyam. Dan aku bersaksi (bersumpah) atas nama Allah. Sungguh aku melihat mereka terbunuh, jasad mereka berubah karena sengatan matahari. Pada saat perang Badar hari sangat panas.
Shahih Bukhari 3666: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah mengabarkan kepada kami [Qais] dari 'Abdullah radliyallahu 'anhu bahwa Dia mendatangi Abu Jahal dalam keadaan kritis pada perang Badar. Maka Abu Jahal berkata: "Apakah aku lebih celaka dari seseorang yang kalian bunuh?"
Shahih Bukhari 3667: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman At-Taymiy] bahwa [Anas] bercerita kepada mereka, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam besabda. Dan telah diriwayatkan dari riwayat lain, telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] dari [Sulaiman at-Taymiy] bahwa Anas radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang mau melihat apa yang dilakukan Abu Jahal, maka berangkatlah!" Maka 'Abdullah bin Mas'ud berangkat lalu dia medapatkannya dalam keadaan telah ditebas oleh dua putra 'Afra' hingga tubuhnya terkapar. Dia ('Abdullah bin Mas'ud) bertanya: "Kamukah Abu Jahal?" Lalu dia menarik jenggot Abu Jahal dan berkata: "Apakah kamu berada di atas orang-orang yang membunuhmu atau seorang yang dibunuh oleh kaumnya?" Ahmad bin Yunus meriwayatkan: "Kamu ini Abu Jahal?"
Shahih Bukhari 3668: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu 'Adiy] dari [Sulaiman At-Taymiy] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita kepada mereka, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam besabda pada perang Badar: "Siapa yang mau melihat apa yang dilakukan Abu Jaha?" Maka 'Abdullah bin Mas'ud berangkat lalu dia medapatkannya dalam keadaan telah ditebas oleh dua putra 'Afra' hingga tubuhnya terkapar. Dia ('Abdullah bin Mas'ud) bertanya: "Kamukah Abu Jahal?" Lalu dia menarik jenggot Abu Jahal dan berkata: "Apakah kamu berada di atas seorang yang dibunuh oleh kaumnya atau diatas orang-orang yang membunuhmu?" Telah menceritakan kepadaku [Ibnu Al Mutsanna] telah mengabarkan kepada kami [Mu'adz bin M'adz] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman] telah mengabarkan kepada kami [Anas bin Malik] seperti hadits ini. Dan telah menceritakan kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] berkata: "Aku mencatat dari [Yusuf bin Al Majisyun] dari [Shalih bin Ibrahim] dari [bapaknya] dari [kakeknya]: "Kejadian itu pada perang Badar". Maksudnya peristiwa dua putra 'Afra'.
Shahih Bukhari 3669: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abdullah Ar-Raqasyiy] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] berkata: aku mendengar [bapakku] berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu Mijlaz] dari [Qais bin 'Ubad] dari 'Ali bin Abi Thalib radliyallahu 'anhu bahwa dia berkata: "Aku adalah orang pertama yang akan berlutut di hadapan Allah Yang Maha Pengasih untuk berperkara pada hari kiamat." Dan Qais bin 'Ubad berkata: "Telah turun ayat tentang mereka: (Inilah dua golongan (Mu'min dan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka) (QS. Al-Hajj: 19). Mereka adalah orang yang berperang tanding pada perang Badar, yaitu Hamzah. 'Ali, 'Ubaidah atau Abu 'Ubaidah bin Al Harits menghadapi Syaibah bin Rabi'ah, 'Utbah bin Rabi'ah dan Al Walid bin 'Utbah.
Shahih Bukhari 3670: Telah menceritakan kepada kami [Qabishah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Hasyim] dari [Abu Mijlaz] dari [Qais bin 'Ubad] dari Abu Dzarr radliyallahu 'anhu berkata: Turunnya ayat: (Inilah dua golongan (Mu'min dan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka) (QS. Al-Hajj: 19) berkenaan tentang enam orang dari Quraisy, yaitu Ali, Hamzah, 'Ubaidah bin Al Harits, Syaibah bin Rabi'ah, 'Utbah bin Rabi'ah dan Al Walid bin 'Utbah.
Shahih Bukhari 3671: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Ash Shawwaf] telah menceritakan kepada kami [Yusuf bin Ya'qub, dia pernah menetap tinggal di Bani Dlubai'ah, dia adalah maula Bani Sudus] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman At-Taymiy] dari [Abu Mijlaz] dari [Qais bin 'Ubad] berkata: 'Ali radliyallahu 'anhu berkata: Ayat ini turun tentang kami, {HAADZAANI KHASHMAANIKH TASHAMUU FII RABBIHIM} (Inilah dua golongan (Mu'min dan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka) (QS. Al-Hajj: 19).
Shahih Bukhari 3672: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ja'far] telah mengabarkan kepada kami [Waki'] dari [Sufyan] dari [Abu Hasyim] dari [Abu Mijlaz] dari [Qais bin 'Ubad] aku mendengar Abu Dzarr radliyallahu 'anhu Dia bersumpah: "Sungguh ayat itu turun tentang enam orang itu pada perang Badar." Atau semisalnya.
Shahih Bukhari 3673: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim ad-Dawraqiy] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah mengabarkan kepada kami [Abu Hasyim] dari [Abu Mijlaz] dari [Qais bin 'Ubad] berkata: Aku mendengar [Abu Dzarr] bersumpah dengan suatu sumpah yang isinya bahwa sesungguhnya ayat ini: {HAADZAANI KHASHMAANIKH TASHAMUU FII RABBIHIM} (Inilah dua golongan (Mu'min dan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka) (QS. Al-Hajj: 19) diturunkan untuk mereka yang melakukan perang tanding pada perang Badar. Mereka adalah Hamzah, Ali, 'Ubaidah bin Al Harits, 'Utbah dan Syaibah, dua putra Rabi'ah dan Al Walid bin 'Utbah.
Shahih Bukhari 3674: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Sa'id Abu 'Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Manshur As-Saluliy] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Yusuf] dari [bapaknya] dari [Abu Ishaq]: Ada seseorang yang bertanya kepada [Al Bara'] dan aku mendengarnya. Al Bara' berkata: "Aku menyaksikan 'Ali pada perang Badar melakukan perang tanding dan dia menang."
Shahih Bukhari 3675: Telah menceritakan kepada kami ['Abdul 'Aziz bin 'Abdullah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Yusuf bin Al Majisyun] dari [Shalih bin Ibrahim bin 'Abdurrahman bin 'Auf] dari [bapaknya] dari [kakeknya, 'Abdurrahman] berkata: Aku menulis surat kepada Umayyah bin Khalaf (untuk saling melindungi). Ketika terjadi perang Badar, dia menyebutkan tentang akan terbunuhnya dirinya dan anaknya. Maka Bilal berkata: "Aku tidak akan selamat seandainya Umayyah selamat."
Shahih Bukhari 3676: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan bin 'Utsman] berkata: telah mengabarkan kepadaku [bapakku] dari [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari [Al Aswad] dari Abdullah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Beliau membaca surah An-Najm lalu sujud tilawah. Begitu pula, orang-orang yang bersama beliau ikut bersujud kecuali seorang laki-laki tua, dia mengambil segenggam tanah lalu menempelkannya di keningnya seraya berkata: "Bagiku ini sudah cukup." Abdullah berkata: Di kemudian hari, sungguh aku melihat lelaki tua itu terbunuh dalam keadaan kafir.
Shahih Bukhari 3677: Telah mengabarkan kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Yusuf] dari [Ma'mar] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari ['Urwah] berkata: Pada tubuh Az Zubair terdapat tiga lubang bekas tusukan pedang, yang salah satunya pada pundaknya. 'Urwah berkata: Aku pernah memasukkan jariku pada lubang luka itu. Dia menambahkan: Dua luka saat perang Badar dan yang lainnya pada Perang Yarmuk. 'Urwah berkata: 'Abdul Malik bin Marwan bertanya kepadaku ketika Abdullah bin Az Zubair terbunuh: "Wahai 'Urwah, apakah kamu mengetahui pedang Az Zubair?" Aku jawab: "Ya". Dia bertanya lagi: "Bagaimana bentuknya?" Aku jawab: "Pedangnya sumbing. Patah ujungnya ketika perang Badar." Dia berkata: "Kamu benar." Kemudian dia bersya'ir: "Pada pedang itu terdapat banyak sumbingan karena dia menggempur musuh." Maka dia mengembalikan pedang itu pada 'Urwah. Hisyam berkata: "Kemudian kami menawar pedang itu dengan tiga ribu. Lalu diantara kami ada yang membelinya. Saat itu aku ingin sekali, jika saja aku yang membelinya." Telah menceritakan kepada kami [Farwah] telah menceritakan kepada kami ['Ali] dari [Hisyam] dari [bapaknya] berkata: "Pedang Az Zubair bin Al 'Awwam berhiaskan perak." Dan Hisyam berkata: "Pedang 'Urwah juga berhiaskan perak."
Shahih Bukhari 3678: Telah mengabarkan kepada kami [Ahmad bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] bahwa Para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Az Zubair dalam perang Yarmuk: "Mengapa kamu tidak menerobos barisan musuh agar kami turut mererobos bersamamu?" Az Zubair berkata: "Jika aku merobos, kalian tentu akan berbohong." Mereka berkata: "Kami tidak akan melakukannya." Lantas Az Zubair menyerang musuh hingga dapat menerobos barisan mereka bahkan sampai mampu melewati mereka sementara tidak ada satu orang pun (dari mereka yang meminta agar dia menyerang) yang mengikutinya menyerang musuh. Kemudian dia kembali menghadap kepada musuh. Maka musuh itu mengambil tali kekang kudanya kemudian memukul Az Zubair dengan dua tusukan pada pundaknya. Diantara dua tusukan tersebut, satu tusukan dialaminya pada perang Badar. 'Urwah berkata: Aku pernah memasukkan jariku pada (lubang) bekas tusukan itu untuk mempermainkannya, saat itu aku masih kecil. 'Urwah melanjutkan: Saat itu bersamanya ada Abdullah bin Az Zubair yang masih berusia sepuluh tahun, yang diletakkan di atas seekor kuda dan dijaga oleh seorang laki-laki.
Shahih Bukhari 3679: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] dia mendengar [Rauh bin 'Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu 'Urwah] dari [Qatadah] berkata: [Anas bin Malik] bercerita kepada kami tentang [Abu Thalhah] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Badar memerintahkan untuk melemparkan dua puluh empat orang bangkai pembesar Quraisy ke dalam lubang (sumur yang terbuat dari bebatuan) diantara lubang-lubang yang ada di Badar yang sangat buruk dan menjijikkan. Jika beliau mendapatkan kemenangan melawan suatu kaum, maka beliau berdiam di tempat persinggahan selama tiga hari. Ketika Perang Badar, memasuki hari ketiga beliau memerintahkan untuk mempersiapkan hewan tunggangan beliau dan mengikatkan pelanannya lalu beliau berjalan diiringi oleh para shahabat. Para shahabat berkata: "Tidak pernah diperlihatkan kepada kami beliau berangkat melainkan karena ada keperluan." Hingga ketika sampai di tepi sumur itu beliau memanggil mereka (orang kafir Quraisy yang terbantai) dengan nama-nama mereka dan nama-nama bapak-bapak mereka: "Wahai fulan bin fulan, wahai fulan bin fulan. Apakah kalian senang jika dulu mentaati Allah dan Rasul-Nya? Sungguh kami telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami dengan benar. Apakah kalian juga telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh tuhan kalian dengan benar." Abu Thalhah berkata: Maka 'Umar berkata: "Wahai Rasulullah, mengapa anda berbicara dengan jasad-jasad yang sudah tidak ada ruhnya?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidaklah lebih dapat mendengar apa yang aku katakan dibanding mereka." Qatadah berkata: "Allah menghidupkan mereka hingga memperdengarkan kepada mereka ucapan beliau sebagai bentuk pelecehan, pembalasan, kerugian dan penyesalan".
Shahih Bukhari 3680: Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepada kami ['Amru] dari ['Atha'] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu anhuma: Firman Allah: {ALLADZIINA BADDALUU NI'MATALLAHI KUFRAN} (Orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran) (QS. Ibrahim: 28), demi Allah, mereka adalah kaum kafir Quraisy. 'Amru berkata: "Mereka adalah kaum Quraisy sedangkan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah nikmat Allah." Dan kelanjutan ayat tersebut: {WA AHALLUU QAUMAHUM DAARAL BAWAARI} (Dan menjerumuskan kaum mereka ke dalam kebinasaan), maksudnya adalah api peperangan Badar.
Shahih Bukhari 3681: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] berkata: Diceritakan di hadapan 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Ibnu 'Umar menganggap bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Bahwa orang yang telah mati akan disiksa didalam kuburnya disebabkan tangisan keluarganya." Maka 'Aisyah berkata: "Tidak begitu. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya seseorang disiksa karena kesalahan dan dosanya dan sesungguhnya keluarganya menangisinya sekarang." 'Aisyah menambahkan: "Dan itu seperti sabda beliau dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di pinggir lubang (Badar) yang didalamnya ada jasad orang musyrikin yang terbunuh, beliau berbicara kepada mereka, tapi beliau tidak berkata: "Sungguh mereka mendengar apa yang aku ucapkan." Beliau katakan: "Sesungguhnya sekarang mereka baru mengetahui bahwa apa yang aku katakan (risalahku) kepada mereka adalah benar." Kemudian 'Aisyah membaca firman Allah: {INNAKA LAA TUSMI'UL MAUTAA} (Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang yang sudah mati dapat mendengar) (QS. An-Naml: 80). {WAMAA ANTA BIMUSMI'IN MAN FIL QUBUURI} (Dan kamu juga tidak dapat mendengar orang yang ada di dalam qubur) (QS. Fathir: 22). 'Urwah berkata: "Ketika mereka menempati tempat duduk mereka di neraka."
Shahih Bukhari 3682: Telah menceritakan kepadaku ['Utsman] telah menceritakan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari [Ibnu 'Umar] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di pinggir sumur Badar lalu berkata: "Apakah kalian telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh tuhan kalian dengan benar." Lalu beliau berkata lagi: "Sungguh mereka mendengar apa yang aku ucapkan." Kemudian hal ini diceritakan kepada ['Aisyah], maka dia berkata: "Sesungguhnya yang diucapkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah: "Sesungguhnya sekarang mereka mengetahui bahwa apa yang aku katakan (risalahku) kepada mereka adalah benar." Kemudian 'Aisyah membaca firman Allah: {INNAKA LAA TUSMI'UL MAUTAA} (Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang yang sudah mati dapat mendengar) (QS. An-Naml: 80) hingga akhir ayat tersebut.
Shahih Bukhari 3683: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin 'Amru] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] dari [Humaid] berkata: aku mendengar Anas radliyallahu 'anhu berkata: Pada perang Badar, Haritsah mendapat luka padahal dia masih kecil. Kemudian ibunya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, anda mengetahui kedudukan Haritsah di sisiku. Seandainya dia berada di surga aku akan sabar dan berharap memperoleh pahala. Namun kalau keadaannya lain, anda akan lihat apa yang aku lakukan." Maka beliau berkata: "Janganlah begitu. Atau apakah kamu merasa berat ditinggal oleh anakmu atau kamu kira surga itu hanya satu? Sesungguhnya surga itu banyak dan anakmu sekarang berada di dalam surga Firdaus."
Shahih Bukhari 3684: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Idris] berkata: aku mendengar [Hushain bin 'Abdur Rahman] dari [Sa'ad bin 'Ubadah] dari [Abu 'Abdurrahman As-Sulamiy] dari 'Ali radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus aku, Abu Martsad Al Ghanawiy dan Az Zubair bin Al 'Awwam, yang mana kami adalah penunggang kuda yang ulung. Beliau berkata: "Berangkatlah kalian hingga sampai di sebuah taman yang bernama Khakh, disana ada seorang wanita dari kaum Musyrikin yang membawa sepucuk surat dari Hathib bin Abi Balta'ah yang ditujukan untuk kaum Musyrikin." Maka kami dapati wanita itu sedang berjalan dengan untanya persis seperti apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka kami bertanya: "Mana surat itu?" Wanita itu menjawab: "Tidak ada surat pada kami." Maka kami memeriksanya, namun kami tidak melihat adanya sepucuk suratpun. Kami katakan: "Tidak mungkin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdusta. Kamu keluarkan surat itu atau kami akan menggeladah kamu." Setelah wanita melihat kesungguhan kami, dia melirik pada kain ikat pinggangnya, yaitu yang ternyata surat itu disembunyikan dibalik kain ikat pinggangnya. Akhirnya dia mengeluarkan surat itu. Kemudian kami berangkat menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa surat itu. Lalu 'Umar berkata: "Wahai Rasulullah, dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga kaum mu'minin. Biarkan aku memenggal leher orang ini." Kemudian beliau bertanya: "Apa yang mendorongmu berbuat seperti?" Hathib menjawab: "Demi Allah, tidaklah aku bermaksud untuk tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksudku, hanyalah agar aku memiliki penjamin di tengah kaum (musyrikin) yang dengannya Allah melindungi keluarga dan hartaku. Juga tidak ada satupun dari shahabat anda melainkan dia punya kerabat di sana yang dengannya Allah akan melindungi keluarga dan hartanya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Dia benar. Dan janganlah kalian katakan padanya kecuali kebaikan." Namun 'Umar tetap berkata: "Dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga kaum mu'minin. Biarkan aku memenggal leher orang ini." Maka beliau bersabda: "Bukankan dia termasuk orang yang ikut perang Badar. Dan Allah telah mendatangi Ahlu Badar dan berfirman: "Silakan kalian berbuat apa yang kalian suka karena telah wajib bagi kalian untuk masuk ke dalam surga." atau: "Sungguh Aku telah mengampuni kalian." Maka air mata 'Umar bercucuran lalu berkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Shahih Bukhari 3685: Bab. Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad Al Ju'fiy] telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad Az Zubairiy] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman bin Al Ghasil] dari [Hamzah bin Abu Usaid] dan [Az Zubair bin Al Mundzir bin Abu Usaid] dari Abu Usaid radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada kami ketika perang Badar: "Jika mereka telah mendekati kalian, lemparlah (tembaklah) mereka dan tetap serang dengan anak panah kalian."
Shahih Bukhari 3686: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin 'Abdur Rahim] telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad Az Zubairiy] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman bin Al Ghasil] dari [Hamzah bin Abu Usaid] dan [Al Mundzir bin Abu Usaid] dari Abu Usaid radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada kami ketika perang Badar: "Jika mereka telah mendekati kalian, maksudnya lebih banyak dari jumlah kalian, panah dan terus serang dengan anak panah kalian."
Shahih Bukhari 3687: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] berkata: aku mendengar Al Bara' bin "Azib radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan Abdullah bin Jubair sebagai komandan pasukan pemanah pada perang Uhud. Kemudian sebanyak tujuh puluh orang dari kami terbunuh. Sedangkan pada perang Badar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau menewaskan kaum Musyrikin sebanyak seratus empat puluh orang, tujuh puluh orang sebagai tawanan dan tujuh puluhnya lagi tewas. Lalu Abu Sufyan berkata: "Hari ini sebagai balasan perang Badar, peperangan itu silih berganti."
Shahih Bukhari 3688: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al 'Alaa'] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid] dari [kakeknya. Abu Burdah] dari [Abu Musa] dia menganggapnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang (setelah menceritakan mimpi beliau) beliau bersabda: "Ternyata itu berarti Kaum Mu'minin pada perang Uhud yang akan mendapatkan kebaikan seperti yang Allah datangkan berupa kebaikan dan pahala, sebagai janji yang benar, yang telah Allah berikan kepada kita pada perang Badar."
Shahih Bukhari 3689: Telah menceritakan kepadaku [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari [kakeknya] berkata: ['Abdurrahman bin 'Auf] berkata: Aku berada dalam barisan pasukan di perang Badar dan ketika aku menoleh ke samping kanan dan kiriku. Aku melihat dua anak laki-laki yang masih belia. Aku merasa tidak percaya dengan keberadaan keduanya ketika salah seorang dari keduanya berkata kepadaku secara pelan agar tidak didengar temannya: "Wahai paman, tunjukkan kepadaku Abu Jahal!" Aku tanya: "Wahai anak saudaraku, apa yang akan kamu lakukan terhadapnya?" Dia menjawab: "Aku telah berjanji kepada Allah. Jika aku melihatnya, aku akan membunuhnya." Anak yang satu lagi juga mengatakan hal yang sama kepadaku secara pelan pula. 'Abdurrahman bin 'Auf berkata: "Keberadaan keduanya tersebut sangat membahagiakan aku, lalu aku menunjukkan Abu Jahal kepada keduanya. Kedua anak itu melesat bagaikan dua ekor burung elang kemudian membunuh Abu Jahal. Kedua anak belia tadi adalah dua putra 'Afra'.
Shahih Bukhari 3690: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Syihab] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Umar bin Asid bin Jariyah Ats-Tsaqafiy], orang yag membuat perjanjian dengan Bani Zuhrah dan dia termasuk shahabatnya Abu Hurairah, dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus sepuluh orang sebagai sariyah (pasukan) mata-mata dan beliau mengangkat 'Ashim bin Tsabit Al Anshariy, kakek 'Ashim bin 'Umar bin Al Khaththab sebagai pemimpin pasukan tersebut. (Mereka berangkat) hingga ketika sampai di al-Hada', suatu tempat antara 'Ashfan dan Makkah, keberadaan mereka diceritakan kepada penduduk dari suku Hudzail yang biasa disebut dengan Banu Lahyan. Maka suku tersebut mengerahkan hampir seratus orang yang kesemuanya pemanah yang ahli. Mereka mencari jejak keberadaan pasukan sariyah hingga dapat menemukan tempat makan kurma mereka dimana mereka singgah. Mereka berseru: "Ini kurma Yatsrib". Maka suku itu mengikuti jejak pasukan sariyah. Ketika 'Ashim dan pasukannya merasa ada kehadiran musuh, mereka bersembunyi di balik bukit kecil. Namun suku itu langsung mengepung mereka dan berseru kepada mereka: "Turun dan serahkanlah kepada kami apa yang kalian miliki. Bagi kalian ada jaminan dan perjanjian. Kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian." Maka 'Ashim bin Tsabit berkata: "Aku, demi Allah, Aku tidak akan turun dengan jaminan orang kafir." Lalu dia berdo'a: "Ya Allah, beritahukanlah keadaan kami kepada Nabi-Mu shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka suku itu menyerang mereka dengan anak panah hingga mereka dapat membunuh 'Ashim (beserta tujuh orang anak buahnya). Akhirnya tiga orang anggota sariyah yang masih hidup turun dengan menyetujui jaminan dan perjanjian. Diantara mereka ada Khubaib Al Anshariy dan Zaid bin Ad-Datsinah serta seorang lagi. (Setelah ketiganya turun) mereka menangkapnya dan melepas tali busur panah mereka untuk mengikat ketiganya. Orang ketiga berkata: "Ini merupakan awal pengkhianatan. Demi Allah, aku tidak akan mengikuti kalian. Sungguh mereka bagiku sebagai teladan." Yang dia maksud adalah shahabat mereka yang sudah terbunuh. Mereka menyeretnya dan memaksanya agar mengikuti mereka namun dia menolaknya hingga akhirnya mereka membunuhnya. Kemudian mereka pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid bin Ad-Datsinah hingga akhirnya mereka menjual keduanya di Makkah sesudah perang Badar. Banu Al Harits bin 'Amir bin Nawfal bin 'Abdu Manaf membeli Khubaib. Sebelumnya Khubaib adalah orang yang telah membunuh Al Harits bin 'Amir saat perang Badar. Maka jadilah Khubaib di tangan mereka sebagai tawanan. Hingga akhirnya mereka sepakat akan membunuhnya. (Pada suatu hari dalam masa tahanannya), Khubaib meminjam kepada salah satu anak perempuan Al Harits sebilah pisau cukur untuk mencukur bulu kemaluannya maka anak perempuan itu meminjamkannya. (Kata Zainab): "Kemudian Khubaib memangku anakku saat aku lengah ketika anakku menghampirinya. Hingga dia menemuinya dan dia dapatkannya sedang dipangku sementara pisau cukur berada di tangan Khubaib." (Zainab) berkata: "Aku sangat terperanjat seketika itu dan Khubaib mengetahui hal itu." Maka dia (Khubaib) berkata: "Kamu khawatir bila aku akan membunuhnya?. Sungguh aku tidak akan melakukannya." (Zainab berkata): "Demi Allah, belum pernah aku melihat ada seorang tawanan sebaik Khubaib. Demi Allah, aku pernah mendapatkan dia pada suatu hari sedang memakan buah anggur di tangannya padahal tangannya sedang dibelenggu dengan besi dan di Makkah saat itu bukan musim buah-buahan." Dia berkata: "Sungguh itu merupakan rezeki dari Allah yang Dia berikan kepada Khubaib." Ketika mereka hendak keluar dari tanah Haram untuk membunuh Khubaib di daerah halal, Khubaib berkata kepada mereka: "Biarkanlah aku untuk melaksanakan shalat dua raka'at." Maka mereka mempersilahkanya. Khubaib shalat dua reka'at kemudian berkata: "Seandainya bukan karena sangkaan kalian bahwa aku takut, niscaya aku akan memanjangkan shalatku ini." Kemudian dia melanjutkan: "Ya Allah, binasakanlah mereka semuanya dan bunuhlah mereka dan jangan Engkau sisakan seorang pun dari mereka." Kemudian dia bersya'ir: "Aku tidak peduli selama aku dibunuh sebagai muslim. Pada kondisi apapun aku tersungkur yang penting di jalan Allah. Semuanya itu pada Dzat Ilah, jika Dia berkendak. Dia dapat memberkahi urat-urat yang tercabik-cabik." Akhirnya Abu Sirwa'ah 'Uqbah bin Al Harits bangkit dan membunuhnya. Khubaib adalah orang pertama yang mencontohkan shalat dua raka'at bagi setiap muslim yang akan dibunuh sebagai wujud kesabaran. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepada para sahabat beliau tentang berita mereka dan apa yang mereka alami. Orang-orang kafir Quraisy mengirim beberapa orang mendatangi 'Ashim bin Tsabit setelah mereka diberitakan tentang terbunuhnya Khubaib untuk mengambil sesuatu dari bagian jasad 'Ashim, apa yang dapat menjadi pengenal. Sebelumnya memang 'Ashim telah membunuh seorang dari pembesar mereka saat perang Badar. (Ketika mereka hendak membalaskan dendam kepada 'Ashim), Allah mengirim kepada 'Ashim pasukan lebah yang melindunginya dari para utusan kafir Quraisy sehingga mereka tidak mampu untuk mengambil secuil pun daging dari jasad 'Ashim. Dan Ka'ab bin Malik berkata: "Mereka telah menceritakan bahwa Mararah bin Ar-Rabi' Al 'Amriy dan Hilal bin Umayyah Al Waqifiy adalah dua orang shalih yang turut serta dalam perang Badar."
Shahih Bukhari 3691: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Yahya] dari [Nafi'] bahwa Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma diceritakan kepadanya bahwa Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail, salah seorang yang ikut perang Badar sedang menderita sakit pada hari Jum'at. Maka Ibnu 'Umar mendatanginya dengan berkendaraan saat tengah hari dan waktu shalat Jumat sudah dekat dan dia meninggalkan shalat Jum'at. Dan telah berkata [Al Laits] telah menceritakan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] berkata: telah menceritakan kepadaku ['Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah] bahwa Bapaknya menulis surat kepada ['Umar bin Abdullah bin Al Arqam Az Zuhriy] untuk menyuruhnya menemui [Subai'ah binti Al Harits Al Aslamiyyah] dan menanyakannya tentang hadits yang disampaikannya dan tentang apa yang disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepadanya ketika dia meminta fatwa kepada beliau. Maka 'Umar bin Abdullah bin Al Arqam menulis surat balasan kepada Abdullah bin 'Utbah dan mengabarkan bahwa Subai'ah binti Al Harits telah mengabarkan kepadanya bahwa dia dahulu berada dalam tanggungan Sa'ad bin Khawlah, dia adalah dari keturunan Bani 'Amir bin Lu'ay dan dia juga termasuk orang yang ikut dalam perang Badar. Lalu Sa'ad meninggal dunia ketika Haji Wada' dan Subai'ah dalam keadaan mengandung dan kemudian dia melahirkan tidak lama setelah kematian Sa'ad. Setelah masa nifasnya berakhir, dia berhias diri kepada orang yang hendak meminangnya. Maka Abu As-Sanabil bin Ba'kak, laki-laki dari Bani 'Abdid Dar datang menemuinya dan berkata kepadanya: "Aku memandang, kamu tidak patut berhias diri di hadapan orang yang meminangmu dengan tujuan menikah. Karena, demi Allah, kamu tidak boleh menikah hingga kamu melewati masa empat bulan sepuluh hari." Subai'ah berkata: "Setelah dia mengatakan itu, aku mengemas pakaianku ketika sore hari lalu aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas aku bertanya kepada beliau tentang masalah tadi. Beliau memberikan fatwa jawaban kepadaku bahwa aku telah halal ketika aku melahirkan dan beliau menyatakan bahwa aku boleh menikah jika aku mau." Hadits ini juga diikuti oleh [Ashbagh] dari [Ibnu Wahb] dari [Yunus]. Dan Al Laits berkata: telah menceritakan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab: Dan kami bertanya kepadanya lalu dia berkata: telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin 'Abdurrahman bin Tsauban, maula Bani 'Amir bin Lu'ay bahwa Muhammad bin Iyas bin Al Bukair, yang bapaknya adalah salah seorang yang ikut perang Badar, telah mengabarkan kerpadanya.
Shahih Bukhari 3692: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Jarir] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Mu'adz bin Rifa'ah bin Rafi' Az Zuraqiy] dari [bapaknya] dimana bapaknya adalah orang yang ikut perang Badar, berkata: Jibril datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: "Siapakah diantara kalian yang kamu siapkan untuk pasukan Badar?" Beliau menjawab: "Mereka adalah kalangan muslim yang terbaik." Atau kalimat serupa itu. Maka Jibril berkata: "Begitu juga yang ikut perang Badar dari kalangan malaikat."
Shahih Bukhari 3693: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Yahya] dari [Mu'adz bin Rifa'ah bin Rafi']. Rifa'ah adalah salah seorang Ahlu Badar sedangkan Rafi' adalah Ahlu (orang yang ikut dalam bai'at) Al 'Aqabah. Dia (Rafi') pernah berkata kepada anaknya: "Tidaklah membahagiakan aku jika ikut perang Badar dijadikan sebagai ganti keikut-sertaan aku dalam bai'at Al 'Aqabah. Dia berkata: "Jibril pernah bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang perkara ini." Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Manshur] telah mengabarkan kepada kami [Yazid] telah mengabarkan kepada kami [Yahya] dia mendengar [Mu'adz bin Rifa'ah] bahwa: "Ada malaikat yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang semisalnya." Dan dari [Yahya] bahwa [Yazid bin Al Hadi] mengabarkan kepadanya bahwa dia pernah bersamanya pada hari [Mu'adz] menceritakan hadits ini. Maka Yazid bercerita dimana Mu'adz berkata: "Yang bertanya adalah Jibril 'alaihis salam."
Shahih Bukhari 3694: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim binMusa] telah mengabarkan kepada kami ['Abdul Wahhab] telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata pada saat perang Badar: "Ini Jibril sedang memegang kepala kudanya dan dirinya dilengkapi peralatan perang."
Shahih Bukhari 3695: Bab. Telah menceritakan kepadaku [Khalifah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah Al Anshariy] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: "Abu Zaid meninggal dunia dan tidak meninggalkan apapun. Dan dia termasuk orang yang ikut perang Badar."
Shahih Bukhari 3696: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] berkata: telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Sa'id] dari [Al Qasim bin Muhammad] dari [Ibnu Khabbab] bahwa Abu Sa'id bin Malik Al Khudriy radliyallahu 'anhu baru tiba dari perjalanannya lalu keluarganya membawakan daging hewan qurban untuknya. Maka dia berkata: "Aku tidak akan memakannya sebelum aku bertanya (kehalalannya)." Maka dia berangkat menemui saudara seibunya yang merupakan Ahlu Badar, yang bernama [Qatadah bin An-Nu'man] lalu dia bertanya kepadanya. Saudaranya itu berkata: "Sesungguhnya telah terjadi suatu hal yang membatalkan apa yang dahulunya dilarang, yaitu memakan daging qurban setelah tiga hari."
Shahih Bukhari 3697: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari Hisyam bin 'Urwah dari [bapaknya] berkata: [Az Zubair] berkata: "Pada peperangan Badar aku berhadapan dengan 'Ubaidah bin Sa'id bin Al 'Ash yang saat itu tubuhnya ditutupi dengan perlengkapan perang sehingga tidak terlihat dari tubuhnya melainkan kedua matanya. Dia biasa dipanggil dengan Abu Dzat Al Karisy. Aku menyerangnya dengan tombak lalu aku tusuk salah satu matanya hingga tewas." Hisyam berkata: Aku pernah dikabarkan bahwa Az Zubair berkata: "Aku meletakkan kakiku pada badannya kemudian aku bentangkan. Sungguh sulit baginya untuk mencabut tombak itu karena ujungnya sudah bengkok." 'Urwah berkata: "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta tombak itu darinya lalu dia memberikannya. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia tombak itu diambilnya kembali. Kemudian Abu Bakar mencarinya dan dia memberikan kepadanya. Tatkala Abu Bakar telah meninggal dunia, 'Umar meminta kepadanya lalu dia memberikannya kepada 'Umar. Dan setelah 'Umar meninggal dunia, tombak itu kembali diambilnya. Kemudian 'Utsman mencarinya darinya lalu dia memberikannya kepada 'Utsman. Setelah 'Utsman terbunuh, tombak itu tersimpan pada keluarga 'Ali lalu Abdullah bin Az Zubair mengambilnya. Dan tombak itu terus bersamanya hingga Abdullah bin Az Zubair terbunuh.
Shahih Bukhari 3698: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Idris 'Aidzullah bin Abdullah] bahwa ['Ubadah bin Ash Shamit], salah seorang shahabat ahlu Badar, berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berbai'atlah kepadaku."
Shahih Bukhari 3699: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha, istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Bahwa Abu Hudzaifah, salah seorang yang ikut perang Badar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan Salim sebagai anak angkatnya lalu menikahkannya dengan putri saudaranya yang bernama Hindun binti Al Walid bin 'Utbah. Dia adalah mantan budak seorang wanita kaum Anshar sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan Zaid sebagai anak angkat beliau. Dahulu pada zaman Jahiliyyah, siapa yang menjadikan seseorang sebagai anak angkatnya, orang-orang memanggil sebutan ayah anak angkat itu dengan nama bapak angkatnya dan mendapatkan hak warisan dari harta warisan (ayah angkatnya) hingga Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya {ID'UUHUM LI AABAA-IHIM} (Panggilah mereka (anak angkat kalian) dengan nama bapak-bapak kandung mereka) (QS. Al-Ahzab: 5) Kemudian Sahlah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu perawi menceritakan hadits ini.
Shahih Bukhari 3700: Telah menceritakan kepada kami ['Ali] telah menceritakan kepada kami [Bisyir bin Al Mufadldlal] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Dzakwan] dari Ar Rabi' binti Mu'awwidz berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemuiku pada pagi hari dan membangunkan aku. Lalu beliau duduk di atas tikarku seperti posisi dudukmu di hadapanku ini. Saat itu, ada dua budak wanita sedang menabuh gendang sambil bersenandung mencela orang-orang yang terbunuh dari kalangan orang tua mereka pada perang Badar. Hingga berkata salah seorang dari budak itu: "Bersama kami ada Nabi yang mengetahui apa yang bakal terjadi besok." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam segera berkata: "Janganlah kamu mengatakan begitu! Tapi cukup katakan apa yang kamu katakan sebelumnya."
Shahih Bukhari 3701: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhri]. (dan diriwayatkan dari jalur lain) Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Saudaraku] dari [Sulaiman] dari [Muhammad bin 'Atiq] dari [Ibnu Syihab] dari ['Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud] bahwa Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: telah mengabarkan kepadaku Abu Thalhah radliyallahu 'anhu -seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan seseorang yang pernah ikut serta dalam perang Badr bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- bahwa beliau bersabda: "Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar." Maksudnya adalah gambar yang bernyawa.
Shahih Bukhari 3702: Telah menceritakan kepadaku ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Yunus]. (dan telah diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Shalih] telah menceritakan kepada kami ['Anbasah] telah menceritakan kepada kami [Yunus] dari [Az Zuhri] telah mengabarkan kepada kami [Ali bin Hushain] bahwa [Husain bin Ali] 'alaihimus salam, telah mengabarkan kepadanya, bahwa Ali berkata: "Saya pernah memiliki seekor unta dari hasil pembagian harta rampasan perang Badar, pada hari itu pula Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan seekor unta dari bagian seperlima. Ketika hendak membina rumah tangga dengan Fathimah -putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-, saya telah mengikat janji dengan seorang tukang emas dari Bani Qainuqa' untuk pergi bersamaku sambil membawa idzkhir yang akan saya jual, sementara uang hasil penjualan itu rencananya saya pergunakan untuk penyelenggaraan pernikahan saya. Pada saat mempersiapkan barang-barang keperluan untuk kedua unta tersebut, seperti pelana, karung dan tali, kedua untaku tertambat di samping rumah seorang Anshar, ternyata saya mendapati kedua unta tersebut -setelah mempersiapkan barang-barang yang perlu di persiapkan- telah terpotong punuknya, terbelah perutnya dan telah terambil hatinya. Kedua mataku tidak kuasa melihat pemandangan itu, lalu saya bertanya: "Siapakah yang melakukan semua ini?" Orang-orang menjawab: "Hamzah bin Abdul Muththalib, dan dia sekarang berada di rumah ini bersama dengan orang-orang Anshar yang suka meminum minuman keras. Dia dan teman-temannya sedang dihibur oleh seorang biduan wanitanya, dan di antara bait sya'ir yang dibacakannya adalah: "Wahai Hamzah, ingatlah pada unta-unta yang montok." Maka Hamzah pun berdiri dengan membawa pedang terhunus. Lalu dia memotong punuk kedua unta tersebut dan ia belah perut keduanya, lalu hati keduanya di ambil." Ali berkata: "Kemudian saya langsung pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu beliau tengah duduk-duduk bersama Zaid bin Haritsah." Ali berkata: "Melihat raut wajahku, ternyata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tahu akan peristiwa yang menimpaku." Beliau lalu bertanya: "Apa yang terjadi denganmu?" Saya menjawab: "Wahai Rasulullah, demi Allah belum pernah seumur hidupku melihat kejadian seperti hari ini. Hamzah telah menyerang kedua untaku, dia telah memotong punuknya dan membelah isi perutnya. Sekarang dia berada di rumah bersama teman-temannya yang suka meminum minuman keras." Ali melanjutkan: "Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil jubahnya. Setelah mengenakannya, beliau berangkat dengan berjalan kaki, sementara saya dan Zaid mengikutinya dari belakang. Sesampainya di depan pintu rumah yang Hamzah berada di dalamnya, beliau meminta izin masuk. Para penghuni rumah pun memberikan izin masuk. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mulai mencela Hamzah terhadap apa yang telah di perbuatnya. Pada saat itu, kedua mata Hamzah memerah dan dia juga mulai mengamati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mulai dari kedua lutut beliau naik hingga ke wajah beliau. Kemudian Hamzah berkata: "Kalian ini tidak lain hanyalah para budak bapakku." Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui bahwa Hamzah sedang mabuk berat. Lalu beliau mundur ke belakang dan akhirnya keluar. Melihat itu, kami pun pergi keluar mengikuti beliau."
Shahih Bukhari 3703: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin 'Abbad] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dia berkata: Menyampaikan kepada kami [Ibnu Al Ashfahani] mendengarnya dari [Ibnu Ma'qil] bahwa Ali radliyallahu 'anhu pernah menshalatkan Sahl bin Hunaif, dia berkata: "Sesungguhnya dia termasuk pejuang Badar."
Shahih Bukhari 3704: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Salim bin Abdullah] bahwa dia mendengar Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma bercerita, bahwa 'Umar bin Khattab berkata ketika Hafshah binti 'Umar menjanda dari Khunais bin Hudzafah As Sahmi -ia termasuk di antara sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang ikut serta dalam perang Badar dan meninggal di Madinah-, 'Umar berkata: "Maka aku datangi 'Utsman bin 'Affan dan kutawarkan Hafshah kepadanya. Aku berkata: "Jika engkau mau, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti 'Umar." 'Utsman hanya memberi jawaban: "Aku akan melihat perkaraku dulu." Lalu aku menunggu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata: "Nampaknya aku tidak akan menikah pada saat ini." 'Umar berkata: "Kemudian aku menemui Abu Bakar, kukatakan padanya: "Jika engkau menghendaki, maka aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah binti 'Umar." Abu Bakar hanya terdiam dan tidak memberi jawaban sedikit pun kepadaku. Dan kemarahanku kepadanya jauh lebih memuncak daripada kepada 'Utsman. Lalu aku menunggu beberapa malam, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminangnya. Maka aku menikahkannya dengan beliau. Kemudian Abu Bakar menemuiku dan berkata: "Sepertinya engkau marah kepadaku ketika engkau menawarkan Hafshah kepadaku dan aku tidak memberi jawaban sedikit pun." Aku menjawab: "Ya." Abu Bakar berkata: "Sebenarnya tidak ada yang menghalangiku untuk memberi jawaban kepadamu mengenai apa yang engkau tawarkan kepadaku, kecuali aku mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sering menyebut-nyebutnya, dan tidak mungkin aku akan menyebarkan rahasia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalaulah beliau meninggalkannya, tentu aku akan menerima tawaranmu."
Shahih Bukhari 3705: Telah menceritakan kepada kami [Muslim] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Adi] dari [Abdullah bin Yazid] dia mendengar [Abu Mas'ud Al Badri] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Pemberian nafkah seseorang kepada keluarganya adalah sedekah."
Shahih Bukhari 3706: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] saya mendengar ['Urwah bin Az Zubair] menceritakan kepada 'Umar bin Abdul Aziz dalam kepemimpinannya: Mughirah bin Syu'bah pernah mengakhirkan shalat Ashar, ketika itu ia menjabat sebagai amir di Kufah, lalu Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amru Al Anshari -kakek Zaid bin Hasan, seorang yang pernah ikut serta dalam perang Badar- dia berkata: "Sesungguhnya kamu tahu bahwa Jibril turun kemudian dia mengerjakan shalat, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun shalat lima waktu." Kemudian dia melanjutkan: "Seperti inilah aku diperintahkan." Seperti itulah Basyir bin Mas'ud menceritakan dari [Ayahnya].
Shahih Bukhari 3707: Telah menceritakan kepada kami [Musa] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim] dari [Abdurrahman bin Yazid] dari ['Alqamah] dari Abu Mas'ud Al Badri radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah, barangsiapa membacanya pada malam hari, maka ia akan dicukupi." Abdurrahman berkata: kemudian aku bertemu dengan Abu Mas'ud yang saat itu sedang thawaf di Ka'bah, lalu aku bertanya kepadanya, dia kemudian menceritakan (hadits tersebut) kepadaku.
Shahih Bukhari 3708: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Mahmud bin Ar Rabi'] bahwa ['Itban bin Malik] -dia termasuk dari salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari Anshar, dan pernah ikut serta dalam perang Badar-, bahwa dia pernah menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Telah menceritakan kepada kami [Ahmad] -yaitu Ibnu Shalih- telah menceritakan kepada kami ['Anbasah] telah menceritakan kepada kami [Yunus], [Ibnu Syihab] berkata: "Kemudian aku bertanya kepada [Al Hushain bin Muhammad] -dia adalah salah seorang yang paling mulia dari Bani Salim-, dari hadits Mahmud bin Ar Rabi' dari 'Itban bin Malik, lalu dia membenarkannya."
Shahih Bukhari 3709: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah] -dia adalah seorang tokoh Bani 'Adi, sementara ayahnya adalah seorang sahabat yang pernah ikut serta dalam perang Badr bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam-, bahwa ['Umar] pernah mengangkat Qudamah bin Math'un menjadi pegawai di Bahrain, dia adalah seorang sahabat yang pernah ikut serta dalam perang Badar, dia juga paman Abdullah bin 'Umar dan Hafshah radliyallahu 'anhum.
Shahih Bukhari 3710: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad bin Asma`] telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah] dari [Malik] dari [Az Zuhri] bahwa [Salim bin Abdullah] telah mengabarkan kepadanya, dia berkata: [Rafi' bin Khadij] telah memberitahukan kepada Abdullah bin Umar bahwa 'Umayyah -keduanya adalah sahabat yang pernah ikut serta dalam perang Badar-, keduanya telah mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menyewakan tanah, lalu aku bertanya kepada Salim: "Apakah kamu juga melakukan penyewaan ladang?" dia menjawab: "Ya, sebab Rafi' terlalu banyak membebani dirinya (maksudnya mengingkari perkataan Rafi' yang melarang sewa tanah secara mutlak -pent)."
Shahih Bukhari 3711: Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Hushain bin Abdurrahman] dia berkata: saya mendengar [Abdullah bin Syaddad bin Al Had Al Laitsi] dia berkata: Aku pernah melihat Rifa'ah Al Anshari, dia adalah seorang (sahabat) yang pernah ikut serta dalam perang Badr.
Shahih Bukhari 3712: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dan [Yunus] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah bin Az Zubair] dia mengabarkan, bahwa [Miswar bin Al Makhramah] telah mengabarkan kepadanya, bahwa ['Amru bin 'Auf] -sekutu Bani 'Amru bin Lu`ai dan pernah turut perang Badr bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Abu Ubaidah bin Al Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membuat perjanjian damai dengan penduduk Bahrain, beliau mengangkat Al Ala` bin Al Hadlrami sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu 'Ubaidah datang dengan membawa harta dari Bahrain, ketika kaum Anshar mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah, mereka lalu shalat shubuh bersama Rasulullah Shallallahu 'alahi wa Salam, seusai shalat beliau beranjak pergi, namun mereka menghadang beliau, Rasulullah shallallahu 'alahi wa Salam kemudian tersenyum saat melihat mereka, setelah itu beliau bersabda: "Aku kira kalian telah mendengar bahwa Abu 'Ubaidah datang membawa sesuatu." Mereka menjawab: "Benar, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan pada kalian, tapi aku takut dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-loma meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, lalu dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa."
Shahih Bukhari 3713: Telah menceritakan kepada kami [Abu An Nu'man] telah menceritakan kepada kami [Jarir bin Hazim] dari [Nafi'] bahwa Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma sering membunuh semua jenis ular, hingga [Abu Lubabah Al Badri] menceritakan kepadanya, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membunuh jenis ular rumah, lantas Ibnu 'Umar mengurungkan niatnya (membunuh ular rumah).
Shahih Bukhari 3714: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fulaih] dari [Musa bin 'Uqbah], [Ibnu Syihab] berkata: telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik], bahwa Beberapa orang laki-laki Anshar meminta izin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Wahai Rasulullah, kami tinggalkan (hak harta) kami untuk tebusan anak saudara perempuan kami, yaitu 'Abbas." Maka beliau pun menjawab: "Demi Allah, janganlah kalian tinggalkan satu dirham pun untuknya."
Shahih Bukhari 3715: Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim] dari [Ibnu Juraij] dari [Az Zuhri] dari ['Atha` bin Yazid] dari ['Ubaidullah bin 'Adi] dari [Al Miqdad bin Al Aswad]. (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepadaku [Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd] telah menceritakan kepada kami [saudara Ibnu Syihab] dari [Pamannya] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Atha` bin Yazid Al Laitsi Al Junda'i] bahwa ['Ubaidullah bin 'Adi bin Al Khiyar] telah mengabarkan kepadanya, bahwa [Al Miqdad bin 'Amru Al Kindi] -sekutu Bani Zuhrah dan seorang (sahabat) yang pernah ikut serta perang Badar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepadanya, dia berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Bagamana pendapat engkau, bila aku menjumpai orang kafir kemudian terjadi tanding antara kami. Lalu ia berhasil memotong tanganku yang sebelah dengan pedang hingga tanganku putus. Setelah itu ia bersembunyi dariku di suatu pohon dan berkata: "Aku telah masuk Islam karena Allah." bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan (kalimah laa ilaaha illallah -pent)?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Janganlah kamu membunuhnya." Miqdad melanjutkan: 'Wahai Rasulullah, ia telah memotong salah satu tanganku, kemudian ia mengucapkan kalimat itu setelah memotongnya, bolehkah aku membunuhnya?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali menjawab: "Janganlah kamu membunuhnya, jika kamu tetap membunuhnya, berarti dia berada di posisimu ketika kamu belum membunuhnya, sedang kamu berada diposisi dia ketika sebelum ia mengucapkannya."
Shahih Bukhari 3716: Telah menceritakan kepadaku [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Ibnu 'Ulayyah] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman At Taimi] telah menceritakan kepada kami Anas radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada waktu perang Badar: "Siapakah yang sanggup mengabarkan kepadaku keadaan Abu Jahal?" Maka Ibnu Mas'ud berangkat, dan didapatinya Abu Jahal telah dipukul rubuh oleh dua anak Afra' hingga tidak berdaya. Lalu dia berkata: "Apakah kau Abu Jahl?" Ibnu 'Ulayyah berkata: [Sulaiman] menyebutkan: "Seperti inilah yang dikatakan oleh Anas, Dia berkata: "Kamukah Abu Jahl?" Abu Jahal menjawab: "Apakah ada orang yang lebih mulia dari orang yang kalian bunuh?" [Sulaiman] menyebutkan: Atau Abu Jahal mengatakan: "Yang dibunuh oleh kaumnya sendiri?" [Abu Mijlas] menyebutkan: Abu Jahal mengatakan: "Asal aku tidak di bunuh oleh anak seorang petani."
Shahih Bukhari 3717: Telah menceritakan kepada kami [Musa] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari ['Ubaidullah bin Abdullah] telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abbas] dari 'Umar radliyallahu 'anhum, Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, aku berkata kepada Abu Bakar: "Mari kita menemui sahabat kami dari Anshar." Kemudian kami menjumpai dua orang shalih yang pernah ikut serta perang Badr. Maka aku menceritakan kepada 'Urwah bin Az Zubair, dia berkata: "Dua laki-laki shalih tersebut adalah 'Uwaim bin Sa'idah dan Ma'n bin Adi."
Shahih Bukhari 3718: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dia mendengar [Muhammad bin Fudlail] dari [Isma'il] dari [Qais] bahwa ['Umar] biasa memberi tunjangan sejumlah lima ribu-lima ribu kepada setiap orang, dia berkata: "Sungguh, aku akan melebihkan lagi kepada orang setelah mereka."
Shahih Bukhari 3719: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Manshur] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Muhammad bin Jubair] dari [Ayahnya] dia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca (ayat) dalam shalat Maghrib dengan "Ath Thuur", itulah iman pertama kali yang menancap di dalam hati.
Shahih Bukhari 3720: Dari [Az Zuhri] dari [Muhammad bin Jubair bin Muth'im] dari [Ayahnya], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para tawanan perang Badar: "Seandainya Al Muth'im bin 'Adiy masih hidup lalu dia berbicara kepadaku untuk pembebasan orang-orang busuk ini pasti aku lepaskan mereka tanpa tebusan." Dan Al Laits menyebutkan dari Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Al Musayyab: "Fitnah pertama kali muncul, yaitu terbunuhnya 'Utsman, maka tidak ada seorang pun dari ahli Badar yang tersisa. Kemudian muncul fitnah kedua, yaitu peristiwa Harrah (zaman Yazid bin Mu'awiyah -pent), tidak ada seorang pun dari sahabat ahli Hudaibiyyah yang tersisa. Kemudian terjadi fitnah ketiga, dan fitnah itu tidak berkesudahan sehingga manusia (para sahabat) tidak lagi memiliki kekuatan."
Shahih Bukhari 3721: Telah menceritakan kepada kami [Al Hajjaj bin Minhal] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Umar An Numairi] telah menceritakan kepada kami [Yunus bin Yazid] dia berkata: saya mendengar [Az Zuhri] berkata: aku mendengar ['Urwah bin Az Zubair] dan [Sa'id bin Al Musayyab] dan ['Alqamah bin Waqqash] dan ['Ubaidullah bin Abdullah] dari hadits 'Aisyah radliyallahu 'anha, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan setiap dari mereka menceritakan kepadaku sekumpulan hadis, Aisyah berkata: Aku dan Ummu Misthah bertemu, kemudian Ummu Misthah jatuh karena kainnya, lalu dia berkata: "Celakalah Misthah." Aku pun berkata: "Sungguh jelek apa yang kamu ucapkan, kamu telah mencela seseorang yang pernah ikut perang Badar." Lalu perawi menyebutkan tentang hadits ifki.
Shahih Bukhari 3722: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Al Mundzir] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fulaih bin Sulaiman] dari [Musa bin 'Uqbah] dari [Ibnu Syihab] dia berkata: Ini berkenaan dengan peperangan yang dialami Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian ia menyebutkan hadits. Setelah melemparkan mereka ke dalam sumur Badar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka: "Apakah kalian mendapati apa yang dijanjikan Rabb kalian adalah benar?" [Musa] berkata: [Nafi'] mengatakan: [Abdullah] berkata: "Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah engkau menyeru orang yang telah mati?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Tidaklah kalian lebih mendengar ucapanku daripada mereka." Abu Abdullah mengatakan: "Kemudian orang-orang Quraisy yang ikut serta dalam perang Badar dikumpulkan, dan yang diberi bagian harta rampasan perang berjumlah delapan puluh satu orang." Urwah bin Az Zubair berkata: Az Zubair berkata: "Bagian (dari rampasan perang) mereka dibagi-bagi, dan mereka diberi seratus bagian. Wallahu a'lam.
Shahih Bukhari 3723: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari [Ma'mar] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [Ayahnya] dari [Az Zubair] dia berkata: Kaum Muhajirin diberi seratus bagian (dari harta ghanimah Badar).
Shahih Bukhari 3724: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Nahsr] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] dari [Musa bin 'Uqbah] dari [Nafi'] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Bani Nadlir dan Bani Quraidzah pernah hendak menyerang (Nabi). Maka Bani Nadlir diusir, dan Bani Quraidzah tetap (berada di Madinah-pent) sampai akhirnya bani Quraidlah memerangi beliau setelah itu. Maka beliau pun membunuh kaum laki-laki mereka, membagi-bagikan para wanita dan anak-anak, serta harta benda mereka kepada kaum muslimin. Namun sebagian mereka ada yang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta jaminan keamanan dan masuk Islam. Dan beliau juga mengeluarkan seluruh kaum Yahudi yang ada di Madinah, baik itu Bani Qainuqa' para pengikut Abdullah bin Salam, Bani Haritsah, dan semua kaum Yahudi yang ada di Madinah tanpa terkecuali.
Shahih Bukhari 3725: Telah menceritakan kepadaku [Al Hasan bin Mudrik] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hammad] telah mengabarkan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dia berkata: Aku berkata kepada [Ibnu Abbas] mengenai surat Al Hasyr, dia berkata: "Katakanlah surat An Nadlir." Riwayat ini juga dikuatkan oleh [Husyaim] dari [Abu Bisyr].
Shahih Bukhari 3726: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Abu Al Aswad] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] dari [Ayahnya] aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Seorang laki-laki pernah memberikan sebagian kebun kurmanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sampai beliau menaklukkan Bani Quraizhah dan Bani Nadlir. Setelah penaklukan tersebut, maka beliau mengembalikan sebagian kebun kurma kepada laki-laki itu.
Shahih Bukhari 3727: Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [An Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membakar kebun kurma Bani Nadlir dan memotongnya, yaitu yang ada di Buwairah. Kemudian turunlah ayat: {MAA QATHA'TUM MIN LIINATIN AU TARAKTUMUUHAA QAA-IMATAN 'ALAA USHUULIHAA FABI IDZNILLAAAH} (Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya. Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah) (QS. Al Hasyr: 5).
Shahih Bukhari 3728: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] telah mengabarkan kepada kami [Habban] telah mengabarkan kepada kami [Juwairiyah bin Asma`] dari [Nafi'] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membakar kebun kurma Bani Nadlir. Ia mengatakan: Untuk itulah Hassan bin Tsabit berkata: "Dan telah hina pemimpin Bani Lu'ai, kebakaran di Buwairah telah menyala-nyala." Ia berkata: Lantas Abu Sufyan bin Al Harits menjawab: "Allah melanggengkan hal itu, semua sisi terbakar oleh api, kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang terdampar, dan kamu akan mengetahui mana dari kedua tanah kami yang membahayakan."
Shahih Bukhari 3729: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Malik bin Aus bin Al Hadatsan] bahwa 'Umar bin Al Khattab radliyallahu 'anhu pernah memanggilnya, setelah itu penjaga pintunya, Yarfa, datang melapor: "Apakah anda mengizinkan [Utsman], [Abdurrahman], [Zubair] dan [Sa'd] untuk masuk?" Umar menjawab: "Ya." Kemudian penjaga pintu menyuruh mereka masuk, tidak lama kemudian penjaga pintu datang lagi dan berkata: "Apakah anda mengizinkan [Abbas] dan [Ali] untuk masuk?" 'Umar menjawab: "Ya." Ketika keduanya telah masuk, Abbas berkata: "Wahai Amirul Mukminin, putuskanlah antara kami dengan orang ini." Ketika itu mereka tengah berselisih masalah harta yang Allah karuniakan kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni berupa harta milik Bani Nadlir hingga keduanya saling mencela. Sebagian kelompok berkata: "Wahai Amirul mukminin, buatlah keputusan untuk keduanya, dan legakanlah salah seorang di antara keduanya." 'Umar pun berkata: "Tenanglah kalian! Dan aku minta kepada kalian, demi Allah yang dengan izin-Nya langit dan bumi tegak, apakah kalian mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kami tidak mewariskan. Dan apa-apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah." Yang beliau maksudkan (dengan kata kami) adalah diri beliau sendiri. Mereka menjawab: "Ya, beliau telah bersabda demikian." Maka 'Umar kembali menghadap dan berbicara kepada 'Ali dan 'Abbas: "Aku minta kepada kalian berdua, demi Allah, apakah kalian berdua mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda seperti itu?" Keduanya menjawab: "Ya, beliau telah bersabda seperti itu." 'Umar kemudian melanjutkan, "Untuk itu aku akan menyampaikan kepada kalian tentang masalah ini. Sesungguhnya Allah telah mengkhususkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah fa'i ini sebagai sesuatu yang tidak Dia berikan kepada siapa pun selain beliau." Lalu 'Umar membaca firman Allah: (Dan apa saja yang dikaruniakan Allah berupa fa'i (rampasan perang) kepada Rasul-Nya dari (harta benda) mereka… -hingga firmanNya- dan Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu) (QS. Al Hasyr: 6), ayat ini merupakan pengkhususan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Demi Allah, tidaklah beliau mengumpulkannya dengan tidak memperhatikan kalian dan juga tidak untuk lebih mementingkan diri kalian. Sungguh, beliau telah memberikannya kepada kalian dan menyebarkannya di tengah-tengah kalian (kaum Muslimin) hingga sekarang masih ada yang tersisa dari harta tersebut. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi nafkah belanja kepada keluarga beliau sebagai nafkah tahunan mereka dari harta fa'i ini, lalu sisanya beliau ambil dan dijadikannya sebagai harta Allah, beliau sudah menerapkan semua ini samasa hidup beliau. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, lalu Abu Bakar berkata: 'Akulah wali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.' Maka Abu Bakar pun memegang harta itu, kemudian ia mengelolanya seperti apa yang dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, saat itu kalian juga ada." Kemudian 'Umar menghadap ke arah arah Ali dan Abbas, dia berkata: "Kalian berdua juga ingat bahwa dalam mengelola harta itu sebagaimana yang kalian berdua katakan, sungguh Allah juga Maha tahu, bahwa dia adalah orang yang jujur, bijak, lurus dan pengikut kebenaran. Kemudian Allah mewafatkan Abu Bakar. Lalu aku berkata: 'Aku adalah pengganti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar' dan aku berwenang untuk mengelola harta tersebut hingga dua tahun dari kepemimpinanku, aku mengelolanya sebagaimana yang dikelola Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar. Dan Allah juga mengetahui bila aku adalah sosok yang jujur, bijak, lurus dan pengikut kebenaran, lalu kenapa kalian datang kepadaku dan berbicara kepadaku padahal ucapan kalian satu dan maksud urusan kalian juga satu. Engkau, wahai 'Abbas, kau datang kepadaku lalu aku katakan kepada kalian berdua: 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kami tidak mewariskan. Apa-apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah." Setelah jelas bagiku bahwa aku harus memberikannya kepada kalian berdua, maka aku akan katakan, Jika memang kalian menghendakinya aku akan berikan kepada kalian berdua, namun kalian berdua harus ingat akan janji Allah dan ketentuan-Nya, yaitu kalian harus mengelola sebagaimana yang pernah dikelola Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar lakukan dan juga apa yang telah aku lakukan sejak aku memegang kekuasaan ini, jika tidak, maka kalian jangan mengatakan sesuatu kepadaku, jika kalian berdua mengatakan: "Berikanlah kepada kami!" maka dengan ketentuan seperti itu, aku akan berikan kepada kalian berdua. Apakah kalian berdua hendak merubah ketentuan selain dari itu? Demi Allah, yang dengan izin-Nya langit dan bumi bias tegak, aku tidak akan memutuskan dengan keputusan selain itu sampai tiba hari Kiamat, seandainya kalian berdua tidak sanggup atasnya maka serahkanlah kepadaku karena sungguh aku akan mencukupkan kalian berdua dengannya (harta itu)." Perawi berkata: Lalu aku sampaikan hadits ini kepada ['Urwah bin Az Zubair], dia menjawab: "Malik bin Aus benar, aku juga pernah mendengar 'Aisyah radliyallahu 'anha, isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Para isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus 'Utsman menemui Abu Bakar untuk meminta seperdelapan dari harta yang telah Allah karuniakan kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku menolak mereka, aku katakan kepada mereka: "Apakah kalian tidak takut kepada Allah? Apakah kalian tidak mengetahui bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Kami tidak mewarisi, dan yang kami tinggalkan adalah sedekah -yang beliau maksud dengan (kami) adalah diri beliau sendiri-, sesungguhnya keluarga Muhammad makan dari harta ini." Maka para isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhenti pada apa yang telah disampaikan oleh 'Aisyah kepada mereka." 'Urwah berkata: "Maka harta sedekah ini ada di tangan Ali, sementara Ali mencegah Abbas dari harta tersebut, dan dapat mengalahkannya, kemudian beralih ditangan Hasan bin Ali, kemudian berpindah ketangan Husain bin Ali, kemudian berpindah ke tangan Ali bin Husain, kemudian Al Hasan bin Al Hasan, keduanya saling bergantian, kemudian berpindah ke tangan Zaid bin Hasan, dan sesungguhnya itu merupakan sedekah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3730: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] dari ['Aisyah] bahwa Fathimah 'alaihas salam dan 'Abbas menemui Abu Bakar, keduanya menuntut bagian harta warisan mereka, yaitu berupa tanah di Fadak dan saham dari perang Khaibar, maka Abu Bakar berkata: "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Kami tidak diwarisi, harta yang kami tinggalkan menjadi sedekah, keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini.' Maka demi Allah, kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih aku cintai untuk aku jalin hubungan dengannya daripada kerabatku sendiri."
Shahih Bukhari 3731: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] [Amr] berkata: aku mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapakah yang akan membunuh Ka'b bin Asyraf yang telah durhaka kepada Allah dan melukai Rasul-Nya?" Maka Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata: "Wahai Rasulullah, sukakah anda jika aku yang akan membunuhnya?" beliau menjawab: "Ya." Muhammad bin Maslamah berkata: "Izinkan aku untuk mengatakan sesuatu." Beliau bersabda: "Katakanlah." Setelah itu Maslamah mendatangi Ka'b, lalu dia berkata: "Sesungguhnya laki-laki itu (maksudnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam -pent.) telah meminta sedekah kepada kami padahal kami dalam keadaan susah, oleh karena itu aku datang kepadamu untuk berhutang." Ka'b berkata: "Dan juga -demi Allah- kalian akan bosan kepadanya." Maslamah berkata: "Sesungguhnya kami telah mengikutinya, dan kami tidak suka meninggalkannya hingga kami mengetahui akhir kesudahannya, dan kami hendak meminjam satu atau dua wasaq." --'Amru tidak hanya sekali menceritakan kepada kami, namun ia tidak menyebutkan 'satu atau dua wasaq'. Atau, aku berkata kepadanya: 'satu atau dua wasaq'." Perawi berkata: "Seingatku dalam hadits tersebut disebutkan 'satu atau dua wasaq'."-- Ka'b bin Al Asyraf menjawab: "Baiklah, akan tetapi kalian harus memberikan jaminan kepadaku." Mereka menjawab: "Engkau harus kami beri jaminan apa?" Ka'b menjawab: "Gadaikanlah isteri-isteri kalian." Mereka menjawab: "Bagaimana kami harus menggadaikan isteri-isteri kami, sementara kamu adalah orang yang paling rupawan di Arab." Ka'b berkata: "Kalau begitu, gadaikanlah puteri-puteri kalian." Mereka berkata: "Bagaimana kami harus menggadaikan puteri-puteri kami, nantinya mereka akan dihina orang-orang dan dikatakan: 'Mereka telah digadaikan dengan satu atau dua wasaq' hal ini akan membuat kami terhina, akan tetapi kami akan menggadaikan la'mah kami." -Sufyan mengatakan: maksudnya adalah senjata- Kemudian mereka membuat perjanjian untuk bertemu kembali, di suatu malam Maslamah bersama Abu Na`ilah -ia adalah saudara sepersusuan Ka'b- datang menemui Ka'b, lalu Ka'b mengundangnya untuk masuk ke dalam benteng, setelah itu Ka'b turun menemui mereka. Isteri Ka'b berkata kepadanya: "Kemana engkau hendak keluar pada saat seperti ini?" Ka'b menjawab: "Dia adalah Muhammad bin Maslamah dan saudaraku Abu Na`ilah." -Selain 'Amru menyebutkan: "Isteri Ka'b berkata: "Aku mendengar suara seperti darah menetes." Ka'b menjawab: "Dia hanyalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara sepersusuanku Abu Na`ilah. Sesungguhnya sebagai seorang yang terhormat, apabila dipanggil, maka ia akan menemuinya walaupun di malam hari." Perawi berkata: "Kemudian Muhammad bin Maslamah memasukkan (ke dalam benteng) dua orang bersamanya." -Dikatakan kepada Sufyan: "Apakah 'Amru menyebutkan nama mereka?" Ia menjawab: "Amru hanya menyebutkan nama sebagian dari mereka." 'Amru berkata: "Ia datang dengan dua laki-laki." Sementara yang lain mengatakan: "Abu 'Abs bin Jabr, Al Harits bin Aus dan 'Abbad bin Bisyr." 'Amru mengatakan- Ia datang bersama dua orang laki-laki." Maslamah melanjutkan: "Sungguh, aku akan meraih rambut kepalanya dan menciumnya, jika kalian melihatku telah berhasil menguasai kepalanya, maka mendekatlah dan tebaslah dia." Sesekali Maslamah berkata: "Kemudian aku akan memberikan kesempatan kepada kalian untuk menciumnya." Ketika Ka'b turun untuk menemui mereka, dan bau minyak wanginya mulai tersebar, Maslamah berkata: "Aku belum pernah mencium aroma wangi yang lebih bagus dari ini." Selain 'Amru menyebutkan: "Aku memiliki minyak wangi wanita arab dan lebih sempurna dikalangan Arab." 'Amru mengatakan: "Maslamah berkata: "Apakah engkau mengizinkanku untuk mencium kepalamu?" Ka'b menjawab: "Silahkan." Kemudian Maslamah menciumnya dan diikuti oleh sahabat-sahabatnya." Setelah itu Maslamah berkata lagi: "Apakah engkau mengizinkanku lagi?" Ka'b menjawab: "Silahkan." Ketika ia telah berhasil menguasainya, Maslamah berkata: "Mendekatlah." Maka mereka langsung membunuhnya, setelah itu mereka menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengabarkan kepada beliau.
Shahih Bukhari 3732: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Nashr] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Za`idah] dari [Ayahnya] dari [Abu Ishaq] dari Al Barra` bin 'Azib radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus sekelompok orang kepada Abu Rafi', kemudian pada malam hari Abdullah bin 'Atik masuk ke dalam rumahnya dan membunuhnya saat ia sedang terlelap tidur.
Shahih Bukhari 3733: Telah menceritakan kepada kami [Yusuf bin Musa] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] dari [Israil] dari [Abu Ishaq] dari [Al Barra bin 'Azib] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus beberapa sahabat Anshar kepada seorang Yahudi bernama Abu Rafi', dan beliau menunjuk Abdullah bin 'Atik untuk memimpin mereka. Abu Rafi' adalah seorang laki-laki yang selalu menyakiti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan membantu musuh untuk menyerang beliau, dia tengah berada di bentengnya yang berada di wilayah Hijaz. Ketika para sahabat tersebut telah dekat dengan (bentengnya) -yaitu ketika matahari hampir terbenam dan orang-orang telah kembali dari gembalaannya-, maka Abdullah berkata kepada para sahabatnya: "Diamlah kalian di tempat kalian masing-masing, sesungguhnya aku akan berusaha masuk tanpa sepengetahuan penjaga pintu, mudah-mudahan aku bisa masuk." Setelah itu dia pergi hingga mendekati pintu (gerbang), ia menutup kepalanya seolah-olah orang yang sedang buang hajat. Ketika orang-orang telah masuk, maka penjaga pintu berkata kepadanya: "Wahai Abdullah, jika kamu ingin masuk, maka masuklah, sesungguhnya aku akan menutup pintu gerbang." Lalu aku masuk dan bersembunyi, ketika orang-orang telah masuk, pintu gerbang pun ditutup, kemudian kunci pintu gerbang digantungkan di atas gantungan kunci." Abdullah berkata: "Lalu aku bangun ke tempat mereka meletakkan gantungan kunci, aku pun megambilnya, dengan cepat aku membuka pintu gerbang. Sementara itu Abu Rafi' sedang bergadang bersama orang-orang, yaitu dalam sebuah kamar miliknya di tempat yang agak tinggi. Ketika orang-orang yang bergadang bersamanya telah pulang, aku langsung naik ke rumahnya, setiap kali aku membuka pintu, maka aku langsung menutupnya dari dalam, aku berujar: "Jika mereka memergokiku, maka mereka tidak akan menemukanku hingga aku berhasil membunuhnya." Lalu aku mendapatinya ia berada di tengah keluarganya, yaitu di rumah yang sangat gelap, sampai aku tidak tahu dimanakah dia berada." Aku pun berseru: "Wahai Abu Rafi'!" dia berkata: "Siapakah itu?" ia lalu bergerak ke arah suara, dan aku langsung menebasnya dengan pedang, karena saat itu aku sangat gugup, maka tebasanku tidak sampai membunuhnya dan ia berteriak sekeras-kerasnya. Lalu aku keluar dari rumah dan aku menunggu dari luar tidak terlalu jauh, kemudian aku masuk menemuinya kembali. Aku bertanya: "Aku mendengarmu berteriak, ada apa sebenarnya wahai Abu Rafi'?" dia menjawab: "Kecelakaan bagi ibumu! Sungguh, seseorang masuk ke dalam rumahku dan berusaha menebasku dengan pedang." Abdullah berkata: "Kemudian aku kembali menebasnya hingga ia terluka parah, namun aku belum sempat membunuhnya, kemudian aku tusukkan pedang ke perutnya hingga tembus ke punggungnya, setelah itu aku yakin bahwa aku telah membunuhnya. Kemudian aku pergi lewat pintu demi pintu hingga aku sampai ke anak tangga hingga kakiku merasa telah menyentuh permukaan tanah. Dan pada malam itu aku terjatuh di malam yang cahaya bulan sangat terang, dan kakiku pun patah, kemudian aku pun membalutnya dengan kain surbanku. Setelah itu aku pergi perlahan sampai aku duduk di depan pintu gerbang, aku berkata kepada sahabat-sahabatku: "Aku tidak akan keluar dari benteng ini sampai aku tahu bila aku benar-benar telah membunuhnya." Ketika ayam jantan mulai berkokok, seseorang pembawa berita kematian berdiri dan berkata: "Aku umumkan bahwa Abu Rafi', saudagar dari Hijaz telah meninggal dunia." Lalu aku menemui sahabat-sahabatku dan berkata: "Mari kita pergi menyelamatkan diri, karena Allah telah membunuh Abu Rafi'." Setelah sampai di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hal itu pun aku beritahukan kepada beliau, lantas beliau pun bersabda: "Bentangkanlah kakimu." Lalu aku membentangkannya, lalu beliau mengusapnya, seakan-akan kakiku tidak merasakan sakit."
Shahih Bukhari 3734: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Utsman] telah menceritakan kepada kami [Syuraikh] -yaitu Ibnu Maslamah- telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Yusuf] dari [Ayahnya] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar Al Barra bin 'Azib radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus beberapa orang, sementara Abdullah bin Atik dan Abdullah bin 'Utbah ikut bersama mereka. Kemudian mereka berangkat hingga mendekati benteng pertahanan, Abdullah bin 'Atik lalu berkata kepada mereka: "Diamlah kalian di sini, aku akan berusaha masuk (benteng) dan mengintai mereka." Abdullah bin 'Atik melanjutkan, "Maka aku bergerak mendekati supaya bisa masuk benteng, ternyata mereka kehilangan keledai-keledai mereka, lalu mereka keluar (benteng) sambil membawa lentera untuk mecarinya. Karena khawatir ketahuan, maka aku pun menutup kepalaku dan duduk seolah-olah seperti orang yang sedang buang hajat. Penjaga pintu (mereka) berseru, "Barangsiapa ingin masuk, masuklah, sebelum kami menutup pintu." Aku langsung masuk dan bersembunyi di kandang keledai persis di samping pintu gerbang. Ternyata orang-orang tengah makan malam bersama Abu Rafi', mereka berbincang-bincang hinga larut malam, setelah itu mereka kembali ke rumah mereka masing-masing. Ketika keadaan menjadi lengang dan aku tidak lagi mendengarkan adanya gerakan, akupun keluar." Abdullah melanjutkan, "Aku sempat melihat penjaga pintu meletakkan kunci gerbang di lubang dinding, aku langsung megambilnya dan membuka pintu gerbang." Abdullah berkata: "Aku sempat berkata: "Sekiranya orang-orang memergokiku, maka aku akan bergerak mengendap-endap." Setelah itu aku menuju ke pintu rumah-rumah mereka dan menutup pintu dari dalam, aku lalu naik ke rumah Abu Rafi' melalui tangga, dan ternyata rumahnya sangat gelap sebab lampu-lampunya telah dipadamkan, hingga aku tidak tahu dimanakah posisi Abu Rafi' berada. Aku kemudian berseru: "Wahai Abu Rafi'!" dia menyahut: "Siapa itu?", dia kemudian pergi menuju sumber suara, dan aku pun langsung menebasnya, namun tebasanku tidak berpengaruh apa-apa hingga dia dapat berteriak." Abdullah melanjutkan perkataannya: "Setelah itu aku menemuinya kembali seolah-olah aku baru saja bangun tidur, aku (pura-pura) bertanya: "Kenapa denganmu wahai Abu Rafi'?" -ketika itu aku merubah suaraku- dia menjawab: "Celaka, aku heran ada seseorang yang masuk dan ingin menebasku dengan pedang." Kemudian aku menghadapnya dan langsung menebasnya sekali lagi, namun tidak sampai membunuhnya, dia langsung berteriak hingga isterinya terbangun." Abdullah melanjutkan: "Aku merubah suaraku, seperti orang yang baru saja bangun tidur, ternyata Abu Rafi' telah terlentang, aku langsung menusukkan pedang ke perutnya hingga tembus ke punggungnya, lalu aku putar (pedang tersebut) hingga aku mendengar suara tulangnya, setelah itu aku keluar dengan sempoyongan sampai tiba ditangga. Saat aku hendak turun (lewat anak tangga), aku terjatuh hingga kakiku cidera. Setelah membalut kakiku yang terluka, aku kemudian menemui para sahabatku dengan berjalan pincang, kukatakan kepada mereka: "Pergi dan sampikanlah berita ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh aku akan tetap di sini sampai aku mendengar langsung orang yang mengumumkan berita kematian." Ketika waktu subuh tiba, seorang pembawa berita kematian naik ke tempat yang agak tinggi dan berseru, "Aku umumkan kematian Abu Rafi'." Lalu aku berdiri dan berjalan tanpa ada sedikitpun ganjalan di hatiku, aku menjumpai para sahabatku sebelum mereka datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku memberitahukan kabar gembira ini kepada beliau."
Shahih Bukhari 3735: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Abdul Wahhab] telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada perang Uhud: "Ini Jibril, ia sedang memegang kepala kudanya yang dilengkapi dengan peralatan perang."
Shahih Bukhari 3736: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdurrahim] telah mengabarkan kepada kami [Zakariya bin 'Adi] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Al Mubarrak] dari [Haiwah] dari [Yazid bin Abu Habib] dari [Abu Al Khair] dari ['Uqbah bin 'Amir] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menshalati para korban Uhud setelah delapan tahun, seolah-olah seperti perpisahan antara orang yang hidup dengan orang yang telah mati. Kemudian beliau naik mimbar seraya bersabda: "Sesungguhnya aku mendahului kalian, dan aku adalah saksi atas kalian. Sungguh, yang dijanjikan bagi kalian adalah telaga, dan aku benar-benar telah melihatnya di tempatku ini. Aku tidak lebih khawatir terhadap syirik yang kalian perbuat, akan tetapi aku sangat khawatir terhadap dunia yang akan kalian perebutkan." 'Uqbah berkata: "Dan itu adalah terakhir kali aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3737: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] dari [Israil] dari [Abu Ishaq] dari Al Barra radliyallahu 'anhu, dia berkata: Suatu ketika kami bertemu pasukan Musyrikin, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menempatkan pasukan pemanah di bawah komando Abdullah. Beliau berpesan: "Diamlah kalian di sini, walaupun kalian melihat kami menang atas mereka, janganlah kalian meninggalkan tempat ini, dan jika kalian melihat kami kalah, janganlah kalian (pindah tempat) untuk menolong kami." Ketika perang mulai berkecamuk, maka pasukan musuh dapat dipukul mundur hingga aku melihat para wanita berlarian ke gunung hingga tersingkap betis mereka dan tampaklah gelang kaki mereka. Lalu kaum Muslimin (pasukan pemanah) berebut mengambil (ghanimah) sambil berkata: "Ghanimah, ghanimah!" Abdullah pun akhirnya berteriak, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah berpesan, janganlah kalian meninggalkan tempat kalian!" Namun mereka tidak peduli, ketika mereka tidak memperdulikan wasiat Nabi, maka wajah mereka menjadi terseret (kocar kacir) hingga menyebabkan tujuh puluh sahabat gugur, kemudian Abu Sufyan naik ke tempat yang tinggi dan berseru: "Apakah di antara kalian ada Muhammad?" beliau bersabda: "Jangan dijawab." Abu Sufyan kembali bertanya: "Apakah di antara kalian terdapat Abu Quhafah?" Beliau bersabda: "Jangan dijawab." Dia kembali bertanya: "Apakah di antara kalian terdapat Ibnul Khattab?" Abu Sufyan melanjutkan: "Sesungguhnya mereka telah tewas, sekiranya mereka masih hidup, tentu mereka akan menjawabnya." Ternyata 'Umar tidak dapat menahan dirinya dan berkata: "Kamu telah berdusta wahai musuh Allah, Allah akan tetap membuat kalian terhina." Abu Sufyan berkata: "Tinggilah Hubal." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jawablah." Para sahabat bertanya: "Apa yang harus kami katakan?" Beliau bersabda: "Katakanlah, 'Allah lebih tinggi dan lebih mulia'." Abu Sufyan kemudian berkata: "Kami memiliki 'Uzza sementara kalian tidak memilikinya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jawablah." Para sahabat bertanya: "Apa yang harus kami katakan?" Beliau bersabda: "Katakanlah, 'Allah adalah penolong kami dan kalian tidak memiliki penolong'." Abu Sufyan kembali berkata: "Hari ini adalah hari pembalasan untuk hari Badar, dan perang silih berganti, dan kalian akan menemukan penyincangan yang tidak aku perintahkan, namun aku tidak membencinya."
Shahih Bukhari 3738: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] dari [Jabir] dia berkata: "Para sahabat pernah membuat khamer pada saat perang Uhud, lalu mereka gugur sebagai syuhada." (hal itu terjadi sebelum pengharaman khamer -pent).
Shahih Bukhari 3739: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] telah menceritakan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'd bin Ibrahim] dari ayahnya Ibrahim bahwa Saat [Abdurrahman bin 'Auf] sedang berpusa ia pernah diberi hidangan makanan, kemudian dia berkata: "Muhs'ab bin 'Umari telah gugur, padahal dia lebih mulia daripadaku, dia di kafani dengan kain burdah, apabila kepalanya ditutup maka kakinya akan tersingkap, dan jika kakinya ditutup maka kepalanya akan tersingkap. -dan seingatku dia mengatakan- Hamzah gugur padahal dia lebih baik daripadaku, setelah itu (kenikmatan) dunia dibentangkan untuk kami -atau dia mengatakan-, Kami telah diberi (kenikmatan) dunia sebagaimana yang telah diberikan kepada kami, aku khawatir bahwa itu adalah (balasan) kebaikan kami yang didahulukan." kemudian ia menangis dan meninggalkan hidangan tersebut.
Shahih Bukhari 3740: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] dia mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma dia berkata: Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Uhud: "Bagaimana menurutmu, jika aku mati terbunuh, dimanakah tempatku?" beliau menjawab: "Di surga." Mendengar itu, dia langsung melempar kurma yang ada di tangannya, kemudian dia berperang hingga terbunuh.
Shahih Bukhari 3741: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Syaqiq] dari Khabbab bin Al Art radliyallahu 'anhu, dia berkata: Kami hijrah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengharap ridla Allah, maka Allah memberi balasan kepada kami, diantara kami ada yang meninggal dan belum mendapatkan balasan (dunia) sedikitpun, di antaranya adalah Mush'ab bin 'Umair yang terbunuh pada perang Uhud, dan kami tidak mendapatkan sesuatu untuk mengkafaninya kecuali sepotong kain, jika kami menutup kepalanya, kedua kakinya tersingkap dan jika kami menutup kakinya, kepalanya tersingkap. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tutuplah kepalanya dengan kain dan dan tutuplah kakinya dengan idzkhir (rumput-rumputan berbau harum)." atau beliau mengatakan: "Jadikanlah idzkhir untuk menutupi kakinya." Juga diantara kami ada yang telah memiliki buah yang masak dan ia memetiknya.
Shahih Bukhari 3742: Telah mengabarkan kepada kami [Hasan bin Hasan] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Thalhah] telah menceritakan kepada kami [Humaid] dari Anas radliyallahu 'anhu, bahwa Pamannya tidak ikut serta dalam perang Badr, dia berkata: "Aku tidak ikut awal peperangan yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sekiranya Allah memberiku kesempatan untuk ikut serta (berperang) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Allah akan melihatku apa yang akan aku lakukan." Lalu dia menjumpai perang Uhud, ketika itu orang-orang porak poranda. Maka paman Anas berkata: "Ya Allah, aku minta permaafan dari yang mereka lakukan -maksudnya para sahabatnya-, dan aku serahkan kepada-Mu apa yang diperbuat oleh orang-orang musyrik." Lalu ia maju dengan sebilah pedangnya hingga ia bertemu Sa'ad bin Mu'adz, dia lalu berujar: "Dimanakah wahai Sa'd, sungguh aku mendapati bau surga di belakang Uhud." Saat perang usai, ia terbunuh, dan tidak ada yang mengenali jasadnya selain saudara perempuannya dengan tanda atau jari-jemari yang ada pada dirinya, dan didapati (dalam jasadnya) sebanyak delapan puluh lebih tikaman tombak, sabetan pedang, dan tusukan panah.
Shahih Bukhari 3743: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'd] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Kharijah bin Zaid bin Tsabit] bahwa dia mendengar Zaid bin Tsabit radliyallahu 'anhu berkata: Satu ayat hilang dari surat Al Ahzab saat kami menyalinnya ke dalam Mushhaf, padahal aku telah mendengarnya langsung dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau membacanya. Lalu kami pun mencarinya, ternyata kami menemukannya pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshari. Yakni ayat: {MINAL MU'MINIINA RIJAALUN SHADAQUU MAA 'AAHADUULLAAHA 'ALAIHI FAMINHUM MAN QADLAA NAHBAHU WAMINHUM MAN YANTADHIR} (Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah: Maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu) (QS. Al Ahzab: 23), maka kami pun menggabungkannya di dalam Mushhaf.
Shahih Bukhari 3744: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Adi bin Tsabit] aku mendengar [Abdullah bin Yazid] bercerita dari Zaid bin Tsabit radliyallahu 'anhu, dia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat ke medan Uhud, di tengah perjalanan beberapa orang yang ikut bersama beliau kembali pulang, dan sebab itu sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terpecah menjadi dua kelompok: kelompok yang mengatakan: "Kami akan memerangi mereka." dan kelompok yang mengatakan: "Kami tidak akan memerangi mereka." Maka turunlah ayat: (Maka Mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri?) (QS. An Nisaa: 88), beliau bersabda: "Sesungguhnya hal itu terdapat suatu kebaikan, yang dapat menghapuskan dosa sebagaimana api menghilangkan karat pada perak."
Shahih Bukhari 3745: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf] dari [Ibnu Uyainah] dari ['Amru] dari Jabir radliyallahu 'anhu, dia berkata: Ayat ini turun kepada kami: (Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) Karena takut..) (QS. Ali Imran: 122), yaitu bani Salimah dan Bani Haritsah, dan aku lebih suka jika ayat tersebut tidak turun, Allah berfirman: (padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu).
Shahih Bukhari 3746: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah mengabarkan kepada kami ['Amru] dari [Jabir] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: "Apakah kamu sudah menikah wahai Jabir?" aku menjawab: "Ya, sudah." Beliau lalu bertanya: "Kamu menikah dengan gadis ataukah janda?" Aku menjawab: "Dengan seorang janda." Beliau bertanya lagi: "Kenapa tidak gadis saja, yang dapat mencumbumu?" Aku menjawab: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah terbunuh pada perang uhud, sementara dia meninggalkan sembilan putri, jadi aku memiliki sembilan saudara perempuan, dan aku tidak suka jika aku bersama gadis yang sebaya dengan mereka, akan tetapi (aku lebih memilih) seseorang yang dapat merawat dan mendidik mereka." Beliau bersabda: "Engkau benar."
Shahih Bukhari 3747: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Abu Suraij] telah mengabarkan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah menceritakan kepada kami [Syaiban] dari [Firas] dari [Asy Sya'bi] dia berkata: telah menceritakan kepadaku Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma, bahwa Ayahnya syahid pada perang Uhud dan meninggalkan hutang serta enam orang putri, ketika datang masa panen kurma Jabir berkata: Aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, anda mengetahui bahwa ayahku syahid pada perang Uhud, ia meninggalkan hutang yang banyak, dan aku ingin agar orang-orang yang memberi hutang melihatmu." Beliau bersabda: "Pergi dan kumpulkanlah kurma-kurma disetiap ujung!" lalu saya melakukannya, aku kemudian memanggil beliau, ketika mereka melihat beliau, seakan-akan mereka terus memintaku saat itu, ketika beliau melihat apa yang mereka perbuat, beliau mengelilingkan tempat menebah di sekitar tumpukan kurma yang paling banyak, sebanyak tiga kali, lalu beliau duduk di atasnya dan bersabda: "Panggillah para sahabatmu!" maka beliau masih menakar untuk mereka hingga Allah menunaikan amanat ayahku dan aku ridla jika Allah menunaikan amanat ayahku, (meski) aku kembali ke saudara-saudara perempuanku tanpa membawa kurma, lalu Allah memberikan tumpukan kurma semuanya, sehingga aku melihat pada tumpukan kurma yang ada di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, seakan-akan tidak terkurangi satu kurma pun."
Shahih Bukhari 3748: Telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'd] dari [Ayahnya] dari [Kakeknya] dari Sa'd bin Abu Waqash radliyallahu 'anhu, dia berkata: Pada perang Uhud, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama dua orang laki-laki yang sedang bertempur, keduanya mengenakan pakaian putih, seolah-olah singa dalam medan pertempuran, aku belum pernah melihatnya baik sebelum mau pun sesudahnya.
Shahih Bukhari 3749: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Marwan bin Mu'awiyah] telah menceritakan kepada kami [Hasyim bin Hasyim As Sa'di] dia berkata: aku mendengar [Sa'id bin Musayyab] berkata: aku mendengar [Sa'd bin Abu Waqash] berkata: Pada saat perang Uhud, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambilkan anak panah dari wadahnya untukku, lalu beliau bersabda: "Lemparlah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu."
Shahih Bukhari 3750: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Yahya bin Sa'id] dia berkata: aku mendengar [Sa'id bin Al Musayyab] berkata: aku mendengar [Sa'd] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyertakan kedua orangtua beliau (sebagai tebusanku) pada perang Uhud.
Shahih Bukhari 3751: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Yahya] dari [Ibnu Al Musayyab] bahwa dia berkata: Sa'd bin Abu Waqash radliyallahu 'anhu berkata: Sungguh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyertakan kedua orangtuanya (sebagai tebusanku) pada perang Uhud.
Shahih Bukhari 3752: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] telah menceritakan kepada kami [Mis'ar] dari [Sa'd] dari [Ibnu Syaddad] dia berkata: aku mendengar 'Ali radliyallahu 'anhu berkata: Aku belum pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyertakan kedua orangtuanya sebagai tebusan kepada seseorang selain Sa'd.
Shahih Bukhari 3753: Telah menceritakan kepada kami [Yasharah bin Shafwan] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] dari [Ayahnya] dari [Abdullah bin Syaddad] dari Ali radliyallahu 'anhu, dia berkata: Aku belum pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyertakan kedua orangtua beliau sebagai tebusan kepada seseorang selain Sa'd bin Malik, sesungguhnya aku pernah mendengar beliau bersabda pada perang Uhud: "Wahai Sa'd, lemparlah demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu."
Shahih Bukhari 3754: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] dari [Mu'tamir] dari [Ayahnya] dua berkata: [Abu Utsman] meyakini bahwa Tidak ada yang tetap bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada sebagian hari-hari dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berperang didalamya (perang Uhud) kecuali [Thalhah] dan Sa'ad. Cerita ini diperoleh dari keduanya.
Shahih Bukhari 3755: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Abu Al Aswad] telah menceritakan kepada kami [Hatim bin Isma'il] dari [Muhammad bin Yusuf] dia berkata: aku mendengar [As Sa`ib bin Yazid] berkata: Aku pernah menemani Abdurrahman bin 'Auf dan Thalhah bin 'Ubaidillah, Miqdad, serta Sa'd radliyallahu 'anhum, aku tidak mendapati mereka menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melainkan aku hanya mendengar Thalhah menceritakan ketika terjadi perang Uhud.
Shahih Bukhari 3756: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Isma'il] dari [Qais] dia berkata: Aku pernah melihat tangan [Thalhah] lumpuh karena untuk melindungi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Uhud.
Shahih Bukhari 3757: Telah menceritakan kepada kami [Abu Ma'mar] telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] telah menceritakan kepada kami [Abdul 'Aziz] dari Anas radliyallahu 'anhu, dia berkata: Orang-orang kabur dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Uhud, sedangkan Abu Thalhah tetap bertahan di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah yang handal. Pada perang itu, dia telah mematahkan dua atau tiga anak panah karena sangat kerasnya bidikan. Ketika seorang laki-laki lewat di hadapannya sambil membawa sarung anak panah, beliau bersabda: "Berikan ini kepada Abu Thalhah." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mendongakkan kepala melihat keberadaan musuh, Abu Thalhah berkata: "Wahai Nabiyullah, demi ayah ibuku sebagai tebusannya, janganlah engkau mendongakkan kepala, sebab panah musuh akan mengenai anda. Cukup aku saja sebagai taruhannya." Sungguh, aku melihat 'Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim, tengah menyingsingkan pakaiannya setinggi mata kakinya, hingga terlihat perhiasan yang ada pada betisnya. Keduanya membawa kendi-kendi air untuk memberi minum orang-orang yang terluka. Sementara itu, badan Abu Thalhah telah terkena sabetan pedang musuh hingga dua atau tiga kali.
Shahih Bukhari 3758: Telah menceritakan kepadakju ['Ubaidullah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [Ayahnya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha, dia berkata: Ketika perang Uhud berkecamuk, kaum Musyrikin menderita kekalahan telak, lalu Iblis -laknatullah- berteriak memanggil: "Wahai hamba-hamba Allah, musuh berada di belakang kalian!" Maka pasukan depan kembali mendatangi pasukan yang di belakang dan bertempur menghadapi pasukan yang di belakang (hingga terjadi pertempuran sesama Kaum Muslimin). Hudzaifah memperhatikan pertempuran itu, ternyata dia melihat bapaknya (Al Yaman), dia lalu berseru: "Wahai hamba-hamba Allah, itu adalah ayahku, itu adalah ayahku!" 'Aisyah berkata: "Demi Allah, pasukan tersebut (kaum Muslimin) tidak mempedulikannya, hingga mereka membunuh ayahnya." Hudzaifah kemudian berkata: "Semoga Allah mengampuni kalian." 'Urwah mengatakan: "Demi Allah, sejak peristiwa itu, Hudzaifah senantiasa mendapatkan kebaikan hingga bertemu dengan Allah (meninggal dunia)." Kata "Bashartu" maknanya adalah, aku mengetahui perkara itu dengan bashirah (mata hati), sedangkan 'Abshartu" dari kata "Basharil 'ain (melihat dengan mata), dikatakan "Bashartu" dan "Abshartu", maknanya sama."
Shahih Bukhari 3759: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami [Abu Hamzah] dari ['Utsman bin Mauhab] dia berkata: Seorang laki-laki pernah pergi haji, kemudian dia melihat orang-orang tengah duduk-duduk, lalu dia berkata: "Siapakah yang tengah duduk-duduk itu?" mereka menjawab: "Mereka adalah orang-orang Quraisy." Laki-laki itu bertanya lagi: "Siapakah syaikh itu?" mereka menjawab: "Dia adalah [Ibnu 'Umar]." Lantas dia mendatangi Ibnu 'Umar seraya berkata: "Aku ingin bertanya kepadamu tentang sesuatu, oleh karena itu, jelaskanlah kepadaku. Laki-laki itu berkata: "Aku nasehatkan kepadamu demi kesucian rumah ini (Ka'bah), apakah kamu tahu bahwa 'Utsman lari dari perag Uhud?" Ibnu 'Umar menjawab: "Ya." Orang itu bertanya lagi: "Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak ikut perang Badar?" Ibnu 'Umar menjawab: "Ya." Orang itu bertanya lagi: "Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut Bai'atur Ridlwan?" Ibnu 'Umar menjawab: "Ya". Orang itu berkata: "Allahu Akbar." Kemudian Ibnu 'Umar berkata: "Kamarilah, aku akan menjelaskan semua yang kamu tanyakan kepadaku! Mengenai larinya 'Utsman pada perang Uhud, sungguh aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Sedangkan tidak ikutnya dia pada perang Badar, sebab saat itu dia sedang merawat putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang tengah sakit, dimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Kamu mendapat pahala dan bagian sebagaimana mereka yang ikut perang Badar." Sedangkan tidak hadirnya dia saat Bai'atur Ridlwan, sungguh seandainya ada orang lain di kota Makkah yang lebih mulia dari 'Utsman bin 'Affan, tentu Beliau akan mengutusnya untuk menggantikan posisi Utsman. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus 'Utsman, sementara peristiwa Bai'atur Ridlwan terjadi setelah 'Utsman berangkat menuju Makkah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dengan membuka telapak tanganya yang kanan: "Ini tangannya 'Utsman" lalu beliau menggenggamkan telapak tagannya yang kanan ke telapak tangan kiri, lalu bersabda: "Ini untuk 'Utsman." Kemudian Ibnu 'Umar berkata kepada orang itu: "Sekarang pergilah kamu dengan membawa keterangan tadi."
Shahih Bukhari 3760: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar Al Barra` bin 'Azib radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjadikan Abdullah bin Jubair sebagai komandan pasukan pejalan kaki pada perang Uhud. Lalu mereka lari berpencar, itulah (peristiwa) ketika Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain menyeru pasukan belakang kalian.
Shahih Bukhari 3761: Dan [Khalifah] berkata kepadaku: telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] dari [Anas] dari Abu Thalhah radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Aku termasuk orang yang terserang rasa kantuk pada perang Uhud, hingga pedangku selalu terjatuh dari tanganku, lalu aku mengambilnya, setelah itu terjatuh lagi, akupun mengambilnya (hingga berulang kali)."
Shahih Bukhari 3762: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Abdullah As Sulami] telah mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] telah menceritakan kepadaku [Salim] dari [Ayahnya] bahwa Dia mendengar saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kepalanya dari rukuk di rakaat terakhir shalat shubuh, beliau mengucapkan: "Ya Allah, laknatlah fulan, fulan dan fulan." yaitu setelah beliau mengucapkan: "Sami'allahu liman hamidah, rabbanaa walakalhamdu." Setelah itu Allah menurunkan ayat: (Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu -hingga firmanNya- Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim) (QS. Ali Imran: 128). Dan dari [Hanzhalah bin Abu Sufyan] aku mendengar [Salim bin Abdullah] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendo'akan (kejelekkan) kepada Shofwan bin Umayyah, Suhail bin 'Amru dan Harits bin Hisyam, lalu turunlah ayat: (Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu -hingga firmanNya- Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim) (QS. Ali Imran: 128).
Shahih Bukhari 3763: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab], [Tsa'labah bin Abu Malik] pernah mengatakan: Sesungguhnya Umar bin Al Khaththab pernah membagi-bagikan kain kepada para wanita penduduk Madinah, hingga tersisa satu kain yang sangat bagus, lalu orang-orang yang ada di sisinya berkata: "Wahai Amirul Mukminin, berikan saja kain tersebut kepada putri (cucu) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!" Maksud mereka adalah Ummu Kultsum binti Ali, lalu 'Umar berkata: "Ummu Salith lebih berhak mendapatkan kain ini, -Ummu Salith adalah seorang wanita Anshar yang pernah berbaiat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-, 'Umar berkata: "Sesungguhnya dia pernah membawakan air minum kami pada perang Uhud."
Shahih Bukhari 3764: Telah menceritakan kepadaku [Abu Ja'far Muhammad bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Hujain bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah] dari [Abdullah bin Al Fadl] dari [Sulaiman bin Yasar] dari [Ja'far bin 'Amru bin Umayyah Adl Dlamri] dia berkata: Aku keluar bersama 'Ubaidullah bin 'Ady bin Hiyar ke Syam. Ketika kami sampai ke Himsh, 'Ubaidullah bin 'Adi berkata kepadaku: "Bagaimana kalau kita menemui [Wahsyi] dan bertanya tentang (peristiwa) terbunuhnya Hamzah?" aku menjawab: "Baiklah." Wahsyi ketika itu tinggal di Himsh, saat kami bertanya tentang dia, maka ditunjukkanlah kepada kami bahwa Wahsyi saat itu berada di bawah bayang-bayang rumahnya, seakan-akan dia adalah seseorang yang berkulit hitam." Ja'far bin 'Amru Ad-Dlamry berkata: "Kami lalu mendatanginya hingga berada di hadapannya, kami mengucapkan salam, dan dia membalasnya. 'Ubaidullah ketika itu melipat penutup kepalanya, sehingga Wahsyi tidak dapat melihatnya kecuali kedua mata Ubaidullah dan kedua kakinya. 'Ubaidullah bertanya: "Wahai Wahsyi, apa engkau mengenaliku?" Wahsyi pun memperhatikannya, lalu dia berkata: "Demi Allah, tidak! Aku tidak mengenalimu, kecuali aku tahu bahwa 'Ady bin Khiyar menikah dengan seorang perempuan yang disebut dengan Ummu Qital, putri Abu Al 'Ish. Darinya lahirlah seorang anak di Makkah, maka dia dimintakan untuk disusukan kepada orang lain lalu aku membawa anak kecil itu sama ibunya, aku pun menyerahkan kepadanya, seakan-akan aku melihatnya sama, jika aku melihat ke kedua kakimu." Ja'far bin 'Amru Ad-Dlamry berkata: setelah itu 'Ubaidullah menyingkapkan wajahnya, lalu dia berkata: "Maukah engkau menceritakan kepada kami tentang terbunuhnya Hamzah?" Wahsyi menjawab: "Baiklah, ketika itu Hamzah membunuh Tu'aimah bin 'Ady pada Perang Badar, lalu tuanku, Zubair bin Muth'im, berkata kepadaku, "Jika kamu berhasil membunuh Hamzah sebagai balas dendam kematian pamanku, maka kamu akan bebas." Ketika orang-orang serentak keluar ke 'Ainain, -suatu gunung kecil di bawah Uhud yang terpisah dengan bukit- saya keluar bersama mereka untuk ikut berperang, ketika pasukan telah berhadap-hadapan untuk berperang, keluarlah Siba' sambil berkata: "Siapakah yang berani bertanding?" mendengar itu Hamzah bin Abdul Al Munthalib keluar sambil berkata: "Wahai anak (yang keluar dari) potongan daging kemaluan perempuan (bahasa celaan dan hinaan terhadap seseorang -pent), apakah kamu akan menantang Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam?" kemudian Hamzah berhasil menghabisinya. Kemudian secara diam-diam aku mengincar Hamzah di balik bebatuan yang besar, hingga ketika dia melewatiku, dan dia sangat dekat denganku, akupun langsung melemparkan tombakku dan tepat mengenai daerah bawah perutnya, hingga keluarlah apa yang di dalam daerah yang terkena lemparan tombak tersebut." Wahsyi melanjutkan, "Dan itulah apa yang akan menjadi janjiku." Ketika orang-orang kembali pulang, akupun kembali bersama mereka." Wahsyi melanjutkan, "Aku tinggal di Makkah sampai Islam tersebar di sana, aku lalu keluar menuju Thaif, ketika penduduk Tha'if mengutus beberapa utusan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka salah seorang utusan berkata kepadaku, "Beliau tidak akan menyakiti utusan." Wahsyi melanajutkan, "Aku pun pergi bersama mereka sampai aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika beliau melihatku, beliau bertanya: "Apakah engkau wahsyi?" aku menjawab, "Benar." Beliau bersabda: "Apakah kamu yang telah membunuh Hamzah?" Wahsyi menjawab, "Perkara itu sebagaimana yang telah sampai kepada anda." Beliau bersabda: "Dapatkah kamu menjauhkan wajahmu dariku?" Wahsyi berkata: "Lalu aku kembali pulang. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal, muncullah Musailamah Al Kadzab, aku berkata: "Aku akan berusaha mencari Musailamah, semoga aku dapat membunuhnya dan menebus kesalahanku karena membunuh Hamzah." lalu aku keluar bersama orang-orang yang akan memerangi Musailamah. Sebuah kesempatan yang kutunggu-tunggu. Aku lalu melihat seorang laki-laki berdiri di salah satu dinding rumah seakan-akan unta abu-abu yang berambut kusut." Wahsyi melanjutkan, "Lalu kulemparkan tombakku hingga tepat mengenai di tengah dadanya sampai tembus ke bahunya." Wahsyi berkata: "Kemudian seorang laki-laki Anshar menyerangnya dan berhasil memenggal kepalanya dengan pedang." [Abdullah bin Al Fadl] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Sulaiman bin Yasar] bahwa dia mendengar [Abdullah bin 'Umar] berkata: "Lalu seorang wanita yang berada diloteng rumahnya mengatakan, "Amirul Mukminin telah dibunuh oleh seorang budak hitam (maksdunya Wahsyi -pent)."
Shahih Bukhari 3765: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Nashr] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] dari [Ma'mar] dari [Hammam] dia mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam bersabda: "Allah sangat murka kepada suatu kaum yang telah memperlakukan Nabi-Nya seperti ini -seraya menunjuk ke gigi serinya-, Allah sangat murka kepada seseorang yang telah diperangi oleh Rasulullah dijalan Allah."
Shahih Bukhari 3766: Telah menceritakan kepadaku [Makhlad bin Malik] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id Al Amawy] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] dari ['Amru bin Dinar] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Allah sangat murka kepada seseorang yang telah dibunuh oleh Nabi shallallahu 'alahi wa sallam (yang berperang) di jalan Allah, Allah sangat murka kepada suatu kaum yang telah membuat wajah Nabiyullah shallallahu 'alahi wa sallam berdarah.
Shahih Bukhari 3767: Bab telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] dari [Abu Hazim] bahwa Dia mendengar [Sahl bin Sa'd] bertanya tentang luka Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam, dia berkata: "Demi Allah, sungguh aku telah mengetahui orang yang telah mengobati luka Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam, orang yang menuangkan air, dan dengan apa beliau diobati." Dia melanjutkan: "Fathimah, putri Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam lah yang telah mencuci (luka beliau), sementara 'Ali bin Abu Thalib menuangkan air dengan menggunakan perisai, ketika Fathimah melihat darah semakin mengalir deras, dia langsung mengambil potongan tikar dan membakarnya, setelah itu dia menempelkan (bekas pembakaran tersebut) pada luka beliau hingga darahnya terhenti, pada waktu itu gigi seri beliau tanggal, wajah beliau terluka dan topi baja beliau pecah."
Shahih Bukhari 3768: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Ali] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] dari ['Amru bin Dinar] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dia berkata: Allah sangat murka terhadap orang yang telah dibunuh Nabi, dan Allah sangat murka kepada seseorang yang membuat wajah Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam terluka.
Shahih Bukhari 3769: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Hisyam] dari [Ayahnya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha Mengenai ayat: ((yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar) (QS. Ali Imran: 172). 'Aisyah berkata kepada 'Urwah: "Wahai keponakanku, sesungguhnya ayahmu termasuk dari mereka (yang diterangkan dalam ayat), yaitu Az Zubair dan Abu Bakar. Ketika Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam terluka pada perang Uhud, disaat beliau khawatir kaum Musyrikin yang telah pergi akan kembali, beliau bersabda: "Siapakah yang akan mengintai mereka?" lalu beliau memilih tujuh puluh orang." Perawi berkata: "Termasuk diantara mereka adalah Abu Bakr dan Az Zubair."
Shahih Bukhari 3770: Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Ali] telah menceritakan kepada kami [Mu'adz bin Hisyam] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Ayahku] dari [Qatadah] dia berkata: Aku belum pernah mendapati diperkampungan orang Arab yang penduduknya lebih banyak mati syahid dan lebih mulia (kedudukannya) pada hari Kiamat daripada orang-orang Anshar." Qatadah berkata: telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik] bahwa di antara mereka yang gugur pada perang Uhud sejumlah tujuh puluh orang, pada peristiwa Bi'rul Ma'unah sejumlah tujuh puluh orang, dan pada perang Yamamah berjumlah tujuh puluh orang." Anas melanjutkan: "Peristiwa Bi'rul Ma'unah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam, sementara perang Yamamah terjadi pada masa Abu Bakar, yaitu peristiwa (pembangkangan) Musailamah Al Kaddzab."
Shahih Bukhari 3771: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Ibnu Syihab] dari [Abdurrahman bin Ka'b bin Malik] bahwa Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma telah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggabungkan (menghimpun) dua orang yang gugur pada perang Uhud dalam satu kain, kemudian beliau bersabda: "Manakah diantara keduanya yang paling banyak hapalan Al Qur'an?" ketika diisyaratkan kepada salah satu dari keduanya, beliau mendahulukannya ketika memasukkan ke dalam lahd, beliau bersabda: "Aku adalah saksi atas mereka." Dan beliau menyuruh mereka untuk menguburkan mereka dengan darah yang ada pada diri mereka, mereka tidak dishalatkan dan tidak dimandikan. [Abu Al Walid] mengatakan dari [Syu'bah] dari [Ibnu Al Munkadir] dia berkata: aku mendengar [Jabir bin Abdullah] dia berkata: "Dihari dibunuhnya ayahku, aku pun menangis sambil menyingkap kain diwajahnya, sementara para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarangku, namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melarangku, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kamu menangisinya -atau kenapa kamu menangisinya?- Para malaikat senantiasa menaungi dengan sayapnya hingga (ruhnya) diangkat."
Shahih Bukhari 3772: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al 'Ala`] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin Abdullah bin Abu Burdah] dari kakeknya yaitu Abu Burdah dari Abu Musa radliyallahu 'anhu, seingatku dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Aku melihat dalam mimpiku bahwa diriku terlihat menghunus pedang, tiba-tiba bagian tengah pedang itu patah dan ternyata itu adalah musibah yang menimpa orang-orang mukmin pada perang Uhud. Setelah itu aku pun terlihat menghunus pedang lagi dan ternyata pedang itu lebih baik dari yang pertama. Itulah kemenangan yang diberikan Allah dan bersatunya orang-orang Mukmin. Dan dalam mimpiku juga, aku melihat sapi -dan Allah Maha Baik- ternyata tafsiran mimpi itu adalah orang-orang mukmin yang mati syahid dalam perang Uhud."
Shahih Bukhari 3773: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Syaqiq] dari Khabbab radliyallahu 'anhu dia berkata: Kami pernah berhijrah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam demi mengharap ridla Allah, dan balasan kami telah ditulis di sisi Allah, diantara kami sudah ada yang berlalu atau pergi sebelum menikmati balasan (dunia) sedikitpun, diantara mereka adalah Mush'ab bin Umair, ia terbunuh pada saat perang Uhud dan tidak meninggalkan apa-apa melainkan sehelai kain, apabila kami menutup bagian kepala, maka kedua kakinya tersingkap, dan jika kami menutupi kakinya, maka bagian kepalanya tersingkap, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tutuplah bagian kepalanya, dan jadikanlah (sesuatu dari) idzkhir untuk menutup kedua kakinya." Atau beliau bersabda: "Letakkanlah al idzkhir untuk menutupi kedua kakinya." Dan diantara kami ada yang buahnya telah matang, lalu ia pun memetiknya.
Shahih Bukhari 3774: Telah menceritakan kepadaku [Nashr bin Ali] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Ayahku] dari [Qurrah bin Khalid] dari [Qatadah] aku mendengar Anas radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ini adalah gunung yang mencintai kami dan kami pun mencintainya."
Shahih Bukhari 3775: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari ['Amru] mantan budak Al Mutthalib, dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendaki bukit Uhud, lalu beliau bersabda: "Ini adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya, ya Allah sesungguhnya Ibrahim telah mensucikan kota Makkah, dan aku pun mensucikan kota yang berada diantara dua batu hitam (yaitu Madinah)."
Shahih Bukhari 3776: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Yazid bin Abu Habib] dari [Abu Al Khair] dari ['Uqbah] bahwa Suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar lalu mengerjakan shalat untuk para syuhada perang Uhud, yaitu shalat jenazah, setelah itu beliau menuju mimbar dan bersabda: "Aku akan mendahului kalian dan aku menjadi saksi atas kalian, bahwa aku, demi Allah, sekarang sedang melihat telagaku (di surga) dan sungguh aku telah diberikan kunci-kunci perbendaharaan bumi -atau kekayaan bumi- dan aku demi Allah, tidak lebih takut bahwa kalian akan berbuat syirik sepeninggalku, tapi yang lebih aku takutkan adalah kalian akan saling memperebutkannya (harta dunia)."
Shahih Bukhari 3777: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam bin Yusuf] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari ['Amru bin Abu Sufyan Ats Tsaqafi] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus sekelompok pasukan pengintai yang dipimpin oleh 'Ashim bin Tsabit -dia adalah kakek 'Ashim bin Umar- Lalu mereka berangkat, mereka kemudian singgah disuatu tempat antara 'Usfan dan Makkah, keberadaan mereka diberitahukan kepada suatu perkampungan dari suku Hudzail, mereka biasa disebut dengan Bani Lahyan. Maka mereka diikuti oleh orang-orang dari perkampungan tersebut, yaitu sekitar seratus orang pemanah, mereka mengikuti jejak para sahabat tersebut, sesampainya mereka di suatu persinggahan yang pernah disinggahi oleh para sahabat, mereka mendapati biji kurma Madinah yang dibawa oleh para sahabat sebagai perbekalan mereka, mereka berkata: "Ini adalah kurma Madinah." Mereka terus mengikuti para sahabat sehingga berhasil menyusulnya, ketika 'Ashim bin Tsabit dan para sahabatnya merasakan kehadiran orang-orang itu, para sahabat langsung berlindung dibalik bukit, orang-orang itu datang dan langsung mengepung, mereka berkata: "Turunlah kalian, kalian dapat membuat perjanjian dan kesepakatan, supaya kami tidak membunuh seorang pun dari kalian." 'Ashim bin Tsabit berkata: "Demi Allah, aku tidak akan berada dalam lindungan orang kafir, ya Allah beritahukanlah kabar kami kepada Nabi-Mu shallallahu 'alaihi wa sallam." Lalu mereka menyerang para sahabat hingga berhasil membunuh 'Ashim bersama tujuh pemanah lainnya, tinggal tersisa Khubaib, Zaid dan seorang sahabat lagi. Lalu mereka membuat perjanjian dan kesepakatan dengan mereka jika bersedia untuk turun dan menyerahkan diri. Tatkala pasukan tersebut telah menyandera tiga utusan Nabi, mereka memudar tali anak panah mereka untuk mengikat sandra mereka dengan tali itu, maka laki-laki yang ketiga berkata: "Ini adalah pengkhinatan pertama, demi Allah aku tidak akan menjadi teman kalian." Lalu mereka menyeretnya, namun ia tetap berontak, akhirnya mereka membunuhnya dan mereka pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid hingga mereka menjualnya di Makkah. Bani Harits bin 'Amir bin Naufal lalu membeli Khubaib. -Khubaib adalah orang yang telah membunuh Al Harits ketika perang Badar- Khubaib menjadi tawanan bagi mereka hingga mereka sepakat untuk membunuhnya, lalu Khubaib meminjam pisau kecil dari salah satu anak perempuan Al Harits untuk membersihkan bulu kemaluannya, lalu ia meminjamkannya kepada Khubaib. Wanita itu berkata: "Namun aku lalai dengan anak laki-laki kecilku, anak itu datang kepadanya, lalu ia mengambilnya dan mendudukkanya diatas pangkuannya. Ketika aku melihatnya, aku sangat takut dengan rasa takut yang bisa ia pahami, sedangkan pisau kecil masih ada dalam tangannya." Khubaib berkata: "Apakah kamu takut kalau aku akan membunuhnya?, Insya Allah aku tidak akan melakukan itu." Wanita itu berkata: "Demi Allah aku tidak pernah melihat tawanan yang sangat baik seperti Khubaib, aku pernah melihatnya memakan setangkai anggur di tangannya dalam keadaan terikat dengan rantai besi, padahal di Makkah tidak ada buah anggur, tidaklah hal itu melainkan rizqi yang Allah berikan kepada Khubaib." Lalu mereka membawa Khubaib keluar dari Haram untuk membunuhnya. Khubaib berkata: "Berikanlah kesempatan kepadaku untuk mengerjakan (shalat) dua raka'at!" Setelah itu Khubaib kembali kepada mereka dan berkata: "Sekiranya aku tidak khawatir kalian menganggapku takut dari kematian, niscaya aku akan menambah bilangan raka'atku." Dan dialah orang yang pertama kali melakukan shalat dua raka'at sebelum menghadapi kematian, kemudian ia berkata: "Ya Allah hitunglah jumlah mereka." kemudian dia melanjutkan: "Aku tak peduli bila terbunuh sebagai seorang muslim, di bagian manapun hanya untuk Allah kematianku, yang demikian bagi Sang Ilah, jika Dia berkehendak akan memberkahi semua persendian jasad yang terpisah." Lalu berdirilah 'Uqbah bin Al Harits dan membunuhnya. Orang-orang Quraisy kemudian mengutus utusan kepada 'Ashim untuk mendapatkan sebagian jasadnya sebagai bukti, sebab ia telah membunuh sebagian besar dari para pembesar mereka pada perang Badar, ternyata Allah mengutus semacam gulungan debu yang menggulung utusan mereka hingga mereka tidak berhasil mengambil sedikit pun dari jasad Khubaib.
Shahih Bukhari 3778: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] dia mendengar [Jabir] berkata: "Yang membunuh Khubaib adalah Abu Sirwa'ah."
Shahih Bukhari 3779: Telah menceritakan kepada kami [Abu Ma'mar] telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] dari Anas radliyallahu 'anhu, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus tujuh puluh orang untuk suatu keperluan, mereka disebut sebagai qurra` (para ahli al Qur'an), mereka di hadang oleh penduduk dari bani Sulaim, Ri'l dan Dzakwan dekat mata air yang disebut dengan Bi'r Ma'unah, mereka berkata: "Demi Allah, bukan kalian yang kami inginkan, kami hanya ada perlu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Mereka akhirnya membunuh para sahabat tersebut, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kecelakan kepada mereka (Sulaim, Ri'l dan Dzakwan) selama sebulan pada shalat shubuh, itu adalah awal kali dilakukannya qunut, sebelumnya kami tidak pernah melakukan do'a qunut." [Abdul Aziz] mengatakan: seseorang bertanya kepada [Anas] tentang qunut, apakah ia dikerjakan setelah rukuk ataukah setelah selesai membaca ayat?" Anas menjawab: "Tidak, bahkan dikerjakan setelah selesai membaca ayat."
Shahih Bukhari 3780: Telah menceritakan kepada kami [Muslim] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] telah menceritakan kepada kami [Qatadah] dari [Anas] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah qunut selama sebulan setelah rukuk, beliau mendo'akan (kecelakaan atas) penduduk sekitar arab."
Shahih Bukhari 3781: Telah menceritakan kepadaku [Abdul A'la bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, bahwa Dzakwan, 'Ushayyah dan bani Lahyan meminta bantuan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menghadapi musuh, lalu beliau mengirim bala bantuan tujuh puluh sahabat Anshar, kami menyebut mereka sebagai Al Qurra' di zaman mereka. Mereka biasa mencari kayu bakar di siang hari dan shalat malam di malam harinya, ketika mereka tiba di Bi'rul Ma'unah, mereka (orang-orang kafir) membunuh dan mengkhianati mereka. Ketika peristiwa itu sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau melaksanakan qunut selama sebulan dalam shalat shubuh, beliau mendo'akan kecelakaan terhadap penduduk di antara penduduk-penduduk Arab, yaitu Ri'l, Dzakwan, 'Ushayyah serta bani Lahyan. Anas berkata: Maka kami membaca (kisah mereka yang diabadikan) dalam Al Quran, namun kemudian itu dimansukh (dihapus), yaitu ayat yang berbunyi 'Sampaikanlah kisah kami kepada kaum kami, bahwa kami telah berjumpa dengan Rabb kami, Dia meridlai kami dan kami pun ridla dengan-Nya'." Dan dari [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dia menceritakan kepadanya, bahwa Nabiyullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan qunut dishalat shubuh selama sebulan, beliau mendo'akan kebinasaan beberapa perampungan Arab seperti Ri'l, Dzakwan, 'Ushayyah dan bani Lahyan." [Khalifah] menambahkan: telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] telah menceritakan kepada kami [Anas] bahwa ketujuh puluh sahabat Anshar tersebut dibunuh di Bi'rul Ma'unah (kami membaca) dalam Al Qur'an. sebagaimana riwayat di atas."
Shahih Bukhari 3782: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Hammam] dari [Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Anas], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus paman beliau, yaitu saudara laki-laki Ummu Sulaim, untuk menyertai tujuh puluh orang sahabatnya yang kemudian terbunuh di Bi'rul Ma'unah. Pemimpin musyrik pada saat itu adalah 'Amir bin Thufail, ia memberikan tiga pilihan. Thufail mengatakan, 'Bagimu penduduk Sahl dan untukku penduduk Madar, atau aku menjadi pemimpin bagimu atau aku akan memerangimu dengan mengerahkan penduduk Ghathafan sebanyak seribu dan seribu.' Amir ditikam di rumah Ummu Fulan, lalu dia berkata: 'Penyakit seperti penyakit unta, di rumah seorang wanita dari keluarga bani fulan, datangkan kudaku kepadaku.' Maka ia meninggal di atas kudanya. Lalu berangkatlah Haram, yaitu saudara Ummu Sulaim -dia adalah seorang laki-laki yang cacat- dan dia berangkat bersama seorang laki-laki dari Bani Fulan, dia berkata: "Hendaknya posisi kalian berada dekat denganku, hingga aku dapat mendatangi mereka, jika mereka memberikan jaminan keamanan kepadaku, kalian dekat, namun jika mereka membunuhku, maka mereka dapat mendatangi sahabat kalian." Haram lalu angkat bicara: "Apakah kalian mempercayaiku jika aku akan menyampaikan risalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" kemudian Haram mengajak bicara mereka, ternyata mereka memberi isyarat kepada salah seorang di antara mereka, lantas laki-laki tersebut mendatangi dari belakang dan menikamnya dengan tombak hingga tembus." Haram berkata: "Allahu akbar, demi Rabb Ka'bah aku menang." Akhirnya semua sahabat ditangkap dan dibunuh selain laki-laki yang cacat, ketika itu ia tengah berada di puncak gunung, maka Allah menurunkan ayat-Nya kepada kami, kemudian ayat tersebut termasuk yang dimansukh, yaitu ayat: "Sesungguhnya kami telah menemui Rabb kami, maka Dia meridlai kami dan kamipun ridla terhadap-Nya." Setelah itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kebinasaan kaum tersebut selama tiga puluh hari, yaitu terhadap Ri'l, Dzakwan, Lahyan dan 'Ushayyah yang telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3783: Telah menceritakan kepadaku [Hibban] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Tsumamah bin Abdullah bin Anas] bahwa dia mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Ketika Haram bin Milhan ditikam -dia adalah paman beliau- pada peristiwa Bi'rul Ma'unah, dia memercikkan darahnya ke wajah dan kepalanya, lalu dia berkata: "Demi Rabb pemilik Ka'bah, aku telah menang."
Shahih Bukhari 3784: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [Ayahnya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha, dia berkata: Abu Bakar pernah meminta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk hijrah ketika gangguan (orang-orang Quraisy) semakin menjadi-jadi, lalu beliau bersabda kepadanya: "Berdiam saja dulu." Abu Bakar berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda hendak menunggu perintah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku berharap hal itu." 'Aisyah melanjutkan: "Abu Bakar lalu menunggu (perintah hijrah), suatu hari yaitu diwaktu siang, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemuinya, beliau lalu menyerunya: "Suruhlah orang-orang yang ada di sisimu untuk keluar." Abu Bakar menjawab: "Sesungguhnya dia adalah kedua puteriku." Beliau bersabda: "Apakah kamu merasa bahwa diriku telah diizinkan untuk berhijrah?" Abu Bakar berkata: "Apa perlu ditemani?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Benar, aku perlu ditemani." Abu Bakar berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua ekor unta yang telah aku persiapkan untuk berhijrah." Kemudian Abu Bakar memberi salah satu hewan tunggannya, yaitu al Jad'a`, keduanya pun berangkat hingga sampai di gua Tsur lalu keduanya bersembunyi di dalamnya. Sementara Amir bin Fuhairah adalah seorang budak milik Abdullah bin Thufail bin Sahbarah, saudara seibu 'Aisyah, dan Abu Bakar juga memiliki beberapa ekor kambing perah, yang setiap pagi dan sore dibawa oleh Amir bin Fuhrairah untuk keduanya. Kemudian ia pergi dimalam hari untuk menemui keduanya, selepas itu Amir bin Fuhairah pergi merumput sehingga tak satupun dari para penggembala yang tahu, tatkala Amir bin Fuhairah berangkat, maka Abu Bakar dan Nabi keluar mengikuti dari belakang hingga keduanya tiba di Madinah. Dan Amir bin Fuhairah gugur pada peristiwa Bi'rul Ma'unah. Dan dari Abu Usamah dia berkata: Hisyam bin 'urwah mengatakan: telah mengabarkan kepadaku Ayahku dia berkata: "Ketika para sahabat dibunuh di Bi'rul Ma'unah dan 'Amr bin Umayyah Adh Dlamri ditawan, Amir bin Thufail kemudian berkata kepadanya: "Ini adalah Amir bin Fuhairah." Ia berkata: "Sungguh aku telah melihatnya setelah dibunuh dia diangkat ke langit hingga aku melihat ke langit, dia berada di antara langit dan bumi, lalu dia diturunkan. Ketika berita (kematian) mereka sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau pun mengabarkan berita kematian mereka sambil bersabda: "Sesungguhnya sahabat-sahabat kalian telah terbunuh, mereka meminta kepada Rabb mereka dengan mengatakan, "Wahai Rabb kami, sampaikan berita kami kepada saudara-saudara kami tentang apa yang membuat kami ridla terhadap-Mu dan Engkau ridla terhadap kami." maka Allah mengabarkan berita mereka." Diantara mereka yang terbunuh pada peristiwa tersebut adalah Urwah bin Asma' bin Ash Shalt, lantas 'Urwah pun diberi nama sesuai dengan namanya, begitu juga dengan Mundzir bin Amir yang kemudian diberikan sebagai nama bagi Mundzir."
Shahih Bukhari 3785: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Sulaiman At Taimi] dari [Abu Mijlaz] dari Anas radliyallahu 'anhu, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan qunut setelah rukuk selama sebulan, beliau mendo'akan kebinasaan terhadap Ri'l, Dzakwan, beliau bersabda: "'Ushayyah adalah kaum yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya."
Shahih Bukhari 3786: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah] dari [Anas bin Malik] dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kebinasaan terhadap kaum yang telah membunuh para sahabat beliau di Bi'rul Ma'unah selama tiga puluh hari, beliau mendo'akan (kebinasaan) terhadap Ri'l, Lahyan dan 'Ushayyah yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Anas mengatakan: Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat untuk memberitahukan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai orang-orang yang terbunuh di peristiwa Bi'rul Ma'unah, dan ayat tersebut sempat kami baca hingga akhirnya dimansukh, ayat itu adalah "Sesungguhnya kami telah berjumpa dengan Rabb kami, dan Rabb kamipun ridla terhadap kami, dan kamipun ridla terhadap-Nya)"
Shahih Bukhari 3787: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] telah menceritakan kepada kami ['Ashim Al Ahwal] dia berkata: Aku bertanya kepada Anas bin Malik radliyallahu 'anhu mengenai qunut dalam shalat, Anas menjawab: "Benar." Aku bertanya lagi: "Apakah dilaksanakan sebelum rukuk atau setelahnya?" Anas menjawab: "Sebelum rukuk." Aku lalu berkata: "Sesungguhnya fulan mengabarkan kepadaku bahwa anda mengatakan setelah rukuk!" Anas menjawab: "Dia telah berdusta! Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melaksanakan qunut setelah rukuk selama sebulan, yaitu ketika beliau mengutus sekelompok sahabatnya yang disebut Qurra' (orang yang ahli dalam al Qur'an), mereka berjumlah tujuh puluh orang, mereka diutus kepada sekelompok orang dari kaum Musyrikin, sementara antara kaum tersebut dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ada perjanjian, namun kaum yang ada perjanjian dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengkhianatinya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan qunut setelah rukuk selama sebulan untuk mendo'akan kebinasaan atas mereka."
Shahih Bukhari 3788: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari ['Ubaidullah] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Nafi'] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Ketika usianya empat belas tahun dia pernah dihadapkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (untuk ikut) pada peristiwa peperang Uhud, namun beliau tidak mengizinkannya, dan ketika berusia lima belas tahun, dia dihadapkan kepada beliau untuk mengikuti perang Khandaq, maka beliau mengizinkannya."
Shahih Bukhari 3789: Telah menceritakan kepadaku [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] dari [Abu Hazim] dari Sahl bin Sa'd radliyallahu 'anhu, dia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Khandaq, sementara para sahabat tengah menggali parit, sedangkan kami yang mengangkuti tanah di atas pundak kami. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda: "Ya Allah, tidak ada kehidupan (yang hakiki) kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Muhajirin dan Anshar."
Shahih Bukhari 3790: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin 'Amru] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] dari [Humaid] aku mendengar Anas radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju khandaq (parit), sementara kaum Muhajirin dan Anshar tengah menggali parit dipagi hari yang sangat dingin, sementara mereka tidak memiliki budak-budak yang membantu mereka bekerja, ketika beliau melihat mereka kepayahan dan kelaparan, beliau bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya kehidupan (yang hakiki) adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin." Mendengar itu, para sahabat menjawab: "Kami adalah orang-orang yang telah berba'iat kepada Muhammad diatas Jihad, dan kami masih tetap seperti itu selama-lamanya."
Shahih Bukhari 3791: Telah menceritakan kepada kami [Abu Ma'mar] telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] dari [Abdul Aziz] dari Anas radliyallahu 'anhu, dia berkata: Ketika kaum Muhajirin dan Anshar tengah menggali parit di sekeliling Madinah, dan memikul tanah di atas pundak-pundak, mereka bersenandung: "Kami adalah orang-orang yang telah berbai'at kepada Muhamamd diatas Islam, dan kami masih tetap seperti itu selama-lamanya." Anas melanjutkan: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar itu, maka beliau membalasnya: "Ya Allah, sesungguhnya tidak ada kebaikan (yang hakiki) kecuali kebaikan akhirat, maka berkahilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Shahih Bukhari 3792: Telah menceritakan kepada kami [Khallad bin Yahya] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid bin Aiman] dari [Ayahnya] dia berkata: aku pernah menemui Jabir radliyallahu 'anhu maka dia berkata: Ketika kami menggali parit pada peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami, lalu para sahabat menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata: "Batu yang sangat keras ini telah menghalangi kami dalam menggali parit." lalu beliau bersabda: "Aku sendiri yang akan turun." Kemudian beliau berdiri (di dalam parit), semntara perut beliau tengah diganjal dengan batu (karena lapar). Semenjak tiga hari kami lalui tanpa ada makanan yang dapat kami rasakan, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil kampak dan memukulkan pada batu tersebut hingga ia menjadi pecah berantakan -atau hancur-. Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk ke rumah." Setelah itu kukatakan kepada isteriku: "Aku melihat pada diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sesuatu yang aku sendiri tidak tega melihatnya, apakah kamu memiliki sesuatu (makanan)?" isteriku menjawab: "Aku memiliki gandum dan anak kambing." Kemudian ia meyembelih anak kambing tersebut dan membuat adonan gandum hingga menjadi makanan dalam tungku, setelah itu aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sementara adonan mulai matang, dan periuk berada diantara dua tungku api dan hampir masak, maka aku berkata: "Aku memiliki sedikit makanan. maka berdirilah wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama dengan satu atau dua orang saja." Beliau bersabda: "Untuk berapa orang?" Lalu aku memberitahukan kepada beliau, beliau bersabda: "Tidak mengapa orang banyak untuk datang." Beliau bersabda lagi: "Katakan kepada isterimu, jangan ia angkat periuknya dan adonan roti dari tungku api hingga aku datang." Setelah itu beliau bersabda: "Bangunlah kalian semua." Bergegas kaum Muhajirin dan Anshar berdiri berangkat, ketika Jabir menemui isterinya, dia berkata: "Waduh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang bersama mereka." Isteri Jabir berkata: "Memang beliau (Rasulullah) memintamu yang demikian?" Jabir menjawab: "Ya, begitu." Lalu Rasulullah berkata: "Masuklah dan jangan berdesak-desakan." Kemudian Rasulullah mencuil-cuil roti dan ia tambahkan dengan daging, dan ia tutup periuk dan tungku api. Selanjutnya beliau ambil dan beliau dekatkan kepada para sahabatnya. Lantas beliau ambil kembali periuk itu dan terus menerus beliau lakukan antara mencuili roti dan menciduknya hingga semua sahabat kenyang dan masih menyisakan sisa. Setelah itu beliau bersabda: "Sekarang makanlah engkau (maksudnya isteri Jabir) dan kalau bisa, hadiahkanlah kepada yang lain, sebab orang-orang, banyak yang masih kelaparan."
Shahih Bukhari 3793: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Ali] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim] telah mengabarkan kepada kami [Hanzhalah bin Abu Sufyan] telah mengabarkan kepada kami [Sa'id bin Mina'] dia berkata: aku mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan lapar. Karena itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya: "Apakah engkau mempunyai makanan? Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang lapar." Maka dikeluarkannya suatu karung, di dalamnya terdapat satu sha' (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adonan tepung. Ketika aku selesai mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Isteriku berkata kepadaku: "Janganlah kamu mempermalukanku dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat beliau." Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya: "Wahai Rasulullah! Aku menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adonan satu sha' gandum yang kami miliki. Karena itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berteriak: "Hai para penggali Khandaq! Jabir telah membuat hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan bersama-sama!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata kepada Jabir: "Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adonan rotimu sebelum aku datang." Lalu aku pulang. Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata: "Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini!" Jawabku: "Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku." Maka aku mengeluarkan adonan roti kami, kemudian Nabi meludahi adonan itu untuk memberi keberkahan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat memasak kambing), maka beliau meludahi dan mendo'akan keberkahan kepadanya, sesudah itu beliau berkata kepada isteriku: "Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke mangkok langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu." Kala itu para sahabat semuanya berjumlah seribu orang. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adonan masih seperti semula.
Shahih Bukhari 3794: Telah menceritakan kepadaku [Utsman bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dari [Ayahnya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha Mengenai ayat: (ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka) (QS. Al Ahzab: 10), dia berkata: "Hal itu terjadi ketika perang Khandaq."
Shahih Bukhari 3795: Telah menceritakan kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari Al Barra` radliyallahu 'anhu dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ikut mengangkuti tanah pada perang Khandaq, hingga perutnya penuh debu -atau perutnya berdebu-, beliau bersabda: "Demi Allah, seandainya bukan karena Allah, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami (Ya Allah), serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya." Dan beliau menyenandungkan itu sambil mengeraskan suaranya: "kami menolaknya, kami menolaknya."
Shahih Bukhari 3796: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Syu'bah] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Al Hakam] dari [Mujahid] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Aku ditolong dengan bantuan angin (yang bertiup dari timur) sedangkan kaum 'Aad dihancurkan dengan angin (yang bertiup dari barat)."
Shahih Bukhari 3797: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Utsman] telah menceritakan kepada kami [Syuraih bin Maslamah] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Yusuf] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Ayahku] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar [Al Barra` bin Azib] bercerita, dia berkata: Pada waktu perang Ahzab atau Khandaq, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat tanah parit, sehingga debu-debu itu menutupi kulit beliau dari (pandangan) ku, saat itu beliau bersenandung dengan bait-bait syair yang pernah diucapkan oleh Ibnu Rawahah, sambil mengangkat tanah beliau bersabda: "Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu, maka kami tidak akan mendapatkan petunjuk, tidak akan bersedekah dan tidak akan melakukan shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami, serta kokohkan kaki-kaki kami apabila bertemu dengan musuh. Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berlaku semena-mena kepada kami, apabila mereka menghendaki fitnah, maka kami menolaknya." Beliau menyenandungkan itu sambil mengeraskan suara diakhir baitnya."
Shahih Bukhari 3798: Telah menceritakan kepadaku ['Abdah bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Abdusshamad] dari [Abdurrahman] -yaitu Ibnu Abdullah bin Dinar- dari [Ayahnya] bahwa Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: "Pertama kali (perang) yang aku ikuti adalah perang Khandaq."
Shahih Bukhari 3799: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [Ibnu Umar] dia berkata: dan telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Thawus] dari [Ikrimah bin Khalid] dari [Ibnu 'Umar] dia berkata: Aku pernah masuk menemui Hafshah, sementara rambut sebelah atasnya masih meneteskan air, aku berkata: "Sungguh, keadaan manusia seperti yang telah kamu lihat, dan aku tidak mendapatkan bagian sedikitpun dari urusan tersebut." Maka Hafshah berkata: "Susullah, sesungguhnya mereka sedang menunggumu, dan aku khawatir sikapmu yang tidak bergabung dengan mereka akan menimbulkan perpecahan." Dia tidak membiarkannya hingga pergi, ketika orang-orang terpecah, maka Mu'awiyah berkhutbah seraya berkata: "Barangsiapa ingin berbicara dalam masalah ini, hendaknya ia menampakkan mukanya kepada kami, sungguh kami lebih berhak daripada dirinya dan ayahnya." Habib bin Maslamah berkata: "Apakah kamu tidak menjawabnya?" Abdullah berkata: "Aku melepaskan jubahku (ujung kain penutup), dan aku berniat mengatakan: "Orang yang berhak dalam urusan ini adalah mereka yang memerangimu dan ayahmu atas nama Islam, namun aku khawatir mengucapkan satu kalimat yang akan menyebabkan persatuan terpecah belah dan menumpahkan darah serta dipahami dariku selain itu, aku teringat terhadap apa yang dijanjikan Allah dalam surga." Habib berkata: "Kamu telah dijaga dan dipelihara." [Mahmud] mengatakan: dari [Abdurrazaq] dengan kalimat "Nausaatuha."
Shahih Bukhari 3800: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Ishaq] dari [Sulaiman bin Shurad] dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika selesai perang Ahzab: "Sekarang kita akan menyerang mereka, dan mereka tidak akan menyerang kita."
Shahih Bukhari 3801: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] telah menceritakan kepada kami [Isra'il] aku mendengar [Abu Ishaq] berkata: aku mendengar [Sulaiman bin Shard] berkata: aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika perang Al-Ahzab dimulai: "Sekarang kita akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita, dan kita akan menghadapi mereka."
Shahih Bukhari 3802: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Rauh] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Muhammad] dari ['Abidah] dari 'Ali radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda pada perang Khandaq: "Semoga Allah memenuhi rumah dan kubur mereka dengan api karena mereka telah menyibukkan kita hingga (tidak dapat melaksanakan) shalat Al Wustha (Ashar) sampai matahari terbenam."
Shahih Bukhari 3803: Telah menceritakan kepada kami [Al Makki bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Yahya] dari [Abu Salamah] dari [Jabir bin Abdullah] bahwa Pada saat perang Khandaq, 'Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu datang setelah matahari terbenam sambil mengumpat orang-orang kafir seraya berkata: "Wahai Rasulullah, aku hampir saja tidak mendirikan shalat hingga matahari terbenam." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Demi Allah, aku juga belum melaksanakan shalat." Kemudian kami singgah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Buthan kemudian beliau berwudlu' begitu juga kami berwudlu' lalu kami mendirikan shalat 'Ashar setelah matahari terbenam. Setelah itu beliau mendirikan shalat Maghrib.
Shahih Bukhari 3804: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Ibnu Al Munkadir], ia berkata: aku mendengar [Jabir] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada perang Ahzab: "Siapakah yang dapat membawa berita musuh kepada kami?" Az Zubair berkata: "Saya." Beliau bersabda: "Siapakah yang dapat membawa berita musuh kepada kami?" Az Zubair menjawab: "Saya." Beliau bersabda: "Siapakah yang dapat membawa berita musuh kepada kami?" Lagi-lagi Az Zubair menjawab: "Saya." Selanjutnya beliau bersabda: "Sesungguhnya setiap Nabi memiliki hawariy (pengikut setia) dan hawariyku adalah Az Zubair."
Shahih Bukhari 3805: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Sa'id bin Abu Sa'id] dari [Bapaknya] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Laa ilaaha illallahu wahdah, a'azza jundahu wa nashara 'abdahu wa ghalabal ahzaab wahdahu falaa syai'a ba'dah (Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, Yang memenangkan tentara-Nya, menolong hamba-Nya, Dia sendiri yang akan mengalahkan pasukan sekutu dan tidak ada sesuatupun sesudah Dia)."
Shahih Bukhari 3806: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad] telah mengabarkan kepada kami [Al Fazariy] dan ['Abdah] dari [Isma'il bin Abu Khalid], ia berkata: aku mendengar Abdullah bin Abu Aufa radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kebinasaan bagi pasukan Ahzab (sekutu): "Ya Allah, Yang menurunkan Kitab, Yang cepat hisab-Nya, kalahkanlah pasukan sekutu. Ya Allah, taklukanlah mereka dan cerai-beraikanlah mereka."
Shahih Bukhari 3807: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Muqatil] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Musa bin 'Uqbah] dari [Salim] dan [Nafi'] dari Abdullah radliyallahu 'anhu bahwa Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari suatu peperangan, haji atau 'umrah beliau memulainya dengan bertakbir sebanyak tiga kali, lalu mengucapkan: "Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai'in qadiir. Aayibuuna taa'ibuuna 'aabiduuna saajiduuna lirabbinaa haamiduun. Shadaqallahu wahdahu wa nashaa 'abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah, (Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Tunggal. Yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya pujian dan Dia Maha berkuasa atas segala sesuatu. Kita kembali, sebagai hamba yang bertaubat, ber'ibadah, sujud untuk Rabb kita dan yang memuji-Nya. Allah Maha Benar dengan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan sendiri musuh-musuh-Nya)."
Shahih Bukhari 3808: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] dari [Hisyam] dari [Bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha, ia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari perang Khandaq, setelah beliau meletakkan senjata dan mandi, malaikat Jibril 'alaihis salam datang menemui beliau seraya berkata: "Apakah anda hendak meletakan senjata? Demi Allah kami tidak akan meletakkannya. Keluarlah anda (untuk memerangi) mereka." Beliau bertanya: "Kemana?" Jibril menjawab: "Kesana." Jibril memberi isyarat (untuk pergi memerangi) Bani Quraizhah. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat menyerbu mereka.
Shahih Bukhari 3809: Telah menceritakan kepada kami [Musa] telah menceritakan kepada kami [Jarir bin Hazim] dari [Humaid bin Hilal] dari Anas radliyallahu 'anhu, ia berkata: "Seolah-olah aku melihat debu-debu beterbangan di lorong-lorong jalan suku Bani Ghanmin. Hal ini sebagai bukti keterlibatan malaikat Jibril shalawatullah 'alaihi ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerbu perkampungan Bani Quraizhah."
Shahih Bukhari 3810: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad bin Asma'] telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah bin Asma'] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika perang Al-Ahzab: "Janganlah seseorang melaksanakan shalat 'Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah." Setelah berangkat, sebagian dari pasukan melaksanakan shalat 'Ashar di perjalanan sementara sebagian yang lain berkata: "Kami tidak akan shalat kecuali setelah sampai di perkampungan itu." Sebagian yang lain beralasan: "Justru kita harus shalat, karena maksud beliau bukan seperti itu." Setelah kejadian ini diberitahukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau tidak menyalahkan satu pihakpun.
Shahih Bukhari 3811: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Al Aswad] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir]. -Dan diriwayatkan dari jalur lain- telah menceritakan kepadaku [Khalifah] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir], ia berkata: aku mendengar [Bapakku] dari Anas radliyallahu 'anhu, ia berkata: Seseorang memberikan kebun kurma kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika Bani Quraizhah dan Bani Nadlir dapat ditaklukkan. Orang itu berkata: "Sesungguhnya keluargaku menyuruh aku untuk menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu meminta apa yang telah aku berikan atau sebagiannya." Sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan kebun kurma itu kepada Ummu Aiman. Lalu Ummu Aiman datang dan meletakkan kain di leherku seraya berkata: "Sekali-kali tidak. Demi Dzat Yang tidak ada sesembahan selain Dia, janganlah engkau berikan kepada mereka karena engkau telah memberikannya kepadaku." Atau sebagaimana yang telah dikatakan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kamu mendapatkan bagian segini." Ummu Aiman berkata: "Tidak, demi Allah." Akhirnya beliau memberikan kepadanya. Perawi berkata: Aku kira dia (Anas) berkata: "Sepuluh kali lipat atau sekitar itu atau sebagaimana yang telah dikatakan."
Shahih Bukhari 3812: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'ad], ia berkata: aku mendengar [Abu Umamah] berkata: aku mendengar Abu Sa'id Al Khudri radliyallahu 'anhu berkata: Penduduk Quraizhah setuju dengan ketetapan hukum yang akan diputuskan oleh Sa'ad bin Mu'adz. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus seseorang untuk memanggilnya, lalu dia datang dengan mengendarai keledai. Ketika dekat dengan masjid, beliau berkata kepada kaum Anshar: "Berdirilah kalian untuk pemimpin kalian atau orang terbaik kalian!" Beliau melanjutkan sabdanya: "Mereka telah setuju dengan keputusanmu." Sa'ad berkata: "Aku akan memutuskan kepada mereka, bunuhlah para tentara perang mereka dan tawanlah anak-anak dan wanita mereka." Beliau bersabda: "Sungguh kamu telah memutuskan hukum kepada mereka dengan hukum Allah." -Atau bersabda- "Dengan hukum Raja diraja."
Shahih Bukhari 3813: Telah menceritakan kepadaku [Zakariya' bin Yahya] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Numair] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha, ia berkata: Sa'ad terluka pada perang Khandaq karena panah seorang Quraisy bernama Hibban bin 'Ariqah, -dia adalah Hibban bin Qais dari Bani Ma'ish bin 'Amir bin Lu'ay- Dia memanahnya tepat mengenai urat bahu Sa'ad. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membuatkan kemah dekat masjid supaya mudah menjenguknya. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari perang Khandaq, beliau meletakkan senjata lalu mandi, Malaikat Jibril 'alaihis salam datang menemui beliau sambil mengibaskan debu dari kepalanya seraya berkata: "Apakah anda hendak meletakan senjata? Demi Allah, kami tidak akan meletakkannya. Keluarlah anda (untuk menyerbu) mereka." Beliau bertanya: "Kemana?" Jibril memberi isyarat (untuk menyerbu) Bani Quraizhah. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat menyerbu mereka. Akhirnya Bani Quraizhah sepakat tunduk pada hukum beliau. Namun beliau menyerahkannya kepada Sa'ad. Sa'ad lantas berkata: "Aku akan memutuskan (hukuman) kepada mereka, agar engkau membunuh para tentara perang mereka dan menawan wanita dan anak-anak mereka serta membagi-bagikan harta mereka." Hisyam berkata: Bapakku telah mengabarkan kepadaku dari 'Aisyah bahwa Sa'ad berkata: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa tidak ada yang lebih aku sukai untuk berjihad (berperang) di jalan-Mu daripada memerangi kaum yang mendustakan Rasul-Mu shallallahu 'alaihi wa sallam dan telah mengusir beliau. Ya Allah, aku mengira bahwa Engkau telah menghentikan perang antara kami dan mereka. Seandainya masih ada perang melawan Quraisy, panjangkanlah umurku supaya aku dapat berjihad melawan mereka di jalan-Mu. Sekiranya memang benar Engkau telah menghentikan perang, pancarkanlah lukaku ini dan matikanlah aku karenanya." Maka memancarlah darah dari dadanya. Dan tidak ada yang mencengangkan mereka saat dimasjid di dalam tenda Bani Ghifar, kecuali darah yang mengalir. Mereka berkata: "Wahai penghuni tenda, apakah yang datang kepada kami ini dari arah kalian?" Ternyata luka Sa'ad menyemburkan darah lalu dia meninggal karena lukanya itu. Semoga Allah meridlainya.
Shahih Bukhari 3814: Telah menceritakan kepada kami [Al Hajjaj bin Minhal] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Adi] dia mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Hassan: "Seranglah mereka, atau hancurkanlah mereka, karena jibril selalu bersamamu." Dan [Ibrahim bin Thahman] menambahkan dari [Asy Syaibani] dari ['Adi bin Tsabit] dari [Al Bara` bin 'Azib] ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Hasaan bin Tsabit pada perang Quraizhah: "Seranglah kaum musyrikin, karena jibril selalu bersamamu."
Shahih Bukhari 3815: Abu Abdullah dan [Abdullah bin Raja'] berkata kepadaku: telah mengabarkan kepada kami ['Imran Al Qaththan] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau merasa khawatir (serangan musuh) pada perang ketujuh yaitu perang Dzatur Riqa'. Ibnu 'Abbas berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat khauf di Dzi Qarad. Bakr bin Sawadah mengatakan: telah menceritakan kepadaku [Ziyad bin Nafi'] dari [Abu Musa] bahwa [Jabir] menceritakan kepada mereka: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat bersama mereka pada perang Muharib dan Tsa'labah. Dan berkata [Ibnu Ishaq] aku mendengar [Wahb bin Kaisan] aku mendengar [Jabir]: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju Dzatur Riqa' dan melewati daerah Nakhl. Beliau bertemu dengan rombongan dari suku Ghathafan namun tidak terjadi peperangan, ternyata satu sama lain dari kedua kelompok saling dihinggapi rasa takut. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat khauf dua raka'at. Yazid mengatakan dari [Salamah]: "Aku ikut perang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat perang Al Qard."
Shahih Bukhari 3816: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Ala`] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin Abdullah bin Abu Burdah] dari Abu Burdah dari Abu Musa radliyallahu 'anhu berkata: Kami keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu peperangan. Saat itu kami berjumlah enam orang dan kami hanya memiliki satu ekor unta yang kami gunakan secara bergantian. Kaki-kaki kami menjadi tipis (kerena berjalan) begitu juga kuku menjadi tipis hingga kuku-kuku kakiku tercabut. Kami lalu membungkus kaki-kaki kami dengan khiraq (sobekan-sobekan kain), oleh karena itu perang itu dinamakan perang Dzatur Riqa', karena kami membalut kaki-kaki kami dengan khiraq." Abu Musa telah menceritakan kepada kami hadits ini, namun dia tidak menyukainya. Dia berkata: "Apa yang telah aku lakukan dengan menceritakannya?" Seakan-akan ia tidak suka menampakkan amalannya.
Shahih Bukhari 3817: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dari [Malik] dari [Yazid bin Ruman] dari [Shalih bin Khawwat] dari orang yang menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat khauf saat perang Dzatur Riqa', bahwa Sekelompok pasukan berbaris dalam shaf bersama beliau, sedangkan kelompok lain berjaga-jaga menghadap musuh. Lalu Beliau shalat beserta kelompok pertama satu raka'at, beliau tetap berdiri sementara kelompok tersebut menyelesaikan shalat mereka masing-masing, setelah itu mereka beranjak dan berjaga-jaga menghadap musuh (menggantikan kelompok kedua). Kemudian datang kelompok lain yang semula berjaga-jada lalu shalat satu raka'at bersama beliau dari shalat beliau yang masih kurang, kemudian beliau duduk. Sedangkan kelompok kedua, menyelesaikan kekurangan raka'at mereka masing-masing, setelah itu beliau salam bersama mereka. Mu'adz mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Abu Az Zubair] dari [Jabir] ia berkata: "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di wilayah Nakhl." Lalu Jabir menceritakan tentang shalat khauf. Malik berkata: "Ini adalah keterangan yang paling baik yang pernah aku dengar tentang shalat khauf."
Shahih Bukhari 3818: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id Al Qaththan] dari [Yahya bin Sa'id Al Anshari] dari [Al Qasim bin Muhammad] dari [Shalih bin Khawwat] dari [Sahal bin Abu Hatsmah] ia berkata: (Dalam shalat khauf), imam berdiri menghadap qiblat, sedangkan satu kelompok shalat bersama imam dan sekelompok lainnya menghadap ke arah musuh. Imam shalat bersama kelompok orang yang bersamanya (kelompok pertama) satu raka'at, setelah itu mereka berdiri dan ruku' untuk diri mereka masing-masing satu kali ruku' dan dua kali sujud ditempatnya. Lalu kelompok yang satu (kelompok kedua) pergi menempati kelompok yang lain (kelompok pertama), seterusnya mereka (kelompok kadua) shalat satu raka'at bersama imam, maka imam telah mengerjakan dua raka'at, kemudian kelompok kedua melanjutkan sekali ruku' dan dua kali sujud. Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] dari [Abdurrahman bin Al Qasim] dari [Bapaknya] dari [Shalih] dari [Sahal bin Abu Hatsmah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti hadits diatas. Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Ubaidullah] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abu Hazim] dari [Yahya] dia mendengar [Al Qasim] telah mengabarkan kepadaku [Shalih bin Khawwat] dari [Sahal] dia menceritakan kepadanya dengan ucapannya ini. Hadits ini juga diriwayatkan oleh [Al Laits] dari [Hisyam] dari [Zaid bin Aslam] bahwa [Al Qasim bin Muhammad] menceritakan kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam malaksanakan shalat (khauf) saat terjadi perang Bani Anmar.
Shahih Bukhari 3819: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Salim] bahwa Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Aku pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke arah Najed, ketika posisi kami berhadapan dengan musuh, kami mengerjakan shalat sambil menghadap ke arah musuh.
Shahih Bukhari 3820: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Salim bin Abdullah bin 'Umar] dari [Bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama salah satu kelompok, sementara kelompok yang lain (berjaga-jaga) menghadapi musuh. Kemudian kelompok yang shalat bersama beliau beranjak dan menempati posisi kelompok yang semula menghadap musuh, lalu kelompok yang semula berjaga-jaga (menghadapi musuh) datang, kemudian beliau shalat bersama mereka satu raka'at lalu salam. Selanjutnya satu kelompok menyelesaikan raka'at mereka begitu juga kelompok yang satu lagi menyelesaikan raka'at mereka.
Shahih Bukhari 3821: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Sinan] dan [Abu Salamah] bahwa [Jabir] mengabarkan bahwa Dia pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke arah Najed.
Shahih Bukhari 3822: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Saudaraku] dari [Sulaiman] dari [Muhammad bin Abu 'Atiq] dari [Ibnu Syihab] dari [Sinan bin Abu Sinan Ad Du`ali] dari Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma, dia mengabarkan kepadanya bahwa Dia pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke arah Najed. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali, dia ikut kembali. Sewaktu hari mulai siang, mereka tiba di dekat lembah yang banyak pepohonan berduri. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam singgah, sementara para shahabat berpencar mencari pepohonan untuk berteduh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri singgah di bawah pohon sambil menggantungkan pedangnya di pohon tersebut. Jabir melanjutkan: "Maka kami tidur sejenak. Tidak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil kami, ketika kami mnemui beliau, ternyata dihadapan beliau ada seorang Arab Badui sedang terduduk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang ini telah mengambil pedangku saat aku tidur, lalu aku bangun sedangkan tangannya telah memegang pedang yang terhunus, dia berkata kepadaku: "Siapa yang dapat melindungimu dariku?" Aku jawab: "Allah". Namun sekarang dia tengah terduduk lesu." Rasulullah Shallallhu 'alaihi wa salam tidak menghukum orang tersebut. [Aban] berkata: telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari [Jabir] ia berkata: Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Dzatur Riqa'. Ketika kami mendapatkan pohon sebagai tempat berteduh, kami peruntukkan pohon itu untuk istirahat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba seorang laki-laki musyrik datang, sementara pedang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tergantung di pohon tersebut. Laki-laki itu langsung mengambil pedang tersebut sambil berkata: "Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Beliau menjawab: "Tidak." Orang itu berkata lagi: "Siapa yang dapat melindungimu dariku?" Beliau menjawab: "Allah." Kemudian para shahabat mengancam orang itu. Tidak lama kemudian shalat didirikan, maka beliau shalat dengan satu kelompok sebanyak dua raka'at lalu kelompok ini mundur, Kemudian beliau melanjutkan shalat dua raka'at dengan nelompok lain, sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat empat raka'at, sementara masing-masing kelompok shalat dua raka'at. Musaddad mengatakan dari Abu 'Awanah dari Abu Bisyir: "Nama laki-laki musyrik itu adalah Ghawrats bin Al Harits." Saat itu dia tengah mengikuti perang Khashafah. Abu Az Zubair mengatakan dari [Jabir]: "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di daerah Nakhl lalu beliau shalat khauf." Abu Hurairah mengatakan: "Aku shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Najed yaitu shalat Khauf." Padahal Abu Hurairah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (masuk Islam) pada saat perang Khaibar.
Shahih Bukhari 3823: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah mengabarkan kepada kami [Isma'il bin Ja'far] dari [Rabi'ah bin Abu Abdurrahman] dari [Muhammad bin Yahya bin Habban] dari [Ibnu Muhayriz] bahwa dia berkata: Ketika aku masuk masjid, aku melihat Abu Sa'id Al Khudri, lalu aku duduk di sampingnya. Aku bertanya kepadanya tentang 'azal (senggama terputus). Abu Sa'id menjawab: "Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah keluar pada perang Bani Al Mushtahaliq, kemudian kami berhasil menawan para wanita dari keturunan 'Arab, kami tertarik dengan para wanitanya hingga kami merasa ingin memilikinya, sementara kami lebih menyukai untuk melakukan 'azal. Lalu kami saling berkata: "Kita melakukan 'azal padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kita, sementara kita belum menanyakannya kepada beliau." Akhirnya kami bertanya kepada beliau tentang masalah ini. Beliau menjawab: "Tidak sebaiknyakah kalian untuk tidak melakukannya? Sebab tidak ada satu jiwapun yang telah Allah tetapkan akan tercipta hingga hari kiamat kecuali dia pasti akan tercipta."
Shahih Bukhari 3824: Telah menceritakan kepada kami [Mahmud] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazzaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Abu Salamah] dari [Jabir bin Abdullah] ia berkata: Kami pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di wilayah Najed. Ketika waktu isirahat siang tiba, di saat beliau berada dekat lembah yang banyak pepohonan berduri, beliau singgah di bawah pohon untuk berteduh di bawahnya sambil menggantungkan pedangnya di pohon tersebut. Sedangkan orang-orang berpencar mencari pohon untuk berteduh. Tatkala kami sedang beristirahat, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru kami, kami langsung bergegas mendatangi beliau. Ternyata seorang Arab badui tengah terduduk lemah dihadapan beliau. Beliau bersabda: "Orang ini mendatangiku saat aku tertidur lalu mengambil pedangku. Ketika aku terjaga, dia sudah berada di kepalaku dengan menghunuskan pedang seraya berkata: "Siapa yang dapat melindungimu dariku?" Aku menjawab: "Allah." Kemudian dia memasukkan pedang itu ke sarungnya sambil tertududuk lemas seperti ini." Jabir berkata: "Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam tidak menghukum orang itu."
Shahih Bukhari 3825: Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi'b] telah menceritakan kepada kami ['Utsman bin Abdullah bin Suraqah] dari [Jabir bin Abdullah Al Anshari] ia berkata: Pada saat perang Anmar, aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat sunnah di atas tunggangannya menghadap ke arah timur.
Shahih Bukhari 3826: Telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] ia berkata: telah menceritakan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] dan [Sa'id bin Al Musayyab] dan ['Alqamah bin Waqash Al Laitsi] dan ['Ubaidullah bin Abdullah bin 'Uqbah bin Mas'ud] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya seperti apa yang telah mereka katakan. Mereka semuanya bercerita kepadaku, sekelompok orang becerita berdasarkan apa yang disampaikan 'Aisyah dan sebagian lagi hanya perkiraan mereka, lalu aku menetapkan hadits dari kisah-kisah yang berkenaan dengan peristiwa ini dan aku juga memasukkan hadits-hadits dari mereka yang diceritakan kepadaku dari 'Aisyah dan sebagian lagi hadits saling menguatkan satu sama lain, dimana mereka menduga kepada sebagian yang lain, mereka berkata: 'Aisyah berkata: Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mengadakan suatu perjalanan, beliau biasa mengundi diantara istri-istri beliau, jika nama seorang dari mereka keluar, berarti dia ikut bepergian bersama beliau. Pada suatu hari beliau mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan yang beliau lakukan, maka keluar namaku hingga aku turut serta bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah turun ayat hijab. Aku dibawa didalam sekedup dan ditempatkan didalamnya. Kami lalu berangkat, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai dari peperangan tersebut, kamipun kembali pulang. Tatkala kami dekat dengan Madinah, beliau mengumumkan untuk beristirahat malam. Maka aku keluar dari sekedup saat beliau dan rombongan berhenti, lalu aku berjalan hingga meninggalkan pasukan. Setelah aku selesai menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan, betapa terkejutnya aku, ketika aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari negeri Zhafar terjatuh. Maka aku kembali untuk mencari kalungku. Aisyah melanjutkan: "Kemudian orang-orang yang membawaku datang dan membawa sekedupku, dan menaikkannya di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menduga aku sudah berada didalam sekedup itu. Memang masa itu para wanita berbadan ringan, tidak terlalu berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka hanya makan sesuap makanan. Oleh karena itu orang-orang yang membawa sekedupku tidak curiga dengan ringannya sekedupku ketika mereka mengangkatnya. Saat itu aku adalah wanita yang masih muda. Lalu mereka menggiring unta dan berjalan. Sementara aku baru mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan telah berlalu. Aku lalu mendatangi tempat rombongan berhenti, namun tidak ada seorangpun yang tertinggal. Setelah itu aku kembali ke tempatku semula dengan harapan mereka merasa kehilangan aku lalu kembali ke tempatku. Ketika aku duduk, aku terserang rasa kantuk hingga akhirnya aku tertidur. Shafwan bin Al Mu'aththal As Sulami Adz Dzakwan datang menyusuk dari belakang pauskan, kemudian dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada bayangan hitam seperti orang yang sedang tidur. Dia mengenaliku saat melihat aku. Dia memang pernah melihat aku sebelum turun ayat hijab. Aku langsung terbangun ketika mendengar kalimat istirja'nya, (ucapan innaa lillahi wa inanaa ilaihi raji'un), saat dia mengenali aku. Aku langsung menutup mukaku dengan jilbabku. Demi Allah, tidaklah kami berbicara sepatah katapun dan aku juga tidak mendengar sepatah katapun darinya kecuali kalimat istirja'nya, dia lalu menghentikan hewan tunggangannya dan merundukkannya hingga berlutut. Maka aku menghampiri tunggangannya itu lalu aku menaikinya. Dia kemudian berjalan sambil menuntun tunggangannya itu hingga kami dapat menyusul pasukan setelah mereka berhenti di tepian sungai Azh Zhahirah untuk singgah di tengah panasnya siang. Aisyah berkata: "Maka binasalah orang yang binasa." Dan orang yang berperan besar menyebarkan berita bohong ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul." - 'Urwah berkata: Dikabarkan kepadaku bahwa Abdullah bin Ubay menyebarkan berita bohong itu, menceritakannya, membenarkannya dan menyampaikannya kepada orang-orang sambil menambah-nambahinya- 'Urwah juga berkata: "Tidak disebutkan orang-orang yang juga terlibat menyebarkan berita bohong itu selain Hasaan bin Tsabit, Misthah bin Utsatsah dan Hamnah binti Jahsyi. Aku tidak tahu tentang mereka melainkan mereka adalah sekelompk orang sebagaimana Allah Ta'ala firmankan. Dan yang paling berperan diantara mereka adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. 'Urwah berkata: 'Aisyah tidak suka mencela Hassan, dia berkata bahwa Hassan adalah orang yang pernah bersya'ir: "Sesungguhnya ayahku, dan ayahnya serta kehormatanku adalah untuk kehormatan Muhammad sebagai tameng dari kalian." Selanjutnya 'Aisyah berkata: "Setibanya kami di Madinah, aku menderita sakit selama satu bulan sejak kedatanganku, sementara orang-orang sibuk dengan berita bohong yang diucapankan oleh orang-orang yang membawa berita bohong. Sementara aku sama sekali tidak menyadari sedikitpun adanya berita tersebut. Namun aku curiga, bila Beliau hanya menjengukku saat sakitku dan aku tidak merasakan kelembutan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti yang biasa aku dapatkan dari beliau ketika aku sedang sakit. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hanya masuk menemuiku dan memberi salam lalu bertanya: "Bagaimana keadaanmu", lantas pergi. Inilah yang membuat aku gelisah, namun aku tidak menyadari adanya keburukan yang sedang terjadi. Pada suatu hari, aku keluar (dari rumahku) saat aku merasa sudah sembuh. Aku keluar bersama Ummu Misthah menuju Al Manashi', tempat kami biasa membuang hajat dan kami tidak keluar kesana kecuali di malam hari, Hal itu sebelum kami membuat tempat buang hajat di dekat rumah kami. 'Aisyah berkata: "Dan kebiasaan kami sama seperti kebiasaan orang-orang Arab dahulu, bila buang hajat diluar rumah (atau di lapangan terbuka). Kami merasa tidak nyaman bila membuat tempat buang hajat dekat dengan rumah-rumah kami". 'Aisyah melanjutkan: "Maka aku dan Ummu Misthah, -dia adalah anak Abu Ruhum bin Al Muthallib bin Abdu Manaf, sementara ibunya adalah anak dari Shakhar bin 'Amir, bibi dari ibu Abu Bakr Ash Shiddiq, sedangkan anaknya bernama Misthah bin Utsatsah bin 'Abbad bin Al Mutahllib- setelah selesai dari urusan kami, aku dan Ummu Misthah kembali menuju rumahku. Tiba-tiba Ummu Misthah tersandung kainnya seraya berkata: "Celakalah Misthah." Aku katakan kepadanya: "Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang laki-laki yang pernah ikut perang Badar?" Dia berkata: "Wahai putri, apakah anda belum mendengar apa yang dia ucapkan?". Aku bertanya: "Apa yang telah diucapkannya?" Ummu Misthah menceritakan kepadaku tentang ucapan orang-orang yang membawa berita bohong (tuduhan keji). Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan. Ketika aku kembali ke rumahku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuiku lalu memberi salam dan bersabda: "Bagaimana keadaanmu?". Aku bertanya kepada beliau: "Apakah engkau mengizinkanku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku." 'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberiku izin, lalu aku bertanya kepada ibuku: "Wahai ibu, apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?" Ibuku menjawab: "Wahai putriku, tenanglah. Demi Allah, sangat sedikit seorang wanita yang tinggal bersama seorang laki-laki yang dia mencintainya serta memiliki para madu melainkan mereka akan mengganggunya." 'Aisyah berkata: aku berkata: "Subhanallah, apakah benar orang-orang tengah memperbincangkan masalah ini." 'Aisyah berkata: "Maka aku menangis sepanjang malam hingga pagi hari dengan penuh linangan air mata dan aku tidak dapat tidur dan tidak bercelak karena terus menangis, hingga pagi hari aku masih menangis. 'Aisyah melanjutkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum turun, beliau bertanya kepada keduanya dan meminta pandangan perihal rencana untuk berpisah dengan istri beliau. 'Aisyah melanjutkan: Usamah memberi isyarat kepada beliau tentang apa yang diketahuinya berupa kebersihan keluarga beliau dan apa yang dia ketahui tentang mereka pada dirinya. Usamah berkata: "Keluarga anda, tidaklah kami mengenalnya melainkan kebaikan." Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata: "Wahai Rasulullah, Allah tidak akan menyusahkan anda, sebab masih banyak wanita-wanita lain. Tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang akan membenarkan anda." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil Barirah dan bersabda: "Wahai Barirah, apakah kamu pernah melihat sesuatu yang meragukan pada diri Aisyah?". Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus anda dengan benar, aku tidak pernah melihatnya sesuatu yang meragukan. Kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, dia juga masih sangat muda, dia pernah tidur di atas adonan milik keluargaya lalu dia memakan adonan tersebut." 'Aisyah melanjutkan: "Suatu hari, di saat beliau berdiri di atas mimbar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri untuk mengingatkan Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau bersabda: "Wahai sekalian kaum Muslimin, siapa orang yang dapat membebaskan aku dari orang yang aku dengar telah menyakiti keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluargaku melainkan kebaikan. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang (maksudnya Shafwan) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan, tidaklah dia mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku." 'Aisyah berkata: "Maka Sa'ad bin Mu'adz, saudara dari Bani 'Abdul Ashal berdiri seraya berkata: "Aku wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, aku akan memenggal batang lehernya dan seandainya dari saudara kami dari suku Khazraj, maka perintahkanlah kepada kami, pasti kami akan melaksanakan apa yang anda perintahkan." 'Aisyah melanjutkan: Lalu beridirilah seorang laki-laki dari suku Khazraj -Ibunya Hassan adalah anak dari pamannya- dia adalah Sa'ad bin 'Ubadah, pimpinan suku Khazraj. 'Aisyah melanjutkan: "Dia adalah orang yang shalih, namun hari itu terbawa oleh sikap kesukuan sehingga berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz: "Dusta kamu, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kamu tidak akan membunuhnya dan tidak akan dapat membunuhnya. Seandainya dia dari sukumu, kamu tentu tidak akan mau membunuhnya." Kemudian Usaid bin Hudlair, anak pamannya Sa'ad bin Mu'adz, berdiri seraya berkata: "Justru kamu yang dusta, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu telah menjadi seorang munafiq karena membela orang-orang munafiq." Maka suasana pertemuan menjadi semakin memanas, antara dua suku, Aus dan Khazraj hingga mereka hendak saling membunuh, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih berdiri di atas mimbar. 'Aisyah melanjutkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus menenangkan mereka hingga akhirnya mereka terdiam dan beliau pun diam. 'Aisyah berkata: "Maka aku menangis sepanjang hariku, air mataku terus berlinang dan aku tidak bisa tidur tenang karenanya hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku, sementara aku telah menangis selama dua malam satu hari, hingga aku menyangka air mataku telah kering." Ketika kedua orangtuaku sedang duduk di dekatku, dan aku terus saja menangis, tiba-tiba seorang wanita Anshar datang meminta izin menemuiku, lalu aku mengizinkannya. Kemudian dia duduk sambil menangis bersamaku. Ketika kami seperti itu, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang lalu duduk. 'Aisyah berkata: "Namun beliau tidak duduk di dekatku sejak berita bohong ini tersiar. Sudah satu bulan lamanya peristiwa ini berlangsung sedangkan wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini." Aisyah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu membaca syahadat ketika duduk, kemudian bersabda: "Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini dan begini. Jika kamu bersih, tidak bersalah pasti Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu telah melakukan dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya, karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu bertaubat, Allah pasti akan menerima taubatnya." Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyelesaikan kalimat yang disampaikan, aku membersihkan air mataku agar tidak nampak tersisa setetespun, lalu aku katakan kepada ayahku: "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang diriku." Ayahku berkata: "Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Lalu aku katakan kepada ibuku: "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang diriku." Ibuku pun menjawab: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." 'Aisyah berkata: "Aku hanyalah seorang wanita yang masih muda belia, memang aku belum banyak membaca Al Qur'an. Demi Allah, sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang-orang, hingga kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan membenarkan aku. Seandainya aku mengakui (dan membenarkan fitnah tersebut) kepada kalian, padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf 'alaihis salam ketika dia berkata: ("Bershabarlah dengan shabar yang baik karena Allah akan mengungkap apa yang kalian") QS Yusuf ayat 18. Setelah itu aku pergi menuju tempat tidurku dan Allah mengetahui hari itu aku memang benar-benar bersih dan Allah-lah yang akan membebaskanku dari tuduhan itu. Akan tetapi, demi Allah, aku tidak menduga kalau Allah akan menurunkan wahyu yang menerangkan tentang urusan yang menimpaku. Karena menurutku tidak pantas bila wahyu turun lalu dibaca orang hanya karena menceritakan masalah peribadiku ini. Aku terlalu rendah bila Allah membicarakan masalahku ini. Tetapi aku hanya berharap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan wahyu lewat mimpi bahwa Allah membersihkan diriku. Dan demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak ingin beranjak dari tempat duduknya dan tidak pula seorang pun dari keluarganya yang keluar melainkan telah turun wahyu kepada beliau. Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana beliau biasa menerimanya dalam keadaan yang sangat berat dengan bercucuran keringat seperti butiran mutiara, padahal hari itu adalah musim dingin. Ini karena beratnya wahyu yang diturunkan kepada beliau. 'Aisyah berkata: Setelah itu nampak muka beliau berseri dan dalam keadaan tertawa. Kalimat pertama yang beliau ucapkan adalah: "Wahai 'Aisyah, sungguh Allah telah membersihkan dirimu." 'Aisyah berkata: "Lalu ibuku berkata kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui beliau." Aku berkata: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya dan aku tidak akan memuji siapapun selain Allah 'azza wajalla. Maka Allah menurunkan ayat "Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong diantata kalian adalah masih golongan kalian juga…" QS An Nuur: 11 dan seterusnya sebanyak sepuluh ayat. Selanjutnya turun ayat yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan. Abu Bakar Ash Shiddiq yang selalu menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya, karena dia telah ikut menyebarkan berita bohong tentang 'Aisyah." Kemudian Allah menurunkan ayat: "Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak lagi memberikan kepada …..hingga ayat…. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS An Nuur: 22. Lantas Abu Bakar berkata: "Ya, demi Allah, sungguh aku lebih mencintai bila Allah mengampuniku." Maka dia kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya dan berkata: "Aku tidak akan mencabut nafkah kepadanya untuk selama-lamanya." 'Aisyah berkata: "Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy mengenai diriku, maka beliau berkata kepada Zainab: "Apa yang kamu ketahui atau bagaimana menurutmu?" maka dia berkata: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengetahui (tentang 'Aisyah) melainkan kebaikan." 'Aisyah berkata: Padahal Zainab adalah orang yang sebelumnya merasa lebih mulia daripadaku, yang kemudian Allah menjaganya dengan kewara'an. 'Aisyah berkata: Dan saudara perempuannya, Hamnah (binti Jahsyin), membencinya maka ia termasuk diantara orang-orang yang celaka. Ibnu Syihab berkata: Inilah kisah yang sampai kepada kami mengenai orang-orang itu, kemudian 'Urwah berkata: 'Aisyah berkata: Demi Allah, sesungguhnya orang yang dituduhkan padanya (Shafwan) berita dusta itu, benar-benar telah berkata: Subhaanallaah, maka demi yang jiwaku berada dalam genggamannya, aku sama sekali tidak pernah membuka pakaian wanita. 'Aisyah berkata: Kemudian setelah itu ia (Shafwan) terbunuh di jalan Allah.
Shahih Bukhari 3827: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] berkata: [Hisyam bin Yusuf] membacakan kepadaku apa yang dihafalnya, telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] ia berkata: Al Walid bin Abdul Malik telah bertanya kepadaku: "Apakah 'Ali adalah termasuk orang yang menuduh 'Aisyah (berselingkuh)?" Aku jawab: "Tidak. Akan tetapi dua orang dari kaummu yang mengabarkan kepadaku, yaitu [Abu Salamah bin Abdurrahman] dan Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bahwa 'Aisyah radliyallahu 'anha pernah berkata kepada keduanya bahwa 'Ali menerima. Lalu mereka kembali bertanya tapi Az Zuhri tidak menjawabnya. Dia berkata: "Musalliman (menerima) tanpa diragukan lagi". Demikian juga makna pada asal katanya.
Shahih Bukhari 3828: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Hushain] dari [Abu Wa'il] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Masruq bin Al Ajda'] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Ummu Ruman] ibunya 'Aisyah radliyallahu 'anhuma, ia berkata: Saat aku dan 'Aisyah duduk, tiba-tiba datang seorang wanita Anshar seraya berkata: "Semoga Allah berbuat terhadap fulan dan pasti berbuat." Maka Ummu Ruman bertanya: "Ada apa sebenarnya?" Wanita itu berkata: "Putraku termasuk orang yang menyebarkan berita ini." 'Aisyah bertanya: "Berita apa itu?" Wanita itu menjawab: "Begini dan begini." 'Aisyah bertanya: "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendengarnya?" Dia menjawab: "Ya." 'Aisyah bertanya lagi: "Dan Abu Bakar?" Dia menjawab: "Ya." Maka 'Aisyah jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri melainkan setelah menderita demam yang sangat tinggi. Aku lalu menyelimutinya dengan pakainnya dan menutupinya hingga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan bertanya: "Ada apa dengannya?" Aku jawab: "Wahai Rasulullah, dia terserang demam." Beliau bersabda: "Ini pasti karena berita bohong yang engkau ceritakan." Ummu Ruman berkata: "Ya benar." Kemudian 'Aisyah duduk dan berkata: "Demi Allah, seandainya aku bersumpah, engkau tidak akan mempercayaiku dan seandainya aku katakan tidak, maka kalian akan menuduhku, permisalanku dengan kalian seperti Ya'qub dengan anak-anaknya ketika dia berkata: {WALLAAHUL MUSTA'AANU 'ALAA MAA TASHIFUUN} (Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.) (QS. Yusuf: 18). Ummu Ruman berkata: "Lalu beliau berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang menjelaskan bukti sucinya diri 'Aisyah dari segala tuduhan. Saat itu 'Aisyah berkata: "(Segala puji bagi Allah) dan ini karena Allah Yang Maha Terpuji dan seseorang tidak layak mendapat pujian dan tidak pula engkau."
Shahih Bukhari 3829: Telah menceritakan kepadaku [Yahya] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Nafi' bin 'Umar] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha Ketika ia membaca (firman Allah) {idz talaqqaunahu bi alsinatikum} (Ketika kalian menerima berita bohong itu dari mulut-mulut kalian), dia berkata: "(talaqqau dari kata) al walqu artinya kedustaan." Ibnu Abu Mulaikah berkata: 'Aisyah adalah orang yang paling tahu (tentang hal itu) daripada orang lain, karena memang ayat itu turun tentang dirinya."
Shahih Bukhari 3830: Telah menceritakan kepada kami ['Utsman bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dari [Bapaknya] ia berkata: Aku pernah datang untuk mencela Hassan di hadapan ['Aisyah], maka dia berkata: "Janganlah kamu mencelanya karena dia termasuk orang yang pernah melindungi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." 'Aisyah berkata: "Dia pernah meminta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mencela kaum Musyrikin, beliau bertanya: "Bagaimana dengan nasabku (keturunanku)?" Hassan berkata: "Aku akan mengeluarkan anda dari mereka sebagaimana tercabutnya rambut dari adonan." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin 'Uqbah] telah menceritakan kepada kami ['Utsman bin Farqad]: aku mendengar [Hisyam] dari [Bapaknya] ia berkata: "Aku pernah mencela Hassan, karena ia termasuk orang yang memiliki peran besar dalam menyebarkan berita bohong."
Shahih Bukhari 3831: Telah menceritakan kepadaku [Bisyir bin Khalid] telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dari [Syu'bah] dari [Sulaiman] dari [Abu Adl Dluha] dari [Masruq] ia berkata: Aku menemui 'Aisyah sementara Hassan bin Tsabit di sampingnya tengah melantunkan bait-bait sya'ir untuk memujinya. Hassan bersya'ir: "Yang memelihara dirinya, teguh dan tidak mudah terperdaya, Jadilah ia sasaran orang-orang yang lalai." 'Aisyah berkata kepadanya: "Tetapi kamu tidak termasuk seperti itu." Masruq berkata: aku bertanya kepada 'Aisyah: "Mengapa anda mengizinkan dia menemuimu, padahal Allah telah berfirman: (Dan orang yang berperan besar diantara mereka baginya akan mendapatkan siksa yang besar). (QS. An Nur: 11). 'Aisyah berkata: "Siksa apakah yang lebih berat dari kebutaan?" 'Aisyah melanjutkan: "Sungguh dia pernah membela Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mencaci musuh."
Shahih Bukhari 3832: Telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Makhlad] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Bilal] berkata: telah menceritakan kepadaku [Shalih bin Kaisan] dari ['Ubaidullah bin Abdullah] dari Zaid bin Khalid radliyallahu 'anhu ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat perang Hudaibiyyah, suatu malam hujan turun. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memimpin kami shalat Shubuh, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang-orang seraya bersabda: "Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?" Para sahabat menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Allah berfirman: "Di pagi ini ada hamba-hambaKu yang mukmin kepadaKu dan ada pula yang kafir kepadaKu. Orang yang berkata: "Hujan turun karena karunia Allah dan rahmatNya, berarti dia telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang, sedangkan orang yang berkata: "Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah beriman kepada bintang-bintang dan kafir kepadaKu."
Shahih Bukhari 3833: Telah menceritakan kepada kami [Hudbah bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Hammam] dari [Qatadah] bahwa Anas radliyallahu 'anhu mengabarkan kepadanya, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan 'umrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzul Qa'dah kecuali 'umrah yang beliau laksanakan bersama haji beliau, yaitu 'umrah beliau dari Hudaibiyyah pada bulan Dzul Qa'dah dan 'umrah pada tahun berikutnya pada bulan Dzul Qa'dah dan 'umrah dari Al Ji'ranah ketika beliau membagi-bagikan harta rampasan perang (ghanimah) Hunain pada bulan Dzul Qa'dah dan 'Umrah bersama haji beliau."
Shahih Bukhari 3834: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Ar Rabi'] telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Al Mubarak] dari [Yahya] dari [Abdullah bin Abu Qatadah] bahwa [Bapaknya] telah menceritakan kepadanya, katanya: Kami berangkat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat perang Hudaibiyyah, lalu para shahabat berihram sementara beliau tidak.
Shahih Bukhari 3835: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] dari [Isra'il] dari [Abu Ishaq], dari Al Bara' radliyallahu 'anhu ia berkata: Kalian mengira penaklukan kota Makkah adalah kemenangan dan memang itu suatu kemenangan. Namun kami menganggap kemenganan itu bermula saat Bai'atur Ridlwan pada peristiwa Hudaibiyyah. Saat itu kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berjumlah seribu empat ratus orang. Hudaybiyah adalah sebuah sumur lalu kami mengambil airnya hingga tak bersisa setetespun. Setelah kejadian itu terdengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau segera mendatangi sumur itu dan duduk di tepi sumur tersebut, selanjutnya beliau minta diambilkan bejana, beliau berwudlu' sambil berkumur-kumur, kemudian beliau berdo'a dan menuangkan airnya ke dalam sumur tersebut. Setelah kami mendiamkan sejenak, akhirnya kami dapat minum sesuka kami hingga puas, begitu juga dengan hewan-hewan tungangan kami.
Shahih Bukhari 3836: Telah menceritakan kepadaku [Fadlal bin Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Muhammad bin A'yun Abu 'Ali Al Harrani] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] ia berkata: telah memberitakan kepada kami Al Bara' bin 'Azib radliyallahu 'anhuma bahwa Mereka pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada peristiwa Hudaibiyyah berjumlah seribu empat ratus orang atau lebih. Lalu kami singgah dan mengambil airnya (hingga tak bersisa setetespun). Setelah orang-orang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau segera mendatangi sumur itu dan duduk di tepinya, beliau bersabda: "Bawakan aku bejana berisi air!" Setelah bejana diberikan kepada beliau, beliau meludahinya kemudian berdo'a. Selanjutnya beliau bersabda: "Biarkanlah sejenak!" Setelah itu mereka dapat memuaskan diri mereka (meminumnya) begitu pula hewan-hewan tungangan mereka hingga mereka berangkat.
Shahih Bukhari 3837: Telah menceritakan kepada kami [Yusuf bin Isa] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Fudlail] telah menceritakan kepada kami [Hushain] dari [Salim] dari Jabir radliyallahu 'anhu ia berkata: Para shahabat mengalami kehausan pada peristiwa Hudaibiyyah, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hanya memiliki kantung air terbuat dari kulit, lalu beliau wudlu' dengan air tersebut. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi para shahabat dan bertanya: "Ada apa dengan kalian?" Mereka menajwab: "Wahai Rasulullah, kami tidak punya air untuk berwudlu' dan juga tidak ada untuk minum kecuali air yang ada pada kantung air anda." Jabir berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangan beliau pada kantung air tersebut lalu air mengalir melalui sela-sela jari beliau bagaikan mata air yang mengalir. Jabir melanjutkan: Lalu kami minum dan berwudlu'. Aku bertanya kepada Jabir: "Berapa jumlah kalian saat itu?" Jabir menjawab: "Seandainya jumlah kami ratusan ribu tentu air itu masih cukup. Jumlah kami saat itu seribu lima ratus orang."
Shahih Bukhari 3838: Telah menceritakan kepada kami [Ash Shalt bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] dari [Sa'id] dari Qatadah: Aku berkata kepada [Sa'id bin Al Musayyab]: "Telah sampai kepadaku berita bahwa [Jabir bin Abdullah] berkata: bahwa saat itu (peristiwa Hudaibiyyah) mereka berjumlah seribu empat ratus orang." Lantas Sa'id berkata kepadaku: telah menceritakan kepadaku Jabir bahwa jumlah mereka seribu lima ratus orang, yaitu mereka yang berbai'at kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada peristiwa Hudaibiyyah." Hadits ini juga diperkuat oleh [Abu Daud] telah menceritakan kepada kami [Qurrah] dari [Qatadah].
Shahih Bukhari 3839: Telah menceritakan kepada kami [Ali] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] berkata ['Amru]: aku mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami pada peristiwa Hudaibiyyah: "Kalian adalah sebaik-baiknya penduduk bumi." Saat itu kami berjumlah seribu empat ratus orang. Seandainya hari ini aku dapat melihat, pasti aku akan tunjukkan kepada kalian posisi pohon tersebut. Hadits ini juga diperkuat oleh [Al A'masy] dia mendengar [Salim] yang mendengar [Jabir] berkata: "Jumlah kami seribu empat ratus orang." ['Ubaidullah bin Mu'adz] mengatakan: telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru bin Murrah] telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abu Aufa radliyallahu 'anhuma: "Sahabat yang pernah berbai'at di bawah pohon (bai'atur ridlwan) berjumlah seribu tiga ratus orang. Sedangkan dari suku Aslam berjumlah seperdelapan dari jumlah shahabat Muhajirin." Hadits ini juga diperkuat oleh [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Abu Daud] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah].
Shahih Bukhari 3840: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Isa] dari [Isma'il] dari [Qais] bahwa dia mendengar [Mirdas Al Aslami] -dia adalah sahabat yang pernah ikut berbai'at di bawah pohon- ia berkata: Orang-orang shalih dari generasi-generasi awal (yang ikut bai'at di bawah pohon) telah meninggal dunia dan yang tersisa hanya ampas bagaikan ampas kurma dan gandum yang Allah tidak mempertimbangkan mereka sedikitpun.
Shahih Bukhari 3841: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] dari [Marwan] dan [Al Miswar bin Makhramah] keduanya berkata: Pada peristiwa Hudaibiyyah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat dari Madinah bersama para sahabat yang berjumlah sekitar seribu orang lebih. Ketika sampai di Dzul Hulaifah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengikat dan menandai hewan qurban beliau, lalu memulai ihram dari sana." Sudah tidak terhitung berapa kali aku mendengarnya dari Sufyan hingga akhirnya aku mendengar dia berkata: "Aku tidak hafal hadits dari Az Zuhri tentang memberi tanda dan mengikat hewan qurban. Aku tidak tahu yaitu tempat menandai dan mengikat hewan qurban atau redaksi hadits keseluruhannya."
Shahih Bukhari 3842: Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Khalaf] ia berkata: telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Yusuf] dari [Abu Bisyir Warqa'] dari [Ibnu Abu Najih] dari [Mujahid] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Abu Laila] dari [Ka'ab bin 'Ujrah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kutu berjatuhan di wajahnya. Beliau bertanya: "Barangkali kutu di kepala sangat mengganggumu?" Dia menjawab: "Benar." Beliau lalu memerintahkan dia agar mencukur rambutnya. Saat itu beliau berada di Hudaibiyyah dan belum menjelaskan kepada mereka bahwa mereka harus bertahallul disana, padahal mereka berhasrat dapat memasuki Makkah. Akhirnya Allah menurunkan ayat tentang fidyah. Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar Ka'ab memberi makan sebanyak faraq (tiga sha') untuk enam orang miskin atau berqurban dengan seekor kambing atau puasa tiga hari.
Shahih Bukhari 3843: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Abdullah] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Zaid bin Aslam] dari [Bapaknya] ia berkata: Kami keluar bersama 'Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu menuju pasar, tiba-tiba seorang wanita muda bertemu 'Umar seraya berkata: "Wahai amirul mu'minin, suamiku telah meninggal dunia, padahal dia meninggalkan anak-anak yang masih kecil. Demi Allah, mereka belum dapat memasak dan mereka tidak memiliki tanaman maupun hewan perah. Aku khawatir mereka akan binasa pada masa-masa paceklik. Aku adalah anak perempuan dari Khufaf bin Iyma' Al Ghifariy. Bapakku pernah turut serta dalam perjanjian Hudaibiyyah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka 'Umar berdiri bersamanya dan tidak meneruskan perjalanan, dia berkata: "Selamat datang pemilik nasab yang dekat." Kemudian 'Umar menghampiri unta pembawa muatan yang diikat di pelataran rumah dan membawa dua kantung yang dipenuhi dengan makanan. Diantara dua kantung itu ada juga nafkan dan pakaian. Maka 'Umar menyerahkan tali kekang unta tersebut kepada wanita tadi dan berkata: "Tuntunlah! Sungguh ini tidak akan habis hingga Allah mendatangkan kebaikan kepada kalian." Tiba-tiba seorang laki-laki berkata: "Wahai amirul mu'minin, engkau telah memberi terlalu banyak kepadanya." 'Umar berkata: "Celaka kamu, sungguh aku telah melihat ayah wanita ini dan saudaranya mengepung sebuah benteng dalam waktu yang sangat lama hingga keduanya dapat menaklukannya. Setelah itu kami mendapatkan bagian harta rampasan perang karena andil keduanya itu."
Shahih Bukhari 3844: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Syababah bin Sawwar Abu 'Amru Al Fazari] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari [Bapaknya] ia berkata: Sungguh aku pernah melihat pohon itu (bai'atur ridlwan), setelah beberapa lama aku mendatanginya, namun aku tidak mengenalinya lagi.
Shahih Bukhari 3845: Telah menceritakan kepada kami [Mahmud] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah] dari [Isra'il] dari [Thariq bin Abdurrahman] ia berkata: Aku berangkat untuk menunaikan 'ibadah haji, aku lewat di hadapan suatu kaum yang sedang melaksanakan shalat. Aku bertanya: "Masjid apa ini?" Mereka menjawab: "Ini adalah pohon dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membai'at para shahabat beliau ketika bai'atur ridlwan." Kemudian aku menemui Sa'id bin Al Musayyab lalu aku ceritakan hal tadi. Sa'id lalu berkata: telah menceritakan kepadaku [Bapakku] -dia adalah salah seorang shahabat yang ikut berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah pohon itu- katanya: "Kami keluar pada tahun berikutnya, namun kami lupa tentang posisi pohon tersebut dan kami tidak dapat menemukannya." Sa'id berkata: "Sesungguhnya para shahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengetahui posisi pohon tersebut, sementara saat ini kalian mengklaim telah mengetahuinya, apakah kalian lebih tahu (daripada mereka)?"
Shahih Bukhari 3846: Telah menceritakan kepada kami [Musa] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] telah menceritakan kepada kami [Thariq] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari [Bapaknya] -dia termasuk sahabat yang ikut berbai'at di bawah pohon itu- Kemudian kami keluar pada tahun berikutnya, namun pohon tersebut tidak terlihat lagi oleh kami.
Shahih Bukhari 3847: Telah menceritakan kepada kami [Qabishah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Tgariq] ia berkata: Diceritakan kepada [Sa'id bin Al Musayyab] tentang pohon bai'atur ridlwan, dia tertawa seraya berkata: "Bapakku telah mengabarkan kepadaku bahwa dia termasuk orang yang ikut dalam bai'atur ridlwan."
Shahih Bukhari 3848: Telah menceritakan kepada kami [Adam bin Abu Iyas] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru bin Murrah] ia berkata: aku mendengar [Abdullah bin Abu Aufa], -dia adalah shahabat yang ikut berbai'at di bawah pohon- katanya: Bila suatu kaum datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa sedekah, beliau lalu mendo'akannya: "Allahumma shalli 'alaihim" (Ya Allah, berilah ampunan kepada mereka). Setelah itu bapakku menemui beliau sambil membawa sedekahnya. Beliaupun mendo'akanya: "Allahumma shalli 'alaa aalii abu Aufa. (Ya Allah, berilah ampunan kepada keluarga Abu Aufa)."
Shahih Bukhari 3849: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari [saudaranya] dari [Sulaiman] dari ['Amru bin Yahya] dari ['Abbad bin Tamim] ia berkata: Ketika terjadi peperangan Harrah dan orang-orang berbai'at kepada Abdullah bin Hanzhalah, maka [Ibnu Zaid] berkata: "Untuk apa orang-orang berbai'at kepada Ibnu Hanzhalah?" Dikatakan kepadanya: "Untuk kematian." Ibnu Zaid berkata: "Aku tidak akan berbai'at kepada seseorang untuk hal itu setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." -Abdullah bin Zaid adalah sahabat yang ikut bersama Beliau dalam perjanjian Hudaibiyyah-.
Shahih Bukhari 3850: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ya'la Al Muharibi] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Bapakku] telah menceritakan kepada kami [Iyas bin Salamah bin Al Akwa'] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Bapakku] -dia adalah salah seorang shahabat yang ikut dalam bai'at di bawah pohon- katanya: "Kami pernah shalat Jum'at bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, seusai shalat kami beranjak pergi. Saat itu, tidak ada bayangan dinding yang dapat kami jadikan untuk tempat berteduh."
Shahih Bukhari 3851: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Hatim] dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] ia berkata: Aku bertanya kepada [Salamah bin Al Akwa']: "Untuk apa kalian berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada peristiwa Hudaibiyyah?" Salamah menjawab: "Untuk kematian."
Shahih Bukhari 3852: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Isykab] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fudlail] dari [Al 'Ala` bin Al Musayyab] dari [Bapaknya] ia berkata: Aku bertemu Al Bara' bin 'Azib radliyallahu 'anhuma seraya berkata: "Beruntunglah kamu karena mendampingi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berbai'at kepadanya di bawah pohon pada bai'atur ridlwan." Al Bara' berkata: "Wahai anak saudaraku, kamu tidak tahu apa yang kami perbuat setelah itu."
Shahih Bukhari 3853: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Shalih] ia berkata: telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Salam] dari [Yahya] dari [Abu Qilabah] bahwa [Tsabit bin Adl Dlahhak] mengabarkan kepadanya bahwa Dia ikut berbai'at kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah pohon pada bai'atur ridlwan.
Shahih Bukhari 3854: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Ishaq] telah menceritakan kepada kami ['Utsman bin Umar] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu Allah berfirman: {INNAA FATAHNAA LAKA FATHAN MUBIINAN}(Sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu kemenangan yang nyata), maksudnya adalah perjanjian Hudaibiyyah. Kemudian para shahabat berkata: "Sungguh indah dan menyenangkan. Lalu untuk kami apa?" Maka Allah Ta'ala berfirman {LIYUDKHILAL MU'MINIINA WAL MU'MINAATI JANNAATIN TAJRII MIN TAHTIHAL ANHAARU} (Untuk memasukkan orang-orang beriman laki-laki dan perempuan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai). Syu'bah berkata: "Aku mengunjungi Kufah lalu aku ceritakan bahwa semua hadits ini dari Qatadah. Kemudian aku kembali lalu aku ceritakan hal ini kepadanya (Qatadah), dia berkata: "Adapun penjelasan ayat {INNAA FATAHNAA LAKA} (Sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu kemenangan) adalah dari Anas sedangkan kalimat "Sungguh indah dan menyenangkan" dari 'Ikrimah.
Shahih Bukhari 3855: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Amir] telah menceritakan kepada kami [Isra'il] dari [Majza`ah bin Zahir Al Aslami] dari [Bapaknya], -dia termasuk sahabat yang ikut berbai'at di bawah pohon (dalam bai'atur ridlwan) - ia berkata: Sungguh aku telah menyalakan api di bawah tungku untuk memasak daging keledai, tiba-tiba seorang penyeru Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berseru: "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang kalian memakan daging keledai."
Shahih Bukhari 3856: Dan (masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya) dari [Majza`ah] Dari seorang laki-laki dari mereka yang pernah ikut berbai'at di bawah pohon (dalam bai'atur ridlwan), bernama [Uhban bin Aus] bahwa dia mengeluhkan lututnya yang sakit, apabila sujud dia meletakkan bantal di bawah lututnya.
Shahih Bukhari 3857: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Adi] dari [Syu'bah] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Busyair bin Yasar] dari [Suwaid bin An Nu'man] -dia adalah sahabat orang yang ikut bai'at di bawah pohon- katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau pernah di hidangkan makanan dari tepung, lalu mereka mengedarkan makanan tersebut (untuk dimakan)." Hadits ini diperkuat juga oleh [Mu'adz] dari [Syu'bah].
Shahih Bukhari 3858: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Hatim bin Bazi'] telah menceritakan kepada kami [Syadzan] dari [Syu'bah] dari [Abu Jamrah] ia berkata: aku bertanya kepada A'idz bin 'Amru radliyallahu 'anhu, -dia termasuk shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang ikut bai'at di bawah pohon- "Apakah shalat witir dapat dianggap gugur?" Dia menjawab: "Jika kamu telah mengerjakan witir di awal (malam) janganlah kamu kerjakan lagi di akhir (malam)."
Shahih Bukhari 3859: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Zaid bin Aslam] dari [Bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengadakan perjalanan malam, sementara [Umar bin Al Khaththab] bersama beliau. Kemudian Umar bin Al Khaththab bertanya kepada beliau tentang sesuatu, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menjawabnya. Umar bertanya kembali namun beliau tetap tidak menjawabnya. Umar bertanya sekali lagi, namun beliau tetap tidak menjawabnya. Lantas Umar bin Al Khaththab berkata (dalam hati): "Celaka kamu wahai 'Umar, kamu telah bertanya dengan memelas kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tiga kali namun semuanya tidak dijawab." Umar melanjutkan: "Kemudian aku menghentak untaku lalu berjalan di depan kaum Muslimin. Aku khawatir seandainya turun wahyu dalam Al Qur'an yang menceritakan tentang diriku. Tidak lama kemudian aku mendengar seseorang berteriak memanggilku. Umar berkata: "Sungguh aku khawatir seandainya turun wahyu dalam Al Qur'an yang menceritakan tentang diriku." Setelah itu aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku memberi salam kepada beliau. Beliau bersabda: "Telah turun kepadaku malam ini satu surah yang lebih aku cintai dari apa yang disinari oleh matahari." Kemudian beliau membaca surat tersebut yang artinya: {INNAA FATAHNAA LAKA FATHAN MUBIINAN} (Sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu kemenagnan yang nyata) (QS. Al Fath: 1).
Shahih Bukhari 3860: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] Ia berkata: aku mendengar [Az Zuhri] ketika dia menyampaikan hadits ini: "Aku hafal sebagiannya lalu [Ma'mar] menegaskannya kepadaku dari ['Urwah bin Az Zubair] dari [Al Miswar bin Makhramah] dan [Marwan bin Al Hakam] keduanya saling menambahkan satu sama lain, keduanya berkata: Pada peristiwa Hudaibiyyah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat dari Madinah bersama sekitar seribu sahabat beliau. Ketika sampai di Dzul Hulaifah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengikat dan menandai hewan qurban beliau, lalu memulai ihram dari sana untuk melaksanakan 'umrah. Setelah itu beliau mengutus seorang mata-mata dari suku Khuza'ah, sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan, tatkala sampai di Ghadirul Asythath, mata-mata beliau datang sambil berkata: "Sesungguhnya kaum Quraisy telah berkumpul untuk menghadapi anda. Mereka berkumpul mengerahkan berbagai suku. Mereka akan memerangi anda dan menghalangi serta mencegah anda dari Baitullah." Beliau lalu bersabda: "Wahai sekalian manusia, berkumpullah kepadaku. Apakah kalian melihat bahwa aku akan berpaling kepada keluarga dan anak keturunan mereka yaitu orang-orang yang hendak menghalangi kita dari Baitullah. Jika ada yang datang kepada kita sebagai utusan, Allah 'azza wa jalla telah memutus mata-mata dari Musyrikin. Jika tidak, kita biarkan mereka menjadi orang-orang yang diperangi." Lalu Abu Bakar berkata: "Wahai Rasulullah, engkau keluar sengaja hanya untuk ber'ibadah di Baitullah. Engkau tidak bermaksud membunuh seseorang pun dan tidak bermaksud memerangi seorang pun. Maka hadapilah, siapa ytang menghalangi kita, kita akan memeranginya." Maka beliau bersabda: "Bergeraklah dengan nama Allah."
Shahih Bukhari 3861: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] telah mengabarkan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepadaku [anak saudara Ibnu Syihab] dari [Pamannya] telah mengabarkan kepadaku [Urwah bin Az Zubair] bahwa dia mendengar [Marwan bin Al Hakam] dan [Miswar bin Makhramah] Keduanya mengabarkan tentang peristiwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat melaksanakan 'umrah pada peristiwa Hudaibiyyah. Dan diantara persyaratan yang diajukan oleh Suhail bin 'Amru adalah: "Tidak ada seorang pun dari kami yang datang kepadamu, sekalipun dia beragama dengan agamamu, melainkan kamu harus mengambalikannya kepada kami." (Beliau bersabda): "Dengan syarat kamu memberi kebebasan kepada kami untuk mengunjungi Baitullah." Namun Suhail tidak mau untuk menuruti apa yang disyaratkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali seperti yang diajukannya. Maka kaum Mukminin tidak suka dengan persyaratan tidak adil itu sambil marah. Mereka terus memperbincangkan masalah itu. Ketika Suhail enggan untuk memenuhi persyaratan yang diajukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali seperti yang diajukannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyetujuinya lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengembalikan Abu Jandal bin Suhail pada saat itu kepada bapaknya, Suhail bin 'Amru. Dan tidak ada yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seorang pun dari kalangan laki-laki kecuali beliau harus mengambalikannya selama dalam masa perjanjian tersebut, sekalipun dia seorang muslim. Suatu hari, para wanita mu'minat berhijrah. Dan diantara mereka yang berhijrah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah Ummu Kultsum binti 'Uqbah bin Abu Mu'aith, seorang budak wanita yang telah merdeka. Tak lama kemudian datanglah keluarganya meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau mengembalikannya kepada mereka hingga akhirnya Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang kaum wanita mu'minat yang berhijrah sebagaimana yang telah diturunkan (yang menerangkan larangan megembalikan mereka -pent)."
Shahih Bukhari 3862: [Ibnu Syihab] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] bahwa Aisyah radliyallahu 'anha, istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguji wanita mukminat yang datang berhijrah kepada beliau berdasarkan ayat ini: (Wahai Nabi, jika datang kepadamu wanita-wanita mu'minat untuk berbai'at kepadamu) (QS. Al Mumtahanah: 12). Dan dari pamannya berkata: telah sampai kepada kami ketika Allah Ta'ala memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam agar mengembalikan kepada kaum musyrikin apa yang telah mereka berikan sebagai nafkah (mahar) kepada istri-istri mereka yang telah berhijrah. Dan telah sampai pula berita bahwa Abu Bashir. Lalu dia menceritakan kisah selengkapnya.
Shahih Bukhari 3863: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] dari [Malik] dari [Nafi'] bahwa Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma keluar untuk menunaikan 'umrah pada masa timbulnya fitnah. Dia berkata: "Jika aku dihalangi beribadah di Baitullah, kami akan tetap melaksanakan sebagaimana kami pernah melaksanakannya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Lalu bertalbiyah (berihram) untuk 'umrah dengan mencontoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang pernah bertalbiyah (berihram) untuk 'umrah pada tahun perjanjian Hudaibiyah.
Shahih Bukhari 3864: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari ['Ubaidullah] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Dia tengah berihram lalu berkata: "Sekalipun aku dihalangi dari Baitullah, aku akan tetap melaksanakannya sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakannya ketika beliau dihalangi dari Baitullah oleh kaum Kafir Quraisy." Dia kemudian membaca: (Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagi kalian) (QS. Al Ahzab: 21).
Shahih Bukhari 3865: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad bin Asma'] telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah] dari [Nafi'] bahwa ['Ubaidullah bin Abdullah] dan [Salim bin Abdullah] mengabarkan bahwa keduanya berbicara kepada [Abdullah bin 'Umar]. -Dan diriwayatkan dari jalur lain- telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah] dari [Nafi'] bahwa Sebagian dari anak Abdullah berkata kepadanya: "Sebaiknya anda melaksanakan ('umrah) tahun depan, sebab aku khawatir anda tidak akan sampai ke Baitullah." Mendengar itu Abdullah bin 'Umar berkata: "Kami pernah keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, namun orang-orang kafir Quraisy menghalangi beliau dari Baitullah. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut sementara para shahabat mengikutinya." Abdullah melanjutkan: "Aku bersaksi kepada kalian bahwa aku akan tetap melaksanakan 'umrah. Jika aku diberikan jalan antara aku dan Baitullah, maka aku akan thawaf disana dan jika aku dihalangi dari Baitullah maka aku akan tetap melaksanakan sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakannya." Maka dia berjalan sesaat lalu berkata: "Aku tidak menganggap keduanya (pelaksanaan haji dan 'umrah) melainkan satu. Aku bersaksi kepada kalian bahwa aku telah mewajibkan haji untuk diriku sendiri bersama 'umrahku ini." Maka dia thawaf sekali dan sa'i sekali lalu bertahallul untuk keduanya sekaligus.
Shahih Bukhari 3866: Telah menceritakan kepadaku [Syuja' bin Al Walid] dia mendengar [An Nadlar bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Shakhr] dari [Nafi'] ia berkata: Sesungguhnya orang-orang membicarakan bahwa Ibnu 'Umar masuk Islam sebelum 'Umar padahal yang sebenarnya bukan seperti itu. Pada saat perjanjian Hudabiyyah, 'Umar pernah mengutus Abdullah bin 'Umar untuk mengambil kuda miliknya yang berada di tangan seseorang dari Anshar agar dia membawanya untuk berperang. Sementara para sahabat tengah berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah pohon, sedangkan 'Umar tidak mengetahuinya. Abdullah ikut berbai'at kemudian dia pergi mengambil kuda yang dimaksud, lalu datang membawanya kepada 'Umar. Saat itu 'Umar sedang mengenakan baju pelindung (perisai) untuk berperang, lalu Abdullah mengabarkan kepadanya bahwa para sahabat tengah berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bawah pohon. Nafi' berkata: Dia langsung berangkat bersamanya hingga berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Itulah yang dibicarakan orang-orang bahwa Ibnu 'Umar lebih dahulu masuk Islam dari pada 'Umar. Hisyam bin 'Ammar mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah menceritakan kepada kami ['Umar bin Muhammad Al 'Umari] telah mengabarkan kepadaku [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Orang-orang pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perjanjian Hudaibiyyah, lalu mereka berpencar di bawah pohon untuk berteduh. Tiba-tiba orang-orang mengelilingi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Umar berkata: "Wahai Abdullah, lihat apa yang sedang mereka lakukan, mereka tengah mengelilingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Lalu Abdullah mendapatkan mereka sedang berbai'at. Dia pun ikut berbai'at. Kemudian dia kembali menemui 'Umar. Maka 'Umar keluar dan ikut berbai'at pula.
Shahih Bukhari 3867: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [Ya'la] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] ia berkata: aku mendengar Abdullah bin Abu Aufa radliyallahu 'anhuma berkata: Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau melaksanakan 'umrah. Beliau thawaf dan kami pun turut thawaf bersama beliau, ketika beliau shalat, kami juga ikut shalat bersama beliau, ketika beliau melaksanakan sa'i antara bukit Shafa dan marwah, maka kami melindungi beliau dari penduduk Makkah agar tidak ada seorang pun yang melukai beliau dengan sesuatu.
Shahih Bukhari 3868: Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sabiq] telah menceritakan kepada kami [Malik bin Mighwal] ia berkata: aku mendengar [Abu Hushain] berkata: [Abu Wa'il] mengatakan: Ketika [Sahal bin Hunaif] datang dari perang Shiffin, kami menemuinya dan meminta kabar darinya. Dia berkata: "Berhati-hatilah kalian dengan pendapat kalian. Sungguh aku pernah melihat diriku sendiri pada peristiwa Abu Jandal (pada Perjanjian Hudaibiyah), seandainya aku sanggup menolak perintah (keputusan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentu aku sudah menolak perintah beliau. Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Saat itu kami tidak akan meletakkan senjata-senjata kami di atas pundak-pundak kami karena adanya keputusan yang merugikan kami, ternyata keputusan itu memudahkan kami kepada urusan yang baru kami ketahui sebelum perkara sekarang ini (perang Shiffin). Tidaklah timbul dendam kecuali akan menimbukan permusuhan baru yang kami tidak tahu bagaimana kami menghadapinya."
Shahih Bukhari 3869: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Mujahid] dari [Ibnu Abu Laila] dari Ka'ab bin 'Ujrah radliyallahu 'anhu ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemuiku saat perjanjian Hudaibiyyah, sedangkan kutu kepalaku berjatuhan di wajahku. Beliau lalu bertanya: "Sepertinya kutu kepalamu sangat mengganggumu." Aku jawab: "Benar." Beliau lalu bersabda: "Cukurlah rambutmu dan berpuasalah tiga hari atau berilah makan enam orang miskin atau berqurban dengan seekor kambing." Ayyub berkata: "Aku tidak tahu dari mana ia memulainya."
Shahih Bukhari 3870: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hisyam Abu Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] dari [Abu Bisyir] dari [Mujahid] dari [Ibnu Abu Laila] dari Ka'ab bin 'Ujrah radliyallahu 'anhu ia berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat perjanjian Hudaibiyyah, ketika itu kami sedang berihram sementara kaum Musyrikin menghalangi kami (dari baitullah). Dia berkata: Saat itu aku terkena penyakit hingga kutu-kutu berjatuhan di wajahku. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lewat di hadapanku, beliau bertanya: "Apakah kutu-kutu di kepalamu sangat mengganggumu?" Aku jawab: "Benar." Dia berkata: Setelah itu turunlah ayat: (Maka barangsiapa dari kalian yang sakit atau tertimpa penyakit pada kepalanya (lalu dia bercukur), wajiblah dia berpuasa atau memberi shadaqah atau berqurban) (QS. Al Baqarah: 196).
Shahih Bukhari 3871: Telah menceritakan kepadaku [Abdul A'la bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] bahwa Anas radliyallahu 'anhu bercerita kepada mereka, bahwa Serombongan dari suku 'Ukail dan 'Urainah mengunjungi Madinah untuk bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyatakan keIslamannya. Mereka berkata: "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang pandai memerah susu (beternak) dan bukan pandai bercocok tanam." Ternyata mereka tidak suka tinggal di Madinah karena suhunya (hingga menyebabkan sakit). Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menunjuki mereka untuk menemui penggembala dan beberapa ekor untanya supaya dapat minum susu dan air seni unta-unta tersebut. Sesampainya mereka di distrik Harrat, mereka kembali kufur setelah keIslamannya, membunuh penggembala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan merampas unta-unta beliau. Ketika peristiwa ini sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau langsung mengutus seseorang untuk mengejar mereka melalui jejak perjalanan mereka. (Setelah berhasil ditangkap), beliau memerintahkan agar mencungkil mata mereka dengan besi panas, memotong tangan-tangan mereka dan membiarkan mereka di bawah sengatan matahari sampai mati dalam kondisi seperti itu." Qatadah berkata: telah sampai kepada kami, bahwa setelah peristiwa itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk bersedekah (membagikan harta-harta mereka) dan melarang memutilasi. Syu'bah, [Aban] dan [Hammad] mengatakan dari Qatadah: "rombongan dari 'Urainah". Sedangkan [Yahya bin Abu Katsir] dan [Ayyub] mengatakan dari [Abu Qilabah] dari Anas: "datang rombongan dari suku 'Ukul."
Shahih Bukhari 3872: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abdurrahim] telah menceritakan kepada kami [Hafsh bin Umar Abu 'Umar Al Hawdli] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dan [Al Hajjaj Ash Shawwaf] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Abu Raja'] mantan budak Abu Qilabah -dia pernah bersamanya di Syam- Pada suatu hari Umar bin Abdul 'Aziz bermusyawarah dengan orang-orang. Katanya: "Apa pendapat kalian tentang pembagian ini?" Mereka menjawab: "Benar. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerapkannya begitu juga para khalifah sebelum anda." Abu Raja' berkata: Saat itu Abu Qilabah berada di tempat tidurnya, lalu 'Anbasah bin Sa'id berkata: "Mana hadits Anas tentang suku 'Urainah". Maka Abu Qilabah berkata dari [Anas bin Malik], berkata [Abdul Aziz bin Shubaih] dari Anas: "dari suku Uraniyah." Dan berkata Abu Qilabah dari Anas: "dari suku 'Ukul." Lalu dia menceritakan kisah tersebut.
Shahih Bukhari 3873: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Hatim bin Yazid] dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] ia berkata: aku mendengar [Salamah bin Al Akwa'] berkata: Aku keluar sebelum adzan pertama shalat Shubuh (dikumandangkan). Saat itu unta betina bunting milik Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang digembalakan di Dzi Qarad. Dia melanjutkan: Lalu aku berjumpa dengan budak Abdurrahman bin 'Auf, dia berkata: "Unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah dicuri orang." Aku bertanya: "Siapa yang mencurinya?" Dia berkata: "(Suku) Ghathafan." Maka aku berteriak sebanyak tiga kali dengan teriakan yang dapat diperdengarkan diantara dua bukit Madinah. Maka aku hadapkan wajahku (tidak menoleh ke kanan dan kiri) hingga aku dapat menemukan mereka hendak memberikan minum unta itu. Aku meluncurkan anak panah kepada mereka. Aku adalah orang yang ahli memanah. Aku katakan: "Akulah putra Al Akwa'. Hari ini adalah hari kebinasaan orang-orang yang hina." Dan aku terus bersya'ir hingga aku merebut kembali unta tersebut dari mereka (sebelum mereka meminum air susunya). Aku juga berhasil merampas sebanyak tiga puluh burdah (kain selimut). Dia melanjutkan: Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beserta para shahabat datang. Aku katakan: "Wahai Nabiyullah, aku dapat mendahului kaum itu dari mata air sehingga mereka kehausan. Untuk itu, utuslah aku sejenak (untuk memberi pelajaran kepada mereka)." Maka beliau bersabda: "Wahai Ibnu Al Akwa', tahanlah emosimu dan bersikap lembutlah." Dia berkata: Kemudian kami kembali dan aku dibonceng di atas unta beliau hingga kami memasuki kota Madinah.
Shahih Bukhari 3874: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Busyair bin Yasar] bahwa [Suwaid bin An Nu'man] mengabarkannya bahwa Dia pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Khaibar, ketika mereka sampai di Shahba' yaitu pinggiran Khaibar, beliau mengerjakan shalat 'Ashar. Setelah itu beliau minta perbekalan, namun beliau tidak diberi kecuali makanan yang terbuat dari tepung. Maka beliau memintanya lalu memakannya dan kami pun ikut memakannya. Setelah itu beliau berdiri untuk melaksanakan shalat Maghrib, beliau berkumur-kumur, dan kami juga berkumur-kumur, lalu mengerjakan shalat tanpa berwudlu' lagi.
Shahih Bukhari 3875: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] telah menceritakan kepada kami [Hatim bin Isma'il] dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] dari Salamah bin Al Akwa' radliyallahu 'anhu ia berkata: Kami mengadakan perjalanan malam bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menuju Khaibar, lalu seorang laki-laki dari rombongan berkata kepada 'Amir: "Wahai 'Amir, apakah tidak sebaiknya engkau perdengarkan kepada kami bait-bait sya'irmu?" -'Amir adalah seorang ahli penyair- Maka dia mulai melantunkan sya'ir kepada rombongan itu. Katanya: "Ya Alah, kalau bukan karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk. Kami tidak akan bershadaqah dan juga tidak akan shalat. Berilah ampunan sebagai tebusan untuk-Mu atas apa yang telah kami lalaikan. Teguhkan kaki-kaki kami bila bertemu musuh. Berikanlah ketenangan atas kami. Sesungguhnya jika diserukan kepada kami, niscaya kami enggan mengikutinya Namun dengan seruan itu mereka datang kepada kami." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Siapakah yang sedang bersenandung itu?" Mereka menjawab: "'Amir bin Al Akwa'." Beliau bersabda: "Semoga Allah merahmatinya." Tiba-tiba seorang laki-laki berkata: "Sudah semestinya wahai Nabiyullah. (Bagaimana jadinya) sekiranya engkau tidak menyenangkan kami dengannya." Lalu kami mengepung Khaibar, hingga kami ditimpa rasa lapar yang sangat. Kemudian Allah Ta'ala menaklukannya. Di sore harinya, yaitu di hari (pertama) Khaibar ditaklukkan, orang-orang menyalakan api, melihat itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apakah api-api itu? Untuk apa dinyalakan?" Mereka menjawab: "Untuk memasak daging." Beliau bertanya: "Daging apa?" Mereka menjawab: "Daging keledai jinak." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tumpahkan dan pecahkanlah (periuk-periuknya)." Seorang laki-laki bertanya: "Wahai Rasulullah, tidakkah kita menumpahkannya lalu mencucinya?" Beliau bersabda: "Atau seperti itu." Ketika rombongan pasukan sudah saling berhadapan, saat itu 'Amir membawa pedangnya yang pendek, lalu dia mengayunkannya untuk menebas betis kaki seorang Yahudi. Namun pedangnya berbalik mengenai kakinya dan tepat melukai mata kaki 'Amir hingga menyebabkan dia gugur. Salamah berkata: Ketika mereka kembali, Salamah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihatku lalu memegang tanganku seraya berkata: "Ada apa denganmu?" Aku berkata kepada beliau: "Demi bapak ibuku sebagai tebusan anda. Orang-orang menganggap bahwa 'Amir telah melakukan amalan yang sia-sia." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Mereka berdusta. Siapa yang mengatakannya? Sesungguhnya dia mendapatkan dua pahala." -Beliau mengumpulkan dua jarinya- "Sungguh dia seorang mujahid yang telah berjuang dengan gigih. Sedikit sekali orang Arab yang dapat melakukan seperti yang dia lakukan." Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Hatim] ia berkata: (Dalam riwayat lain menggunakan kalimat) nasya'a bihaa, artinya mencontohkannya.
Shahih Bukhari 3876: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Humaid Ath Thawil] dari Anas radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi Khaibar pada malam hari. Apabila beliau menyerang suatu kaum di malam hari, beliau tidak menyerangnya hingga datang waktu pagi. Ketika pagi telah tiba, orang-orang Yahudi pun keluar rumah dengan membawa sekop-sekop dan keranjang mereka. Tatkala mereka melihat beliau, mereka berkata: "Muhammad Demi Allah, Muhammad dan pasukannya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, (maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut). (QS. Ash Shaffat: 177).
Shahih Bukhari 3877: Telah mengabarkan kepada kami [Shadaqah bin Al Fadlal] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu 'Uyainah] telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Muhammad bin Sirin] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu ia berkata: Kami hendak menyerang Khaibar hingga awal pagi. Ketika penduduk Khaibar keluar dengan membawa keranjang-keranjang mereka, dan mereka melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata: "Muhammad, demi Allah Muhammad dan pasukannya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allahu Akbar. Hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, (maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut) (QS Ash Shaffat: 177). Selanjutnya kami berhasil mendapatkan daging-daging keledai, tiba-tiba seorang penyeru Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berseru: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian memakan daging keledai, karena dia najis."
Shahih Bukhari 3878: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin 'Abdul Wahhab] telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Muhammad] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi seseorang, seraya bertanya: "Apakah daging keledai boleh dimakan?" Beliau diam. Kemudian orang itu datang lagi untuk kedua kalinya dan bertanya: "Apakah daging keledai boleh dimakan?" Beliau tetap diam. Kemudian orang itu datang lagi untuk ketiga kalinya dan bertanya: "Apakah daging keledai dimusnahkan saja?" Maka beliau memerintahkan seorang penyeru, lalu penyeru itu berseru di hadapan orang banyak: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian memakan daging keledai jinak." Mendengar itu periuk-periuk ditumpahkan, padahal isinya penuh dengan daging keledai.
Shahih Bukhari 3879: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Tsabit] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melaksanakan shalat Shubuh dekat Khaibar ketika hari masih gelap, kemudian bersabda: "Allahu Akbar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, (maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut)" (QS. Ash Shaffat: 177). Ketika penduduk Khaibar keluar dan berjalan dalam kegelapan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membunuh para pasukan mereka dan menawan anak-anak mereka. Dan diantara tawanan tersebut terdapat seorang wanita bernama Shafiyah, semula ia tawanan milik Dihyah Al Kalbi lalu diberikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau menikahinya dan menjadikan pembebasannya sebagai mahar pernikahannya." Abdul 'Aziz berkata kepada Tsabit: "Wahai Abu Muhammad, apakah kamu pernah bertanya kepada Anas: "Apa yang beliau jadikan maharnya?" Maka Tsabit menganggukkan kepalanya tanda membenarkan.
Shahih Bukhari 3880: Telah menceritakan kepada kami [Adam] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abdul 'Aziz bin Shuhaib] ia berkata: aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menawan Shafiyyah lalu membebaskannya kemudian menikahinya. Tsabit bertanya kepada Anas: "Apa maharnya?" Anas menjawab: "Maharnya adalah dirinya, lalu beliau memerdekakannya."
Shahih Bukhari 3881: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] dari [Abu Hazim] dari Sahal bin Sa'ad As Sa'idi radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berhadapan dengan Kaum Musyrikin, kemudian keduanya saling menyerang. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bergabung dengan bala tentara dan musuhnya pun bergabung kepada bala tentara mereka. Dan diantara shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ada seseorang yang tidak menyisakan musuh pun kecuali terus ia mengejarnya untuk dipenggal dengan pedangnya. Setelah itu seseorang berkata: "Hari ini tidak ada seorang pun dari kita yang mendapat ganjaran pahala sebagaimana yang didapat si fulan itu." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya orang itu termasuk dari penduduk neraka." Seorang laki-laki dari kaumnya berkata: "Aku adalah sahabatnya." Sahal berkata: Kemudian dia berangkat bersama orang itu, apabila dia berhenti orang itu pun berhenti dan bilamana dia bergegas maka orang itupun bergegas bersamanya. Sahal melanjutkan: Kemudian laki-laki itu (orang yang berperang tadi) ditemukan dalam keadaan terluka sangat parah hingga mengharapkan segera mati. Lalu ia itu meletakkan pedangnya di tanah dan ujung pedangnya diletakkah diantara dua dadanya lalu dia membunuh dirinya sendiri. Maka orang yang bersamanya tadi pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berkata: "Aku bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah." Beliau bertanya: "Kenapa kamu berkata seperti itu?" Orang itu menjawab: "Orang yang engkau sebutkan tadi benar-benar penghuni neraka." Mendengar perkataanya, para sahabat merasa heran. Aku lalu berkata: "Aku menjadi saksinya. Aku telah keluar bersamanya dimana aku mencarinya kemudian aku dapatkan dia dalam keadaan luka parah, hingga ia berkeinginan supaya cepat mati, lalu dia meletakkan pedangnya di tanah dan ujung pedangnya diletakkah diantara dua dadanya setelah itu dia membunuh dirinya sendiri. Pada kesempatan itu juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang mengamalkan amalan penduduk surga berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia adalah dari golongan penduduk neraka. Dan ada seseorang yang mengamalkan amalan penduduk neraka berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia sebenarnya dari golongan penduduk surga."
Shahih Bukhari 3882: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Kami ikut perang Khaibar. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada seseorang yang bersama beliau dan mengaku telah memeluk Islam: "Orang ini termasuk penduduk neraka." Ketika terjadi peperangan, orang tadi berperang dengan sangat berani hingga orang-orang ragu (dengan apa yang diucapkan beliau). Ternyata laki-laki itu mendapatkan luka yang sangat serius. Lalu tanganya berusaha menggapai sarung panahnya, kemudian dia mengeluarkan anak panah dan menusuk dirinya sendiri. Lantas para pejuang Muslimin berkumpul dan berkata: "Wahai Rasulullah, Allah telah membenarkan ucapan anda. Si fulan membunuh dirinya hingga mati." Beliau bersabda: "Berdirilah kamu hai fulan dan umumkan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beriman. Sesungguhnya Allah mengokohkan agama ini (diantaranya) dengan perantaraan seorang yang fajir (berdosa)." Hadits ini juga di perkuat oleh [Ma'mar] dari [Az Zuhri]. Dan [Syabib] mengatakan: dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Al Musayyab] dan [Abdurrahman bin Abdullah bin Ka'ab] bahwa [Abu Hurairah] berkata: "Kami ikut bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Hunain." Dan [Ibnu Al Mubarak] mengatakan dari [Yunus] dari [Az Zuhri] dari [Sa'id] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits ini juga diperkuat oleh [Shalih] dari [Az Zuhri]. Az Zubaidiy mengatakan: telah mengabarkan kepadaku [Az Zuhri] bahwa [Abdurrahman bin Ka'ab] mengabarkan kepadanya bahwa ['Ubaidullah bin Ka'ab] berkata: telah mengabarkan kepadaku [orang yang] ikut dalam perang Khaibar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. [Az Zuhri] berkata: dan telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin Abdullah] dan [Sa'id] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3883: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami ['Abdul Wahid] dari ['Ashim] dari [Abu 'Utsman] dari Abu Musa Al Asy'ari radliyallahu 'anhu ia berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perang melawan (penduduk) Khaibar, -atau dia berkata- Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat orang-orang menuruni lembah sambil meninggikan suara dengan bertakbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar laa ilaaha illallah (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Rendahkanlah, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian." Saat itu aku berada di belakang hewan tunggangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau mendengar apa yang aku ucapkan. Saat itu aku membaca: "laa hawla wa laa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah)." maka beliau berkata kepadaku: "Wahai Abdullah bin Qais!" Aku jawab: "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Beliau melanjutkan: "Maukah aku tunjukkan kepadamu satu kalimat yang termasuk perbendaharaan surga?" Aku jawab: "Tentu wahai Rasulullah, demi bapak ibuku sebagai tebusan anda." Beliau bersabda: "laa hawla wa laa quwwata illa billah."
Shahih Bukhari 3884: Telah menceritakan kepada kami [Al Makki bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Abu 'Ubaid] ia berkata: Aku pernah melihat bekas luka pukulan pedang pada kaki (bagian lutut) Salamah. Lalu aku berkata kepadanya: "Wahai Abu Muslim, luka bekas pukulan apakah ini?" Dia menjawab: "Ini luka bekas pukulan yang aku alami pada perang Khaibar. Saat itu orang-orang berkata: 'Salamah terluka' Maka aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau meludahi lukaku sebanyak tiga kali. Setelah itu aku tidak merasakan sakit hingga sekarang."
Shahih Bukhari 3885: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Hazim] dari [Bapaknya] dari [Sahal] ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhadapan dengan Kaum Musyrikin di peperangan beliau, lalu beliau saling menyerang. Kemudian masing-masing pasukan bergabung dengan bala tentara mereka. Sementara diantara Kaum Muslimin terdapat seseorang yang tidak menyisakan seorang musyrik pun kecuali ia terus mengejarnya untuk dipenggal dengan pedangnya. Seseorang berkata: "Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang mendapat ganjaran pahala sebagaimana yang didapat si fulan." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh orang itu termasuk penduduk neraka." Mereka balik bertanya: "Kalau begitu siapa diantara kami yang menjadi penduduk surga bila orang seperti ini termasuk penduduk neraka?" Kemudian seorang laki-laki dari kaum Muslimin berkata: "Aku akan mengikutinya." Maka dia mengikuti orang tersebut, hingga ketika dia mempercepat langkah atau memperlambatnya, aku selalu bersamanya. Akhirnya dia mendapatkan luka parah, ketika dalam keadaan sekarat, dia meletakkan pedangnya di tanah dan ujung pedangnya diletakkah diantara dua dadanya, lalu dia menekannya, akhirnya dia membunuh dirinya sendiri. Maka orang yang mengikutinya tadi pergi menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Aku bersaksi bahwa anda adalah benar-benar utusan Allah." Beliau bertanya: "Kenapa kamu berkata begitu?" Orang itu mengabarkan kepada beliau. Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amalan penduduk surga berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia dari penduduk neraka. Dan ada seseorang yang mengamalkan amalan penduduk neraka berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia dari penduduk surga."
Shahih Bukhari 3886: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sa'id Al Khuza'i] telah menceritakan kepada kami [Ziyad bin Ar Rabi'] dari [Abu 'Imran] ia berkata: [Anas] memperhatikan orang-orang pada hari Jum'at, ternyata dia melihat thayalisah (pakaian bergaris-garis). Lalu dia berkata: "Seakan-akan mereka saat ini adalah orang-orang Yahudi Khaibar."
Shahih Bukhari 3887: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] telah menceritakan kepada kami [Hatim] dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] dari Salamah radliyallahu 'anhu Ia berkata: 'Ali bin Abu Thalib radliyallahu 'anhu pernah tertinggal dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Khaibar, sebab waktu itu ia sedang sakit mata. Dia berkata: "Aku tertinggal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Kemudian 'Ali menyusul dan bertemu dengan Beliau. Pada malam harinya yaitu ketika pagi harinya Allah memenangkan Kaum Muslimin, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku akan memberikan bendera komando perang ini kepada seorang laki-laki." -atau bersabda- "Besok pagi, bendera ini akan diambil oleh seorang laki-laki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah akan memberi kemenangan ini lewat tangannya." Saat itu kami sangat mengharapkannya. Kemudian dikatakan: "Ini 'Ali datang." Kemudian Beliau memberikan bendera itu kepadanya, lalu Allah memberikan kemenangan melalui dirinya.
Shahih Bukhari 3888: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Abdurrahman] dari [Abu Hazim] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku Sahal bin Sa'ad radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada waktu perang Khaibar: "Sungguh esok hari aku akan menyerahkan bendera komando ini kepada seorang laki-laki yang lewat tangannya Allah akan memenangkan peperangan ini. Dia adalah orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya." Sahal berkata: Maka semalaman orang-orang memperbincangkan siapa diantara mereka yang akan diberikan kepercayaan itu. Keesokan harinya, orang-orang telah berkumpul di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan masing-masing berharap mendapat kepercayaan tersebut. Beliau bertanya: "Dimanakan Ali bin Abu Thalib?" Para sahabat menjawab: "Dia sedang sakit mata, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Datangilah dan bawa dia kemari!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu meludahi matanya dan mendo'akannya. Seketika matanya sembuh seakan tidak ada bekas sakit sebelumnya. Akhirnya beliau menyerahkan bendera komando perang tersebut kepadanya. 'Ali berkata: "Wahai Rasulullah, Aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita." Beliau berkata: "Laksanakanlah dengan tenang hingga kamu singgah pada tempat tinggal mereka lalu ajaklah mereka menerima Islam dan kabarkan kepada mereka apa yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak Allah. Sungguh seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui perantaraan kamu, hal itu lebih baik bagimu dari pada unta merah (harta yang paling baik)."
Shahih Bukhari 3889: Telah menceritakan kepada kami [Abdul Ghaffar bin Daud] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Abdurrahman]. -Dan diriwayatkan dari jalur lain- telah menceritakan kepadaku [Ahmad] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Ya'qub bin Abdurrahman Az Zuhri] dari ['Amru] mantan budak Al Muthallib dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu ia berkata: Kami menyerbu Khaibar, tatkala Allah menaklukan benteng Khaibar untuk kemenangan beliau, diceritakan kepada beliau tentang kecantikan Shafiyyah binti Huyyay bin Akhthab yang suaminya terbunuh, sedangkan dia baru saja menjadi pengantin. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memilihnya untuk diri beliau. Kemudian beliau keluar bersama Shafiyah, hingga ketika kami tiba di Saddash Shabhaa', dia berhenti untuk singgah bersamanya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membuatkan tenda untuknya, membuat makanan yang terbuat dari kurma, tepung dan minyak samin dalam wadah kecil terbuat dari kulit. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku: "Persilahkanlah orang-orang yang ada di sekitarmu!" Itulah walimah beliau dengan Shafiyah. Kemudian kami berangkat menuju Madinah, aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat dan memasukkan Shafiyyah ke dalam mantel dibelakang, lalu beliau duduk diatas untanya. Beliau meletakkan lutut beliau, sementara Shafiyah meletakkan kakinya diatas lutut beliau kemudian berjalan.
Shahih Bukhari 3890: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [saudaraku] dari [Sulaiman] dari [Yahya] dari [Humaid Ath Thawil] dia mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menetap bersama Shafiyyah binti Huyyay selama tiga hari di jalan Khaibar sejak beliau menikahinya. Dan Shafiyyah adalah termasuk orang yang ditutupi dengan hijab (kain penutup seluruh tubuh).
Shahih Bukhari 3891: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu Maryam] telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ja'far bin Abu Katsir] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Humaid] bahwa dia mendengar Anas radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menetap bersama Shafiyyah binti Huyyay selama tiga hari di jalan antara Khaibar dan Madinah, beliau dibuatkan tenda bersama Shafiyyah. Kemudian aku mengundang kaum Muslimin untuk menghadiri walimah (resepsi pernikahan) beliau. Saat itu tidak ada roti dan tidak pula daging. Ketika itu beliau memerintahkan Bilal untuk menghamparkan hamparan yang terbuat dari kulit, setelah itu kurma, susu kering dan minyak samin diletakkan di atas hamparan tersebut. Lalu kaum Muslimin sama berkata: "Dia salah seorang dari ummahatul muslimin ataukah sahaya beliau?" Sebagian mereka menjawab: "Jika beliau menghijabnya berarti termasuk salah seorang dari ummahatul muslimin, jika beliau tidak menghijabnya berarti hanya seorang sahaya beliau." Ketika berangkat pulang, beliau menempatkan Shafiyyah dibelakang beliau dan menyelimutinya dengan hijab.
Shahih Bukhari 3892: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah]. -Dan telah diriwayatkan dari jalur lain- telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Wahb] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Humaid bin Hilal] dari Abdullah bin Mughaffal radliyallahu 'anhu ia berkata: "Ketika kami sedang mengepung benteng Khaibar, ada seseorang yang melempar wadah kulit berisi lemak, lantas aku melompat untuk mengambilnya. Aku menoleh, ternyata ada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga aku malu kepadanya."
Shahih Bukhari 3893: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] dari [Abu Salamah] dari ['Ubaidullah] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Pada saat perang Khaibar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang makan bawang dan daging keledai jinak. Beliau melarang makan bawang haditsnya dari Nafi', sedangkan (melarang makan) daging keledai jinak dari [Salim].
Shahih Bukhari 3894: Telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Qaza'ah] telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Abdullah] dan [Al Hasan], dua anak Muhammad bin 'Ali dari [Bapak keduanya] dari 'Ali bin Abu Thalib radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang nikah mut'ah (perkawinan dengan waktu terbatas semata untuk bersenang-senang) dan melarang makan daging keledai jinak pada perang Khaibar.
Shahih Bukhari 3895: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Muqatil] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin 'Umar] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang makan daging keledai jinak pada waktu perang Khaibar.
Shahih Bukhari 3896: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Nashr] telah telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin 'Ubaid] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah] dari [Nafi'] dan [Salim] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma ia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang makan daging keledai jinak pada perang Khaibar."
Shahih Bukhari 3897: Telah menceritakan kepadaku [Sulaiman bin Harb] telah telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari ['Amru] dari [Muhammad bin 'Ali] dan Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang makan daging keledai jinak dan memberi kelonggaran (untuk mengkonsumsi) daging kuda pada saat perang Khaibar.
Shahih Bukhari 3898: Telah menceritakan kepadaku [Sa'id bin Sulaiman] telah telah menceritakan kepada kami ['Abbad] dari [Asy Syaibani] ia berkata: aku mendengar Ibnu Abu Aufa radliyallahu 'anhuma: Kami pernah merasa sangat lapar ketika perang Khaibar, sementara periuk tengah mendidih. Dia juga berkata: Dan sebagiannya sudah ada yang hangus. Tiba-tiba datang seorang penyeru Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berseru: "Janganlah kalian memakan daging keledai sedikitpun dan tumpahkanlah periuk-periuk itu." Ibnu Abu Aufa berkata: Kemudian kami memperbincangkan bahwa pelarangan itu karena keledai tidak termasuk bagian seperlima ghanimah (rampasan perang). Dan sebagian lagi berkata: "Pelarangan itu secara mutlak, karena keledai memakan kotoran."
Shahih Bukhari 3899: Telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Adi bin Tsabit] dari [Al Bara'] dan Abdullah bin Abu Aufa radliyallahu 'anhuma bahwa Mereka pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berhasil mendapatkan beberapa ekor keledai, lalu mereka memasaknya. Tiba-tiba seorang penyeru Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berseru: "Tumpahkanlah periuk-periuk kalian!"
Shahih Bukhari 3900: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] telah menceritakan kepada kami ['Abdush Shamad] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] telah menceritakan kepada kami ['Adi bin Tsabit] aku mendengar [Al Bara'] dan Ibnu Abu Aufa radliyallahu 'anhum keduanya bercerita dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Ketika terjadi perang Khaibar, para sahabat telah memasak (daging keledai) di periuk-periuk mereka, lalu beliau bersabda: "Tumpahkanlah periuk-periuk kalian!" Telah menceritakan kepada kami [Muslim] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Adi bin Tsabit] dari [Al Bara'] ia berkata: "Kami berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." seperti hadits diatas.
Shahih Bukhari 3901: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa]: Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Abu Zaidah]: Telah menceritakan kepada kami ['Ashim] dari ['Amir] dari [Al Bara' bin 'Azib] radliyallahu 'anhuma, mengatakan: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami dalam perang Khaibar untuk membuang daging keledai jinak baik yang masih mentah maupun matang, dan setelah itu beliau tidak memerintahkan kami untuk menyantapnya.
Shahih Bukhari 3902: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abul Husain]: Telah menceritakan kepada kami [Umar bin Hafsh]: Telah menceritakan kepada kami [ayahku] dari ['Ashim] dari ['Amir] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma mengatakan: "Saya tidak tahu, apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang keledai dikarenakan ia kendaraan masyarakat sehingga beliau tidak ingin jika kendaraan (sarana transportasi) mereka lenyap, atau memang beliau mengharamkannya pada hari Khaibar khusus daging keledai jinak?"
Shahih Bukhari 3903: Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Ishaq]: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sabiq]: Telah menceritakan kepada kami [Zaidah] dari ['Ubaidullah bin Umar] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma mengatakan: Pada perang Khaibar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagi untuk pasukan penunggang kuda dua bagian. Berkata: Namun Nafi' menafsirkannya dengan mengatakan: Jika seseorang mempunyai kuda, maka ia peroleh tiga bagian (dua bagian untuk kudanya, yang satu untuk pemiliknya) dan jika tidak mempunyai kuda maka ia memperoleh satu bagian.
Shahih Bukhari 3904: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair]: Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Sa'id bin Musayyab] bahwasanya [Jubair bin Muth'im]: telah mengabar kepadanya katanya: Aku pernah berjalan bersama 'Utsman bin Affan menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan kami sampaikan protes: "Telah engkau beri Bani Muththalib seperlima ghanimah Khaibar sedang engkau membiarkan kami-kami ini, padahal kita semua sederajat disisimu!" Beliau katakan: "Bani Hasyim dan Bani Muththalib adalah satu." Jubair berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak membagi untuk Bani 'Abdi Syams dan Bani Naufal.
Shahih Bukhari 3905: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al 'Ala']: Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah]: Telah menceritakan kepada kami [Buraid bin Abdullah] dari [Abu Burdah] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu katanya: Berita keberangkatan hijrah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke Madinah sampai kepada kami ketika kami di Yaman, maka kami berangkat hijrah untuk menemuinya bersama dua saudaraku, aku yang termuda. Satunya Abu Burdah dan satunya Abu Ruhm. -Kata Abu Burdah: sepertinya Abu Musa mengatakan dengan sekitar sepuluh, atau lima puluh tiga, atau lima puluh dua orang kaumku- kami menumpang perahu, selanjutnya perahu mendamparkan kami ke raja Najasyi di Ethiopia, di sana kami bertemu dengan Ja'far bin Abu Thalib dan tinggal bersamanya hingga kami bisa bersama-sama berangkat ke Madinah. Kami bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertepatan beliau menaklukkan Khaibar. Selanjutnya sebagian orang yang bersama Nabi berujar kepada kami -maksudnya para penumpang perahu-: "Kami lebih istimewa daripada kalian karena hijrah." Kemudian Asma' binti 'Umais, -dia diantara yang datang bersama kami, penumpang perahu- menemui Hafshah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kebetulan dia turut hijrah ke Najasyi bersama rombongan perahu. 'Umar lantas menemui Hafshah yang ketika itu Asma' disisinya. Ketika 'Umar melihat Asma', Umar bertanya: "Siapa ini?" Asma' menjawab: "Aku Asma' binti Umais." 'Umar berkata: "Kamu turut bersama muhajirin yang menumpang perahu, atau melayari lautan itu?" Asma' menjawab: "Benar." 'Umar mengatakan: "Kami lebih istimewa daripada kalian karena telah hijrah, dan kami lebih berhak terhadap Rasulullah daripada kalian-kalian!" Mendengar ungkapan ini, Asma' bin Umais langsung emosi dan berujar: "Tidak, demi Allah, bahkan kebersamaan kalian dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga beliau bisa memberi makan yang lapar dan memberi nasehat yang jahil, sementara kami di sebuah negeri atau di bumi yang jauh dan gersang di Ethiopia, dan itu kesemuanya semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, dan demi Allah, kami tidak bisa memberi makan yang lapar, tidak pula bisa memberi minum yang kehausan sehingga akan kulaporkan ucapanmu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kami juga disakiti dan diteror, dan semuanya itu akan kulaporkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Demi Allah, saya akan bertanya kepada beliau, saya tidak akan berdusta, tidak akan meninggalkan kebenaran, dan tidak akan menambah-nambahi!" Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang, Asma' binti Umais menyampaikan keluh-kesahnya: "Wahai Nabiyullah, 'Umar mengatakan demikian-demikian -Ia laporkan ucapan 'Umar yang mengatakan dia dan rombongannya lebih istimewa-. Nabi bertanya: "Lantas bagaimana kamu menjawab?" 'Asma' menjawab: "Ya tadi kujawab demikian-demikian." -ia utarakan semua jawabannya- Lantas Nabi bersabda: "Dia, 'Umar, tidak lebih berhak terhadapku daripada kalian, dia dan para sahabatnya hanya mempunyai satu hijrah, sementara kalian para penumpang perahu mempunyai dua hijrah." Kata Asma' binti Umais: Setelah itu kulihat Abu Musa dan para penumpang perahu menemuiku secara susul-menyusul menanyaiku hadits ini. Sehingga tak ada sesuatupun dari harta duniawi bisa lebih menggembirakan mereka, tidak pula lebih mereka agungkan daripada ucapan Rasulullah kepada mereka ini. Abu Burdah berkata: Asma' berkata: "Kulihat Abu musa berulangkali meminta pengulangan hadits ini kepadaku."
Shahih Bukhari 3906: (Masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya), [Abu Burdah] berkata: dari Abu Musa, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh aku mendengar suara kelembutan orang-orang Asy'ari dengan bacaan Al Qur'annya ketika mereka memasuki malam hari, dan aku mengetahui rumah-rumah mereka karena kemerduan suara mereka dengan Al Quran di malam hari, sekalipun aku tidak pernah melihat rumah-rumah mereka ketika siang. Diantara mereka ada yang sangat cekatan jika menemui kuda perang" atau beliau berkata: "musuh." Nabi katakan kepada mereka: "Sahabat-sahabatku menyuruh kalian agar kalian melihat mereka."
Shahih Bukhari 3907: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Ibrahim]: dia mendengar [Hafsh bin Ghiyats]: Telah menceritakan kepada kami [Buraid bin Abdullah] dari [Abu Burdah] dari [Abu Musa] mengatakan: Kami menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah beliau menaklukkan Khaibar, lantas beliau membagi ghanimah untuk kami, dan tidak beliau bagi untuk seorang pun yang tidak mengikuti penaklukan Khaibar selain kami.
Shahih Bukhari 3908: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad]: Telah menceritakan kepada kami [Muawiyah bin Amru]: Telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] dari [Malik bin Anas] katanya: telah menceritakan kepadaku [Tsaur] katanya: telah menceritakan kepadaku [Salim] -mantan budak- Ibnu Muthi' ia mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu mengatakan: Kami menaklukkan Khaibar dan tidak kami peroleh ghanimah berupa emas dan tidak pula perak, ghanimah yang kami peroleh hanyalah berupa sapi, unta, perbekalan, dan kebun-kebun. Kemudian kami pergi bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke Wadil Qura dan beliau ditemani seorang budaknya yang bernama Mid'am, budak yang dihadiahkan oleh salah seorang Bani Dhubab. Ketika ia sedang menurunkan barang-barang bawaan unta muatannya, ia terkena anak panah yang menyasar sehingga budak itu tewas. Karenanya, para sahabat berkomentar: "Duhai alangkah senangnya dia peroleh kesyahidan." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menampik ucapan mereka dengan bersabda: "Bahkan demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, bahwasanya kain yang diambilnya saat perang Khaibar dari barang-barang ghanimah yang belum resmi dibagi, akan menyalakan api baginya." Spontan ada seseorang membawa satu tali sandal atau sepasang tali sandal setelah mendengar komentar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut. Selanjutnya orang itu berkata: "Aku mendapatkan tali sandal ini." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Itu satu atau sepasang tali sandal neraka."
Shahih Bukhari 3909: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu Maryam]: Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] katanya: telah mengabarkan kepadaku [Zaid] dari [ayahnya], ia mendengar Umar bin Khaththab radliyallahu 'anhu berkata: "Ketahuilah, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, kalaulah bukan karena mempertimbangkan: 'Jangan-jangan kutinggalkan generasi masa depan muslimin tak punya apa-apa.' Tidaklah ada sebuah kawasan dibuka, melainkan akan kubagi-bagi sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membagi tanah Khaibar, namun telah kutinggalkan untuk kawasan tersebut sebuah perbendaharaan yang bisa mereka bagi-bagi."
Shahih Bukhari 3910: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna]: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Mahdi] dari [Malik bin Anas] dari [Zaid bin Aslam] dari [ayahnya] dari Umar radliyallahu 'anhu, katanya: Kalaulah bukan karena mempertimbangkan generasi masa depan muslimin, tidaklah ada sebuah kawasan dibuka untuk mereka, kecuali kubagi-bagi area kawasan itu semua sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membagi-bagi tanah Khaibar.
Shahih Bukhari 3911: Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Abdullah]: Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] katanya: aku mendengar [Az Zuhri] dan Ismail bin Umayyah menanyainya, katanya: Telah mengabarkan kepadaku Anbasah bin Said, bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan meminta beliau. Lantas sebagian Banu Sa'id bin 'Ash berujar: "Tolong, jangan engkau beri dia." Maka Abu Hurairah mengatakan: "Orang inilah si pembunuh Ibnu Qauqal." Kontan orang Bani Sa'id menghinanya: "Alangkah mengherankan binatang yang turun dari pelosok gunung 'Dho'n ini. Dan disebutkan dari [Az Zubaidi] dari [Az Zuhri], katanya, telah mengabarkan kepadaku ['Anbasah bin Sa'id], ia mendengar [Abu Hurairah] mengabarkan Said bin Al 'Ash, katanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Abban bin Said dalam sebuah ekspedisi militer dari Madinah ke arah Nejed. Abu Hurairah berkata: Abban dan bala tentaranya menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Khaibar setelah beliau menaklukkannya yang ketika itu tali kuda mereka terbuat dari sabut kurma. Abu Hurairah berkata: saya katakan: "Wahai Rasulullah, jangan engkau bagi untuk mereka." Maka Abban ganti mengatakan: "Apa engkau seperti ini wahai hewan yang turun dari puncak gunung Dho'n." Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Abban, duduklah." Dan beliau tidak membagi untuk mereka semua.
Shahih Bukhari 3912: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ismail]: Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Yahya bin Sa'id] katanya: Telah mengabarkan kepadaku [kakekku], bahwasanya Abban bin Sa'id menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengucapkan salam, lantas Abu Hurairah berujar: "Wahai Rasulullah, inilah si pembunuh Ibnu Qauqal." Maka Abban katakan kepada Abu Hurairah: "Alangkah mengherankan untukmu, si hewan yang turun dari pelosok gunung Dho'n. Ia mencelaku dengan seseorang yang telah Allah muliakan melalui perantaraanku, sedang ia mencegahnya untuk menghinaku dengan tangannya."
Shahih Bukhari 3913: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair]: Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari [Urwah] dari Aisyah, bahwa Fathimah Alaihas Salam binti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus utusan kepada [Abu Bakar] meminta warisannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari harta Fai yang Allah berikan kepadanya di Madinah dan Fadak, serta sisa seperlima ghanimah Khaibar. Maka Abu bakar katakan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: 'Kami tidak diwarisi, segala yang kami tinggalkan hanya sebagai sedekah saja', hanyasanya keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam makan dari harta ini, dan demi Allah, saya tidak akan merubah sedikitpun sedekah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari keadaannya semula sebagaimana beliau kelola semasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan akan saya kelola sebagaimana Rasulullah mengelola." Maka Abu Bakar enggan menyerahkan sedikitpun kepada Fathimah sehingga Fathimah emosi kepada Abu Bakar dalam masalah ini. Fathimah akhirnya mengabaikan Abu Bakar dan tak pernah mengajaknya bicara hingga ia wafat, dan ia hidup enam bulan sepeninggal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika wafat, ia dimandikan oleh suaminya, Ali, ketika malam hari, dan Ali tidak memberitahukan kewafatannya kepada Abu Bakar, kemudian ia menshalatinya. Padahal semasa Fathimah hidup, Ali dituakan oleh masyarakat, ketika Fathimah wafat, Ali memungkiri penghormatan para sahabat kepadanya, dan ia lebih cenderung berdamai dengan Abu Bakar dan berbaiat kepadanya, sekalipun ia sendiri tidak berbaiat di bulan-bulan itu. Ali kemudian mengutus seorang utusan kepada Abu Bakar yang inti pesannya: "Tolong datangilah kami, dan jangan seorang pun bersamamu!" Ali tidak menginginkan 'Umar juga turut hadir. Namun 'Umar mengatakan: "Tidak, demi Allah, jangan engkau temui mereka sendirian." Abu Bakar berkata: "Kalian tidak tahu apa yang akan mereka lakukan terhadapku, demi Allah, aku sajalah yang menemui mereka." Abu Bakar lantas menemui mereka, Ali mengucapkan syahadat dan berujar: "Kami tahu keutamaanmu dan apa yang telah Allah kurniakan kepadamu, kami bukan berarti dengki terhadap kebaikan yang telah Allah berikan padamu, namun rupanya engkau hanya menggunakan logikamu sendiri memperlakukan kami, kami punya pendapat, selayaknya kami peroleh bagian karena kedekatan kekerabatan kami dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hingga kedua mata Abu Bakar menangis. Ketika Abu Bakar bicara, Abu bakar sampaikan: "Kekerabatan Rasulullah lebih saya cintai daripada aku menyambung kekerabatanku, adapun percekcokan antara aku dan kalian dari harta ini, saya tidak pernah mengingkari kebaikan, tidaklah kutinggalkan sebuah perkara yang kulihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya, selain kulakukan." Kemudian Ali katakan kepada Abu bakar: "Waktu baiat kepadamu nanti sore." Ketika Abu Bakar telah shalat Zhuhur, beliau naik mimbar, beliau ucapkan syahadat dan beliau utarakan masalah Ali dan ketidakikutsertaannya dari bai'at dan alasannya, kemudian beliau beristighfar. Ali kemudian bersaksi dan mengemukakan keagungan hak Abu Bakar, dan ia ceritakan bahwa apa yang ia lakukan tidak sampai menyeretnya untuk dengki kepada Abu Bakar, tidak pula sampai mengingkari keutamaan yang telah Allah berikan kepada Abu Bakar, hanya kami berpandangan bahwa kami sebenarnya layak untuk menyatakan pendapat dalam masalah ini (warisan), namun rupanya Abu Bakar melakukan dengan logikanya sendiri sehingga kami merasa emosi." Kaum muslimin pun bergembira atas pernyataan Ali dan berujar: "Engkau benar." Sehingga kaum muslimin semakin dekat dengan Ali ketika Ali mengembalikan keadaan menjadi baik.
Shahih Bukhari 3914: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basysyar]: Telah menceritakan kepada kami [Harami]: Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] katanya: Telah mengabarkan kepadaku [Umarah] dari [Ikrimah] dari Aisyah radlliyallahu 'anha, dia berkata: Ketika Khaibar ditaklukkan, kami berujar: "Sekarang kami kenyang dengan kurma."
Shahih Bukhari 3915: Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan]: Telah menceritakan kepada kami [Qurrah bin Habib]: Telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar] dari [Ayahnya] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma, katanya: "Kami belum pernah kenyang hingga kami taklukkan Khaibar."
Shahih Bukhari 3916: Telah menceritakan kepada kami [Ismail], katanya: telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Abdul Majid bin Suhail] dari [Said bin Musayyab] dari [Abu Sa'id Al Khudri] dan Abu Hurairah radliyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mempekerjakan seseorang untuk mengelola tanah Khaibar, kemudian ia membawa kurma Janib (kurma yang berasal bukan dari Khaibar), maka Rasulullah bertanya: "Apakah kurma Khaibar seperti ini?" Ia menjawab: "Tidak, demi Allah ya Rasulullah, kami memperoleh satu sha' kurma Janib ini dengan menukar dua sha' kurma Khaibar atau tiga." Maka Nabi berkata: "Jangan kamu lakukan seperti itu, namun juallah semua dahulu dengan beberapa dirham, kemudian uangnya kamu belikan kurma Janib." Dan Abdul Aziz bin Muhammad berkata, dari [Abdul Majid] dari [Said], bahwasanya [Abu Said] dan [Abu Hurairah] menceritakan kepadanya, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus saudara Bani 'Adi dari Anshar ke Khaibar, lalu mengangkatnya sebagai pejabat Khaibar. Dan dari [Abdul Majid] dari [Abu Shalih As Siman] dari [Abu Hurairah] dan [Abu Sa'id] dengan Hadits yang serupa.
Shahih Bukhari 3917: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ismail]: Telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah] dari [Nafi'] dari Abdullah radliyallahu 'anhu, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberi orang yahudi hak kelola tanah Khaibar, caranya, agar mereka kelola, mereka tanam, dan mereka peroleh separuh hasilnya.
Shahih Bukhari 3918: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf]: Telah menceritakan kepada kami [Al Laits]: telah menceritakan kepadaku [Said] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, katanya: Ketika Khaibar ditaklukkan, dihadiahkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam daging kambing yang diberi racun.
Shahih Bukhari 3919: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Said] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Said] Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Dinar] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma, katanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai pimpinan suatu kaum, dan mereka mengkritik atas kepemimpinanya. Maka Rasulullah bersabda: "Jika kalian mengkritik habis-habisan kepemimpinanya, berarti kalian juga mengkritik habis-habisan kepemimpinan ayahnya sebelum ini. Demi Allah, dia sangat layak untuk memimpin, dahulu ayahnya diantara manusia yang paling aku cintai, dan ia (Usamah) sekarang diantara manusia yang paling aku cintai setelahnya."
Shahih Bukhari 3920: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaidullah bin Musa] dari [Israil] dari [Abu Ishaq] dari Al Barra' radliyallahu 'anhu, dia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berumrah di bulan Dzul qa'dah, dan penduduk Makkah enggan membiarkan beliau memasuki Makkah hingga memperkarakan mereka untuk tinggal hanya selama tiga hari, ketika itu kaum muslimin menulis surat perjanjian, mereka tulis dengan redaksi: "Inilah ketetapan yang diterima Rasulullah". Orang-orang Quraisy pun mengajukan protes: "Kami tidak mengakui ini, kalaulah kami sadar bahwa engkau adalah Rasulullah, kami sama sekali tidak melarangmu, namun engkau hanyalah Muhammad bin Abdullah." Rasulullah pun berujar 'Aku Rasulullah, sekaligus aku juga Muhammad bin Abdullah." Kemudian beliau katakan kepada 'Ali bin Abu Thalib radliyallahu 'anhu: "Hapuslah redaksi Rasulullah!" Ali katakan: "Demi Allah, saya tidak akan menghapusnya selama-lamanya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian mengambil kertas tersebut -padahal beliau tidak bisa menulis dengan baik- dan beliau tulis "Inilah ketetapan yang diterima Muhammad bin Abdullah agar ia tidak memasuki Makkah dengan senjata, selain pedang yang terbungkus dalam sarung, dan agar jangan sampai penduduk Makkah menghalangi siapapun yang ingin mengikuti beliau melakukan thawaf, dan untuk tidak menghalangi salah seorangpun dari sahabatnya yang ingin bermukim disana." Tatkala Nabi sudah memasuki Makkah dan waktu sudah selesai, Orang-orang Quraisy menemui Ali dan berujar: "Katakan kepada kawanmu (maksudnya Muhammad), masa tinggal di Makkah telah habis!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari Makkah kemudian anak perempuan Hamzah mengikuti beliau seraya memanggil: "Wahai paman, wahai paman." Ali kemudian menggandengnya, dan ia tarik tangannya dan berujar kepada Fathimah 'alaihas salam: "Tolong rawatlah anak perempuan pamanmu!" Maka Fathimah menggendongnya. Kemudian Ali, Zaid, dan Ja'far mempersengketakan anak perempuan Hamzah (maksudnya, masing-masing menginginkan agar anak itu dirumahnya). Ali mengatakan: "Akulah yang mengambilnya dan dia anak perempuan pamanku." Sedang Ja'far mengatakan: "Dia adalah anak perempuan pamanku dan bibinya adalah isteriku sendiri." Sedang Zaid mengatakan: "Ia adalah anak perempuan saudaraku." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memutuskannya untuk bibinya dan berujar: "Bibi adalah pengganti ibu." Dan beliau katakan kepada Ali: "Engkau bagian dariku, dan aku bagian darimu." Dan beliau katakan kepada Ja'far: "Akhlaqku menyerupai akhlaqmu." Dan beliau katakan kepada Zaid: "Engkau adalah saudara dan maula kami." Ali katakan kepada Rasulullah: "Tidakkah engkau nikahi anak perempuan Hamzah?" Nabi menjawab: "Dia adalah anak perempuan saudaraku sepersusuan."
Shahih Bukhari 3921: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] Telah menceritakan kepada kami [Suraij] Telah menceritakan kepada kami [Fulaih] -lewat jalur periwayatan lain- telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Husain bin Ibrahim] katanya, telah menceritakan kepadaku [ayahku] Telah menceritakan kepada kami [Fulaih bin Sulaiman] dari [Nafi'] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat umrah, kemudian orang kafir Quraisy menghalangi antara beliau dan Baitullah, lantas beliau sembelih sembelihannya, beliau cukur kepalanya di Hudaibiyah, dan beliau putuskan kepada mereka agar beliau berumrah tahun berikutnya, dan tidak membawa senjata selain pedang dan tidak berdiam di Makkah selain yang Quraisy inginkan. Tahun selanjutnya beliau melakukan umrah, dan beliau memasuki Makkah sebagaimana perdamaian yang beliau janjikan, setelah beliau bermukim disana selama tiga hari, orang-orang Quraisy menyuruhnya agar beliau keluar. Beliaupun keluar.
Shahih Bukhari 3922: Telah menceritakan kepadaku [Ustman bin Abu Syaibah] Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Mujahid], katanya: Aku dan Urwah bin Zubair memasuki sebuah masjid, ternyata Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma sedang duduk di sebelah kamar 'Aisyah, kemudian Urwah bin Zubair bertanya: "Berapa kali Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berumrah?" Ibnu 'Umar menjawab: "Empat kali." Lalu 'Aisyah berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tak pernah berumrah kecuali Ibnu 'Umar turut menyertainya, dan beliau sama sekali tidak pernah berumrah pada bulan rajab."
Shahih Bukhari 3923: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ismail bin Abu Khalid] ia mendengar [Abu Aufa] mengatakan, Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan umrah, kami menutupinya dari anak-anak kaum musyrikin, dan diantara mereka ada yang menyakiti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3924: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Hammad alias Ibnu Zaid] dari [Ayyub] dari [Said bin Jubair] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, katanya, Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tiba di (Makkah), kaum musyrikin mencemooh: "Telah datang kepada kalian para utusan yang "lembek" karena flu Yatsrib (Madinah), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan para sahabat agar berlari-lari kecil ketika melakukan tiga putaran thawaf pertama dan agar mereka berjalan diantara dua rukun yamani. Tak ada yang menghalangi beliau untuk menyuruh mereka berlari dalam semua putaran selain karena kasih sayang beliau kepada mereka. Kata Abu Abdullah, [Ibnu Salamah] menambahkan dari [Ayyub] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] katanya: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba pada tahun berikutnya, yang telah beliau minta jaminan keamanannya, beliau bersabda: "Berlarilah kalian agar orang musyrik melihat kekuatan kalian." Dan ketika itu kaum musyrikin berada di suatu lokasi yang namanya Qu'aiqi'an.
Shahih Bukhari 3925: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad] dari [Sufyan bin Uyainah] dari [Amru] dari ['Atha'] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berlari-lari di Baitullah dan antara Shafa dan Marwa, untuk memperlihatkan kekuatannya kepada orang-orang musyrik.
Shahih Bukhari 3926: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] Telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi Maimunah ketika beliau ihram, dan beliau menggaulinya ketika beliau telah bertahallul dan Maimunah meninggal di Sarif. Abu Abdullah berkata: Ibnu Ishaq menambahkan: telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abu Najih] dan [Abban bin Shalih] dari [Atha'] dan [Mujahid] dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi Maimunah ketika Umratul qadla'.
Shahih Bukhari 3927: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] dari [Amru] dari [Ibnu Abu Hilal] katanya, telah mengabarkan kepadaku [Nafi'] bahwasanya [Ibnu Umar] mengabarinya bahwa Pada hari itu dia berdiri ditempat Ja'far yang telah terbunuh, maka aku menghitung terdapat padanya lima puluh luka akibat tusukan dan tebasan, serta tidak ada sesuatu dibelakangnya, yakni di punggungnya.
Shahih Bukhari 3928: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Abu Bakar] Telah menceritakan kepada kami [Mughirah bin Abdurrahman] dari [Abdullah bin Said] dari [Nafi'] dari Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Mu'tah mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai komandan, lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan: "Jika Zaid bin Haritsah gugur, maka Ja'far yang mengganti, jika Ja'far gugur, maka Abdullah bin Rawahah sebagai penggantinya." Abdullah berkata: aku berada ditengah-tengah pasukan dalam peperangan itu. Lantas kami mencari-cari Ja'far bin Abu Thalib, dan kami temukan ia diantara para prajurit yang terbunuh dan kudapati di tubuhnya ada sekitar sembilan puluh lebih luka karena tikaman dan panah.
Shahih Bukhari 3929: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Waqid] Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dai [Humaid bin Hilal] dari Anas radliyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengumumkan kematian Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah kepada para sahabat sebelum berita kematian mereka sampai. Nabi bersabda: "Bendera perang diambil oleh Zaid, lantas ia gugur, kemudian Ja'far mengambil alih benderanya, ia pun gugur, lantas diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah dan ia pun gugur -seraya kedua mata beliau berlinang-, lantas bendera diambil oleh "si pedang Allah", Khalid bin Al Walid hingga Allah membuka kemenangan bagi mereka."
Shahih Bukhari 3930: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahhab] Katanya, kudengar [Yahya bin Said] mengatakan, telah mengabarkan kepadaku ['Amrah] katanya, aku mendengar Aisyah radliyallahu 'anha mengatakan: Ketika datang berita kematian Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah radliyallahu 'anhum, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dan nampak tanda kesedihan. Aisyah berkata: dan aku mengintip dari lubang pintu, kemudian ada seseorang datang dan berujar: "Wahai Rasulullah, isteri-isteri Ja'far, -laki-laki tadi lantas menceritakan tangis mereka-, maka beliau perintahkan orang tadi untuk melarang mereka. Ibnu Said berkata: si laki-laki lantas pergi, kemudian datang lagi dengan mengatakan: "Telah kularang mereka", lalu ia ceritakan kepada beliau bahwa isteri-isterinya tidak menta'atinya dan berujar: "Demi Allah, wanita-wanita itu telah membuat saya kewalahan." Aisyah berkata: sepertinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berujar: "Kalau begitu, taburkan tanah di mulut mereka." Aisyah berkata: saya katakan: "Kiranya Allah yang justru menaburimu tanah (kalimat ini untuk penghinaan atau sindirian atas ketidakbecusan seseorang tadi. -pent.) demi Allah, kamu belum melakukannya dengan baik, dan kamu belum mengentaskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari tugasnya yang berat.
Shahih Bukhari 3931: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Bakr] Telah menceritakan kepada kami [Umar bin Ali] dari [Ismail bin Abu Khalid] dari Amir dia berkata: Ibnu 'Umar jika memberi salam penghormatan kepada anak Ja'far ia mengatakan: "ASSALAMU'ALAIKA YA IBNU DZIL JANAHAINI (salam sejahtera untukmu wahai putera yang mempunyai dua sayap)."
Shahih Bukhari 3932: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ismail] dari [Qais bin Abu Hazim], katanya, kudengar [Khalid bin Walid] mengatakan, Pada perang Mu'tah, pedang yang putus ditanganku sebanyak sembilan pedang, dan tidak tersisa di tanganku selain pedang Yamani.
Shahih Bukhari 3933: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Ismail] katanya, Telah menceritakan kepadaku [Qais], katanya, aku mendengar [Khalid bin Walid] mengatakan: Pada perang Mu'tah ada Sembilan pedang putus di tanganku, namun yang tertinggal di tanganku hanya sebilah pedang buatan Yaman.
Shahih Bukhari 3934: Telah menceritakan kepadaku [Imran bin Maisarah] Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fudlail] dari [Hushain] dari [Amir] dari Nu'man bin Basyir radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Dahulu aku pingsan mendengar kematian Abdullah bin Rawahah. Seketika itu pula saudara perempuannya (saudara perempuan Nu'man, maksudnya) menangis dan mengatakan: "Aduuh, telah binasa orang yang mulia." Demikian ia katakan secara berulang-ulang. Maka ketika Nu'man siuman, Num'an katakan kepada saudara perempuannya: "Semua yang kamu katakan tadi, kecuali terdengar ditanyakan kepadaku: "Apakah engkau juga seperti itu pula?" Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah], Telah menceritakan kepada kami ['Abtsar] dari [Husain] dari [Asy Sya'bi] dari Nu'man bin Basyir dia berkata: aku jatuh pingsan ketika Abdullah bin Rawahah meninggal, namun engkau tidak menangis.
Shahih Bukhari 3935: Telah menceritakan kepadaku [Amru bin Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Husyaim] Telah mengabarkan kepada kami [Hushain] Telah mengabarkan kepada kami [Abu Zhabyan] katanya, aku mendengar Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhuma mengatakan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim kami ke Khurqah, lantas kami melakukan penyerbuan ketika pagi buta, kemudian kami mengobrak abrik mereka. Aku dan seorang laki-laki Anshar kebetulan berhasil memergoki seorang laki-laki dari mereka, ketika kami bisa mengepungnya, tiba-tiba ia mengucapkan syahadat "laa-ilaaha-illallah". Si laki-laki Anshar rupanya menahan diri dari penyerbuannya, namun aku nekad menusuknya dengan tombakku hingga aku berhasil membunuhnya. Ketika kami tiba, berita ini sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Lantas beliau berujar kepadaku: "Wahai Usamah, apakah engkau membunuhnya setelah mengucapkan laa-ilaaha-illallah?" Saya jawab: "Dia mengucapkan kalimat itu hanya untuk mencari selamat saja!" Beliau tidak henti-hentinya (terus saja) mengingkari pembunuhan itu hingga aku berangan-angan kalaulah aku belum masuk Islam sebelum hari itu.
Shahih Bukhari 3936: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami [Hatim] dari [Yazid bin Abu Ubaid] katanya, aku mendengar [Salamah bin Al Akwa'] mengatakan: Aku berperang (ghazawah) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tujuh kali, dan aku berangkat dalam sebuah ekspedisi militer (Sariyah) yang beliau lakukan sebanyak Sembilan kali. Adakalanya kami dipimpin oleh Abu Bakar dan ada kalanya kami dipimpin oleh Usamah. Dan 'Umar bin Hafs bin Ghiyats mengatakan: Telah menceritakan kepada kami [Ayahku] dari [Yazid bin Abu Ubaid] katanya, aku mendengar [Salamah] mengatakan: Aku berperang (ghazawah) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tujuh kali, dan aku pernah berangkat pada sebuah ekspedisi militer (sariyah) yang beliau lakukan sebanyak sembilan kali, terkadang kami dikomandani oleh Abu Bakar, namun terkadang dikomandani Usamah bin Zaid.
Shahih Bukhari 3937: Telah menceritakan kepada kami [Abu "Ashim Adh Dhahak bin Makhlad] Telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Abu Ubaid] dari Salamah bin Al Akwa' dia berkata: Aku pernah berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tujuh kali dan beliau pernah mengangkat Ibnu Haritsah sebagai komandan kami.
Shahih Bukhari 3938: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Mas'adah] dari [Yazid bin Abu Ubaid] dari Salamah bin Al Akwa' dia berkata: Aku pernah berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tujuh kali peperangan, dan ia sebutkan Khaibar, Hudaibiyah, Hunain, Dzatu Qarad. Yazid berkata: yang lain aku lupa.
Shahih Bukhari 3939: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Said] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Amru bin Dinar], katanya telah mengabarkan kepadaku [Al Hasan bin Muhammad] ia mendengar [Ubaidullah bin Abu Rafi'] mengatakan, aku mendengar Ali radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusku, Zubair, dan Miqdad, lalu Beliau berkata: "Berangkatlah kalian hingga kalian sampai "Raudhah Khakh", sebab disana ada seorang wanita penunggang unta yang membawa surat, rebutlah surat itu!" Ubaidullah bin Rafi' berkata: kami pun berangkat dan kuda kami pacu secepat-cepatnya hingga kami tiba di Raudah Khakh, disana telah ada seorang wanita menunggang unta. Kami katakan kepadanya: "Keluarkanlah suratmu!" Wanita tersebut berkata: "Aku tidak membawa surat." Maka kami katakan: "Kamu keluarkan surat itu, atau kami yang akan menelanjangi pakaianmu!" Berkata: maka wanita itu akhirnya mau mengeluarkan suratnya dari gelung rambutnya, dan kami bawa surat tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ternyata surat tersebut berasal dari Hatib bin Abu Balta'ah untuk beberapa orang musyrik Makkah, memberitakan kepada mereka beberapa rencana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (menyerang Makkah). Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Wahai Hathib, apa maksudnya ini?" Hathib menjawab: "Wahai Rasulullah, jangan engkau terburu-buru menghukumku, aku adalah seseorang yang dahulu terdampar di Quraisy, -lantas ia jelaskan, dia adalah sekutunya, namun bukan berasal dari cucu keturunannya-. Orang-orang Muhajirin yang bersamamu mempunyai banyak kerabat yang menjaga keluarga dan harta mereka, maka aku juga ingin jika aku tak punya nasab, aku cari pelindung disisi mereka sehingga menjaga keakrabanku. Aku lakukan bukan karena aku murtad dari agamaku, bukan pula berarti aku ridla terhadap kekafiran setelah keIslaman." Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Hathib memang telah jujur kepada kalian." Seketika 'Umar berkata: "Wahai Rasulullah, biarkan aku untuk memenggal leher si munafik ini." Maka Rasulullah berkata: "Sesungguhnya dia (Hathib) telah ikut serta dalam perang Badar, siapa tahu Allah telah mengintip semua pengikut perang Badar lalu berfirman: "Lakukanlah yang kalian suka, Aku telah mengampuni kalian." Maka Allah menurunkan surat: (Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian ambil musuh-Ku dan musuh kalian sebagai pelindung, kamu nampakkan kecintaan kepada mereka, padahal, mereka mengkufuri kebenaran yang datang kepada kalian) -sampai ayat (Telah sesat dari jalan yang lurus) (QS. Mumtahanah: 1).
Shahih Bukhari 3940: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] katanya, Telah menceritakan kepadaku [Uqail] dari [Ibnu Syihab] katanya, telah menceritakan kepadaku [Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah], bahwa Ibnu Abbas memberitakannya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan penaklukan Makkah pada bulan Ramadhan. Berkata: Dan aku mendengar Said bin Al Musayyab juga mengatakan seperti itu. Dan dari Ubaidullah bin Abdullah ia mengabarinya, bahwsanya Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma mengatakan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa, hingga ketika beliau sampai Kadid, sebuah mata air antara Qudaid dan Usfan, beliau membatalkan puasanya dan terus beliau tidak puasa hingga bulan yang dijadikan beliau puasa selesai.
Shahih Bukhari 3941: Telah menceritakan kepadaku [Mahmud], Telah mengabarkan kepada kami ['Abdurrazaq] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] katanya, telah mengabarkan kepadaku [Az Zuhri] dari [Ubaidullah bin Abdullah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berangkat di bulan Ramadhan dari Madinah bersama sepuluh ribu sahabatnya, itu terjadi tahun kedelapan setengah semenjak tiba beliau di Madinah. Beliau dan kaum muslimin yang bersamanya berangkat ke Makkah berpuasa dan para sahabat juga turut berpuasa, hingga ketika beliau sampai di Kadid yaitu sebuah sumber mata air antara 'Usfan dan Qudaid beliau membatalkan puasanya dan para sahabat juga turut membatalkan puasanya. Az Zuhri berkata: perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diambil (dijadikan pedoman) adalah yang akhir, maka yang terakhir itulah yang dijadikan pedoman amal.
Shahih Bukhari 3942: Telah menceritakan kepadaku [Ayyats bin Al Walid] Telah menceritakan kepada kami [Abdul A'la] Telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat pada bulan Ramadhan menuju Hunain sedang para sahabat ketika itu terpecah menjadi dua kubu, kubu pertama berpuasa sedang kubu kedua tidak puasa. Ketika beliau sudah siap diatas hewan tunggangannya, beliau meminta sebaskom air dan beliau letakkan diatas untanya atau tempat peristirahatannya, kemudian beliau mencermati pasukannya, lalu para sahabat yang tidak puasa berkata kepada para sahabat yang puasa: "Batalkanlah puasa kalian!" Abdurrazaq mengatakan: Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Ayyub] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat di tahun penaklukan Makkah. Sedang [Hammad bin Zaid] mengatakan dari [Ayyub] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3943: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Mujahid] dari [Thawus] dari Ibnu Abbas dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan safar di bulan Ramadhan lantas beliau puasa, hingga beliau sampai di Usfan, beliau meminta diambilkan sebaskom air dan beliau minum tepat siang hari, ini beliau maksudkan agar para sahabat melihatnya, maka para sahabat pun membatalkan puasanya hingga beliau tiba di Makkah. Thawus berkata: Dan Ibnu Abbas berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa ketika Safar, pernah juga Tidak puasa, siapa yang puasa, silahkan, siapa yang tidak, juga silahkan.
Shahih Bukhari 3944: Telah menceritakan kepada kami [Ubaid bin Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari Ayahnya, dia berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan perjalanan pada penaklukan Makkah, orang-orang Quraisy mendengar berita kepergiannya. Maka Abu Sufyan bin Harb, Hakim bin Hizam dan Budail bin Warqa' langsung memburu berita Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka terus melakukan perjalanan hingga sampai Marru Zhahran. Tiba-tiba mereka lihat perapian seolah-olah perapian Arafah. Abu Sufyan berkomentar: "Apa ini, rupanya ia adalah perapian Arafah." Sedang Budail bin Warqa' mengtakan: "Itu perapian Banu Amru." Sedang Abu Sufyan mengatakan: "Perapian Banu Amru lebih kecil daripada itu." Para penjaga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian melihat pembesar-pembesar Quraisy ini, mereka memburunya dan menangkapnya, serta meringkusnya ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rupanya Abu Sufyan kemudian masuk Islam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan inspeksi pasukan, beliau katakan kepada Al Abbas: "Tolong Abu Sufyan engkau tahan di lokasi unta-unta yang dilubangi hidungnya itu sehingga ia bisa bebas mengamati kegiatan kaum muslimin." Al Abbas pun menahan Abu Sufyan, selanjutnya beberapa kabilah lewat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka lewat regu demi regu melewati Abu Sufyan. Sebuah regu kemudian melewatinya dan Abu Sufyan bertanya: "Wahai Abbas, Siapa ini?" Abbas menjawab: "Ini Bani Ghifar." Abu Sufyan berkata: "Apa urusanku dengan Ghifar, aku dan mereka belum pernah terlibat perang." Kemudian Bani Juhainah lewat dan Abu Sufyan memberi komentar yang sama, Bani Sa'd bin Hudzaim lewat dan Abu Sufyan berkomentar yang sama, Bani Sulaim lewat dan Abu Sufyan berkomentar yang sama, hingga lewatlah sebuah regu yang Abu Sufyan belum pernah melihatnya sama sekali. Abu Sufyan berkata: "Dan siapakah ini?" Abbas menjawab: "Mereka adalah sahabat Anshar, yang dipimpin oleh Sa'd bin Ubadah dengan membawa bendera." Sa'd bin Ubadah berujar: "Wahai Abu Sufyan, hari ini adalah hari peperangan, hari ini Ka'bah dihalalkan (tercederai karena perang)." Lantas Abu Sufyan mengatakan: "Alangkah indah hari pembelaan ini." Kemudian datang sebuah regu yang anggotanya paling sedikit yang diikuti oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabatnya, dan bendera Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama Zubair bin Awwam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewati Abu Sufyan, Abu Sufyan berujar: "Tidakkah engkau dengar ucapan Sa'd bin Ubadah?" Beliau berkata: "Apa yang diucapkannya?" Abu Sufyan berkata: "Dia berkata begini dan begini." Maka Beliau berkata: "Sa'd berdusta, namun yang benar hari ini adalah hari Allah mengagungkan Ka'bah, dan hari saat Ka'bah agar diberi kiswah (kain penutup ka'bah)." Perawi berkata: Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar bendera kaum muslimin ditancapkan di Hujun. 'Urwah berkata: Dan telah mengabarkan kepadaku [Nafi' bin Jubair bin Muth'im] katanya: aku mendengar [Abbas] berujar kepada Zubair bin Awwam: "Wahai Abu Abdullah, disinilah Rasulullah memerintahkanmu agar bendera ditancapkan. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan Khalid bin Walid agar masuk Makkah lewat bagian atas dari Kada, dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk Makkah melewati Kuda -nama tempat-, pasukan berkuda Khalid bin Walid radliyallahu 'anhu ketika itu terbunuh dua orang, Hubaisy bin Al Asy'ar dan Kurz bin Jabir Al Fihri.
Shahih Bukhari 3945: Telah menceritakan kepada kami [Abul Walid] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Mu'awiyah bin Qurrah] katanya, aku mendengar [Abdullah bin Mughaffal] mengatakan: Aku Pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari penaklukan Makkah diatas hewan tunggangannya membaca surat Al Fath dan beliau ulang-ulang. Dan dia berkata: Kalaulah para sahabat tidak berkumpul di sekitarku, niscaya akan aku ulang-ulang sebagaimana Rasulullah mengulang-ulanginya.
Shahih Bukhari 3946: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Abdurrahman] Telah menceritakan kepada kami [Sa'dan bin Yahya] Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Hafsah] dari [Az Zuhri] dari [Ali bin Husain] dari [Amru bin Utsman] dari Usamah bin Zaid, bahwa Dia berkata: "Sekarang telah tiba zaman penaklukan ya Rasulullah, dimana engkau singgah esok?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah Aqil meninggalkan persinggahan untuk kita?" Lantas beliau sabdakan: "Seorang mukmin tidak mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak mewarisi orang mukmin." Ditanyakan kepada Az Zuhri: "Lantas siapa yang mewarisi Abu Thalib?" Dia menjawab: "Yang mewarisinya 'Aqil dan Thalib." Kata [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dengan redaksi: 'Dimana engkau singgah esok -maksudnya ketika hajinya-?" sedang [Yunus] tidak mengatakan lafadz "Dalam hajinya" tidak pula ada redaksi "zaman penaklukan Makkah."
Shahih Bukhari 3947: Telah menceritakan kepada kami [Abul Yaman] Telah menceritakan kepada kami [Syu'aib] Telah menceritakan kepada kami [Abu Zinad] dari [Abdurrahman] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, katanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika Allah memberi kemenangan, insya Allah persinggahan kita adalah Al Khaif, tempat yang dahulu dipergunakan orang Quraisy bersumpah diatas kekafiran."
Shahih Bukhari 3948: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'd] Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Syihab] dari [Abu Salamah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika menuju Hunain: "Tempat persinggahan kita esok insya Allah di Khaif Bani Kinanah, tempat yang dipergunakan Quraisy untuk bersumpah diatas kekufuran."
Shahih Bukhari 3949: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Qaza'ah] Telah menceritakan kepada kami [Malik] Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Syihab] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki Makkah pada hari penaklukan Makkah dengan memakai topi besi diatas kepalanya, ketika beliau melepasnya, seorang laki-laki datang dan berujar: "Ibnu Khathal bergantung memegangi tirai Ka'bah!" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Bunuhlah dia." Malik berkata: setahu kami, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu tidak dalam keadan ihram, wallahu A'lam.
Shahih Bukhari 3950: Telah menceritakan kepada kami [Shadaqah bin Fadhl] Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dari [Ibnu Abu Najih] dari [Mujahid] dari [Abu Ma'mar] dari Abdullah radliyallahu 'anhu, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki Makkah pada penaklukan Makkah yang ketika itu di sekitar Ka'bah ada tiga ratus enam puluh patung, lantas beliau porak-porandakan dengan sebongkah kayu di tangannya seraya beliau serukan: {JAA-AL HAQQU WAZAHAQAL BAATHIL} (Sekarang telah datang kebenaran dan kebatilan telah musnah) (QS. Isra': 81), {JAA-AL HAQQU WAMAA YUBDI-UL BAATHILU WAMAA YU'IIDU} (Sekarang kebenaran telah datang dan kebatilan tak akan terulang dan kembali lagi) (QS. Saba': 49).
Shahih Bukhari 3951: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] Telah menceritakan kepada kami [Abdush Shamad] katanya, telah menceritakan kepadaku [ayahku] Telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika tiba di Makkah, beliau enggan masuk Baitullah (ka'bah) yang ketika itu banyak arca (patung), maka beliau perintahkan agar semua gambar-gambar dibuang, maka dikeluarkanlah gambar Ibrahim dan Ismail yang keduanya digambarkan mengundi nasib dengan anak panah. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkomentar: "Kiranya Allah membinasakan mereka, mereka tahu bahwa Ibrahim dan Ismail sama sekali tidak pernah mengundi nasib dengan anak panah." Kemudian beliau memasuki Ka'bah dan beliau bertakbir di seluruh penjuru Baitullah, lalu beliau keluar dan tidak shalat di dalamnya. Hadist ini dikuatkan jalur perawinya oleh [Ma'mar] dari Ayyub dan berkata Wuhaib: Telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Ikrimah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3952: Telah menceritakan kepada kami [Al Haitsam bin Kharijah] Telah menceritakan kepada kami [Hafs bin Maisarah] dari [Hisyam bin Urwah] dari [ayahnya] bahwasanya Aisyah radliyallahu 'anhu mengabarinya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada tahun penaklukan Makkah masuk melalui Kada' yang terletak di atas Makkah. Hadist ini dikuatkan jalur perawinya oleh [Abu Usamah] dan [Wuhaib] dan khususnya tentang Kada'.
Shahih Bukhari 3953: Telah menceritakan kepada kami [Ubaid bin Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Abu usamah] dari [Hisyam] dari [ayahnya], Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada tahun penaklukan Makkah masuk dari atas Makkah dari Kada'.
Shahih Bukhari 3954: Telah menceritakan kepada kami [Abul Walid] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru] dari [Ibnu Abu Laila], Tak seorang pun memberitakan kepada kami bahwa ia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat dluha selain ummu Hani', ialah yang menyebutkan bahwa Beliau pada hari penaklukan Makkah mandi di rumahnya kemudian shalat delapan rakaat. Ummu Hani' berkata: Belum pernah aku lihat beliau shalat lebih ringan daripadanya selain beliau menyempurnakan ruku' dan sujud.
Shahih Bukhari 3955: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Manshur] dari [Abu Dluha] dari [Masruq] dari Aisyah radliyallahu 'anha, dia berkata: Pernah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam ruku'nya dan sujudnya membaca doa SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WABIHAMDIKA ALLAAHUMMAGH FIRLII (Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan kami, dan dengan pujian kepada-Mu, ya Allah, ampunilah aku).
Shahih Bukhari 3956: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'man] Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Abu Bisyr] dari [Said bin Jubair] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, dia berkata: 'Umar Pernah mengajakku dalam sebuah majlis orang dewasa, sehingga sebagian sahabat bertanya: "Mengapa si anak kecil ini kamu ikut sertakan, kami juga punya anak-anak kecil seperti dia?" 'Umar menjawab: "Kalian maklum, anak ini punya "kualitas" tersendiri." Ibnu Abbas berkata: Maka suatu hari 'Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka. Ibnu Abbas berkata: Seingatku, 'Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas 'Umar bertanya: "Bagaimana komentar kalian tentang ayat (Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan datang dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong) hingga ahkir surat (QS. Al Fath: 1-3). Sebagian mereka berkomentar: "Kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan." Dan sebagian lagi berkomentar: "Kami tidak tahu." Atau sebagian mereka tidak berkomentar sama sekali. Lantas 'Umar berkata kepadaku: "Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu berkomentar mengenai ayat tadi?" Aku berkata: "Tidak." 'Umar berkata: "Lalu apa komentarmu?" Aku berkata: "Surat tersebut adalah pertanda wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sudah dekat, Allah memberitahunya dengan ayatnya: {IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATHU} (Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan), itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad), karenanya {FASABBIH BIHAMDI RABBIKA WASTAGHFIRHU INNAHU KAANA TAWWAABAN} (Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat). 'Umar berkata: "Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui."
Shahih Bukhari 3957: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Syurahbil] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Al Maqburi] dari [Abu Syuraikh Al'Adawi], Ia berkata kepada Amru bin Said yang ketika itu ia mengirim beberapa utusan ke Makkah: "Wahai Amir, izinkanlah aku mengajakmu bicara suatu hal yang akan diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam besok pada penaklukan Makkah, yang kudengar dengan kedua telingaku dan diperhatikan oleh hatiku serta dilihat oleh kedua mataku ketika beliau mengucapkannya. Beliau memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah lantas berujar: "Sesungguhnya Makkah telah Allah sucikan dan manusia tidak mensucikannya sebelumnya, tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menumpahkan darah di sana, tidak pula menebang pohon, kalaulah seorang berkilah bahwa Rasulullah pernah memberi keringanan untuk perang, katakan padanya: 'Allah mengizinkan khusus untuk Rasul-Nya dan tidak mengizinkan untuk kalian, dan Allah pun mengizinkannya hanya beberapa saat ketika siang, dan kesuciannya telah kembali hari ini sebagaimana kesucian kemarin, hendaklah yang menyaksikan untuk menyampaikan kepada yang tidak hadir." Ditanyakan kepada Abu Syuraikh: "Apa yang Amru ucapkan kepadamu?" Jawabnya: "Aku lebih tahu terhadapnya wahai Abu Syuraikh, sesungguhnya tanah haram tidak akan melindungi pelaku kemaksiatan dan tidak pula manusia yang lari menumpahkan darah dan tidak pula yang lari melakukan penghancuran-penghancuran." Abu Abdullah berkata: makna Kharibah adalah bencana (kehancuran).
Shahih Bukhari 3958: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Yazid bin Abu Habib] dari ['Atha' bin Abu Rabah] dari Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma, Ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada tahun penaklukan Makkah yang ketika itu beliau di Makkah: "Allah dan Rasulnya mengharamkan jual beli Khamar (minuman keras)."
Shahih Bukhari 3959: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] -lewat jalur periwayatan lain-Telah menceritakan kepada kami [Qabishah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Yahya bin Abu Ishaq] dari Anas radliyallahu 'anhu, dia berkata: Kami bermukim bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sepuluh hari, dan sekian hari itu kami melakukan qashar.
Shahih Bukhari 3960: Telah menceritakan kepada kami [Abdan] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami ['Ashim] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhu dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah diam di Makkah selama sembilan belas hari dan selama itu pula beliau lakukan shalat dua rakaat.
Shahih Bukhari 3961: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] Telah menceritakan kepada kami [Abu Syihab] dari ['Ashim] dari [Ikrimah] dari Ibnu Abbas dia berkata: Kami tinggal bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah safar selama sembilan belas hari, yang sekian lama itu pula kami lakukan qashar. Dan Ibnu Abbas berkata: Dan kami melakukan qashar ketika kami bermukim sekitar selama sembilan belas hari, namun apabila lebih, tentu kami lakukan shalat dengan sempurna.
Shahih Bukhari 3962: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] Telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Sunain Abu Jamilah] katanya, Telah mengabarkan kepada kami yang ketika itu kami bersama Ibnul Al Musayyab, kata Sunain, Dan Abu Jamilah mangaku bahwa ia temui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan ia berangkat bersama beliau ketika tahun penaklukan Makkah.
Shahih Bukhari 3963: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari Amru bin Salamah dia berkata: Abu Qilabah berkata kepadaku: "Tidakkah engkau bertemu dengannya dan kamu bertanya kepadanya?" Dia berkata: Maku aku bertemu dengannya dan bertanya kepadanya. Maka dia berkata: "Kami Pernah di sebuah mata air tempat berlalu lalang manusia, Dan para pengendara sering melewati kami, maka kami menanyai mereka: "Ada apa dengan orang-orang? Ada apa dengan orang-orang? dan bagaimana kabar sebenarnya tentang si laki-laki itu (maksudnya Rasulullah)?" Mereka jawab: "Ia (Muhammad) telah mengaku bahwa Allah telah mengutusnya dan memberi wahyu kepadanya, atau Allah memberinya wahyu seperti ini." Dan aku lebih hafal terhadap pembicaraan itu, dan seakan-akan tetap dalam dadaku. Adapun suku-suku Arab menunggu-nunggu kemenangan dengan Islamnya mereka. Maka mereka berkata: "Biarkan saja dia (Muhammad) dan kaumnya, kalaulah dia menang terhadap kaumnya, berarti dia adalah Nabi yang jujur." Ketika terjadi peristiwa pembebasan kota Makkah, setiap kaum bergegas menyatakan keislaman mereka, dan ayahku pun segera menyatakan keislaman kaumku, ketika ayahku datang, dia berkata: "Demi Allah, aku datang kepada kalian dari sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang benar. Beliau mengatakan: "Kerjakanlah oleh kalian shalat ini pada waktu begini, dan kerjakanlah oleh kalian shalat ini pada waktu begini. Jika waktu shalat telah tiba, hendaklah salah seorang diantara kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang mengimami kalian yang paling banyak hapalan Al Qur'annya." Lantas mereka saling mencermati, dan tak ada yang lebih banyak hapalan Al Qur'annya selain diriku, disebabkan aku senantiasa mendapatkannya dari para rombongan (yang lewat). Maka kemudian mereka menyuruhku maju (memimpin shalat di depan mereka), padahal umurku ketika itu baru enam atau tujuh tahun, ketika itu aku memakai kain apabila aku bersujud, kain itu tersingkap dariku. Maka salah seorang wanita dari komunitas itu berkata: "Tidakkah sebaiknya kalian menutupi dari kami dubur ahli-ahli qira'ah kalian?" Maka mereka langsung membeli dan memotong gamis untukku, sehingga aku tidak pernah bergembira dengan sesuatu sebagaimana kegembiraanku terhadap baju gamis itu.
Shahih Bukhari 3964: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Urwah bin Zubair] dari Aisyah radliyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Al Laits berkata: Telah menceritakan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] Telah mengabarkan kepada kami ['Urwah bin Zubair] bahwasanya ['Aisyah] mengatakan: 'Utbah bin Abu Waqash berpesan serius kepada saudaranya Sa'd bin Abi Waqqash agar mengambil anak hamba sahaya Zam'ah. 'Utbah berujar: "Anak laki-laki hamba sahaya Zam'ah sebenarnya adalah anakku." Maka ketika Sa'd bin Abu Waqqash tiba di Makkah saat penaklukan Makkah, Sa'd bin Abu Waqqash mengambil anak hamba sahaya Zam'ah dan membawanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sekaligus Abd bin Zam'ah (anak laki-laki Zam'ah) juga menghadirinya. Sa'd bin Abu Waqqash menyampaikan: "Ini adalah anak saudaraku, ia berpesan serius kepadaku (agar mengambilnya, sebab) anak itu adalah anaknya." Maka Abd bin Zam'ah (anak laki-laki Zam'ah) berkata: "Wahai Rasulullah, ini adalah saudara laki-lakiku, dia anaknya Zam'ah yang dilahirkan diatas kasurnya (kasur Zam'ah)." Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencermati anak hamba sahaya Zam'ah yang menyerupai 'Utbah bin Abu Waqqash. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Anak itu justru bagimu, dia adalah saudara laki-lakimu wahai Abd bin Zam'ah sebab dia dilahirkan diatas kasurnya (kasur Zam'ah)." Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berhijablah engkau daripadanya wahai Saudah!" yang demikian karena beliau lihat anak itu ada kemiripan dengan 'Utbah bin Abu Waqqash. Ibnu Syihab berkata: 'Aisyah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Anak adalah milik pemilik kasur, sedangkan pezina harus dihukum batu (rajam)." Dan Ibnu Syihab berkata: dan Abu Hurairah berteriak ketika menyampaikan hadits ini.
Shahih Bukhari 3965: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Muqatil] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Az Zuhri] katanya, Telah mengabarkan kepada kami Urwah bin Zubair, bahwa Ada seorang wanita mencuri di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tepatnya ketika terjadi penaklukan Makkah. Kaumnya merasa gelisah atas kasus ini sehingga melakukan perundingan dengan Usamah bin Zaid dengan harapan mereka bisa minta keringanan hukuman melalui perantaranya. Kata Urwah, ketika Usamah melaporkan kasusnya kepada Rasulullah dan meminta keringanan, wajah Rasulullah nampak berubah (pertanda bangkit emosinya). Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah kalian akan mengajakku melakukan kompromi terhadap hukum Allah?" Usamah langsung insaf dengan mengatakan "Mintalah ampunan untukku wahai Rasulullah?" Sore harinya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpidato, memuji Allah dengan pujian yang semestinya bagi-Nya kemudian berujar: "Amma ba'du, sesungguhnya binasanya manusia sebelum kalian disebabkan karena apabila orang terhormat dikalangan mereka mencuri maka mereka membiarkannya, dan apabila orang lemah dikalangan mereka mencuri, mereka menegakkan hukuman atasnya. Demi Dzat yang diri-ku berada di tangan-NYA, kalaulah Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan wanita itu sehingga dipotong tangannya, dikemudian hari ia menindaklanjuti taubatnya dengan baik dan menikah. 'Aisyah berkata: dikemudian hari si wanita datang dan aku laporkan keperluannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3966: Telah menceritakan kepada kami [Amru bin Khalid] Telah menceritakan kepada kami [Zuhair] Telah menceritakan kepada kami ['Ashim] dari [Abu Utsman] katanya, telah menceritakan kepadaku Mujasyi' dia berkata: Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sauadaraku setelah penaklukan Makkah, kukatakan: "Wahai Rasulullah, aku menemuimu dengan saudaraku agar engkau membaiatnya untuk hijrah." Beliau berkata: "Pelaku-pelaku hijrah telah membawa semua ganjarannya." Lantas saya bertanya: "Lalu diatas apakah engkau membaiatnya?" Beliau jawab: "Saya membaiatnya diatas Islam, iman dan jihad." Dikemudian hari aku temui Ma'bad yang ia lebih dewasa diantara keduanya. Ia menjawab: "Mujasyi' memang benar."
Shahih Bukhari 3967: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Bakar] Telah menceritakan kepada kami [Fudhail bin Sulaiman] Telah menceritakan kepada kami ['Ashim] dari [Abu 'Utsman An Nahdi] dari [Mujasyi' bin Mas'ud] Aku berangkat bersama Abu Ma'bad menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan niat agar beliau membai'atnya untuk hijrah. Nabi berkata: "Hijrah telah berlalu bagi pelaku-pelakunya, saya memba'iatnya diatas Islam dan jihad." Dikemudian hari kutemui Abu Ma'bad dan aku menanyainya, lantas ia berujar: "Mujasyi' benar." Sedang [Khalid] mengatakan dari [Abu Utsman] dari [Mujasyi'], bahwa ia datang bersama saudaranya, Mujalid.
Shahih Bukhari 3968: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Bisyr] dari [Mujahid] Saya berkata kepada Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma: "Saya ingin hijrah ke Syam." lantas dia mengatakan: "Tak ada hijrah lagi, namun yang ada adalah jihad, maka pergilah sana siapa tahu engkau mendapat sesuatu yang mengganjal, kalaulah tidak, silahkan kembali." Dan An Nadhr berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah, Telah mengabarkan kepada kami [Abu Bisyr] aku mendengar [Mujahid]: Saya bertanya Ibnu 'Umar maka dia berkata: "Tak ada hijrah lagi setelah hari ini" atau "setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam" semisal itu.
Shahih Bukhari 3969: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Yazid] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hamzah] katanya, Telah menceritakan kepadaku [Abu Amru, Auza'i] dari [Abdah bin Abu Lubabah] dari [Mujahid bin Jabr Al Makki] bahwasanya Abdullah bin Umar radliyallahu 'anhuma mengatakan: "Tak ada lagi hijrah setelah kemenangan."
Shahih Bukhari 3970: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Yazid] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hamzah], katanya, Telah menceritakan kepadaku [Auza'i] dari Atha' bin Abu Rabah katanya, Aku menemui [Aisyah] bersama Ubaid bin Umair, ia pun bertanya kepada Aisyah tentang hijrah, Maka 'Aisyah berkata: "Tak ada lagi hijrah hari ini, dahulu seorang mukmin lari menyelamatkan agamanya menuju Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, karena khawatir terkena fitnah. Adapun hari ini Allah telah memenangkan Islam sehingga setiap mukmin bisa beribadah kepada Rabbnya sekehendaknya sehingga yang ada adalah jihad dan niat."
Shahih Bukhari 3971: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq] Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim] dari [Ibnu Juraij] katanya, Telah menceritakan kepadaku [Hasan bin Muslim] dari [Mujahid] bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat penaklukan Makkah berdiri dan berpidato: "Allah Ta'ala telah mensucikan Makkah pada hari ketika Dia mencipta langit dan bumi, maka Makkah adalah suci dengan rekomendasi kesucian Allah hingga kiamat tiba, tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku maupun sesudahku, dan sama sekali tidak dihalalkan bagiku sama sekali selain hanya beberapa saat siang saja, binatangnya tidak boleh diburu, durinya tidak boleh dicongkel, rumputnya tidak boleh dipotong, dan barang yang hilang tidak dihalalkan kecuali bagi yang mengumumkan." Lantas Abbas bin Abdul Muththalib berkata: "Selain rumput idkhir ya Rasulullah, sebab rumput itu harus dipergunakan untuk kuburan dan rumah?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diam kemudian berkata: "(Ya) kecuali idzkhir, sesungguhnya ia halal." Dan dari [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Abdul Karim] dari [Ikrimah] dari [Ibnu Abbas] dengan hadits semisal ini atau seperti ini, diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3972: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] Telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] Telah mengabarkan kepada kami [Ismail] Pernah kulihat ditangan [Ibnu Abu Aufa] ada bekas-bekas sabetan. Ibnu Abu Aufa berkata: "Aku terkena sabetan itu bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Hunain." Saya tanyakan: "Engkau ikut perang Hunain?" dia berkata: "Sebelum itu."
Shahih Bukhari 3973: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Ishaq] katanya, Aku mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu yang ketika itu ada seseorang yang datang lantas berujar: "Wahai Abu Umarah, apakah engkau melarikan diri pada perang Hunain?" Maka dia berkata: "Adapun aku, dan aku bersaksi atas diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau tidak melarikan diri, namun kemudian para sahabat sedemikian cepat dihujani anak panah oleh Bani Hawazin sedang Abu Sufyan bin Al Harits memegang kepala bighalnya yang putih dan Nabi berseru: 'Aku adalah seorang Nabi yang tidak berdusta, Aku anak Ibnul Abdul Muththalib'."
Shahih Bukhari 3974: Telah menceritakan kepada kami [Abul Walid] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq], Ditanyakan kepada [Al Barra'] -dan saya mendengar langsung-: "Apakah engkau melarikan diri bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Hunain?" Al Barra' menjawab: "Adapun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau pantang melarikan diri dan berujar: 'Aku Nabi yang tidak pernah berdusta, Aku anak Abdul Muththalib'."
Shahih Bukhari 3975: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq], Ia mendengar [Al Barra'] yang ketika itu seseorang dari Qais bertanya kepadanya: "Apakah kalian melarikan diri dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Hunain?" Jawab Al Barra: "Adapun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau pantang melarikan diri, ketika itu Hawazin adalah para pemanah ulung, ketika kami menyerbu mereka, mereka kocar-kacir sehingga kami tergiur mendapatkan ghanimah, maka gantian kami yang dihujani dengan anak panah." Kulihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diatas bighalnya yang putih, dan Abu Sufyan bin Al Harits memegang kendalinya sedang Nabi sambil berseru: "Aku Nabi yang tiada dusta." Sedang [Israil] dan [Zuhair] mengatakan dengan redaksi: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam turun dari bighalnya."
Shahih Bukhari 3976: Telah menceritakan kepada kami [Said bin Ufair], katanya, telah menceritakan kepadaku [Al Laits] telah menceritakan kepadaku [Uqail] dari [Ibnu Syihab] -lewat jalur periwayatan lain- Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] Telah menceritakan kepada kami [Ya'kub bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami [Anak saudaraku, Ibnu Syihab], [Muhammad bin Syihab] berkata: -sedang [Urwah bin Zubair] beranggapan- bahwa Marwan dan [Miswar bin Makhramah] mengabarinya, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri ketika beliau didatangi oleh utusan Bani Hawazin yang telah masuk Islam. Mereka minta beliau agar mengembalikan harta dan tawanan kepada mereka. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku membawa beberapa tawanan yang kalian lihat sendiri, dan ucapan yang paling aku sukai adalah yang paling jujur, maka pilihlah salah satu diantara dua pilihan, kalian minta tawanan atau harta, dan aku meminta kalian untuk memberi tangguh." dan waktu paling lama yang diminta Rasulullah adalah sekitar tujuh belasan hari ketika beliau pulang dari Thaif. Setelah jelas bagi suku Hawazin bahwa Rasulullah tidak akan mengembalikan kepada mereka kecuali satu diantara dua pilihan, suku Hawazin berujar: "Bolehlah, kami memilih tawanan kami." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di tengah-tengah muslimin, memuji Allah dengan pujian yang semestinya kemudian berpidato: "Amma ba'du, saudara-saudara kalian telah menemui kita dalam keadaan bertaubat, dan saya sependapat untuk mengembalikan tawanan mereka, maka siapa diantara kalian yang merelakan diri untuk ini, silahkan lakukan, namun siapa diantara kalian berkeinginan memperoleh bagiannya, kami pun akan memberinya dari harta yang Allah berikan." Para sahabat menjawab: "Kami semua tulus wahai Rasulullah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kami tak tahu siapa diantara kalian yang memberi ijin dan siapa yang tidak, maka kembalilah kalian sehingga para orang-orang bijak kalian melaporkan perkara kalian kepada kami." Orang-orang pun pulang dan mereka mendiskusikan masalah kepada orang-orang bijak mereka, kemudian mereka kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu memberitahu Beliau bahwa mereka semua tulus dan mengijinkan. Inilah berita yang sampai kepadaku mengenai tawanan Hawazin.
Shahih Bukhari 3977: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'man] Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Nafi'] bahwa 'Umar berujar: "Wahai Rasulullah!" -lewat jalur periwayatan lain- Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Muqatil] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Ayyub] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Sekembali kami dari Hunain, 'Umar bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang nadzarnya yang ia lakukan semasa jahiliyah, yaitu untuk beri'tikaf. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menunaikannya. Dan sebagian mereka berkata: Dari Hammad dari [Ayyub] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar. Dan hadits ini diriwayatkan oleh [Jarir bin Hazim] dan [Hamad bin Salamah] dari [Ayyub] dari [Nafi'] dari [Ibnu 'Umar] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3978: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] Telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Yahya bin Said] dari [Umar bin Katsir bin Aflah] dari Abu Muhammad, mantan budak Abu Qatadah dari Abu Qatadah dia berkata: Kami berangkat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Hunain. Tatkala kami berperang, terjadi perselisihan dikalangan kaum muslimin, namun selanjutnya kulihat seorang musyrikin memburu seorang kaum muslimin. Dengan sigap aku tebas si laki-laki musyrik itu dari belakangnya, tepatnya di urat pundaknya dengan pedang, aku berhasil membelah baju besinya. Tiba-tiba si laki-laki itu menghadapku, mendekapku, namun telah kucium bau kematiannya, lalu ia pun menjumpai kematiannya, sehingga aku terbebas darinya. Kemudian kutemui 'Umar bin Al Khaththab dan kutanyakan: "Bagaimana keadaan orang-orang?" Jawabnya: "Itu sudah menjadi urusan Allah azza wa Jalla." Kemudian para sahabat pulang sedang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dan mengumumkan: "Barangsiapa yang bisa membunuh musuh, dan ia mempunyai bukti, maka baginyalah rampasannya." Maka aku (Abu Qatadah) berkata: "Siapa yang mau memberi kesaksian padaku?" Lantas aku duduk. Nabi kemudian mengucapkan seperti semula. Maka aku pun berdiri untuk kedua kalinya dan mengatakan: "Siapa yang mau memberi kesaksian kepadaku?" Lantas aku duduk. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dengan kalimat yang serupa. Aku pun berdiri lagi, namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apa perlumu wahai Abu Qatadah?" Maka kuberitakan segala yang kulakukan. Tiba-tiba ada seorang sahabat berdiri dan berujar: "Abu Qatadah benar, dan rampasannya ada padaku, tolong bujuklah dia agar meridhai untukku!" Seketika itu pula Abu Bakar tampil dan berujar: "Saya bersumpah, Demi Allah, tidak bisa seperti ini. Tidak bisa orang itu menemui salah satu singa Allah (maksudnya Abu Qatadah) yang ia berperang demi Allah dan rasul-Nya lantas ia berikan salab (rampasannya)!" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berujar: "Abu Bakar benar, berikan rampasannya kepada Abu Qatadah!" Maka si laki-laki pun memberikannya kepadaku. Lalu dengan rampasan itu aku belikan kebun di Bani Salimah, dan itulah harta pertama-tama yang kumiliki semasa Islam. Sedang [Laits] mengatakan: Telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Said] dari ['Umar bin Katsir bin Aflah] dari Abu Muhammad, maula Abu Qatadah, Abu Qatadah bercerita: Ketika perang Hunain, aku mencermati seorang kaum muslimin yang memerangi seorang musyrikin, dan ada musuh musyrikin lain yang mengintainya di belakangnya untuk membunuhnya. Maka aku bergegas memburu si pengintai itu, ia angkat pedangnya untuk menebasku, namun aku lebih dahulu menebas tangannya hingga putus. Si laki-laki itu terus memegangku dan mendekapku sangat kuat hingga aku ketakutan juga, namun rupanya kekuatannya berangsur-angsur melemah, dan akhirnya aku sungkurkan dan kubunuh, kaum muslimin kemudian kocar-kacir dan aku kocar-kacir bersama mereka, tapi ternyata 'Umar bin Al Khaththab masih ditengah-tengah kaum muslimin dan kutanyakan: "Bagaimana nasib kita?" Jawab Umar: "Allah yang akan menentukannya!" kemudian para sahabat menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau sampaikan pengumuman: "Barangsiapa yang bisa mengajukan bukti atas korban yang ia bunuh, maka ia peroleh rampasannya." Maka aku segera berdiri untuk mencari bukti atas korban yang kubunuh di perang itu, dan tak kulihat seorang pun yang mau memberi kesaksian atas pembunuhanku. Maka aku duduk, kemudian aku punya inisiatif agar aku utarakan uneg-unegku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba salah seorang berujar: "Senjata orang yang dibunuhnya, yang selalu Abu Qatadah sebut-sebut ada padaku, tolong mintalah keridlaannya!" Maka Abu Bakar berkata: "Sekali-kali tidak, tidak akan Rasulullah memberi senjata itu hanya kepada burung pipit Quraisy (ucapan penghinaan Abu bakar kepada si laki-laki -pent.) sedang beliau tinggalkan singa Allah (julukan Abu Qatadah) yang telah berperang membela Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri. Lalu si laki-laki menyerahkan senjatanya kepadaku yang dengannya kubelikan sebidang kebun. Itulah kekayaaan pertama-tama yang kumiliki dalam keIslamanku.
Shahih Bukhari 3979: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al'Ala'] Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin Abdullah] dari [Abu Burdah] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu dia berkata: Selepas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari perang Hunain, beliau utus Abu 'Amir memimpin pasukan ke Authas. Selanjutnya Abu 'Amir temui Duraid bin Shimmah dan Duraid pun terbunuh. Kemudian Allah menghancurkan para pengikutnya. Abu Musa berkata: Rasul mengutusku bersama Abu 'Amir, Abu 'Amir kemudian terkena lemparan pada lututnya, ia terkena panah yang dibidikkan oleh Jusyami hingga panah itu terus menancap di lututnya. Aku pun menemuinya dan bertanya: "Wahai paman, siapa yang melemparmu?" Ia memberi isyarat kepada Abu Musa dan berujar: "Itulah pembunuhku yang telah membidikkan panah kepadaku." Maka aku memburunya dan berusaha kutemui, ketika ia melihatku, ia melarikan diri, maka aku terus mengikutinya dan aku berkata kepadanya: "Apa kamu tidak malu, tidak bisakah engkau bertahan?" Ia pun bertahan, kami bergantian menebas dengan pedang dua kali sabetan yang selanjutnya aku berhasil membunuhnya. Kemudian aku katakan kepada Abu 'Amir: "Allah telah membunuh kawanmu." Abu 'Amir kemudian berujar: "Tolong cabutlah panah ini dariku!" Maka aku mencabutnya sehingga lukanya mengalirkan air. Abu 'Amir berkata: "Wahai anak saudaraku, sampaikanlah salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan sampaikan: 'Mintakanlah ampunan untukku!'" Dan Abu 'Amir menjadikanku sebagai komandan para sahabat. Ia masih bertahan beberapa saat kemudian wafat. Aku pun pulang dan kutemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di rumahnya diatas tempat tidur yang terbuat dari pelepah kurma beralaskan kasur dan pelepah kasurnya membekas di punggung dan pinggangnya. Aku sampaikan kepada beliau segala berita kami dan juga berita Abu 'Amir yang menyampaikan pesan, "Sampaikan kepada Rasulullah, mintakanlah ampunan untukku." Nabi meminta air, dan beliau berwudhu, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa: "ALLOOHUMMAGHFIR LI'UBAID ABI AMIR" (Ya Allah, berilah ampunan untuk hamba-Mu yang lemah, Abu Amir), dan kulihat ketiaknya yang putih kemudian beliau memanjatkan doa "ALLOOHUMMAJ'ALHU YAUMAL QIYAAMATI FAUQO KATSIIRIN MIN KHOLQIKA MINAN NASI" (Ya Allah, jadikanlah ia diatas kebanyakan manusia ciptaan-Mu pada hari kiamat). Maka aku meminta: "Dan aku juga mintakanlah ampunan." Maka Nabi panjatkan ALLOOHUMMAGHFIR LI 'ABDILLAH BIN QAIS DZANBAHU WA ADKHILHU YAUMAL QIYAMATI MUDKHALAN KARIIMA (Ya Allah, ampunilah Abdullah bin Qais (Abu Musa) atas dosanya, dan masukkanlah pada hari kiamat ke tempat yang terpuji). Kata Abu Burdah, satu doanya untuk Abu Amir dan satunya untuk Abu Musa.
Shahih Bukhari 3980: Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi] ia mendengar [Sufyan] Telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [ayahnya] dari [Zaenab binti Abu Salamah] dari Ibunya, Ummu Salamah radliyallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku yang ketika itu disisiku ada seorang waria dan kudengar ia mengatakan kepada Abdullah bin Abu Umayyah: "Wahai Abdullah, bagaimana pendapatmu jika Allah menaklukkan Thaif untukmu, hendaklah engkau menikahi anak perempuan Ghailan, sebab ia (perempuan) yang menghadap dengan empat cabang dan berbalik dengan delapan cabang." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam langsung berkomentar: "Jangan biarkan laki-laki waria (banci) itu menemui kalian!" Ibnu Uyainah berkata, Ibnu Juraij mengatakan makna 'mukhannats' adalah banci. Telah menceritakan kepada kami Mahmud, telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dengan hadist ini dan beliau tambahkan redaksi: "Ketika itu beliau sedang mengepung kota Thaif".
Shahih Bukhari 3981: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Amru] dari [Abul Abbas, tukang syair yang buta] dari [Abdullah bin 'Umar] katanya, Ketika Rasulullah mengepung Thaif, dan beliau sama sekali belum memperoleh hasilnya, beliau berujar: "Besok kita insya Allah pulang." Ucapan Nabi ini memberatkan mereka sehingga para sahabat berujar: "Apakah kita akan pulang dan tidak menaklukkannya?" Abdullah bin 'Umar adakalanya berujar dengan lafadz: "Kita akan pulang." maka Rasulullah berujar: "Teruslah kalian menyongsong peperangan." Para sahabat pun terus berangkat dan mereka peroleh luka-luka. Maka Nabi berkata: "Besok insya Allah kita pulang." Ucapan Nabi ini menjadikan para sahabat kagum (sebagai pelipur lara), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa. Suatu kali Sufyan mengatakan dengan redaksi: "Nabi tersenyum". Kata Abul Abbas, kata [Humaidi], Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] semua beritanya.
Shahih Bukhari 3982: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah] dari ['Ashim] katanya: Aku mendengar [Abu Usman] berkata: Aku mendengar Sa'ad, dan ia adalah sahabat yang pertama-tama melesatkan panah dijalan Allah dan Abu Bakrah yang ketika itu ia mengepung benteng Thaif bersama pasukan sahabat. Lantas mereka menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan keduanya berujar: Kami mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang mengaku kepada selain ayahnya padahal ia tahu, maka surga haram baginya." Hisyam berkata: Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari ['Ashim] dari [Abu Aliyah] atau [Abu Utsman An Nahdi] katanya, aku mendengar [Sa'd] dan [Abu Bakrah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Ashim berkata: saya bekomentar: Sudah ada dua orang memberi kesaksian bagimu (Abu Aliyah atau Abu Utsman), cukuplah keduanya sebagai saksi. Kata (Abu Aliyah atau Abu Utsman) "Betul", satunya adalah sahabat pertama-tama yang membidikan panah fi sabilillah dan kedua adalah sahabat yang termasuk dari orang ketiga diantara dua puluh tiga sahabat yang pulang dari Thaif.
Shahih Bukhari 3983: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al'Ala'] Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin Abdullah] dari [Abu Burdah] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu, dia berkata: Aku disisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu beliau singgah di Ji'ranah antara Makkah dan Madinah, beliau bersama Bilal. Rupanya ada seorang Arab Badui (pelosok) menemui beliau dan berujar: "Tidakkah engkau lunasi janjimu kepadaku?" Maka Nabi berkata kepadanya: "Bergembiralah!" Si Arab Badui menjawab: "Kamu berulang kali mengatakan: 'bergembiralah!'" Kemudian beliau temui Abu Musa dan Bilal seolah-olah beliau emosi. Beliau berkata: "Orang arab itu telah menolak kabar gembira! Maka temuilah olehmu berdua!" Maka kami menemuinya. Selanjutnya Nabi meminta baskom berisi air, beliau cuci kedua tangannya, wajahnya dan beliau semprotkan air dari mulut beliau ke baskom, kemudian beliau bersabda: "Silahkan kalian berdua minum, dan guyurkan pada wajah kalian, dan tengkuk kalian dan bergembiralah!" Keduanya lantas mengambil baskom dan keduanya melaksanakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ummu Salamah lantas berseru dibalik tabir "Tolong sisakan air itu untuk ibu kalian!" Maka keduanya menyisakan air itu.
Shahih Bukhari 3984: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami [Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] katanya, Telah menceritakan kepadaku 'Atha', bahwasanya [Shafwan bin Ya'la bin Umayyah] mengabarinya, bahwasannya Ya'la berkata: "Sekiranya aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika wahyu diturunkan kepadanya!" dia berkata: Maka ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada di Ji'ranah yang ketika itu beliau dinaungi dengan sebuah kain bersama beberapa orang sahabatnya, tiba-tiba seorang Arab pedusunan (badui,) yang memakai jubah beraroma minyak wangi menemuinya dan bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berihram untuk umrah dengan jubah setelah diberi wewangian?" 'Umar lantas memberi isyarat kepada Ya'la dengan tangannya yang pesannya: "Kemari." Ya'la kemudian datang dan memasukkan kepalanya. Serta merta wajah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerah dan naik darah beberapa saat, kemudian reda. Kata beliau: "Mana orang yang bertanya kepadaku tentang 'Umrah?" Ia pun kemudian dicari dan didatangkan. Lalu Nabi bersabda: "Wewangian yang ada padamu, tolong cucilah tiga kali, adapun jubah, maka tanggalkanlah, kemudian lakukan dalam umrahmu sebagaimana kamu lakukan dalam hajimu."
Shahih Bukhari 3985: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] Telah menceritakan kepada kami [Amru bin Yahya] dari [Abbad bin Tamim] dari [Abdullah bin Zaid bin Ashim] katanya, Ketika Allah memberi Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam rampasan (fai) pada perang Hunain, beliau membagi rampasan itu untuk orang-orang yang hatinya masih perlu ditarbiyah (muallaf), dan beliau sama sekali tidak memberi bagian sahabat Anshar. Seakan-akan mereka merasa marah ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan kepada mereka seperti yang diberikan kepada orang-orang tersebut. Lalu Rasulullah berkhutbah kepada mereka, seraya berkata: "Wahai sekalian kaum Anshar, bukankah aku dahulu menjumpai kalian dalam keadaan sesat lantas Allah memberi kalian petunjuk dengan perantaraanku? Dahulu kalian dalam keadaan terpecah-belah lantas Allah mendamaikan kalian dengan perantaraanku? Dan kalian dalam keadaan miskin lantas Allah menjadikan kalian kaya dengan perantaraanku?" Setiap kali Nabi menyampaikan sesuatu, mereka jawab: "Allah dan rasul-Nya lebih terpercaya." Beliau meneruskan: "Lantas alasan apa yang menghalangi kalian menjawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Zaid berkata: setiap kali Rasulullah mengatakan sesuatu mereka jawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih terpercaya!" Rasulullah bersabda: "Seandainya kalian mau, kalian bisa mengatakan: 'Engkau telah datang kepada kami dalam keadaan demikian dan demikian'." Apakah kalian ridha manusia membawa kambing dan unta, sedang kalian membawa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke persinggahan kalian? kalaulah bukan karena hijrah, aku pasti menjadi orang Anshar, kalaulah manusia mengarungi sebuah lembah dan lereng, niscaya aku mengarungi lembah dan lereng Anshar. Anshar adalah pakaian luar -maksudnya primer dan utama- sedang manusia lain hanyalah pakaian dalam -maksudnya sekunder, kurang utama-. Sesungguhnya sepeninggalku, akan kalian temui sikap-sikap egoisme dan individualisme, maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku di telaga."
Shahih Bukhari 3986: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Hisyam] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] katanya, telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, katanya, Orang-orang dari kalangan Anshar mengatakan: Ketika Allah memberi rampasan fai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari harta suku Hawazin, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi bagian kepada beberapa orang (Quraisy) seratus unta. Maka mereka (Anshar) berkata: "Semoga Allah mengampuni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau memberi bagian kepada orang-orang Quraisy dan membiarkan kami, Anshar. Padahal pedang kami masih meneteskan darah mereka." Anas berkata: Maka perkataan mereka itu disampaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Rasulullah mengutus utusan kepada Anshar dan mengumpulkan mereka dalam sebuah kubah yang terbuat dari tanah liat dan tidak beliau undang selain mereka. Setelah semua Anshar berkumpul, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dan bersabda: "Apa maksud perkataan yang telah sampai kepadaku dari kalian?" Maka para fuqaha Anshar menjawab: "Adapun para pemimpin-pemimpin kami wahai rasulullah, mereka sama sekali tak menyampaikan protes sepatah katapun, adapun generasi muda kami, memang mereka katakan: 'Kiranya Allah mengampuni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau beri Quraisy namun membiarkan kami-kami ini, padahal pedang kami masih meneteskan darah mereka (musuh Quraisy musyrik)'." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Sungguh aku memberi beberapa orang yang baru saja terentaskan dari kekufuran (baru masuk Islam) dengan maksud aku menjinakkan hati mereka, apakah kalian tidak ridha sekiranya manusia membawa harta sedang kalian membawa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke perumahan kalian? Demi Allah, apa yang kalian bawa pulang lebih baik dari pada yang mereka bawa pulang. Mereka lantas berujar: "Wahai Rasulullah, kami semua sekarang telah ridha." Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka: Kalian akan menemui sifat-sifat sangat egoisme, maka bersabarlah kalian hingga kalian temui Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, karena aku berada di telaga." Anas berkata: Namun mereka tidak bersabar.
Shahih Bukhari 3987: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu At Tayyah] dari [Anas] katanya, Ketika terjadi penaklukan Makkah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagikan harta ghanimah hanya dikalangan orang-orang Quraisy. Maka orang-orang Anshar merasa marah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Tidakkah kalian ridha jika orang-orang pergi membawa dunia sementara kalian pergi membawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Orang-orang Anshar berkata: "Kami ridha." Beliau berkata: "Kalaulah orang-orang mengarungi sebuah lembah atau lereng gunung, niscaya aku mengarungi lembah Anshar atau lereng gunung mereka."
Shahih Bukhari 3988: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Azhar] dari [Ibnu 'Aun] Telah memberitakan kepada kami [Hisyam bin Zaid bin Anas] dari Anas radliyallahu 'anhu katanya: Ketika perang Hunain, Bani Hawazin ketika itu bertemu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beserta sahabatnya yang jumlahnya sekitar sepuluh ribu orang beserta para tawanan yang dibebaskan. Lantas Hawazin melarikan diri. Nabi berkata: "Wahai sekalian kaum Anshar!" Mereka menjawab: "Baik ya Rasulullah, dan kami memenuhi ajakanmu dengan senang hati, dan selalu siap!" Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam singgah sambil mengucapkan: "Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya!" Orang-orang musyrik pun dapat dikalahkan. Selanjutnya Rasulullah memberi bagian kepada orang-orang yang dimerdekakan dan kaum muhajirin, namun beliau tidak memberi orang Anshar sama sekali." Maka orang-orang Anshar pun melakukan protes dan kritik atas kebijakan Nabi. Maka Nabi memanggil mereka dan mengajak mereka ke dalam sebuah kubah (ruangan), lantas beliau berkata: "Tidakkah kalian ridha jika orang-orang pulang membawa kambing dan unta, sedang kalian pulang membawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Kalaulah orang-orang mengarungi sebuah lembah dan Anshar mengarungi lembah lain, niscaya aku pilih lembah yang dilalui kaum Anshar."
Shahih Bukhari 3989: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] katanya, aku mendengar [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, katanya: Suatu kali Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengumpulkan beberapa orang Anshar dan bersabda: "Quraisy adalah kabilah yang baru saja meninggalkan masa-masa kejahiliyahan dan "kerusakan agama", maka aku ingin menjinakkan dan mengayomi mereka, tidakkah kalian ridha jika orang-orang pulang dengan membawa harta duniawi sementara kalian pulang dengan membawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke rumah-rumah kalian?" Mereka berkata: "Tentu." Kata Nabi: "Kalaulah manusia mengarungi sebuah lembah dan Anshar mengarungi sebuah lereng gunung, niscaya aku arungi lembah Anshar atau lereng Anshar."
Shahih Bukhari 3990: Telah menceritakan kepada kami [Qabishah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Abu Wail] dari [Abdullah] katanya: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membagi-bagi rampasan Hunain, ada seorang Anshar mengomentari kebijakan Nabi: "Ini adalah pembagian yang tidak diniati mencari wajah Allah." Maka aku datangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku kabarkan kepada beliau. Serta merta wajah beliau berubah kemudian beliau bersabda: "Kiranya rahmat Allah selalu tercurah kepada Musa, sungguh ia disakiti lebih banyak daripada ini, namun ia bersabar."
Shahih Bukhari 3991: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Said] Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Abu Wail] dari Abdullah radliyallahu 'anhu, katanya: Ketika perang Hunain, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memprioritaskan pembagian untuk orang-orang tertentu. Beliau memberi Al Aqra' bin Habis sebanyak seratus ekor unta, dan memberi Uyainah juga sebanyak itu. Lantas ada seseorang yang berkata: "Ini betul-betul pembagian yang tidak diniati untuk mencari wajah Allah." Aku katakan dalam hati: "Sungguh akan aku laporkan hal ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Beliau bersabda: "Kiranya Allah merahmati Musa, yang ia disakiti lebih banyak dari pada ini semua, lantas ia bersabar."
Shahih Bukhari 3992: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Mu'adz bin Mu'adz] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Aun] dari [Hisyam bin Zaid bin Anas bin Malik] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, katanya: Ketika perang Hunain, datang suku Hawazin, Ghatafan dan lainnya dengan unta-unta dan anak-anak kecil mereka. Sedang pasukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berjumlah sepuluh ribu ditambah para tawanan yang dimerdekakan. Namun mereka kemudian mundur kocar-kacir hingga beliau tinggal sendirian. Saat itu beliau memanggil dengan dua panggilan secara jelas. Beliau menoleh ke arah kanannya dan berujar: "Wahai segenap Anshar!" mereka menjawab: "Baik, kami penuhi panggilanmu wahai Rasulullah, bergembiralah, kami bersamamu." Kemudian beliau menoleh ke arah kirinya dan berujar: "Wahai segenap Anshar!" Mereka menjawab: "Baik, kami penuhi panggilanmu wahai Rasulullah, bergembiralah kami bersamamu." Dan ketika itu beliau diatas bighal putih, lalu beliau turun seraya bersabda: "Aku hamba Allah dan rasul-Nya." Lantas kaum musyrikin dapat dikalahkan dan beliau mendapatkan ghanimah yang melimpah ruah. Namun beliau bagikan ghanimah khusus kepada Muhajirin dan budak-budak yang dimerdekakan dan beliau tidak memberi kaum Anshar sedikitpun. Maka kaum Anshar berkata: "Jika dalam keterhimpitan kami dipanggil, namun ghanimah diberikan kepada selain kita?" Perkataan ini sampai kepada Rasulullah, sehingga beliau kumpulkan mereka di sebuah kubah, kemudian bersabda: "Wahai kaum Anshar, apa maksud protes kalian yang sampai kepadaku?" Mereka pun membisu. Rasulullah meneruskan: "Wahai segenap Anshar, tidakkah kalian puas sekiranya manusia pergi membawa dunia sementara kalian pulang membawa Rasulullah dan kalian usung hingga rumah-rumah kalian?" Mereka berkata: "Tentu." Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalaulah manusia mengarungi suatu lembah dan Anshar mengarungi suatu lembah, niscaya aku pilih lereng yang dilewati kaum Anshar. Dan Hisyam berkata: aku berkata: "Wahai Abu hamzah, dan kamu menyaksikan atas peristiwa itu?" Dia menjawab: "Lalu aku dimana jika absen daripadanya?"
Shahih Bukhari 3993: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'man] Telah menceritakan kepada kami [Hammad] Telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Nafi] dari Ibnu Umar radliyallahu 'anhu, katanya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim sebuah ekpedisi militer ke arah Najed dan aku termasuk dalam pasukan itu, maka bagian ghanimah kami sebanyak dua belas ekor unta dan kami diberi nafl (pemberian cuma-cuma) masing-masing seekor unta, sehingga kami pulang masing-masing membawa tiga belas ekor unta.
Shahih Bukhari 3994: Telah menceritakan kepadaku [Mahmud] Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] -lewat jalur periwayatan lain- Telah menceritakan kepadaku [Nu'aim] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari Ayahnya dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suatu kali mengirim Khalid bin Al Walid ke Bani Jadzimah dengan misi mengajak mereka masuk Islam, namun rupanya mereka belum fasih mengucapkan: "Aslamnaa" (kami masuk Islam) sehingga mereka keceplosan mengucapkan Shabba'naa (yang makna secara harfiah kami sembah matahari), mereka terus saja mengucapkan Shabba'na, Shabba'na -sekalipun maksudnya aslamnaa- Maka Khalid membantai diantara mereka dan sebagian lain ia tawan, dan ia serahi masing-masing kami seorang tawanan yang ia perintahkan untuk dibunuh di hari selanjutnya. Maka saya berkata: "Demi Allah, saya tak akan membunuh tawananku, dan setiap kawanku juga tak akan membunuh tawanannya." Hingga akhirnya kami menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami utarakan kasusnya kepada Beliau. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat tangannya lalu bersabda: ALLAAHUMMA INNII ABRA'U ILAIKA MIMMAA SHANA'A KHALID (Ya Allah, saya berlepas diri kepada-MU dari perbuatan-perbuatan Khalid). Beliau ulang dua kali.
Shahih Bukhari 3995: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] Telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] katanya, Telah menceritakan kepadaku [Sa'd bin Ubaidah] dari [Abu Abdurrahman] dari Ali radliyallahu 'anhu, katanya, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suatu kali mengirim sebuah ekspedisi militer dan beliau angkat seorang laki-laki Anshar dan memerintahkan mereka (anggota pasukan) untuk menta'atinya. Suatu ketika si laki-laki Anshar ini marah dan berujar: "Bukankah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan kalian untuk menta'atiku?" Mereka menjawab: "Benar." Dia berkata: "Kalau begitu, kumpulkanlah kayu bakar untukku!" Mereka pun mengumpulkannya. Kemudian dia meneruskan perintahnya: "Sekarang, nyalakanlah api!" Mereka pun menyalakannya. Ia meneruskan lagi: "Sekarang masuklah kalian ke api itu!" Dan sebagian mereka mencegah sebagian lainya seraya berkata: "Kita dahulu menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rangka menghindari api!" Mereka terus dengungkan peringatan ini hingga api padam, kemudian emosi sang komandan mereda. Berita ini sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: "Kalaulah mereka memasukinya, niscaya mereka tidak akan bisa keluar hingga kiamat tiba. Sesungguhnya keta'atan hanya berlaku dalam kebaikan."
Shahih Bukhari 3996: Telah menceritakan kepada kami [Musa] Telah menceritakan kepada kami [Abu Awanah] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik] dari [Abu Burdah] katanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Abu Musa dan Mu'adz bin Jabal ke negeri Yaman. Dan beliau utus keduanya pada lokasi yang berbeda -sekalipun satu negara, Yaman- sebab Yaman ketika itu dibagi dua negara bagian, kemudian Nabi berpesan: "Tolong kalian permudah, jangan kalian persulit, berilah kabar gembira, jangan kalian jadikan masyarakat alergi (terhadap agama)." Masing-masing pun berangkat mengerjakan tugasnya. Selanjutnya masing-masing diantara keduanya jika berjalan di wilayah temannya, ia berusaha dekat dengan kawannya dan membuat perjanjian (kesepakatan bertemu) lantas mengucapkan salam. Di kemudian hari Mu'adz berjalan di kawasan kawannya, Abu musa, ia datang dengan berkendara diatas bighalnya hingga menemuinya yang ketika itu Mu'adz sedang duduk dikerumuni manusia. Tak tahunya disana ada seseorang yang kedua tangannya diikat diatas tengkuknya. Mu'adz menyapa: "Wahai Abdullah bin Qais (nama lain Abu Musa), orang ini memangnya mengapa?" Kata Abu Musa: "Orang ini telah kufur setelah keIslamannya." Mu'adz menjawab: "Saya tak akan turun hingga ia dibunuh." Abu Musa meneruskan: "Orang ini didatangkan semata-mata karena kemurtadannya, maka turunlah." Muadz menjawab: "Saya tak sudi turun dari hewan tungganganku hingga dibunuh." Maka Abu Musa perintahkan hingga si laki-laki dibunuh. Kemudian Muadz turun. Muadz bertanya: "Wahai Abdullah, bagaimana engkau membaca Al Quran?" Abdullah menjawab: "Saya berusaha membaca sebanyak-banyaknya, lalu bagaimana engkau membacanya wahai muadz?" Muadz menjawab: "Saya tidur diawal malam kemudian bangun, aku laksanakan hak tidurku, dan aku baca apa yang Allah tetapkan bagiku, Aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana berharap pahala dari shalat malamku."
Shahih Bukhari 3997: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] Telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari [Asysyaibani] dari [Said bin Abu Burdah] dari [ayahnya] dari Abu Musa Al 'Asy'ari radliyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutusnya ke negeri Yaman, selanjutnya beliau bertanya minuman yang biasa diminum disana. Tanya Nabi: "Minuman apa itu?" ia menjawab: "Minuman Al Bit'u dan Al Mizru." Kemudian aku bertanya kepada Abu Burdah: "Apa maksud minuman Al Bit'u?" dia menjawab: "Ia adalah rendaman kurma, sedang Al Mizru ialah sebutan untuk minuman dari rendaman tepung." Lantas Rasulullah bersabda: "Setiap yang memabukkan adalah haram." [Jarir] dan [Abdul Wahid] meriwayatkan hadits ini dari Asy Syaibani dari [Abu Burdah].
Shahih Bukhari 3998: Telah menceritakan kepada kami [Muslim] Telah menceritakan kepada kami [Syubah] Telah menceritakan kepada kami [Said bin Abu Burdah] dari ayahnya, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus kakeknya, alias Abu Musa dan Mu'adz ke Yaman dan beliau berpesan: "Hendaklah kalian mempermudah, jangan mempersulit, berilah kabar gembira jangan kalian jadikan manusia lari (alergi terhadap agama), dan bersatu padulah." Lantas Abu Musa bertanya: "Wahai Nabiyullah, wilayah kami disana ada minuman dari tepung yang sering diistilahkan Al Mizru dan ada minuman dari kurma yang sering diistilahkan Al Bit"u?" Lantas beliau bersabda: "Setiap yang memabukkan adalah haram." Keduanya pun berangkat. lalu Mu'adz berkata kepada Abu Musa: "Bagaimana engkau membaca Al Qur'an?" Abu Musa menjawab: "Baik dalam keadaan berdiri, duduk, atau saat aku diatas hewan tungganganku, namun terkadang aku masih menambah." Sedang Muadz mengatakan: "Jika aku, kadang aku tidur dan shalat malam, aku perkirakan waktu tidurku seperti waktu aku shalat malam." Masing-masing terus membuat kemah dan keduanya silih berganti melakukan kunjungan. Suatu kali Mu'adz mengunjungi Abu Musa, ternyata ada seorang laki-laki yang diikat. Mu'adz bertanya: "Siapa laki-laki ini sebenarnya?" Abu Musa menjawab: "Dia seorang yahudi yang masuk Islam, kemudian murtad." Maka Mu'adz menjawab: "Kalau aku, sungguh akan kupenggal tengkuknya." Hadits ini dikuatkan jalur perawinya oleh Al 'Aqadi dan [Wahab] dari Syu'bah. Dan Waki' berkata: Nadhr dan [Abu Dawud] mengatakan dari [Syu'bah] dari [Sa'id] dari [ayahnya] dari [kakeknya] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan [Jarir bin Abdul Hamid] meriwayatkannya dari [Asy Syaibani] dari [Abu Burdah].
Shahih Bukhari 3999: Telah menceritakan kepadaku [Abbas bin Al Walid, alias An Narsi] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] dari [Ayyub bin 'Aidz] Telah menceritakan kepada kami [Qais bin Muslim] katanya, aku mendengar [Thariq bin Syihab] mengatakan, Telah menceritakan kepadaku Abu Musa Al Asy'ary radliyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusku ke perkampungan kaumku, selanjutnya aku singgah di Abtah. Rasulullah bertanya: "Apa engkau telah melakukan haji wahai Abdullah bin Qais (sebutan Abu Musa)?" Aku jawab: "Sudah wahai Rasulullah." Nabi bertanya: "Bagaimana engkau ucapkan niyat ihram-mu?" Abu Musa berkata: aku ucapkan: "LABBAIKA IHLAALAN KA IHLAALIKA." (Aku penuhi panggilan-Mu, aku berniat ihram sebagaimana ihrammu (Rasul, maksudnya)." Nabi bertanya: "Apa engkau juga membawa hewan kurban?" Aku jawab: "Saya belum membawa." Nabi berkata: "Kalau begitu, lakukanlah thawaf di Baitullah dan lakukanlah sa'i antara Shafa dan Marwa, kemudian lakukanlah tahallul!" dan aku pun mengerjakannya hingga seorang wanita Bani Qais menyisiriku dan kami terus melakukan yang demikian hingga 'Umar diangkat menjadi khalifah.
Shahih Bukhari 4000: Telah menceritakan kepadaku [Hibban] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] dari [Zakaria bin Ishaq] dari [Yahya bin Abdullah bin Shaifi] dari Abu Ma'bad mantan budak Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Mu'adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman: "Engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, Apabilah telah sampai kepada mereka maka serulah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Jika mereka ta'at untuk itu, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka ta'at untuk itu, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan zakat harta mereka, di ambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang yang miskin dari mereka. Jika mereka ta'at untuk itu, maka hati-hatilah engkau dari mengambil harta milik mereka yang paling baik, takutlah engkau dengan do`anya orang dizhalimi, sebab antara ia dengan Allah tidak ada yang menghalanginya." Abu Abdullah berkata: 'Thawwa'at, thaa'at, 'Athaa'at secara bahasa adalah 'Ti'tu, dan Tu'tu, serta 'Atha'tu. (Aku ta'at).
Shahih Bukhari 4001: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Habib bin Abu Tsabit] dari [Sa'id bin Jubair] dari ['Amru bin Maimun] bahwa Ketika [Mu'adz] sampai di Yaman, dia shalat shubuh bersama kaumnya dengan membaca ayat: {WATTAKHADZALLAAHU IBRAAHIIMA KHALIILA} (Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasihnya). Maka berkatalah salah seorang dari kaumnya: "Mata ibu Ibrahim telah berbinar karena bahagia." Sedangkan di dalam riwayat lain, Mu'adz menambahkan dari [Syu'bah] dari [Habib] dari [Sa'id] dari [Amru] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus [Mu'adz bin Jabal] ke Yaman. Lalu pada waktu shalat shubuh Mu'adz bin Jabal membaca surat An Nisa, tatkala sampai ayat: {WATTAKHADZALLAAHU IBRAAHIIMA KHALIILA} (Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasihnya). Seseorang di belakangnya berkata: "Mata Ibu Ibrahim telah berbinar karena bahagia."
Shahih Bukhari 4002: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin 'Utsman] Telah menceritakan kepada kami [Syuraih bin Maslamah] Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Yusuf bin Ishaq bin Abu Ishaq] Telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Abu Ishaq] Aku mendengar [Al Bara'] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus kami bersama Khalid bin Al Walid ke Yaman, Al Bara berkata: kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Ali untuk mengganti kepemimpinannya. Beliau berkata kepada Ali: "Suruhlah tentara Khalid untuk ikut bersama kamu ke Yaman, bagi siapa saja yang mau, dan siapa yang ingin pulang, silahkan." Dan aku termasuk orang yang ikut bersama Ali. Al Bara berkata: Lalu aku mendapatkan ghanimah yang begitu banyak.
Shahih Bukhari 4003: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basysyar] Telah menceritakan kepada kami [Rauh bin 'Ubadah] Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Suaid bin Manjuf] dari ['Abdullah bin Buraidah] dari [Bapaknya] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus 'Ali untuk menemui Khalid bin Al Walid agar mengambil seperlima harta rampasan perang. Aku adalah orang yang membenci Ali yang pada waktu itu dia sudah mandi. Lalu aku berkata kepada Khalid: "Apa kamu tidak melihat apa yang dilakukannya?" Maka tatkala aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam aku sampaikan kepada beliau perihal Ali maka beliau bersabda: "Wahai Buraidah! Apakah kamu membenci 'Ali?" aku menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Jangan membencinya karena ia berhak mendapatkan yang lebih dari itu dari harta rampasan perang."
Shahih Bukhari 4004: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami ['Abdul Wahid] dari ['Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah]: Telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman bin Abu Nu'am] dia berkata: Aku mendengar [Abu Sa'id Al Khudri] berkata: 'Ali bin Abu Thalib radliyallahu 'anhu mengirimkan sebatang emas yang belum diangkat dari cetakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu Beliau membagikannya kepada empat orang: 'Uyainah bin Badr, Aqra bin Habis, Zaid Al Khail, dan yang keempat adalah Alqamah atau 'Amir bin Thufail. Melihat hal itu, salah seorang sahabatnya berkata: "Kami lebih berhak atas emas tersebut daripada orang-orang ini." Ketika kabar itu didengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Beliau bersabda: "Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang yang terpercaya dari langit (surga)? Aku menerima kabar dari langit, pagi hari maupun sore hari." Tiba-tiba seorang laki-laki dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjanggut tipis, berkepala gundul dan menggunakan ikat pinggang berdiri dan berkata: "Wahai Rasulullah! Takutlah kepada Allah." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Celaka kamu! Bukankah di muka bumi ini akulah yang paling takut kepada Allah?" Orang itu beranjak dari tempat duduknya. Khalid bin Walid berkata: "Wahai Rasulullah! Izinkan aku menebas lehernya." Beliau bersabda: "Jangan, bisa jadi ia mengerjakan shalat." Khalid berkata: "Berapa banyak orang yang shalat berkata dengan lisannya yang tidak sesuai dengan hatinya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati manusia maupun mengetahui isi perutnya." Kemudian Rasulullah melihat kepada orang itu ketika hendak pergi kemudian berkata: "Sesungguhnya dari keturunannya akan muncul suatu kaum yang membaca Kitabullah tetapi hanya sampai tenggorokannya saja. Mereka lepas dari agama sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya." Dan aku mengira Nabi juga berkata: "Seandainya aku hadir pada masa itu aku akan membunuh mereka sebagaimana bangsa Tsamud dibinasakan."
Shahih Bukhari 4005: Telah menceritakan kepada kami [Al Makki bin Ibrahim] dari [Ibnu Juraij], ['Atha] berkata: [Jabir] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh 'Ali untuk melakukan ihram. [Muhammad bin Bakr] menambahkan dari [Ibnu Juraij], [Atha] berkata: [Jabir] berkata: Kemudian Ali datang dari Yaman, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Wahai Ali dengan apa kamu bertalbiyah?" Dia menjawab: "Saya bertalbiyah dengan talbiyah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Beliau bersabda: "Menyembelihlah dan tetaplah tinggal di Haram." Jabir berkata: lalu Ali menyembelih hewan kurban.
Shahih Bukhari 4006: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Bisyr bin Al Mufadldlal] dari [Humaid Ath Thawil] Telah menceritakan kepada kami [Bakr] bahwasanya dia berkata kepada [Ibnu 'Umar] bahwa Anas pernah menceritakan kepada mereka mengenai talbiyah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan umrah dan haji. Anas berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertalbiyah dengan haji, dan kami pun bertalbiyah bersama beliau. Tatkala kami sampai di Makkah, beliau bersabda: "Barangsiapa diantara kalian yang tidak memiliki hewan kurban maka niatkanlah untuk umrah." Sedangkan pada waktu itu Rasulullah memiliki hewan kurban. Kemudian Ali bin Abi Thalib datang kepada kami dari Yaman dalam keadaan berhaji, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Dengan apa kamu bertalbiyah? sesungguhnya keluargamu bersama kami." Ali menjawab: "Saya bertalbiyah dengan talbiyah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Beliau bersabda: "Tenanglah, kami membawa hewan kurban."
Shahih Bukhari 4007: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Khalid] Telah menceritakan kepada kami [Bayan] dari [Qais] dari [Jarir] dia berkata: Pada masa Jahiliyah ada sebuah rumah yang diberi nama Dzul Khalashah, rumah itu biasa disebut dengan Al Ka'bah Al Yamaniyah dan Al Ka'bah As Sya'miyah. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku: "Bisakah kamu menyenangkanku dengan menghancurkan Dzul Khalashah?" Lalu aku berangkat dengan seratus lima puluh pasukan berkuda yang tangguh. Kami hancurkan dan kami bunuh orang-orang yang berada di sekitarnya. Kemudian aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengabarkan keberhasilannya. Maka Rasulullah mendo'akan kami dan para penunggang kuda yang tangguh.
Shahih Bukhari 4008: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] Telah menceritakan kepada kami [Qais] dia berkata: [Jarir] berkata kepadaku: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada saya: "Wahai Jarir, pimpinlah pasukan kaum muslimin ke Dzil Khalashah suatu tempat ibadah orang-orang Khats'am yang disebut Ka'bah Yamaniah." Maka aku segera berangkat bersama seratus lima puluh pasukan penunggang kuda yang tangguh. Namun pada waktu itu aku tidak bisa diam di atas kudaku. Maka beliau memukul dadaku dengan tangannya hingga aku dapat melihat bekas jari-jari beliau di dadaku. Beliau berdo'a: "Ya Allah, kokohkanlah ia dan jadikanlah dia orang yang dapat memberi petunjuk dan ditunjuki." Lalu dia berangkat kemudian menghancurkan dan membakarnya dengan api. Setelah itu Jarir mengutus seseorang untuk mengabarkan kemenangan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah sampai, utusan itu berkata kepada Rasulullah: "Tidaklah aku menemuimu kecuali aku telah meninggalkan rumah itu dalam keadaan terbakar hingga seakan-akan seekor unta berkudisan (berwarna hitam)." Maka kemudian Rasulullah memberkahi kuda-kuda yang tangguh dan para penunggangnya sebanyak lima kali.
Shahih Bukhari 4009: Telah menceritakan kepada kami [Yusuf bin Musa] Telah mengabarkan kepada kami [Abu Usamah] dari [Isma'il bin Khalid] dari [Qais] dari [Jarir] dia berkata: Rasulullah berkata kepadaku: "Wahai Jarir, bisakah kamu menyenangkanku dengan menghancurkan Dzil Khalashah?" Aku menjawab: "Tentu." Maka aku segera berangkat bersama seratus lima puluh pasukan penunggang kuda yang tangguh. Namun pada waktu itu aku tidak bisa diam di atas kudaku. Maka hal itu aku kabarkan kepada Rasulullah, lalu beliau memukul dadaku dengan tangannya hingga aku dapat melihat bekas tangan beliau di dadaku. Beliau berdo'a: "Ya Allah, kokohkanlah ia dan jadikanlah dia orang yang dapat memberi petunjuk dan ditunjuki." Jabir berkata: Setelah itu aku tidak pernah jatuh lagi dari kudaku. Dzil Khalashah adalah suatu tempat ibadah di Yaman milik orang-orang Khats'am dan Bajilah. Di dalamnya banyak patung-patung yang mereka sembah, mereka menyebutnya Ka'bah. Lalu Jarir mendatanginya dan membakarnya dengan api serta menghancurkannya. Setelah Jarir sampai di Yaman di sana dia melihat seseorang yang sedang bersumpah atas nama berhala-berhala. Maka dikatakan kepadanya: "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sini, apabila beliau berkehendak beliau bisa saja memenggal lehermu." Tatkala orang tersebut menghancurkan berhalanya, tiba-tiba Jarir berdiri di hadapannya seraya berkata: "Apakah kamu mau menghancurkannya dan bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah atau aku penggal lehermu?" Jarir berkata: Maka orang itu menghancurkannya dan bersyahadat. Kemudian Jarir mengutus seorang laki-laki dari Ahmas bernama Abu Arthah untuk mengabarkan kemenangan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah sampai, utusan itu berkata kepada Rasulullah: "Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, tidaklah aku menemuimu kecuali aku telah meninggalkan rumah itu dalam keadaan terbakar hingga seakan-akan seekor unta berkudisan (berwarna hitam)." Maka kemudian Rasulullah memberkahi kuda-kuda Ahmas dan para penunggangnya sebanyak lima kali.
Shahih Bukhari 4010: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq] Telah mengabarkan kepada kami [Khalid bin 'Abdullah] dari [Khalid Al Hadzdza'] dari [Abu 'Utsman] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutusnya [Amru bin Ash] untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam perang Dzatus Salasil. Amru bin Al Ash berkata: Aku menemui Rasulullah seraya bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang engkau cintai?" Rasulullah menjawab: "'Aisyah." Lalu saya tanyakan lagi: "Kalau dari kaum laki-laki, siapakah orang yang paling engkau cintai?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ayah 'Aisyah (Abu Bakr)." Saya bertanya lagi: "Lalu siapa?" Rasulullah menjawab: "'Umar bin Al Khaththab." Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu aku pun diam karena aku takut termasuk orang yang paling terakhir.
Shahih Bukhari 4011: Telah menceritakan kepadaku ['Abdullah bin Abu Syaibah Al 'Absi] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Idris] dari [Isma'il bin Abu Khalid] dari [Qais] dari [Jarir] dia berkata: Ketika aku berada di Yaman, aku bertemu dengan dua orang Yaman yang bernama dzu-Kala dan Dzy-Amr. Kepada mereka berdua kuceritakan perihal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dzu-Amr berkata kepadaku: "Jika cerita tentang sahabatmu itu (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) benar, maka ia telah wafat tiga hari yang lalu." Maka mereka berdua pergi bersamaku ke Madinah dan ketika jarak kami telah dekat dengan Madinah kami melihat sejumlah orang menunggang binatang-binatang mereka datang dari arah Madinah. Kami bertanya kepada mereka dan mereka berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam telah wafat dan Abu Bakar telah ditunjuk sebagai khalifah, sementara orang-orang (Muslim) dalam keadaan baik." Kemudian mereka (berdua) berkata: "Katakan kepada sahabatmu (Abu Bakar) bahwa kami (berniat mengunjunginya) dan insya Allah, kami akan kembali kemari." Maka mereka (berdua) pulang kembali ke Yaman. Maka hal itu aku kabarkan kepada Abu Bakr. Lalu dia berkata: "Kenapa kamu tidak datang bersama mereka?" Pada keesokan harinya Dzu Amru berkata kepadaku: "Wahai Jarir, kamu memiliki kemuliaan padaku, sungguh aku akan mengabarkan kepadamu satu kabar, sesungguhnya kalian wahai bangsa Arab, akan senantiasa dalam keadaan baik sebagaimana keadaan saat ini. Karena ketika pemimpin kalian meninggal, kalian memilih pemimpin yang lain. Tetapi jika kalian memilihnya dengan memakai pedang (peperangan), maka hal itu tidak beda dengan para raja yang apabila mereka murka maka kemurkaannya karena kekuasaan dan apabila rela maka kerelaannya pun karena kekuasaan."
Shahih Bukhari 4012: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Wahb bin Kaisan] dari [Jabir bin 'Abdullah] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus utusan menuju ke pantai. Beliau mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai pemimpin pasukan. Mereka berjumlah tiga ratus orang. Kami berangkat, namun ketika sampai di suatu jalan perbekalan kami habis. Maka Abu Ubaidah memerintahkan untuk mengumpulkan perbekalan pasukan, dan perbekalan pun dikumpulkan. Bekal yang terkumpul berjumlah dua kantung kurma. Bekal itulah yang menjadi makanan pokok kami setiap hari, sedikit demi sedikit hingga habis. Sampai kami tidak mendapatkan jatah lagi kecuali hanyalah sebuah kurma tiap orang. Aku bertanya: "Apalah artinya sebiji kurma." Abu 'Ubaidah menjawab: "Kami memang sudah mendapati tidak ada kurma lagi." Jabir berkata: Kemudian kami tiba di sebuah pantai, ternyata ada ikan paus sebesar anak bukit. Maka pasukan pun memakannya selama delapan belas malam. Abu Ubaidah memerintahkan untuk mengambil dua tulang rusuknya, lalu dipancangkan. Kemudian dia memerintahkan untuk mendatangkan seekor unta tunggangan. Ternyata unta tersebut dapat melewati bawah tulang rusuk ikan itu dan ia tidak mengenainya.
Shahih Bukhari 4013: Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dia berkata: yang kami hafal dari ['Amru bin Dinar] dia berkata: Aku mendengar [Jabir bin 'Abdullah] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus kami sebanyak tiga ratus penunggang kuda dan pemimpin kami ketika itu adalah Abu Ubaidah bin Jarrah untuk mengintai unta milik orang Qurais. Kemudian kami bermukim di pantai selama setengah bulan. Hingga kami merasa sangat lapar. akhirnya kami memakan daun-daunan yang gugur. Karena itu pasukan tersebut dinamai pasukan Khabat (Khabat artinya daun yang gugur). Tiba-tiba laut melemparkan ikan yang disebut Al Anbar. Kami pun makan dari ikan tersebut selama setengah bulan. Dari tubuhnya yang penuh lemak, kami oleskan ke sekujur tubuh kami hingga tubuh kami pulih kembali. Kemudian Abu Ubaidah mengambil tulang rusuk ikan itu, lalu ia pancangkan seukuran orang yang paling tinggi. Sufyan berkata: Ia memancangkan tulang rusak itu, lalu memerintahkan seseorang dan untanya melewati dibawahnya. Jabir berkata: Diantara pasukan ada yang menyembelih tiga hewan tunggangan, kemudian menyembelih tiga lagi, kemudian menyembelih lagi tiga, lalu hal itu dilarang oleh Abu Ubaidah. Sedangkan 'Amru berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abu Shalih bahwa Qais bin Sa'ad berkata kepada Bapaknya: Aku bersama pasukan, lalu mereka kelaparan, kemudian kami disuruh menyembelih binatang, kami pun menyembelih lagi. Namun setelah itu kami kelaparan lagi, hingga kami disuruh menyembelih sampai empat kali. Setelah itu kami dilarang menyembelih lagi.
Shahih Bukhari 4014: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Ibnu Juraij] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku ['Amru] bahwasanya mendengar [Jabir] berkata: Kami pernah berperang bersama pasukan Khabath (pemakan daun-daunan) yang pada waktu itu Abu Ubaidah di angkat sebagai pemimpin pasukan. Lalu kami merasa lapar sekali. Tiba-tiba laut melemparkan ikan paus yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Ikan itu disebut Al Anbar. Kami makan dari ikan itu selama setengah bulan. Kemudian Abu Ubaidah mengambil salah satu bagian dari tulangnya dan dia pancangkan. Hingga seorang pengendara bisa lewat dibawah tulang itu. Telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwasanya dia mendengar Jabir berkata: Abu 'Ubaidah berkata: "Makanlah oleh kalian semua!" Tatkala kami sampai di Madinah, hal itu kami beritahukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda: "Makanlah oleh kalian, itu adalah rizki yang telah Allah berikan. Berilah kami! jika masih tersisa." Maka sebagiannya di bawakan kepada beliau dan beliau pun memakannya.
Shahih Bukhari 4015: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Dawud Abu Ar Rabi'] Telah menceritakan kepada kami [Fulaih] dari [Az Zuhri] dari [Humaid bin 'Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq ditugaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memimpin satu kaum pada hari Nahar sebelum haji Wada untuk memberitahukan kepada orang banyak bahwasannya: "Sesudah tahun ini orang-orang musyrik tidak boleh melaksanakan haji dan tidak boleh thawaf di ka'bah dalam keadaan telanjang."
Shahih Bukhari 4016: Telah menceritakan kepadaku ['Abdullah bin Raja'] Telah menceritakan kepada kami [Israil] dari [Abu Ishaq] dari Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Surat yang paling terakhir kali turun secara sempurna adalah surat Al Bara'ah. Dan surat penutup yang paling terakhir kali turun adalah surat An Nisa yang berbunyi: "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah. (QS. An Nisa': 176).
Shahih Bukhari 4017: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Shakhrah] dari [Shafwan bin Muhriz Al Mazini] dari 'Imran bin Hushain radliyallahu 'anhuma dia berkata: Sekelompok orang dari Bani Tamim datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: "Terimalah kabar gembira wahai Bani Tamim." Mereka menjawab: "Anda telah memberikan kabar gembira kepada kami, oleh karena itu berikanlah sesuatu kepada kami." Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berubah, tidak lama kemudian serombongan dari penduduk Yaman datang kepada beliau, maka beliau bersabda: "Terimalah kabar gembira, karena Bani Tamim tidak mau menerimanya!" Mereka berkata: "Kami telah menerimanya, wahai Rasulullah."
Shahih Bukhari 4018: Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari ['Umarah bin Al Qa'qa'] dari [Abu Zur'ah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dia berkata: Saya akan senantiasa mencintai Bani Tamim, karena tiga hal yang pernah saya dengar dari Rasulullah tentang mereka: Pertama, saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Mereka (Bani Tamim) adalah umatku yang paling gigih melawan Dajjal." Kedua, ada seorang tawanan perempuan dari Bani Tamim di rumah 'Aisyah. Kemudian Rasulullah bersabda: "Hai 'Aisyah, bebaskanlah ia! Karena ia adalah keturunan Ismail." Ketiga, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda ketika ada zakat dari Bani Tamim: "Ini adalah zakat kaum kami."
Shahih Bukhari 4019: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Yusuf] bahwa [Ibnu Juraij] Telah mengabarkan kepada mereka dari [Ibnu Abu Mulaikah] bahwa ['Abdullah bin Az Zubair] telah mengabarkan kepada mereka: Serombongan dari Bani Tamim datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar berkata: "Angkatlah Al Qa'qa' bin Ma'bad bin Zurarah." Sedangkan 'Umar berkata: "Angkatlah Al Aqra' bin Habis." Abu Bakr berkata: "Apakah kamu ingin menyelisihiku?" 'Umar menjawab: "Ya, aku ingin menyelisihimu." Maka terjadilah perdebatan antara keduanya hingga suara mereka meninggi. Maka berkenaan dengan hal itu turunlah ayat: {YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU LAA TUQADDIMUU} (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah) hingga akhir ayat. (QS. Al Hujurat: 1).
Shahih Bukhari 4020: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] Telah mengabarkan kepada kami [Abu 'Amir Al 'Aqadi] Telah menceritakan kepada kami [Qurrah] dari [Abu Jamrah], Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya aku memiliki bejana yang biasa di pakai untuk membuat perasan nabidz, lalu aku meminumnya dalam keadaan manis. Jika aku terlalu banyak minum, maka aku ikut berkumpul (duduk-duduk) bersama orang-orang agar tidak terlihat mabuk." Ibnu Abbas lalu berkata: Telah datang utusan Abu Qais kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau lalu menyapa mereka dengan mengucapkan: "Selamat datang kepada para utusan, yang tidak termasuk orang-orang yang hina dan menyesal." Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, antara kami dengan engkau ada orang-orang musyrik dari kabilah Mudlar, dan kami tidak bisa berjumpa denganmu kecuali pada bulan-bulan haram. Maka berikanlah kepada kami sebuah perintah, jika kami amalkan maka kami bisa masuk surga, dan bisa kami sampaikan kepada orang-orang setelah kami." Beliau bersabda: "Aku perintahkan kepada kalian empat perkara dan aku larang dari empat perkara. Aku perintahkan kalian agar beriman kepada Allah. Apakah kalian tahu apa itu iman kepada Allah?" Yaitu: "Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan dan mengeluarkan seperlima dari hasil ghanimah. Dan aku larang kalian dari empat perkara: membuat perasan nabidz dalam Ad Duba, An Naqir, Al Hantam dan Al Muzaffat."
Shahih Bukhari 4021: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Abu Jamrah] dia berkata: Aku Mendengar [Ibnu 'Abbas] berkata: Beberapa utusan 'Abdul Qais datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dari kampung Rabi'ah. Namun antara kami dan anda terhalangi oleh orang-orang kafir Mudlar, hingga kami tidak bisa bertemu dengan anda kecuali pada bulan-bulan haram. Maka perintahkanlah kepada kami beberapa hal yang dapat kami kerjakan dan bisa kami sampaikan kepada orang-orang di belakang kami." Beliau bersabda: "Aku perintahkan kepada kalian empat perkara dan aku larang dari empat perkara. Aku perintahkan kalian agar beriman kepada Allah, yaitu: Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mengeluarkan seperlima dari hasil ghanimah. Dan aku larang kalian dari empat perkara: membuat perasan nabidz dalam Ad Duba, An Naqir, Al Hantam dan Al Muzaffat."
Shahih Bukhari 4022: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sulaiman] Telah menceritakan kepadaku [Ibnu Wahb] Telah mengabarkan kepadaku ['Amru] dan berkata [Bakr bin Mudlar] dari ['Amru bin Al Harits] dari [Bukair] bahwa Kuraib budak yang dimerdekakan Ibnu 'Abbas telah menceritakan kepadanya bahwasanya Abdullah bin Abbas dan Abdurrahman bin Azhar serta Al Miswar bin Makhramah mengirimnya kepada Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata: "Sampaikan salam kami kepadanya dan tanyakan kepadanya mengenai dua raka'at setelah Shalat 'Ashar dan katakan bahwa kami telah mendapatkan berita bahwa engkau melakukan kedua raka'at tersebut, sementara telah sampai kepada kami bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari keduanya." Ibnu Abbas berkata: dan dahulu aku bersama 'Umar bin Al Khaththab memukul orang-orang karena melakukan keduanya. Kuraib berkata: kemudian aku menemuinya dan menyampaikan kepadanya apa yang dengannya mereka mengutusku. Kemudian ia berkata: "Tanyakan kepada Ummu Salamah!" Kemudian aku keluar menemui mereka dan mengabarkan kepada mereka mengenai perkataan 'Aisyah. Kemudian mereka mengembalikanku kepada Ummu Salamah seperti sesuatu yang dengannya mereka mengirimku kepada 'Aisyah. Kemudian Ummu Salamah berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dari keduanya kemudian aku melihat beliau melakukan keduanya, adapun ketika beliau melakukan keduanya maka sesungguhnya beliau telah melakukan Shalat 'Ashar kemudian beliau masuk dan di sisiku terdapat beberapa orang wanita dari Bani Haram dari kalangan Anshar, kemudian beliau melakukan shalat dua raka'at tersebut, lalu aku mengirim seorang budak wanita kepada beliau dan aku katakan: berdirilah di samping beliau dan katakan: Ummu Salamah berkata: wahai Rasulullah, bukankah saya telah mendengar anda melarang dari melakukan dua raka'at ini? Dan saya melihat anda melakukan keduanya? Kemudian apabila beliau memberikan isyarat dengan tangannya maka mundurlah darinya. Ummu Salamah berkata: kemudian budak wanita tersebut melakukannya, kemudian beliau memberikan isyarat dengan tangannya, lalu ia mundur dari beliau. Kemudian tatkala telah berpaling beliau mengatakan: "Wahai anak Abu Umayyah, engkau bertanya mengenai dua raka'at setelah 'Ashar, sesungguhnya beberapa orang dari Bani Abdul Qais telah datang kepadaku dengan membawa keIslaman sebagian dari kaumnya. Kemudian mereka menyibukkanku dari dua raka'at setelah Zhuhur, kedua shalat itu adalah kedua shalat tersebut." Abu Muhammad ditanya mengenai hadits ini, kemudian ia berkata: aku berpendapat dengan hadits Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Tidak ada shalat setelah Shalat 'Ashar hingga matahari tenggelam, dan tidak pula setelah Shalat Subuh hingga matahari terbit."
Shahih Bukhari 4023: Telah menceritakan kepadaku ['Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi] Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Amir 'Abdul Malik] Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] yaitu Ibnu Thahman dari [Abu Jamrah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma dia berkata: Shalat Jum'at pertama kali dilaksanakan di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, setelah itu dilaksanakan di masjid Abdul Qais yaitu di Juwatsa sebuah desa di Bahrain.
Shahih Bukhari 4024: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Sa'id bin Abu Sa'id] bahwasanya ia mendengar [Abu Hurairah] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim pasukan menuju Nejed, lalu mereka menangkap seseorang dari Bani Hanifah, Tsumamah bin Utsal pemimpin penduduk Yamamah, kemudian mereka mengikatnya pada salah satu tiang masjid, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menemuinya dan berkata kepadanya: "Apa yang kamu miliki hai Tsumamah?" ia menjawab: "Wahai Muhammad, aku memiliki apa yang lebih baik, jika engkau membunuhnya maka engkau telah membunuh yang memiliki darah, dan jika engkau memberi maka engkau memberi orang yang bersyukur, namun jika engkau menginginkan harta maka mintalah niscaya engkau akan diberi apa saja yang engkau inginkan." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkannya, hingga keesokan harinya beliau bertanya: "Apa yang engkau miliki wahai Tsumamah?" ia menjawab: "Seperti yang aku katakan, jika engkau memberi maka engkau memberi orang yang bersyukur, jika engkau membunuh maka engkau membunuh yang memiliki darah, jika engkau menginginkan harta maka mintalah niscaya engkau akan diberi apa yang engkau mau." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkannya, hingga keesokan harinya beliau bertanya lagi: "Apa yang engkau miliki wahai Tsumamah?" ia menjawab: "Seperti yang aku katakan, jika engkau memberi maka engkau memberi orang yang bersyukur, jika engkau membunuh maka engkau membunuh yang memiliki darah, jika engkau menginginkan harta maka mintalah niscaya engkau akan diberi apa yang engkau mau." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda kepada sahabatnya: "Bawalah Tsumamah!" lalu mereka pun membawanya ke sebatang pohon kurma di samping masjid, ia pun mandi dan masuk masjid kembali, kemudian berkata: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah melainkan hanya Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, demi Allah, dahulu tidak ada wajah di atas bumi ini yang lebih aku benci selain wajahmu, namun sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai dari pada yang lain, dan demi Allah, dahulu tidak ada agama yang lebih aku benci selain dari agamamu, namun saat ini agamamu menjadi agama yang paling aku cintai di antara yang lain, demi Allah dahulu tidak ada wilayah yang paling aku benci selain tempatmu, namun sekarang ia menjadi wilayah yang paling aku cintai di antara yang lain, sesungguhnya utusanmu telah menangkapku dan aku hendak melaksanakan umrah, bagaimana pendapatmu?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberinya kabar gembira dan memerintahkannya untuk melakukan umrah, ketika ia sampai di Makkah seseorang berkata kepadanya: "Apakah engkau telah murtad?" Ia menjawab: "Tidak, tetapi aku telah masuk Islam bersama Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan demi Allah tidaklah kalian akan mendapatkan gandum dari Yamamah kecuali mendapatkan izin dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 4025: Telah menceritakan kepada kami [Abul Yaman] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Abdullah bin Abu Husain] Telah menceritakan kepada kami [Nafi' bin Jubair] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma dia berkata: Pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Musailamah Al Kadzab pernah datang ke Madinah. Sesampainya di sana, dia berkata: "Kalau Muhammad mau mewariskan urusan kenabiannya kepadaku, niscaya aku akan mengikuti ajarannya." Musailamah datang ke Madinah bersama dengan beberapa orang dari kaumnya. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Tsabit bin Qais bin Syammas menyambut kedatangannya, dan pada saat itu beliau sedang memegang sebilah pelepah kurma. Setelah berhadapan dengan Musailamah dan para pengikutnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Hai Musailamah, seandainya kamu meminta agar aku memberikan sepotong pelepah kurma ini kepadamu, tentu aku tidak akan pernah memberikannya. Dan jika kamu meminta urusan Allah ini kepadaku, tentu aku lebih tidak akan pernah memberikannya kepadamu. Jika kamu tidak akan mematuhi perintah dan ajaran Allah, niscaya Dia pasti akan membinasakanmu. Hai Musailamah, sungguh aku telah melihat tentang kebinasaanmu, sebagaimana yang aku saksikan dalam mimpiku itu. inilah Tsabit yang akan menggantikanku untuk menjawab tantanganmu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan Musailamah Al Kadzdzab. Ibnu Abbas berkata: Saya pernah bertanya tentang ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut, yaitu tentang mimpi beliau yang berhubungan dengan Musailamah Al Kadzdzab, maka [Abu Hurairah] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi bahwa di kedua tanganku ada dua buah gelang emas, hingga aku merasa cemas dengan keberadaan dua buah gelang itu. Kemudian aku diberi wahyu dalam tidurku itu agar aku meniup kedua gelang tersebut, lalu aku pun meniupnya hingga kedua gelang itu hilang. Maka dari mimpi itu aku menafsirkan bahwa dua buah gelang tersebut adalah dua orang pembohong (nabi palsu) yang akan muncul sepeninggalku kelak, yang satu adalah Al Ansi, seorang pemimpin dari Shan'a dan yang satunya adalah Musailamah, seorang pemimpin dari Yamamah."
Shahih Bukhari 4026: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Nashr] Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] dari [Ma'mar] dari [Hammam] bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku bermimpi diberi kekuasaan dan kekayaan bumi, kemudian diletakkan pada kedua tanganku dua buah gelang emas, namun keduanya seakan-akan terlalu berat bagiku dan membuat aku gelisah, kemudian diwahyukan kepadaku agar aku meniup keduanya, lalu aku pun meniupnya hingga keduanya hilang. Aku menafsirkan mimpi tersebut dengan dua orang pendusta yang aku hidup di antara mereka berdua. Yaitu pemimpin Shan'a dan dan pemimpin Yamamah."
Shahih Bukhari 4027: Telah menceritakan kepada kami [Ash Shalt bin Muhammad] dia berkata: Aku mendengar [Mahdi bin Maimun] berkata: aku mendengar [Abu Raja' Al Atharidi] berkata: Dulu kami menyembah batu. Apabila kami mendapatkan batu yang lebih baik, maka kami melemparkannya dan mengambil yang lain. Dan apabila kami tidak menemukan batu, kami mengumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya. Apabila datang bulan Rajab, kami mengatakan: "Tidak ada peperangan." Maka kami tidak membiarkan tombak maupun panah yang tajam kecuali kami cabut dan kami lemparkan sebagai pengagungan terhadap bulan Rajab. Dan aku mendengar Abu Raja berkata: pada hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, aku pada waktu itu sebagai seorang anak penggembala unta milik keluargaku. Tatkala kami mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdakwah, kami lari ke neraka, yaitu ke Musailamah Al Kadzab.
Shahih Bukhari 4028: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Muhammad Al Jarmi] Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami [Bapakku] dari [Shalih] dari [Ibnu 'Ubaidah bin Nasyith] di dalam riwayat lain ia bernama 'Abdullah. ['Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah] berkata: Kami mendengar bahwa Musailamah Al Kadzdzab sudah sampai di Madinah, lalu ia singgah di rumah Binti Al Harits bin Kuraiz yaitu Ibnu Abdullah bin 'Amir. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama Tsabit bin Qais bin Syammas -juru bicara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- menemuinya. Pada waktu itu beliau membawa sebatang tongkat. Lalu beliau berdiri dihadapannya dan berdialog dengannya. Musailamah berkata kepada beliau: "Jika anda mau, kita selesaikan urusan kita." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Seandainya kamu meminta tongkat ini, maka aku tidak akan memberikannya kepadamu. Dan sungguh aku melihatmu seperti apa yang telah aku lihat dalam mimpiku. Inilah Tsabit bin Qais akan menjawab tantanganmu." Lalu Beliau pergi. Ubaidullah bin Abdullah berkata: Aku bertanya kepada [Ibnu Abbas] tentang mimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah beliau sebutkan. Ibnu Abbas menjawab: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan kepadaku, beliau bersabda: "Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi bahwa di kedua tanganku ada dua buah gelang emas, hingga aku merasa cemas dengan keberadaan dua buah gelang itu. Kemudian aku diberi wahyu dalam tidurku itu agar aku meniup kedua gelang tersebut, lalu akupun meniupnya hingga kedua gelang itu hilang. Maka dari mimpi itu aku menafsirkan bahwa dua buah gelang tersebut adalah dua orang pembohong (nabi palsu) yang akan muncul sepeninggalku kelak." Ubaidullah berkata: yang satu adalah Al Ansi, yang dibunuh oleh Fairuz di Yaman, dan yang satunya adalah Musailamah Al Kadzab.
Shahih Bukhari 4029: Telah menceritakan kepadaku [Abbas bin Husain] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] dari [Israil] dari [Abu Ishaq] dari [Shilah bin Zufar] dari [Hudzaifah] dia berkata: Seorang baginda dan budak dari Najran mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melaknat beliau, Hudzaifah berkata: salah satu dari mereka berkata kepada temannya: "Jangan kamu lakukan, Demi Allah, Seandainya dia benar seorang Nabi maka dia yang akan melaknat kita, hingga kita tidak akan pernah beruntung dan tidak punya keturunan lagi setelah kita." Kemudian keduanya berkata: "Wahai Rasulullah! Kami akan memberikan apa yang engkau minta kepada kami. Oleh karena itu utuslah orang kepercayaan engkau kepada kami. Dan jangan sekali-kali engkau mengutusnya kecuali memang orang itu sangat terpercaya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku akan mengutus orang kepercayaan yang sebenar-benarnya." Maka para sahabat merasa penasaran dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berdirilah wahai Abu Ubaidah bin Al Jarrah!" setelah dia berdiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dialah orang kepercayaan umat ini."
Shahih Bukhari 4030: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dia berkata: Aku mendengar [Abu Ishaq] dari [Shilah bin Zufar] dari Hudzaifah radliyallahu 'anhu dia berkata: Orang-orang Najran pernah datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Wahai Rasulullah, utuslah kepada kami seseorang yang jujur dan dipercaya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh aku akan mengutus kepada kalian seseorang yang sangat jujur dan dapat dipercaya." Para sahabat merasa penasaran dan akhirnya menunggu-nunggu orang yang dimaksud oleh Rasulullah itu. Ternyata Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Al Jarrah.
Shahih Bukhari 4031: Telah menceritakan kepada kami [Abul Walid] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Khalid] dari [Abu Qilabah] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Sesungguhnya setiap umat memiliki 'Amin' (penjaga/orang terpercaya) dan Amin umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah."
Shahih Bukhari 4032: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan], [Ibnu Al Munkadir] mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Kalau harta benda dari Bahrain telah sampai kepada kita, maka aku akan memberimu sekian dan sekian (sebanyak tiga kali)." Jabir berkata: dan memang hal itu beliau berikan kepadaku. Jabir berkata: Setelah beliau wafat, aku bertemu dengan Abu Bakar, lalu aku meminta harta itu, namun dia tidak memberikannya, kemudian aku minta lagi, ia pun tetap tidak memberikannya hingga tiga kali aku menemuinya. Maka aku tanyakan kepadanya: "Aku berkali-kali menemuimu namun kamu tidak memberikannya kepadaku. Apakah kamu akan memberikannya kepadaku ataukah kamu memang merasa kikir untuk memberikannya kepadaku?" Abu Bakar menjawab: "Apakah kamu mengatakanku sebagai orang yang kikir, padahal penyakit apakah yang lebih parah dari kikir? (Abu Bakr mengatakannya sebanyak tiga kali). Tidaklah aku menahannya kecuali aku pasti akan memberikannya kepadamu!" Sedangkan dari jalur lain, dari [Amru] dari [Muhammad bin Ali] aku mendengar [Jabir bin Abdullah] berkata: kemudian aku menemui Abu Bakar, dia berkata kepadaku: "Hitunglah!" Lalu saya pun menghitungnya. Ternyata hanya ada lima ratus. Maka Abu Bakar berkata: "Ambillah dua kali lipat dari itu." (agar sesuai dengan janji Rasulullah).
Shahih Bukhari 4033: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] dan [Ishaq bin Nashr] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Zaidah] dari [Bapaknya] dari [Abu Ishaq] dari [Al Aswad bin Yazid] dari [Abu Musa] dia berkata: Pada suatu hari, saya dan saudara laki-laki saya baru datang dari Yaman. Ketika datang, kami tidak melihat lbnu Mas'ud dan ibunya melainkan dalam keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena seringnya mereka mondar-mandir dan berada di rumah beliau.
Shahih Bukhari 4034: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami ['Abdus Salam] dari [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Zahdam] dia berkata: Tatkala [Abu Musa] datang ke Kufah, dia memuliakan penduduk Jaram. Kami duduk disampingnya ketika ia sedang makan siang dengan daging ayam. Di antara penduduk ada seseorang yang sedang duduk, lalu Abu Musa mengajaknya untuk makan. Tapi orang itu berkata: "Aku melihatnya makan sesuatu yang tidak aku sukai." Abu Musa berkata: "Kemarilah, karena aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memakannya." Namun orang itu berkata: "Sesungguhnya aku telah bersumpah untuk tidak memakannya." Abu Musa berkata: "Kemarilah, akan aku kabarkan kepadamu tentang sumpahmu. Kami pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama beberapa orang Asy'ariyyin. Lalu kami meminta hewan tunggangan, namun beliau menolak memberikan hewan tunggangan. Kemudian kami meminta lagi, tapi beliau bersumpah untuk tidak memberikan hewan tunggangan kepada kami. Tidak lama kemudian, Beliau memberikan kepada kami unta ghanimah. Lalu menyuruh kami untuk mengambil beberapa ekor dari unta itu. Tatkala unta itu telah kami bawa, kami berkata: 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah lupa dengan sumpahnya. Sungguh, setelah ini kita tidak akan beruntung!' Lalu kami menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: 'Wahai Rasulullah, bukankah engkau telah bersumpah tidak akan memberikan kepada kami hewan tunggangan, tapi kenapa engkau memberikannya kepada kami?' Beliau menjawab: 'Ya, sebab jika aku bersumpah atas sesuatu dan ternyata di sana ada yang lebih baik dari itu tentu aku akan melakukan yang terbaik'."
Shahih Bukhari 4035: Telah menceritakan kepadaku [Amru bin Ali] Telah menceritakan kepada kami [Abu Ashim] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] Telah menceritakan kepada kami [Abu Shakhrah Jami' bin Syudad] Telah menceritakan kepada kami [Shafwan bin Muhriz Al Mazini] Telah menceritakan kepada kami ['Imran bin Hushain] dia berkata: Sekelompok orang dari Bani Tamim datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: "Terimalah kabar gembira wahai Bani Tamim!" Mereka menjawab: "Anda telah memberikan kabar gembira kepada kami, oleh karena itu berikanlah sesuatu kepada kami." Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berubah, tidak lama kemudian serombongan dari penduduk Yaman datang kepada beliau, maka beliau bersabda: "Terimalah kabar gembira, karena Bani Tamim tidak mau menerimanya!" Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, kami telah menerimanya."
Shahih Bukhari 4036: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi] Telah menceritakan kepada kami [Wahab bin Jarir] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Ismail bin Abu Khalid] dari [Qais bin Abu Hazim] dari [Abu Mas'ud] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Iman itu berada di sini, (beliau sambil menunjuk ke arah Yaman dengan tangan beliau) dan sesungguhnya keras dan kasarnya hati ada pada para pemilik unta didekat ekor unta, di tempat dua tanduk setan muncul, yaitu di Rabi'ah dan Mudlar."
Shahih Bukhari 4037: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Adi] dari [Syu'bah] dari [Sulaiman] dari [Dakwan] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-orang yang perasaan (sensitive) dan hatinya paling lembut, keimanan dari Yaman, hikmah ada pada orang Yaman, angkuh dan sombong ada pada para penggembala unta, sedangkan ketenangan dan kewibawaan ada pada para penggembala kambing." [Gundar] berkata: dari [Syu'bah] dari [Sulaiman] Aku mendengar Dzakwan dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 4038: Telah menceritakan kepada kami [Ismail] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Saudaraku] dari [Sulaiman] dari [Tsaur bin Zaid] dari [Abul Ghaits] dari [Abu Hurairah] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Keimanan ada di Yaman, sedangkan fitnah di sini dan di sini, tempat munculnya tanduk syetan."
Shahih Bukhari 4039: Telah menceritakan kepada kami [Abul Yaman] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] Telah menceritakan kepada kami [Abu Zinad] dari [Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-orang yang perasaan (sensitive) dan hatinya paling lembut, kefaqihan dari Yaman, hikmah ada pada orang Yaman."
Shahih Bukhari 4040: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] dari [Abu Hamzah] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim] dari ['Alqamah] dia berkata: Kami pernah duduk-duduk bersama [Ibnu Mas'ud]. Tiba-tiba Khabbab datang seraya berkata: "Wahai Abu Abdurrahman, Apakah para pemuda itu bisa membaca sebagaimana anda membaca?" Dia menjawab: "Kalau kamu ingin, aku suruh sebagian dari mereka untuk membacakan kepadamu?" Khabbab menjawab: "Ya." Ibnu Mas'ud berkata: "Wahai Alqamah, bacalah!" maka Zaid bin Hudair -saudara Ziyad bin Hudair- berkata: "Apakah engkau menyuruh Alqamah untuk membaca padahal dia bukanlah yang terbaik dari kami?" Ibnu Mas'ud berkata: "Jika kamu mau, akan saya beritahukan kepadamu sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai kaummu dan kaumnya." Maka aku membacakan lima puluh ayat dari surat Maryam. Lalu Abdullah berkata: "Apa pendapatmu?" Zaid berkata: "Sungguh bagus." Abdullah berkata: "Aku tidak membaca sesuatu kecuali ia pun telah membacanya." Kemudian ia menoleh kepada Khabbab ditangannya ada cincin dari emas. Lalu Abdullah berkata: "Kenapa cincin ini tidak dibuang saja?" Khabbab berkata: "Sesungguhnya kamu tidak akan melihatnya lagi ada padaku setelah hari ini." Lalu ia membuangnya. Diriwayatkan oleh [Ghundar] dari [Syu'bah].
Shahih Bukhari 4041: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ibnu Dzakwan] dari [Abdurrahman Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dia berkata: Thufail bin Amru datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus telah kafir dan membangkang. Oleh karena itu, berdoalah kepada Allah agar mereka mendapatkan kecelakaan." Tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa: "Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka!"
Shahih Bukhari 4042: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Alaa] Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] Telah menceritakan kepada kami [Ismail] dari [Qais] dari [Abu Hurairah] dia berkata: Ketika aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, di jalan aku melantunkan sebuah syair: "Duhai malam yang panjang dan melelahkan meski ia bergegas cepat dari bumi kekafiran." Abu Hurairah berkata: lalu budak laki-lakiku pergi menghilang di jalan, ia berkata: maka tatkala aku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam aku berbai'at kepada beliau, dan pada saat aku berada di sisi beliau, budak laki-lakiku muncul. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Wahai Abu Hurairah apakah ini budakmu?" Aku berkata: "Dia untuk Allah." Akhirnya aku pun memerdekakannya.
Shahih Bukhari 4043: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Ismail] Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik] dari [Amru bin Huraits] dari [Adi bin Hatim] dia berkata: Kami menemui 'Umar bersama beberapa utusan. Lalu dia memanggil satu persatu dengan menyebutkan namanya. Aku berkata kepadanya: "Apakah kamu mengenaliku wahai Amirul mu'minin?" Dia menjawab: "Tentu, kamu adalah orang yang masuk Islam pada saat orang-orang menjadi kafir, kamu adalah orang yang maju ke garis depan pada saat orang-orang mundur kebelakang, kamu adalah orang yang menepati janji ketika semua orang berkhianat, dan kamu adalah orang yang mengakui kebenaran saat orang-orang mengingkarinya." Kemudian Adi berkata: "Kalau begitu, aku tidak peduli siapa saja yang kamu panggil lebih dahulu."
Shahih Bukhari 4044: Telah menceritakan kepada kami [Ismail bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Urwah bin Jubair] dari Aisyah radliyallahu 'anha dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada haji wada`, kami bertalbiyah dengan umrah, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang memiliki hewan kurban, hendaknya dia berihram untuk haji dan umroh, dan tidak bertahallul hingga dia telah bertahallul dari keduanya." Lalu saya masuk Makkah dalam keadaan haid, saya tidak thowaf di Ka`bah dan tidak juga melakukan sai' antara Shofa dan Marwah. Lalu saya melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Lepaskan ikatan rambut kepalamu, bersisirlah, dan niatkanlah untuk berhaji, serta tinggalkan umrah." 'Aisyah berkata: Saya melakukannya hingga ketika kami selesai berhaji. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimku bersama Abdurrahman bin Abu Bakar menuju Tan'im, dan saya berniat umrah. Dia berkata: "Ini adalah tempat berihram untuk umrahmu." 'Aisyah berkata: Maka orang-orang yang berihram untuk umrah berthawaf di Ka'bah, dan melakukan sai' antara Shofa dan Marwah. Setelah itu, mereka bertahallul, kemudian thawaf dengan thawaf yang lain setelah mereka kembali dari Mina dalam haji. Adapun orang-orang yang menggabungkan antara haji dan umrah, mereka hanya melakukan thawaf sekali saja.
Shahih Bukhari 4045: Telah menceritakan kepadaku [Amru bin Ali] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku ['Atha] dari Ibnu Abbas: "Apabila sudah thawaf di Ka'bah maka dia telah bertahallul." Aku bertanya: "Dari mana perkataan Ibnu Abbas ini?" Atha menjawab: "Dari firman Allah yang berbunyi: {TSUMMA MAHILLUHAA ILAL BAITIL 'ATIIQ} (Kemudian tempat penyembelihannya adalah di sekitar Baitul 'Atiq). Dan dari perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabatnya agar bertahallul di waktu haji Wada.' Aku berkata: "Hal itu di lakukan setelah wukuf di Arafah." Atha berkata: "Ibnu Abbas melihat beliau melakukannya sebelum wukuf maupun setelah wukuf."
Shahih Bukhari 4046: Telah menceritakan kepadaku [Bayan] Telah menceritakan kepada kami [An Nadlr] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Qais] dia berkata: Aku mendengar [Thariq] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu dia berkata: Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Bathha. Beliau berkata: "Apakah kamu sudah melakukan haji?" Aku menjawab: "Ya." Beliau bertanya: "Bagaimana cara kamu bertalbiyah?" Saya menjawab: "Saya bertalbiyah seperti talbiyah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Beliau berkata: "Thawaf di Ka'bah dan di Shofa dan Marwa kemudian lakukanlah tahallul." Maka aku berthawaf di Ka'bah dan di shofa dan Marwa kemudian aku mendatangi seorang perempuan dari Bani Qais maka dia melepaskan (menyisir rambut) kepala saya.
Shahih Bukhari 4047: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] Telah mengabarkan kepada kami [Anas bin 'Iyadl] Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Uqbah] dari [Nafi'] bahwa [Ibnu 'Umar] telah mengabarkan kepadanya: dari Hafsah radliyallahu 'anha -istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh istri-istri beliau untuk bertahallul pada tahun haji Wada'. Hafshah berkata: "Tapi kenapa anda belum bertahallul?" Beliau menjawab: "Saya telah mengikat kepalaku dan mengalungi hewan kurbanku, dan tidak akan bertahallul hingga menyembelih kurban."
Shahih Bukhari 4048: Telah menceritakan kepada kami [Abul Yaman] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dan [Muhammad bin Yusuf] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Syihab] dari [Sulaiman bin Yasar] dari [Ibnu Abbas] bahwa Ada seorang wanita dari Suku Khats'am bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu haji Wada', -pada waktu itu Al Fadl bin Abbas bersama Rasulullah.- wanita itu berkata: "Wahai Rasulullah, kewajiban berhaji yang Allah bebankan kepada para hamba-Nya telah menjumpai ayahku dalam keadaan tua renta, dia tidak mampu untuk mengendarai kendaraan, maka apakah saya boleh untuk melakukan haji untuknya?" Beliau menjawab: "Ya, silahkan."
Shahih Bukhari 4049: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Suraij bin An Nu'man] Telah menceritakan kepada kami [Fulaih] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu ia berkata: Pada sa'at fathu Makkah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki Baitullah dengan mengendarai unta Qushwa bersama Usamah bin Zaid. Turut pula bersama beliau Bilal dan Utsman bin Thalhah hingga unta tersebut berhenti di halaman Ka'bah. Kemudian Beliau meminta kunci Ka'bah kepada Utsman bin Thalhah, lalu dia pun memberikannya dan membukakannya. Rasul pun segera masuk diikuti Usamah, Bilal, dan Utsman bin Thalhah. Pintu itu segera ditutup, beliau tinggal lama di dalam hingga siang. Lalu mereka keluar lagi. Orang-orang pun segera berdatangan ingin ikut masuk. Abdullah berkata: Aku segera menemui orang-orang itu, dan aku mendapati Bilal sedang berdiri di depan pintu. Aku bertanya kepadanya: "Dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat?" Dia menjawab: "Di antara dua tiang yang berada di depan. Karena Ka'bah terdiri dari enam tiang dan dua garis. Beliau shalat di antara dua tiang pada garis terdepan dengan menjadikan pintu ka'bah berada di belakang beliau. Beliau menghadapkan wajahnya ke arah ketika beliau menyambut anda saat anda masuk ke Ka'bah. Yaitu di antara kedua temboknya. Abdullah berkata: Tapi aku lupa tidak menanyakan kepadanya berapa raka'at beliau shalat? Sedangkan tempat yang beliau gunakan shalat adalah dekat dengan 'Marmarah Hamra' (batu marmer merah).
Shahih Bukhari 4050: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] Telah menceritakan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] dan [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] bahwa ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Telah mengabarkan kepada mereka: Shafiyah binti Huyai -istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- kedatangan haid saat haji wada'. Maka Rasulullah bersabda: "Apakah hal itu menghalangi dari kita?" Saya berkata: "Wahai Rasulullah! Dia telah melakukan thawaf ifadlah dan thawaf di Ka'bah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Kalau begitu kembalilah (kembali dari Mina ke Madinah)!"
Shahih Bukhari 4051: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sulaiman] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Wahb] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku ['Umar bin Muhammad] bahwa [Bapaknya] telah menceritakan kepadanya dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu dia berkata: "Kami bincang-bincang tentang Haji Wada', pada waktu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada bersama kami. Namun kami tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan haji Wada'. Kemudian Rasulullah berkhutbah dengan memuji Allah terlebih dahulu, lalu beliau menyebut-nyebut tentang Al Masih Ad Dajjal kemudian beliau terus menyebutnya berulang kali hingga beliau bersabda: "Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia mengingatkan umatnya (dari bahaya Dajjal), Nuh telah mengingatkan umatnya dan juga para Nabi yang datang setelahnya. Ketahuilah bahwa Dajjal akan keluar kepada kalian, dan sekali-kali tidak tersembunyi dari kalian. Dan Rabb kalian pun tidak akan menyembunyikannya dari kalian. (beliau menyebutkan sebanyak tiga kali). Sesungguhnya Rabb kalian tidaklah buta sebelah. Sedangkan Dajjal buta mata sebelah kanannya. Matanya seperti buah anggur yang menjorok. Ketahuilah sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian darah, dan harta kalian. Sebagaimana haramnya pada hari ini, di negeri ini dan bulan ini. Ketahuilah apakah aku telah menyampaikan?" Mereka menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Ya Allah, saksikanlah! (sebanyak tiga kali). Celakah kalian, janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, sehingga sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lainnya."
Shahih Bukhari 4052: Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Khalid] Telah menceritakan kepada kami [Zuhair] Telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Zaid bin Arqam] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah berperang sebanyak sembilan belas peperangan. Dan beliau melaksanakan haji setelah hijrah sebanyak satu kali, beliau tidak melaksanakan haji wada' setelah itu. Abu Ishaq berkata: dan beliau juga pernah melaksanakan haji ketika beliau berada di Makkah.
Shahih Bukhari 4053: Telah menceritakan kepada kami [Hafsh bin 'Umar] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Ali bin Mudrik] dari [Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir] dari Jarir bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu haji Wada' berkata kepada Jarir agar menyuruh orang-orang diam. Lalu beliau bersabda: "Janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku, sehingga sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lainnya."
Shahih Bukhari 4054: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] Telah menceritakan kepada kami ['Abdul Wahhab] Telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Muhammad] dari [Ibnu Abu Bakrah] dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam belia bersabda: "Waktu berputar sebagaimana keadaannya semula ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Tahun terdiri dari dua belas bulan, empat diantaranya adalah bulan suci, tiga berurutan, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharram, dan yang ke empat adalah Rajab yang dinamai sebagai penghormatan terhadap suku Mudlar, teletak di antara bulan Jumada (Al Tsaniyah) dan Sya'ban. (Beliau berkata:) Bulan yang mana ini?" kami berkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Lalu Nabi terdiam agak lama sehingga kami mengira bahwa Nabi akan memberi nama bulan itu dengan nama selainnya. Lalu Nabi berkata: "Bukankah sekarang bulan Dzul Hijjah?" kami menjawab: "Ya." Kemudian Nabi berkata: "Kota apa ini?" Kami menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tau?" Lalu Nabi terdiam agak lama sehingga kami mengira bahwa Nabi akan memberinya nama dengan nama lain. Lalu Nabi berkata: "Bukankah ini kota Makkah." Kami menjawab: "Ya." Kemudian Nabi berkata: "Hari apa ini?" Kami menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Lalu Nabi terdiam agak lama sehingga kami mengira bahwa Nabi akan memberinya nama dengan nama lain. Lalu Nabi berkata: "Bukankah hari ini hari Nahr (kurban)?" kami menjawab: "Ya." Maka Nabi berkata: "Maka darah kalian dan harta kalian, -Muhammad berkata: dan aku mengira beliau berkata: "Dan kehormatan kalian"- adalah suci satu sama lain seperti sucinya hari kalian ini, di kota kalian ini, di bulan kalian ini. Dan sesungguhnya, kalian akan berjumpa dengan Tuhan kalian dan Dia akan menanyakan perbuatan-perbuatan kalian. Hati-hatilah! Jangan kembali menjadi orang-orang sesat sepeninggalku, saling memenggal leher satu sama lain. Sudah menjadi kewajiban mereka yang hadir (di sini hari ini) untuk menyampaikan pesanku ini kepada mereka yang tidak hadir. Mungkin mereka yang tidak hadir akan lebih memahami (pesan ini) dari pada mereka yang hadir pada saat ini." -Muhammad (perawi) ketika menyebutkan Hadits ini selalu berkata: 'Sungguh benar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam'.- Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata dua kali: "Ketahuilah! Bukankah telah ku sampaikan (pesan Allah) kepadamu?"
Shahih Bukhari 4055: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan Ats Tsauri] dari [Qais bin Muslim] dari [Thariq bin Syihab] bahwa Orang-orang Yahudi berkata kepada 'Umar: "Sesungguhnya kalian membaca suatu ayat yang seandainya diturunkan pada kami pasti kami jadikan hari itu sebagai hari raya." 'Umar berkata: "Ayat yang manakah itu?" Mereka berkata: "Yaitu ayat: (Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmatKu). (Al Maa`idah: 3) 'Umar berkata: "Sesungguhnya aku tahu dimana ayat itu turun. Ayat itu turun ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wuquf di Arafah."
Shahih Bukhari 4056: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Al Aswad Muhammad bin 'Abdur Rahman bin Naufal] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara kami ada yang bertalbiyah dengan umrah, ada juga yang bertalbiyah dengan haji dan ada juga bertalbiyah dengan haji dan umrah sekaligus. Adapun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertalbiyah dengan haji. Barangsiapa yang bertalbiyah dengan haji atau haji dan umrah sekaligus, maka mereka tidak bertahallul hingga hari nahar. Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dan dia berkata: bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu haji Wada'. Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Malik] dengan Hadits yang serupa.
Shahih Bukhari 4057: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Yunus] Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] yaitu Ibnu Sa'ad Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Syihab] dari ['Amir bin Sa'ad] dari [Bapaknya] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjengukku pada waktu Haji Wada', ketika itu saya menderita sakit yang hampir mengantarkanku kepada kematian, Saya berkata: "Wahai Rasulullah, engkau telah melihat kondisi sakitku dan aku memiliki harta yang melimpah sedangkan tidak ada yang mewarisiku kecuali seorang anak perempuan. Maka apakah aku boleh menginfaqkan duapertiga hartaku?" Beliau menjawab: "Jangan!" saya bertanya lagi: "Bagaimana kalau setengah hartaku?" Beliau menjawab: "Jangan!" saya bertanya lagi: "Bagaimana jika sepertiga?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "(Ya sepertiga) dan sepertiga itu sudah banyak. sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan kekurangan dengan menengadahkan tangannya kepada manusia. Tidaklah kamu memberi nafkah, dengan (nafkah tersebut) kamu mengharap ridla Allah kecuali akan diberi pahala, bahkan sampai suapan yang kamu angkat kepada mulut istrimu." Aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah saya akan dikembalikan lagi (ketempat asal hijrahku) setelah meninggalnya para sahabatku?" Beliau bersabda: "Sekali-kali kamu tidak akan dikembalikan (ketempat asal hijrahmu) kemudian kamu beramal dengan niat mencari wajah Allah, kecuali akan bertambah derajat dan keluhuranmu. Bisa jadi kamu dikembalikan lagi sehingga Allah memberikan manfaat denganmu bagi suatu kaum dan memberi mudlarat kepada kaum yang lainnya. Ya Allah, teruskanlah bagi sahabat-sahabatku hijrah mereka dan jangan Engkau kembalikan lagi ke belakang." Akan tetapi Sa'd bin Khaulah adalah orang yang malang, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyayangkan Sa'd karena dia meninggal di Makkah.
Shahih Bukhari 4058: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] Telah menceritakan kepada kami [Abu Dlamrah] Telah menceritakan kepada kami [Musa bin 'Uqbah] dari [Nafi'] bahwa Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma mengabarkan kepada mereka bahwa: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencukur rambutnya pada waktu haji Wada'.
Shahih Bukhari 4059: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bakr] Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] Telah mengabarkan kepadaku [Musa bin 'Uqbah] dari [Nafi'], [Ibnu 'Umar] telah mengabarkan kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para sahabatnya mencukur rambutnya pada waktu haji Wada' sedangkan sebagian yang lainnya memendekkannya saja.
Shahih Bukhari 4060: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Qaza'ah] Telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [Ibnu Syihab] dan berkata [Al Laits] Telah menceritakan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] Telah menceritakan kepadaku ['Ubaidullah bin 'Abdullah] bahwa 'Abdullah bin 'Abbas radliyallahu 'anhuma mengabarkan kepadanya bahwa Dia pernah mengendarai keledai sedangkan pada waktu itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang shalat bersama orang-orang di Mina yaitu pada saat haji Wada'. Tiba-tiba keledai itu melintas di depan sebagian shaf shalat. Ia pun turun darinya dan bergabung dengan shaf shalat orang-orang.
Shahih Bukhari 4061: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Hisyam] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dia berkata: [Usamah] pernah ditanya mengenai perjalanan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam melaksanakan hajinya. Ia menjawab: "Beliau berjalan sedang, kemudian apabila mendapati kelonggaran maka beliau berjalan lebih cepat dari itu."
Shahih Bukhari 4062: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Yahya bin Sa'id] dari ['Adi bin Tsabit] dari ['Abdullah bin Yazid Al Khathmi] bahwa [Abu Ayyub] mengabarkan kepadanya bahwasanya Dia pernah shalat Maghrib dan Isya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu haji Wada'.
Shahih Bukhari 4063: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al A'laa] Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin 'Abdullah bin Abu Burdah] dari Abu Burdah dari Abu Musa radliyallahu 'anhu dia berkata: Para sahabatku mengutusku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta darinya sejumlah hewan tunggangan karena mereka ikut ambil bagian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam pasukan Al 'Usrah, yaitu perang Tabuk. Aku berkata: "Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya para sahabatku mengutusku kepadamu untuk memintamu memberi mereka hewan tunggangan." Nabi bersabda: "Demi Allah, kalian tidak perlu mengendarai apapun." Itu terjadi ketika aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan marah dan aku tidak mengetahuinya. Maka aku kembali dengan perasaan sedih karena penolakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan dengan perasaan takut kalau Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan marah padaku. Maka aku kembali menemui para sahabatku, dan mengabarkan kepada mereka apa yang dikatakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tak berapa lama kemudian, aku mendengar Bilal memanggilku: "Wahai Abdullah bin Qais!" Maka aku menjawab panggilannya. Bilal berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggilmu." Ketika aku mendatangi beliau, beliau berkata: "Ambillah dua unta ini, dan dua unta ini!" Seraya menunjuk enam ekor unta yang dibawa Nabi dari Sa'ad. (Kemudian Nabi bersabda:) "Bawalah unta-unta itu kepada para sahabatmu dan katakan sesungguhnya Allah -atau beliau berkata:- Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkanmu mengendarainya, maka kendarailah." Maka aku pun membawa unta-unta itu kepada mereka dan berkata: "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan kalian mengendarai unta-unta ini, akan tetapi demi Allah aku tidak akan meninggalkan kalian hingga sebagian dari kalian ikut bersamaku menemui seseorang yang mendengar perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Jangan berfikir bahwa aku mengatakan apa yang tidak dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka mereka berkata kepadaku: "Demi Allah, sesungguhnya disisi kami kamu benar-benar orang yang jujur. Dan kami akan melakukan apa yang kamu inginkan." Maka Abu Musa berangkat bersama sebagian dari mereka menemui orang-orang yang mendengar langsung perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai penolakan beliau kepada mereka lalu setelah itu beliau memberi mereka. Dan ternyata mereka menginformasikan hal yang sama sebagaimana yang diinformasikan Abu Musa.
Shahih Bukhari 4064: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] dari [Al Hakam] dari [Mush'ab bin Sa'ad] dari [Bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menugasi Ali bin Abu Thalib untuk menjaga kaum muslimin ketika terjadi perang Tabuk. Ali berkata: "Wahai Rasulullah, mengapa engkau hanya menugasi saya untuk menjaga kaum wanita dan anak-anak?" Rasulullah menjawab: "Tidak inginkah kamu memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa, padahal sesudahku tidak akan ada Nabi lagi?" [Abu Daud] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari Al Hakam, aku mendengar [Mus'ab].
Shahih Bukhari 4065: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bakr] Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] dia berkata: Aku mendengar ['Atha'] mengabarkan seraya berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Shafwan bin Ya'la bin Umayyah] dari [Bapaknya] dia berkata: Saya pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang 'Usrah. Ya'la berkata: Perang itu merupakan amalanku yang paling kuat dalam diriku. Atha' berkata: Shafwan berkata: selanjutnya Ya'ala berkata: dan saya memiliki orang upahan, kemudian ia berkelahi dengan seseorang, salah seorang dari mereka menggigit tangan lawannya, Atha' berkata: Shafwan telah mengabarkan kepadaku siapakah yang menggigit tangan lawannya, namun aku lupa. kemudian yang digigit menarik tangannya dari mulut yang menggigit hingga melepaskan gigi serinya. Lalu keduanya menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau membentak orang yang lepas gigi serinya. Atha' berkata: Aku mengira Shafwan berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah ia akan membiarkan tangannya ada dalam mulutmu dan engkau menggigitnya seperti pejantan yang sedang menggigit?"
Shahih Bukhari 4066: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Abdurrahman bin 'Abdullah bin Ka'ab bin Malik] bahwa 'Abdullah bin Ka'ab bin Malik -Abdullah bin Ka'ab adalah salah seorang putra Ka'ab yang mendampingi Ka'ab ketika ia buta- berkata: Saya pernah mendengar Ka'ab bin Malik menceritakan peristiwa tentang dirinya ketika ia tertinggal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Tabuk. Ka'ab bin Malik berkata: "Saya tidak pernah tertinggal menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam peperangan yang beliau ikuti kecuali perang Tabuk, akan tetapi saya juga pernah tertinggal dalam perang Badar. Hanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mencela seorang muslim yang tidak turut dalam perang Badar. Yang demikian karena pada awal mulanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum Muslimin hanya ingin mencegat kaum kafir Quraisy yang sedang berada dalam perjalanan dengan mengendarai unta hingga Allah mempertemukan kaum Muslimin dengan musuh mereka tanpa waktu yang di sepakati sebelumnya. Saat itu saya ikut serta bersama Rasulullah pada malam Aqabah ketika kami berjanji untuk membela Islam. Menurut saya, turut serta dalam perang Badar tidak sebanding dengan turut serta dalam malam Aqabah, meskipun perang Badar lebih populer dikalangan manusia. Di antara cerita ketika saya tidak turut serta bersama Rasulullah dalam perang Tabuk adalah sebagai berikut: 'Belum pernah stamina saya betul-betul fit dan mempunyai keluasan harta dari pada ketika saya tidak ikut serta dalam perang Tabuk tersebut. Demi Allah, sebelumnya saya tidak menyiapkan dua ekor hewan tunggangan sama sekali dalam pelbagai peperangan. Tetapi dalam perang Tabuk ini, saya bisa menyiapkan dua ekor hewan tunggangan. Adalah sudah menjadi tradisi Beliau, beliau tidak pernah melakukan sebuah peperangan selain beliau merahasiakan tujuan peperangannya, hingga saat terjadilah perang tabuk ini, yang beliau nyatakan tujuan perangnya secara vulgar (terang-terangan). Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi berangkat ke perang Tabuk pada saat cuaca sangat panas. Dapat di katakan bahwasanya beliau menempuh perjalanan yang amat jauh dan penuh resiko serta menghadapi musuh yang berjumlah besar. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kepada kaum muslimin apa yang akan mereka hadapi bersamanya. Oleh karena itu, beliau memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan perbekalan perang yang cukup. Pada saat itu, kaum muslimin yang menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam banyak sekali tanpa ditunjuk melalui surat tugas untuk berperang. Ka'ab berkata: 'Ada seorang laki-laki yang tidak muncul karena ia ingin tidak turut serta berperang. Ia menduga bahwa ketidak turutannya itu tidak akan di ketahui oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam -selama tidak ada wahyu yang turun mengenai dirinya dari Allah Azza Wa Jalla -. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi berperang ke perang tabuk ketika hasil panen buah sangat memuaskan, hingga saya harus memalingkan perhatian dari hasil panen tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum muslimin yang ikut serta sudah bersiap-siap dan saya pun segera pergi untuk mencari perbekalan bersama mereka. Lalu saya pulang tanpa memperoleh perbekalan sama sekali. Saya berkata dalam hati: 'Ahh, saya dapat mempersiapkan perbekalan sewaktu-waktu. Saya selalu dalam teka-teki antara iya (berangkat) dan tidak hingga orang-orang semakin siap.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat bersama kaum muslimin, sedangkan saya belum mempersiapkan perbekalan sama sekali. Akhirnya saya pergi, lalu saya pulang tanpa mempersiapkan sesuatu. Saya senantiasa berada dalam kebimbangan seperti itu antara turut serta berperang ataupun tidak, hingga pasukan kaum muslimin telah bergegas berangkat dan perang pun berkecamuk sudah. Kemudian saya ingin menyusul ke medan pertempuran -tetapi hal itu hanyalah angan-angan belaka- dan akhirnya saya ditakdirkan untuk tidak ikut serta ke medan perang. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi ke medan perang tabuk, maka mulailah rasa sedih menyelimuti diri saya. Ketika keluar ke tengah-tengah masyarakat sekitar. Saya menyadari bahwasanya tidak ada yang dapat saya temui kecuali orang-orang yang dalam kemunafikan atau orang-orang yang lemah yang diberikan uzur oleh Allah Azza Wa Jalla. Sementara itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengingat diri saya hingga beliau sampai di Tabuk. Kemudian, ketika beliau sedang duduk-duduk di tengah para sahabat, tiba-tiba beliau bertanya: 'Mengapa Ka'ab bin Malik tidak ikut serta bersama kita? ' Seorang sahabat dari Bani Salimah menjawab: 'Ya Rasulullah, sepertinya Ka'ab bin Malik lebih mementingkan dirinya sendiri daripada perjuangan ini? ' Mendengar ucapan sahabat tersebut, Muadz bin Jabal berkata: 'Hai sahabat, buruk sekali ucapanmu itu! Demi Allah ya Rasulullah, saya tahu bahwasanya Ka'ab bin Malik itu adalah orang yang baik.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diam. Ketika beliau terdiam seperti itu, tiba-tiba beliau melihat seorang laki-laki yang memakai helm besi yang sulit di kenali. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: 'Kamu pasti Abu Khaitsamah? ' Ternyata orang tersebut adalah memang benar-benar Abu Khaitsamah Al Anshari, sahabat yang pernah menyedekahkan satu sha' kurma ketika ia dicaci maki oleh orang-orang munafik. Ka'ab bin Malik berkata: 'Ketika saya mendengar bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersiap-siap kembali dari perang Tabuk, maka saya pun diliputi kesedihan. Lalu saya mulai merancang alasan untuk berdusta. Saya berkata dalam hati: 'Alasan apa yang dapat menyelamatkan diri saya dari amarah Rasulullah? ' Untuk menghadapi hal tersebut, saya meminta pertolongan kepada keluarga yang dapat memberikan saran. Ketika ada seseorang yang berkata kepada saya bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hampir tiba di kota Madinah, hilanglah alasan untuk berdusta dari benak saya. Akhirnya saya menyadari bahwasanya saya tidak dapat berbohong sedikit pun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, saya pun harus berkata jujur kepada beliau. Tak lama kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di kota Madinah. Seperti biasa, beliau langsung menuju Masjid - sebagaimana tradisi beliau manakala tiba dari bepergian ke suatu daerah - untuk melakukan shalat. Setelah melakukan shalat sunnah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam langsung bercengkrama bersama para sahabat. Setelah itu, datanglah beberapa orang sahabat yang tidak sempat ikut serta bertempur bersama kaum muslimin seraya menyampaikan berbagai alasan kepada beliau dengan bersumpah. Diperkirakan mereka yang tidak turut serta bertempur itu sekitar delapan puluh orang lebih. Ternyata Rasulullah menerima keterus terangan mereka yang tidak ikut serta berperang, membai'at mereka, memohon ampun untuk mereka, dan menyerahkan apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka kepada Allah. Selang beberapa saat kemudian, saya datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah saya memberi salam, beliau tersenyum seperti senyuman orang yang marah. Kemudian beliau pun berkata: 'Kemarilah! ' Lalu saya berjalan mendekati beliau hingga saya duduk tepat di hadapan beliau. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: 'Mengapa kamu tidak ikut serta bertempur bersama kami hai Ka'ab? Bukankah kamu telah berjanji untuk menyerahkan jiwa ragamu untuk Islam? ' Saya menjawab: 'Ya Rasulullah, demi Allah seandainya saya duduk di dekat orang selain diri engkau, niscaya saya yakin bahwasanya saya akan terbebaskan dari kemurkaannya karena alasan dan argumentasi yang saya sampaikan. Tetapi, demi Allah, saya tahu jika sekarang saya menyampaikan kepada engkau alasan yang penuh dusta hingga membuat engkau tidak marah, tentunya Allah lah yang membuat engkau marah kepada saya. Apabila saya mengemukakan kepada engkau ya Rasulullah alasan saya yang benar dan jujur, lalu engkau akan memarahi saya dengan alasan tersebut, maka saya pun akan menerimanya dengan senang hati. Biarkanlah Allah memberi hukuman kepada saya dengan ucapan saya yang jujur tersebut. Demi Allah, sesungguhya tidak ada uzur yang membuat saya tidak ikut serta berperang. Demi Allah, saya tidak berdaya sama sekali kala itu meskipun saya mempunyai peluang yang sangat longgar sekali untuk ikut berjuang bersama kaum muslimin.' Mendengar pengakuan yang tulus itu, Rasulullah pun berkata: 'Orang ini telah berkata jujur dan benar. Oleh karena itu, berdirilah hingga Allah memberimu keputusan." Akhirnya saya pun berdiri dan beranjak dari sisi beliau. Tak lama kemudian, ada beberapa orang dari Bani Salimah beramai-ramai mengikuti saya seraya berkata: 'Hai Ka'ab, demi Allah, sebelumnya kami tidak mengetahui bahwasanya kamu telah berbuat suatu kesalahan/dosa. Kamu benar-benar tidak mengemukakan alasan kepada Rasulullah sebagaimana alasan yang dikemukakan para sahabat lain yang tidak turut berperang. Sesungguhnya, hanya istighfar Rasulullah untukmulah yang menghapus dosamu.' Ka'ab bin Malik berkata setelah itu: 'Demi Allah, mereka selalu mencerca saya hingga saya ingin kembali lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu saya dustakan diri saya.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Apakah ada orang lain yang telah menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti diri saya ini? ' Orang-orang Bani Salimah menjawab: 'Ya. Ada dua orang lagi seperti dirimu. Kedua orang tersebut mengatakan kepada Rasulullah seperti apa yang telah kamu utarakan dan Rasulullah pun menjawabnya seperti jawaban kepadamu.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Lalu saya pun bertanya: 'Siapakah kedua orang tersebut hai para sahabat? ' Mereka, kaum Bani Salimah, menjawab: 'Kedua orang tersebut adalah Murarah bin Rabi'ah Al Amin dan Hilal bin Ummayah Al Waqifi.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Kemudian mereka menyebutkan dua orang sahabat yang shalih yang ikut serta dalam perang Badar dan keduanya layak dijadikan suri tauladan yang baik. Setelah itu, saya pun berlalu ketika mereka menyebutkan dua orang tersebut kepada saya.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Beberapa hari kemudian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kaum muslimin untuk berbicara dengan kami bertiga yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk. Sejak saat itu, kaum muslimin mulai menjauhi dan berubah sikap terhadap kami bertiga hingga bumi ini terasa asing bagi kami. Sepertinya, bumi ini bukanlah bumi yang pernah saya huni sebelumnya dan hal itu berlangsung lima puluh malam lamanya.' Dua orang teman saya yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk itu kini bersimpuh sedih di rumahnya sambil menangis, sedangkan saya adalah seorang anak muda yang tangguh dan tegar. Saya tetap bersikap wajar dan menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Saya tetap keluar dari rumah, pergi ke masjid untuk menghadiri shalat jama'ah bersama kaum muslimin lainnya, dan berjalan-jalan di pasar meskipun tidak ada seorang pun yang sudi berbicara dengan saya. Hingga pada suatu ketika saya menghampiri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil memberikan salam kepadanya ketika beliau berada di tempat duduknya usai shalat. Saya bertanya dalam hati: 'Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan menggerakkan bibirnya untuk menjawab salam ataukah tidak? Kemudian saya melaksanakan shalat di dekat Rasulullah sambil mencuri pandangan kepada beliau. Ketika saya telah bersiap untuk melaksanakan shalat, beliau memandang kepada saya. Dan ketika saya menoleh kepadanya, beliaupun mengalihkan pandangannya dari saya.' Setelah lama terisolisir dari pergaulan kaum muslimin, saya pun pergi berjalan-jalan hingga sampai di pagar kebun Abu Qatadah. Abu Qatadah adalah putera paman saya (sepupu saya) dan ia adalah orang yang saya sukai. Sesampainya di sana, saya pun mengucapkan salam kepadanya. Tetapi, demi Allah, sama sekali ia tidak menjawab salam saya. Akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya kepadanya: 'Hai Abu Qatadah, saya bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apakah kamu tidak mengetahui bahwasanya saya sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya? ' Ternyata Abu Qatadah hanya terdiam saja. Lalu saya ulangi lagi ucapan saya dengan bersumpah seperti yang pertama kali. Namun ia tetap saja terdiam. Kemudian saya ulangi ucapan saya dan ia pun menjawab: 'Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui tentang hal ini.' Mendengar ucapannya itu, berlinanglah air mata saya dan saya pun kembali ke rumah sambil menyusuri kebun tersebut. Ketika saya sedang berjalan-jalan di pasar Madinah, ada seorang laki-laki dari negeri Syam yang berjualan makanan di kota Madinah bertanya: 'Siapakah yang dapat menunjukkan kepada saya di mana Ka'ab bin Malik? ' Lalu orang-orang pun menunjukkan kepada saya hingga orang tersebut datang kepada saya sambil menyerahkan sepucuk surat kepada saya dari raja Ghassan. Karena saya dapat membaca dan menulis, maka saya pun memahami isi surat tersebut. Ternyata isi surat tersebut sebagai berikut: 'Kami mendengar bahwasanya temanmu (maksudnya adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) telah mengisolirmu dari pergaulan umum, sementara Tuhanmu sendiri tidaklah menyia-nyiakanmu seperti itu. Oleh karena itu, bergabunglah dengan kami, niscaya kami akan menolongmu.' Selesai membaca surat itu, saya pun berkata: 'Sebenarnya surat ini juga merupakan sebuah bencana bagi saya.' Lalu saya memasukkannya ke dalam pembakaran dan membakarnya hingga musnah. Setelah empat puluh hari lamanya dari pengucilan umum, ternyata wahyu Tuhan pun tidak juga turun. Hingga pada suatu ketika, seorang utusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi saya sambil menyampaikan sebuah pesan: 'Hai Ka'ab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkanmu untuk menghindari istrimu.' Saya bertanya: 'Apakah saya harus menceraikan atau bagaimana? ' Utusan tersebut menjawab: 'Tidak usah kamu ceraikan. Tetapi, cukuplah kamu menghindarinya dan janganlah kamu mendekatinya.' Lalu saya katakan kepada istri saya: 'Wahai dinda, sebaiknya dinda pulang terlebih dahulu ke rumah orang tua dinda dan tinggallah bersama dengan mereka hingga Allah memberikan keputusan yang jelas dalam permasalahan ini.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Tak lama kemudian istri Hilal bin Umayyah pergi mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil bertanya: 'Ya Rasulullah, Hilal bin Umayyah itu sudah lanjut usia dan lemah serta tidak mempunyai pembantu. Oleh karena itu, izinkanlah saya merawatnya.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab: 'Jangan. Sebaiknya kamu tidak usah menemaninya terlebih dahulu dan ia tidak boleh dekat denganmu untuk beberapa saat.' Isteri Hilal tetap bersikeras dan berkata: 'Demi Allah ya Rasullah, sekarang ia itu tidak mempunyai semangat hidup lagi. Ia senantiasa menangis, sejak mendapatkan permasalahan ini sampai sekarang.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Beberapa orang dari keluarga saya berkata: 'Sebaiknya kamu meminta izin terlebih dahulu kepada Rasulullah dalam masalah istrimu ini. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah memberikan izin kepada Hilal bin Umayyah untuk merawat suaminya.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Saya tidak akan meminta izin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam persoalan istri saya ini. Karena, bagaimanapun, saya tidak akan tahu bagaimana jawaban Rasulullah nanti jika saya meminta izin kepada beliau sedangkan saya masih muda belia.' Ka'ab bin Malik berkata: 'Ternyata hal itu berlangsung selama sepuluh malam hingga dengan demikian lengkaplah sudah lima puluh malam bagi kami terhitung sejak kaum muslimin dilarang untuk berbicara kepada kami. Ka'ab bin Malik berkata: 'Lalu saya melakukan shalat fajar pada malam yang ke lima puluh di bagian belakang rumah. Ketika saya sedang duduk dalam shalat tersebut, diri saya diliputi penyesalan dan kesedihan. Sepertinya bumi yang luas ini terasa sempit bagi diri saya. Tiba-tiba saya mendengar seseorang berteriak dengan lantangnya menembus cakrawala: 'Hai Ka'ab bin Malik, bergembiralah! ' Maka saya pun tersungkur sujud dan mengetahui bahwasanya saya telah terbebas dari persoalan saya. Ka'ab bin Malik berkata: 'Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengumumkan kepada kaum muslimin usai shalat Shubuh bahwasanya Allah Subhanah
Shahih Bukhari 4067: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi] Telah menceritakan kepada kami ['Abdurrazzaq] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu dia berkata: Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewati Hijr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian memasuki tempat-tempat tinggal orang yang menzhalimi diri mereka sendiri kecuali kalian menangis karena khawatir kalian tertimpa seperti yang menimpa mereka." Beliau kemudian menutupi kepalanya dan cepat-cepat pergi hingga melintasi lembah.
Shahih Bukhari 4068: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] Telah menceritakan kepada kami [Malik] dari ['Abdullah bin Dinar] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat beliau yang tengah melintasi Hijr (tempat kaum Tsamud, pent.): "Jangan memasuki mereka kaum yang disiksa kecuali kalian menangis, karena jangan-jangan kalian tertimpa seperti yang menimpa mereka."
Shahih Bukhari 4069: Bab telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] dari [Al Laits] dari ['Abdul 'Aziz bin Abu Salamah] dari [Sa'ad bin Ibrahim] dari [Nafi' bin Jubair] dari ['Urwah bin Al Mughirah] dari [Bapaknya, Al Mughirah bin Syu'bah] dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pergi untuk melaksanakan hajatnya. Maka aku pun menuangkan air untuknya. -Sepengetahuanku bapakku berkata pada saat perang Tabuk-. Lalu beliau membasuh wajahnya, mencuci kedua lengannya, namun lubang lengannya sangat sempit. Maka beliau mengeluarkan tangannya dari bahwa pakaiannya. Kemudian beliau mencuci lengannya dan membasuh kedua khufnya.
Shahih Bukhari 4070: Telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Makhlad] Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Amru bin Yahya] dari [Abbas bin Sahal bin Sa'ad] dari [Abu Humaid] dia berkata: Kami pulang dari perang Tabuk hingga ketika kami sudah sampai di Madinah beliau bersabda: "Inilah kota yang baik. Dan ini adalah gunung Uhud yaitu gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya."
Shahih Bukhari 4071: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Muhammad] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami [Humaid Ath Thawil] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala kembali dari perang Tabuk dan sudah mendekati Madinah, beliau bersabda: "Sesungguhnya di dalam Madinah itu ada sekelompok kaum, yang tidaklah kalian menempuh perjalanan dan tidaklah kalian menyebrangi lembah kecuali mereka diikutsertakan bersama kalian dalam ganjaran." Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, (bukankah) mereka (hanya) berada di Madinah?" Beliau menjawab: "Mereka di Madinah karena mereka terhalangi oleh udzur."
Shahih Bukhari 4072: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami [Bapakku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] dia berkata [Ubaidullah bin Abdullah] telah mengabarkan kepadaku, bahwa [Ibnu Abbas] telah mengabarkan kepadanya, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirimkan suratnya kepada Kisra yang diantar oleh Abdullah bin Hudzafah As Sahmi, beliau memerintahkannya agar menyerahkannya kepada pembesar Bahrain, lalu ia menyerahkannya kepada pembesar Bahrain setelah itu dia sampaikan ke Kisra. Setelah membacanya, ia merobeknya. Saya mengira Ibnu Syihab berkata: "Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan untuk mereka agar mereka dicabik-cabik dengan sehancur-hancurnya."
Shahih Bukhari 4073: Telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Haitsam] Telah menceritakan kepada kami [Auf] dari [Al Hasan] dari [Abu Bakrah] dia berkata: Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat yang pernah aku dengar dari Rasulullah, -yaitu pada waktu perang Jamal tatkala aku hampir bergabung dengan para penunggang unta lalu aku ingin berperang bersama mereka.- Dia berkata: Tatkala sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa penduduk Persia telah di pimpin oleh seorang anak perempuan putri raja Kisra, beliau bersabda: "Suatu kaum tidak akan beruntung, jika dipimpin oleh seorang wanita."
Shahih Bukhari 4074: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dia berkata: Aku mendengar [Az Zuhri] dari [As Saaib bin Yazid] berkata: Aku ingat bahwa aku pernah keluar bersama anak-anak ke bukit Wada' untuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sufyan berkata di Hadits yang lain dengan lafazh: "ma'a shibyan." (bersama anak-anak).
Shahih Bukhari 4075: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhri] dari [As Saaib] aku ingat bahwa Aku pernah keluar bersama anak-anak menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke bukit Wada' setelah beliau pulang dari perang Tabuk.
Shahih Bukhari 4076: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari [Ubaidullah bin Abdullah] dari Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anhuma dari [Ummu Fadl binti Al Harits] dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu shalat maghrib membaca surat Al Mursalat. Setelah itu beliau tidak shalat lagi bersama kami hingga beliau wafat.
Shahih Bukhari 4077: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ar'arah] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] dia berkata: Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu pernah mendekatiku. Maka Abdurrahman bin Auf berkata kepadanya: "Sesungguhnya kita juga punya anak-anak sepertinya." 'Umar menjawab: "Sesungguhnya dia (Ibnu Abbas) sebagaimana yang kamu ketahui." Lalu 'Umar bertanya kepada Ibnu Abbas tentang ayat: {IDZAA JAA-A NASRULLAAHI WAL FATH} (Apabila pertolongan dan kemenangan Allah telah datang)(QS. Al Fath: 1-5) Ibnu Abbas menjawab: "Ajal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada beliau bahwa dia telah datang kepadanya." 'Umar berkata: "Aku tidak tahu tentang ayat itu kecuali apa yang kamu ketahui."
Shahih Bukhari 4078: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Sulaiman Al Ahwal] dari [Sa'id bin Jubair] dia berkata: [Ibnu Abbas] berkata: Hari kamis, apakah hari kamis itu? pada hari tersebut sakit Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semakin parah, lalu beliau berkata: "Kemarilah, aku tuliskan untuk kalian sebuah surat, sehingga kalian tidak akan tersesat setelahnya selamanya." Namun mereka berselisih, padahal tidak pantas ada yang berselisih di dekat seorang Nabi. Mereka berkata: "Bagaimana keadaan beliau, apakah beliau mengigau? hendaknya kalian tanyakan kembali kepada beliau." Lalu mereka pergi dan menanyakannya kembali. Maka beliau bersabda: "Tinggalkan aku, keadaanku sekarang lebih baik dari pada apa yang kalian kira." Beliau mewasiatkan tiga hal, beliau bersabda: "Usirlah orang-orang musyrik dari Jazirah Arab, dan perlakukan utusan sebagaimana saya memperlakukan mereka." Tetapi Sa'id tidak menyebutkan wasiat yang ketiga, atau dia mengatakannya namun aku lupa.
Shahih Bukhari 4079: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] Telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah] dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma dia berkata: Ada beberapa orang lelaki di rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau menjelang ajalnya, beliau bersabda: "Kemarilah, aku akan menulis sebuah tulisan (pesan) kepada kalian, sehingga kalian tidak akan tersesat setelahnya." Sebagian mereka berkata: "Sesungguhnya rasa sakit telah mempengaruhi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kalian memiliki Al Qur`an, maka cukuplah Kitabullah bagi kita." Maka orang-orang yang di rumah itu berselisih, dan berdebatlah mereka, di antara mereka ada yang berkata: "Mendekatlah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan menuliskan sesuatu kepada kalian." Dan di antara mereka ada yang menolaknya. Maka ketika terjadi banyaknya keributan dan perselisihan, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dikerumuni, beliau bersabda: "Pergilah kalian dariku." Ubaidullah berkata: Maka Ibnu Abbas berkata: Sungguh ini musibah segala musibah, tidak ada kesempatan bagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan menuliskan pesan untuk mereka karena perselisihan dan keributan mereka.
Shahih Bukhari 4080: Telah menceritakan kepada kami [Yasarah bin Shafwan bin Jamil Al Lakhmi] Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [Bapaknya] dari [Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha dia berkata: Ketika Rasulullah sakit yang menyebabkan beliau meninggal, beliau memanggil Fathimah. Beliau membisikinya dan ia pun menangis, lalu beliau membisikinya dan ia pun tersenyum. Aisyah berkata: Saya bertanya kepada Fathimah: "Apa yang dibisikkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam kepadamu?" ia menjawab: "Beliau berbisik kepadaku dan memberitahuku perihal kematiannya, aku pun menangis. Kemudian beliau berbisik kepadaku dan memberitahuku bahwa saya adalah orang yang pertama kali mengikutinya dari keluarganya maka aku pun tersenyum."
Shahih Bukhari 4081: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basyar] Telah menceritakan kepada kami [Gundar] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'ad] dari [Urwah] dari ['Aisyah] dia berkata: Aku pernah mendengar bahwa seorang Nabi tidak akan meninggal hingga dia di suruh memilih antara dunia dan akhirat. Aisyah berkata: Kemudian ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sakit yang menyebabkan kematiannya, aku mendengar beliau menuturkan dengan terputus-putus, beliau bersabda: {MA'AL LADZIINA AN'AMALLAAHU 'ALAIHIM} (Bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat kepada mereka) (QS. An Nisaa': 69). 'Aisyah berkata: "Aku mengira pada waktu itulah beliau diberi pilihan."
Shahih Bukhari 4082: Telah menceritakan kepada kami [Muslim] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'ad] dari [Urwah] dari ['Aisyah] dia berkata: Tatkala beliau sakit yang menyebabkan kematiannya, beliau bersabda: "Ar Rafiiqul A'laa." (Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi).
Shahih Bukhari 4083: Telah menceritakan kepada kami [Abul Yaman] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Urwah bin Zubair] bahwa [Aisyah] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika beliau masih sehat: "Tidaklah seorang Nabi diambil nyawanya, hingga di perlihatkan terlebih dahulu tempat duduknya di surga. Lalu di suruh memilihnya." Tatkala beliau sakit dan ajal menjemputnya, yang pada waktu itu kepala beliau berada di paha 'Aisyah, beliau pingsan. Setelah beliau sadar, beliau mengalihkan pandangannya ke atap rumah kemudian bersabda: "Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi." Aku berkata: Kalau begitu beliau tidak akan bersama kita. Maka aku pun mengerti bahwa ucapanya itu adalah perkataan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat.
Shahih Bukhari 4084: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Affan] dari [Shakhr bin Juwairiyah] dari [Abdurrahman bin Al Qasim] dari [Bapaknya] dari ['Aisyah] bahwa Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersandar di dadaku, Abdurrahman bin Abu Bakr masuk ke rumah sambil membawa kayu siwak yang biasa dia pakai. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun melihat kepadanya. Aku berkata kepadanya: "Berikan siwak itu kepadaku wahai Abdurrahman!" Lalu dia memberikannya kepadaku. Kemudian aku bersihkan, dan aku kunyah setelah itu aku berikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau pun bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat sebelumnya beliau bersiwak sebaik itu. Setelah selesai, beliau mengangkat tangannya, atau jarinya seraya berkata: "Ar Rafiiqul A'laa, Ar Rafiiqul A'laa (Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi) sebanyak tiga kali. Lalu beliau wafat. 'Aisyah berkata: "Beliau wafat di antara dagu dan tenggorokanku."
Shahih Bukhari 4085: Telah menceritakan kepadaku [Hibban] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Urwah] bahwa Aisyah radliyallahu 'anha mengabarkan kepadanya: Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sakit, beliau tiupkan pada dirinya surat-surat mu'awwidzaat dan beliau usapkan dengan tangannya. Maka tatkala beliau sakit yang menyebabkan beliau meninggal, aku tiupkan pula kepadanya surat-surat Mu'awwidzat dan aku sapukan tangannya ke tubuhnya.
Shahih Bukhari 4086: Telah menceritakan kepada kami [Mu'alla bin Asad] Telah menceritakan kepada kami [Abdul 'Azid bin Mukhtar] Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Urwah] dari [Abbad bin Abdullah bin Zubair] bahwa [Aisyah] mengabarkan kepadanya: Dia pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan dia mendengar beliau sebelum beliau wafat, sedangkan beliau menyandarkan punggungnya kepadaku, beliau berkata: "Ya Allah, Ampunilah aku, berikanlah rahmat kepadaku dan pertemukanlah aku dengan kekasihku!"
Shahih Bukhari 4087: Telah menceritakan kepada kami [As Shalt bin Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Hilal Al Wazzan] dari [Urwah bin Jubair] dari Aisyah radliyallahu 'anha dia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sakit -yang beliau tidak bisa bangun dari tidurnya- beliau bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi, mereka menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid." 'Aisyah berkata: kalau bukan karena sabda beliau, tentu aku akan menampakkan kuburan beliau, namun aku takut dijadikan sebagai masjid.
Shahih Bukhari 4088: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin 'Ufair] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Al Laits] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku ['Uqail] dari [Ibnu Sihab] Telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud] bahwa ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam sakit dan semakin parah sakitnya, beliau meminta izin kepada istri-istri beliau untuk dirawat di kediamanku lalu beliau diberi izin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dengan dibopong oleh Al 'Abbas dan seorang lelaki lain, kedua kaki beliau tertatih-tatih di atas tanah. Ubaidullah berkata: Aku mengabarkan 'Abdullah tentang yang dikatakan 'Aisyah. Maka Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku: "Tahukah kamu siapa lelaki yang satunya itu?" Aku menjawab: "Tidak." Ibnu Abbas berkata: "Dia adalah 'Ali bin Abu Thalib." Aisyah -istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita: Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke rumahku dan sakitnya semakin parah. Beliau bersabda: "Berikan kepadaku air dari tujuh bejana yang belum dibuka ikatannya, barangkali aku dapat berpesan kepada orang-orang." Maka kami pun mendudukkan beliau di sebuah ember besar milik Hafshah -istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.- lalu kami segera menuangkan air dari bejana itu kepada beliau hingga beliau mengisyaratkan kepada kami, bahwa beliau telah selesai. 'Aisyah berkata: kemudian beliau keluar untuk shalat bersama kaum muslimin dan menyampaikan khutbahnya kepada mereka.
Shahih Bukhari 4089: (Masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya), telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah] bahwa ['Aisyah] dan [Abdullah bin Abbas] berkata: Saat turun wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau menutupkan sehelai kain ke wajahnya, dan saat beliau mulai merasa sesak kami membukakannya, lalu beliau bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid." Beliau memperingatkan siapa saja yang berbuat seperti mereka.
Shahih Bukhari 4090: Telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah] bahwa ['Aisyah] berkata: Aku selalu memeriksa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada yang mendorongku untuk selalu memeriksa beliau kecuali karena aku cemas orang-orang belum menyukai seseorang yang menggantikan kedudukan beliau sepeninggal beliau nanti. Aku khawatir tidak ada orang yang menggantikan beliau, selain orang-orang hanyalah akan merasa pesimis terhadapnya. Karena itulah, aku ingin agar Rasulullah segera memalingkan tugas itu dari Abu Bakar. Diriwayatkan oleh Ibnu 'Umar dan Abu Musa dan Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhum dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 4091: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Ibnul Had] dari [Abdurrahman bin Al Qasim] dari [Bapaknya] dari ['Aisyah] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat sedangkan beliau berada di antara dagu dan leherku. Maka setelah wafat beliau, selamanya aku tidak pernah takut dengan pedihnya kematian siapa pun.
Shahih Bukhari 4092: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] Telah mengabarkan kepada kami [Bisyr bin Syu'aib bin Abu Hamzah] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Az Zuhri] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Ka'ab bin Malik Al Anshari], -Ka'ab adalah salah satu dari tiga orang yang di beri ampunan.-bahwa [Abdullah bin Abbas] telah menceritakan kepadanya: [Ali bin Abu Thalib] keluar dari menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau sakit yang menyebabkan kematian beliau, orang-orang bertanya: "Wahai Abu Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Ia menjawab: "Alhamdulillah beliau sudah sembuh." Ibnu Abbas berkata: Abbas bin Abdul Muththalib memegang tangannya dan berkata: "Demi Allah, tidakkah kamu lihat tiga hari lagi? sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan wafat karena sakitnya ini. Sesungguhnya aku mengetahui wajah bani Abdul Muththalib ketika menghadapi kematiannya. Mari kita menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kita tanyakan kepada siapa perkara (kepemimpinan) ini akan diserahkan? Jika kepada (orang) kita, maka kita mengetahuinya dan jika pada selain kita maka kita akan berbicara dengannya, sehingga ia bisa mewasiatkannya pada kita." Lalu Ali berkata: "Demi Allah. Bila kita memintanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu beliau menolak, maka selamanya orang-orang tidak akan memberikannya kepada kita. Karena itu, demi Allah, aku tidak akan pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 4093: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin 'Ufair] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Al Laits] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa Ketika kaum muslimin melaksanakan shalat fajar pada hari senin dengan di imami Abu Bakar, tidaklah ada yang mengagetkan mereka kecuali karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyingkapkan tirai 'Aisyah. Lalu beliau melihat mereka yang pada waktu mereka sedang berbaris di shaf shalat. Beliau pun tersenyum puas. Kemudian Abu Bakar mundur ke belakang untuk bergabung dengan shaf karena ia menduga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar untuk shalat. Anas berkata: Kaum Muslimin pada waktu itu merasa tergoda shalatnya karena gembira dengan kedatangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi isyarat dengan tangannya kepada mereka agar mereka menyempurnakan shalatnya. Kemudian beliau masuk kamar dan menutup tirainya lagi.
Shahih Bukhari 4094: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin 'Ubaid] Telah menceritakan kepada kami ['Isa bin Yunus] dari ['Umar bin Sa'id] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Abu Mulaikah] bahwa [Abu 'Amru Dzakwan] budak 'Aisyah telah mengabarkan kepadanya bahwa 'Aisyah pernah berkata: Diantara nikmat yang Allah berikan kepadaku adalah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diwafatkan di rumahku, pada hari giliranku dan beliau pada waktu itu berada di antara dagu dan leherku. Dan sesungguhnya Allah telah menyatukan air liurku dengan air liur beliau ketika beliau wafat. Pada waktu itu Abdurrahman masuk ke rumahku seraya membawa siwak. Sedangkan aku pada waktu itu sedang bersandar kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian aku melihat beliau melihat kepadanya. Aku tahu kalau beliau menyukai siwak. Maka aku katakan kepada beliau: "Aku ambilkan untukmu." Beliau memberi isyarat dengan mengangguk. Lalu aku berikan kepada beliau. Namun siwak itu terasa kasar bagi beliau. Maka aku katakan: "Aku lembutkan siwaknya." Beliaupun mengangguk. Lalu aku menghaluskannya. Setelah itu aku berikan kepada beliau. Di antara kedua tangan beliau ada sebuah kaleng atau ember kecil, -Umar merasa ragu- di dalamnya ada air. Lalu beliau memasukan kedua tangannya ke dalam kaleng tersebut lalu mengusapkannya ke wajah beliau seraya berkata: "Laailaaha Illallah sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat (mabuk)." Kemudian beliau menegakkan tangannya seraya berkata: "Ar Rafiiqul A'laa." hingga beliau meninggal dan tangannya pun terjatuh lemas.
Shahih Bukhari 4095: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Sulaiman bin Bilal] Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin 'Urwah] Telah mengabarkan kepadaku [Bapakku] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sakit yang menyebabkan kematiannya, beliau bertanya: "Besok aku di mana, besok aku di mana?" -beliau mengatakannya karena beliau ingin di rumah Aisyah.- Maka istri-istri beliau yang lainnya mengizinkan beliau untuk tinggal di rumah yang beliau kehendaki. Akhirnya Rasulullah tinggal di rumah 'Aisyah hingga beliau wafat di sisinya. 'Aisyah berkata: Beliau meninggal bertepatan dengan giliran beliau di rumahku. Allah mencabut nyawanya sedangkan pada waktu itu kepala beliau berada di antara dada dan leherku. Dan mencampurkan air liurku dengan air liur beliau. 'Aisyah berkata: Pada waktu itu Abdurrahman bin Abu Bakar masuk ke rumah sambil membawa kayu siwak yang biasa dia pakai. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun melihat kepadanya. Aku berkata kepadanya: "Berikan siwak itu kepadaku wahai Abdurrahman!" Lalu dia memberikannya kepadaku. Kemudian aku bersihkan, dan aku kunyah setelah itu aku berikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau pun bersiwak dengannya sambil bersandar di dadaku.
Shahih Bukhari 4096: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal di rumahku, pada hariku dan berada antara dada dan kerongkonganku. Salah seorang dari kami membacakan do'a untuknya dengan do'a yang biasa dibacakan untuk orang sakit. Aku pun ikut mendoakannya. Kemudian beliau mengangkat pandangannya ke langit dan mengucapkan: "Ar Rafiiqul A'laa, Arrafiiqul A'laa (Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi, ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi)." Lalu Abdurrahman bin Abu Bakar masuk dengan membawa kayu siwak yang masih basah. Nabi pun menatapnya, saya mengira beliau memang membutuhkan siwak tersebut. 'Aisyah berkata: Maka aku mengambilnya, mengunyahnya, mengibas-ngibaskannya, dan membaguskannya, kemudian aku berikan kepada beliau. Lantas beliau membersihkan giginya dan belum pernah aku melihat orang yang membersihkan giginya sebagus yang beliau lakukan. Setelah itu beliau memberikannya kepadaku namun jatuh (lepas) dari tangannya. Segala puji bagi Allah yang telah mengumpulkan antara air liurku dengan air liur beliau pada hari-hari terakhir beliau di dunia dan pada hari-hari pertama di akhirat kelak.
Shahih Bukhari 4097: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah] bahwa ['Aisyah] telah mengabarkan kepadanya: Abu Bakar datang dengan menaiki kuda dari rumahnya -di As Sunuh- hingga ia turun, lalu masuk ke masjid dan tidak berbicara dengan orang-orang, hingga menemui Aisyah lalu dia mengusap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah ditutup dengan kain bermotif dari Yaman, kemudian ia membuka tutup wajahnya, memeluknya, menciumnya dan ia menangis. Abu Bakr berkata: "Demi Bapakku sebagai tebusannya, demi Allah! Allah tidak akan mengumpulkan atas diri engkau dua kematian selamanya, adapun kematian yang telah Allah tuliskan atas diri engkau, sungguh engkau telah menjalaninya." [Az Zuhri] berkata: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Salamah] dari [Abdullah bin Abbas] bahwa [Abu Bakr] datang ketika Umar sedang berbicara di hadapan orang banyak. Lalu Abu Bakar berkata: "Duduklah wahai Umar!" namun Umar tidak mau duduk. Orang-orang pun mengalihkan pandanganya kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata: "Amma Ba'du, Barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sungguh Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak akan mati. Allah berfirman: (Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 144) Umar berkata: "Demi Allah, sepertinya orang-orang tidak tahu bahwa Allah telah menurunkan ayat ini. Hingga ketika Abu Bakar membacakannya mereka memperhatikannya. Dan tidaklah aku mendengar setiap orang kecuali dia ikut membaca ayat tersebut." Dan telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Al Musayyab bahwa Umar berkata: "Demi Allah, aku baru tahu setelah mendengar dari Abu Bakr, hingga aku pun bergetar dan kedua kaki tidak tahan berdiri, aku pun terjatuh ke bumi ketika mendengar bacaannya, dan aku baru sadar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah wafat."
Shahih Bukhari 4098: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Abu Syaibah] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Sufyan] dari [Musa bin Abu 'Aisyah] dari ['Ubaidillah bin 'Utbah] dari ['Aisyah] dan [Ibnu 'Abbas] bahwa Abu Bakar radliyallahu 'anhu mencium Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam setelah beliau wafat.
Shahih Bukhari 4099: Telah menceritakan kepada kami ['Ali] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] dan dia menambahkan ['Aisyah] berkata: Kami pernah mengobati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan ladud (menuangkan obat dari pinggir mulut orang yang sakit) ketika beliau sedang sakit. Kemudian beliau memberi isyarat, "janganlah kamu mengobatiku dengan ladud." Maka kami katakan: "Orang sakit memang tidak suka obat." Setelah sadar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Bukankah aku telah melarang kalian untuk mengobatiku dengan ladud?" Kami menjawab: "Iya, karena orang sakit tidak menyukai obat." Maka beliau bersabda: "Tidak ada seorang pun di antara kalian di rumahnya melainkan ia harus diobati dengan ladud, dan aku harus menyaksikannya. kecuali Abbas karena dia sekarang tidak ikut bersama kalian. Diriwayatkan oleh [Ibnu Abu Az Zinad] dari [Hisyam] dari [Bapaknya] dari ['Aisyah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 4100: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Muhammad] Telah mengabarkan kepada kami [Azhar] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu 'Aun] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] dia berkata: Mereka menyebut-nyebut di dekat 'Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi wasiat kepada 'Ali. 'Aisyah berkata: "Siapa yang mengatakan demikian? Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersandar di dadaku lalu beliau meminta baskom, beliau melemas dan aku tidak sadar bahwa beliau sudah wafat, lalu kapan beliau memberinya wasiat kepada Ali?"
Shahih Bukhari 4101: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] telah menceritakan kepada kami [Malik bin Mighwal] dari [Thalhah] dia berkata: Aku bertanya kepada 'Abdullah bin Abu Aufa radliyallahu 'anhuma: Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberi wasiat? Dia menjawab: "Tidak." Maka aku berkata: "Lantas wasiat apa yang diwajibkan atau diperintahkan kepada manusia?" Dia menjawab: "Beliau memberi wasiat dengan kitabullah."
Shahih Bukhari 4102: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Al Ahwash] dari [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Al Harits] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak meninggalkan dinar dan dirham, hamba sahaya laki-laki dan perempuan kecuali hanya bighalnya yang berwarna putih yang biasa beliau naiki juga senjatanya serta tanah yang beliau berikan sebagai sedekah di jalan Allah.
Shahih Bukhari 4103: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] Telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Tsabit] dari [Anas] dia berkata: Tatkala sakit Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam semakin parah hingga beliau hampir pingsan, Fathimah 'alaihas salam berkata: "Wahai betapa parahnya sakit ayahku!" Nabi bersabda kepadanya: "Ayahmu tidak akan sakit parah lagi setelah hari ini." Dan tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah wafat, Fathimah berkata: "Wahai ayahku yang telah memenuhi panggilan Rabbnya, wahai ayahku yang surga Firdaus adalah tempat kembalinya, wahai ayahku yang kepada Jibril kami memberitahukan kematiannya." Dan tatkala telah dikuburkan, Fathimah 'alaihas salam berkata: "Wahai Anas, apakah engkau tidak merasa canggung menaburi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan tanah?"
Shahih Bukhari 4104: Telah menceritakan kepada kami [Bisyr bin Muhammad] Telah menceritakan kepada kami [Abdullah], [Yunus] berkata: [Az Zuhri] berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] -di antara orang-orang yang berilmu-, bahwa 'Aisyah berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam keadaan sehat wal afiat, beliau pernah bersabda: "Sesungguhnya seorang Nabi tidaklah diwafatkan hingga diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga lalu ia dipersilahkan untuk memilih." 'Aisyah berkata: "Ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala beliau berada di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat. Tak lama kemudian ia sadar kembali. Setelah itu, beliau menatap pandangannya ke atas sambil mengucapkan: "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku, Allah Yang Maha Tinggi!" 'Aisyah berkata: "Dengan demikian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memilih untuk hidup Iebih lama lagi bersama kami." 'Aisyah pernah berkata: "Saya teringat ucapan yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika beliau masih sehat. Itulah kata-kata terakhir yang pernah beliau ucapkan, yaitu: "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku Yang Maha Tinggi."
Shahih Bukhari 4105: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami [Syaiban] dari [Yahya] dari [Abu Salamah] dari ['Aisyah] dan Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhum bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menetap di Makkah selama sepuluh tahun, ketika itu Al Qur'an sudah turun kepadanya. Dan di Madinah selama sepuluh tahun juga.
Shahih Bukhari 4106: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal pada umur enam puluh tiga tahun. Ibnu Syihab berkata: Dan telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] dengan Hadits yang serupa.
Shahih Bukhari 4107: Bab telah menceritakan kepada kami [Qabishah] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, dan beliau meninggalkan baju besinya yang digadaikan kepada orang Yahudi seharga tiga puluh sha'.
Shahih Bukhari 4108: Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim Adl Dlahak bin Makhlad] dari [Al Fudlail bin Sulaiman] telah menceritakan kepada kami [Musa bin 'Uqbah] dari [Salim] dari [Bapaknya]: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat Usamah sebagai komandan pasukan, maka para sahabat pun banyak yang tidak setuju. Lalu beliau bersabda: "Aku mendengar kalian mengatakan sesuatu yang tidak baik tentang Usamah, sesungguhnya dia adalah orang yang sangat aku cintai."
Shahih Bukhari 4109: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Malik] dari ['Abdullah bin Dinar] dari 'Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyiapkan sebuah pasukan perang yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid. Lalu para sahabat saling mengecam kepemimpinannya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit seraya bersabda: "Apabila kalian mengecam kepemimpinan Usamah bin Zaid, maka berarti kalian juga mengecam kepemimpinan ayahnya sebelum itu. Demi Allah, sungguh ia memang layak dengan jabatan itu. Jika bapaknya adalah termasuk orang yang paling aku cintai, maka Usamah juga termasuk dari orang yang paling aku cintai setelahnya."
Shahih Bukhari 4110: Bab telah menceritakan kepada kami [Ashbagh] berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Wahb] berkata: Telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Al Harits] dari [Ibnu Abu Habib] dari [Abu Al Khair] dari [Ash Shunabihi] bahwasanya Dia bertanya kepada Ash Shunabihi: "Kapan kamu berhijrah?" Dia menjawab: "Kami berhijrah dari Yaman hingga kami sampai di Juhfah. Kemudian kami bertemu dengan seorang pengendara dan aku tanyakan kepadanya tentang kabar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia menjawab: 'Kami telah menguburkan jasad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sejak lima hari yang lalu.' Aku bertanya lagi: 'Apakah kamu mendengar berita tentang lailatul qadar?' Dia menjawab: 'Ya, [Bilal] -mu'adzin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepadaku bahwa itu terjadi pada hari ketujuh dari sepuluh hari terakhir.'"
Shahih Bukhari 4111: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Raja'] Telah menceritakan kepada kami [Israil] dari [Abu Ishaq] dia berkata: Aku bertanya kepada Zaid bin Arqam radliyallahu 'anhu: "Berapa kali kamu berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Dia menjawab: "Tujuh belas kali." Aku bertanya lagi: "Berapa kali beliau berperang?" Dia menjawab: "Sembilan belas kali."
Shahih Bukhari 4112: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Raja'] Telah menceritakan kepada kami [Israil] dari [Abu Ishaq] Telah menceritakan kepada kami Al Bara' radliyallahu 'anhu dia berkata: Aku berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak lima belas kali.
Shahih Bukhari 4113: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Al Hasan] Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal] Telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir bin Sulaiman] dari [Kahmas] dari [Ibnu Buraidah] dari [Bapaknya] dia berkata: bahwa Dia berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak enam belas kali peperangan.