43. Perilaku Yang Terpuji
Shahih Bukhari 3230: Telah bercerita kepada kami [Khalid bin Yazid Al Kilaniy] telah bercerita kepada kami [Abu Bakr] dari [Abu Hashin] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma Mengenai firman Allah: {Dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku} (Al Hujurat: 13) Ia berkata: Asy-Syu'ub (jama' dari Asy Sya'bu) adalah suku bangsa (yang besar) sedang Al Qaba'il (jama' dari Al Qabilah) adalah suku atau marga."
Shahih Bukhari 3231: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari ['Ubaidullah] berkata: telah bercerita kepadaku [Sa'id bin Abu Sa'id] dari [bapaknya] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Ditanyakan kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling mulia?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa salam menjawab: "Yang paling taqwa di antara mereka." Mereka berkata: "Bukan itu yang kami maksud." Beliau menjawab: "Kalau begitu, Yusuf, Nabiyullah."
Shahih Bukhari 3232: Telah bercerita kepada kami [Qais bin Hafsh] telah bercerita kepada kami ['Abdul Wahid] telah bercerita kepada kami [Kulaib bin Wa'il] berkata: telah bercerita kepadaku anak tiri Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam yaitu [Zainab binti Abu Salamah]. Kulaib berkata: Aku pernah bertanya kepadanya: "Apa pendapat kamu tentang Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, apakah dia berasal dari suku Mudlar?" Zainab berkata: "Dari suku mana lagi kalau bukan suku Mudlar? Beliau adalah keturunan Bani An Nadlir bin Kinanah."
Shahih Bukhari 3233: Telah bercerita kepada kami [Musa] telah bercerita kepada kami ['Abdul Wahid] telah bercerita kepada kami [Kulaib] telah bercerita kepadaku anak tiri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, (kata Musa): aku duga dia adalah [Zainab binti Abu Salamah] berkata: Rasulullah Shallallhu 'alaihi wa salam melarang (meminum pada wadah) ad-dubba', al-hantam, an-naqir dan al-muzaffat". Aku bertanya kepadanya: "Kabarkanlah kepadaku, apakah Nabi Shallallhu 'alaihi wa salam berasal dari suku Mudlar?" Zainab menjawab: "Dari suku mana lagi kalau bukan suku Mudlar? Beliau adalah anak keturunan Bani An-Nadlir bin Kinanah."
Shahih Bukhari 3234: Telah bercerita kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Jarir] dari ['Umarah] dari [Abu Zur'ah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Rasulullah Shallallhu 'alaihi wa salam bersabda: "Kalian akan temui manusia beragam asal-usulnya (dan kwalitas perilakunya) maka orang-orang yang baik pada zaman jahiliyyah akan menjadi baik pula pada zaman Islam bila mereka memahami (Islam), dan akan kalian temui pula manusia yang paling baik dalam urusan (khilafah/pemerintahan) ini, yaitu mereka yang tidak selera terhadap jabatan dan akan kalian temui orang yang paling buruk dalam urusan ini adalah mereka yang bermuka dua (Oportunis), dia datang kepada satu golongan dengan wajah (pendapat) tertentu dan datang kepada kelompok lain dengan wajah (pendapat lain) lain."
Shahih Bukhari 3235: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami [Al Mughirah] dari [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallhu 'alaihi wa salam bersabda: "Manusia akan mengikuti Quraisy dalam urusan ini (pemerintahan) orang Muslim lain akan mengikuti Muslim mereka (Quraisy) begitu juga orang kafir akan mengikuti orang kafir mereka (quraisy). Dan manusia beragam asal-usulnya (dan kwalitas perilakunya), maka orang-orang yang baik pada zaman jahiliyyah akan menjadi baik pula pada zaman Islam bila mereka memahami (Islam), dan kalian akan temui pula bahwa manusia yang paling baik dalam urusan (khilafah/pemerintahan) ini adalah orang yang paling menbenci (tidak selera) terhadap urusan pemerintahan ini hingga dia masuk ke dalamnya."
Shahih Bukhari 3236: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] telah bercerita kepadaku ['Abdul Malik] dari [Thawus] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma Tentang firman Allah Ta'ala: {Illal mawaddatu fil qurbaa} (Kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan) (QS. Asy-Syura: 23), Perawi berkata: "Maka Sa'id bin Jubair berkata: "Maksudnya adalah kerabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam." Lalu (Ibnu 'Abbas) berkata: "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bukanlah marga dari suku Quraisy tetapi beliau punya hubungan kekerabatan terhadap mereka, maka diturunkanlah wahyu Allah Ta'ala itu kepadanya, yaitu maksudnya kecuali kalian menyambung kekerabatan antara aku dan kalian."
Shahih Bukhari 3237: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Isma'il] dari [Qais] dari [Abu Mas'ud] yang dia terima dari Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Dari arah sana timbulnya fitnah yaitu arah Timur. Dan tabi'at kasar serta keras ada pada diri orang-orang yang menggembala dan pemilik unta atau para penggembala, yaitu orang yang suka tinggal di pelosok, yaitu orang-orang yang suka mengikuti belakang ekor unta dan sapi di kabilah Rabi'ah dan Mudlar."
Shahih Bukhari 3238: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallhu 'alaihi wa salam bersabda: "Kebanggaan dan kesombongan, ada pada orang-orang yang biasa menggembala, yaitu orang-orang yang tinggal di pelosok, sedangkan karakter tenang ada pada penggembala (pemilik) kambing, dan iman itu ada pada negeri Yaman sedangkan hikmah banyak difahami oleh penduduk Yaman." Abu 'Abdullah )Al Bukhariy) berkata: "Dinamakan Yaman karena negeri itu berada di sebelah kanan Ka'bah sedangkan Syam karena negeri itu berada di sebelah kiri dari Ka'bah. Al Masy'amah (dalam QS al-Waqi'ah ayat 9) artinya Al-Maysarah (golongan kiri) dan Al-yadul yusraa berarti tangan kiri sedangkan Al-Janibul aysar (samping kiri) disebut juga asy-Syam."
Shahih Bukhari 3239: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: [Muhammad bin Jubair bin Muth'im] pernah bercerita kepadanya bahwa Ada berita yang sampai kepada [Mu'awiyah] yang saat itu dia sedang mempunyai urusan dengan orang Quraisy bahwa 'Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash menceritakan bahwa akan ada raja dari kalangan suku Qahthan (di Yaman). Mu'awiyah kemudian marah lalu berdiri kemudian memuji Allah Ta'ala dan segala pengagungan yang memang hanya patut bagi-Nya kemudian berpidato: "Hadirin yang dimuliakan. Sungguh telah sampai kepadaku orang-orang dari kalian yang menyampaikan pembicaraan yang tidak ada dalam Kitab Allah dan juga bukan dinukil dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, mereka itulah orang-orang bodoh dari kalian. Oleh karena itu kalian harus waspada terhadap angan-angan yang menyesatkan para pelakunya. Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Sesungguhnya urusan (khilafah/pemerintahan) ini berada pada suku Quraisy dan tidak ada seorang pun yang menentang mereka melainkan Allah Ta'ala pasti akan menelungkupkan wajahnya ke tanah selama mereka (Quraisy) menegakkan ad-din (agama)."
Shahih Bukhari 3240: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami ['Ashim bin Muhammad] berkata: aku mendengar [bapakku] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu dari Nabi Shallallhu 'alaihi wa salam bersabda: "Senantiasa urusan (khilafah/pemerintahan) ini di tangan suku Quraisy sekalipun tinggal dua orang dari mereka."
Shahih Bukhari 3241: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari [Ibnu Al Musayyab] dari [Jubair bin Muth'im] berkata: Aku dan 'Utsman bin 'Affan berjalan lalu dia berkata: "Wahai Rasulullah, engkau telah memberi Bani Al Muththalib tapi tidak memberi kami padahal kami dan mereka di hadapanmu kedudukannya sama." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Bani Hasyim dan Bani Al Muththalib adalah kedudukannya sama (satu)." Dan berkata Al Laits telah bercerita kepadaku Abu Al Aswad Muhammad dari 'Urwah bin Az Zubair berkata: 'Abdullah bin Az Zubair pergi bersama beberapa orang dari Bani Zuhrah menemui 'Aisyah yang merupakan orang yang paling lembut kepada mereka karena hubungan kekerabatan mereka dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3242: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Sa'ad], berkata [Ya'qub bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [bapakku] dari [bapaknya] berkata telah bercerita kepadaku ['Abdurrahman bin Hurmuz Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suku Quraisy, Anshar, Juhainah, Muzainah, Aslam, Asyja' dan Ghifar adalah wali-waliku (pelindung) sedangkan bagi mereka tidak ada wali kecuali Allah dan Rasul-Nya."
Shahih Bukhari 3243: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah bercerita kepada kami [Al Laits] berkata telah bercerita kepadaku [Abu Al Aswad] dari ['Urwah bin Az Zubair] berkata: 'Abdullah bin Az Zubair adalah orang yang paling disayangi oleh 'Aisyah setelah Nabi shallallahu 'alahi wa salam dan Abu Bakr dan juga orang yang paling banyak berbuat kebajikan kepadanya. 'Aisyah tidak pernah menahan sekali pun rejeki Allah yang diberikan oleh 'Abdullah, melainkan dia pasti menshadaqahkannya. Maka suatu kali Ibnu Az Zubair berkata: "Sebaiknya hartanya (dijadwalkan) untuk diambil." Maka 'Aisyah berkata: "Apakah hartaku dijadwalkan diambil? Jika aku terus terang mengucapkan, itu berarti nadzar. Maka Abdullah mencoba untuk meminta pertolongan kepada beberapa orang dari kalangan Quraisy terutama paman-paman (dari pihak ibu) Nabi shallallahu 'alahi wa salam untuk menekan 'Aisyah. Namun 'Aisyah tetap menahan hartanya. Kaum bani Zuhrah, yaitu paman-paman Nabi shallallahu 'alahi wa salam (dari pihak ibu), yang diantaranya adalah 'Abdurrahman bin Al Aswad bin 'Abdu Yaghuts dan Al-Miswar bin Makhramah mengatakan kepada Abdulah bin Zubair: "Jika keduanya (Abdurrahman dan Miswar) minta izin menemui Aisyah, suruhlah untuk mengenakan hijab." Selanjutnya Abdurrahman mengirim sepuluh tawanan untuk 'Aisyah lalu 'Aisyah membebaskan kesemuanya. Aisyah terus saja membebaskan mereka hingga jumlahnya mencapai empat puluh orang. lalu 'Aisyah berkata: "Aku senang sekali bila telah mengucapkan sumpah (nadzar) untuk terus menerus mengerjakannya sehingga menyelesaikannya."
Shahih Bukhari 3244: Telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [Ibnu Syihab] dari [Anas] bahwa 'Utsman memanggil Zaid bin Tsabit dan 'Abdullah bin Az Zubair, Sa'id bin Al 'Ash, 'Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, lalu mereka menghapus satu lembar naskah Al Qur'an dari sekian lembar yang ada. Kemudian 'Utsman berkata kepada tiga orang yang berasal dari suku Quraisy diantara mereka tadi: "Jika kalian berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit tentang sesuatu dari Al-Qur'an maka tulislah dengan bahasa Arab Quraisy karena Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa mereka." Mereka pun melakukannya.
Shahih Bukhari 3245: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] dari Anas telah bercerita kepada kami Salamah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan melewati beberapa orang dari suku Aslam yang sedang menunjukkan keahlian bermain panah di pasar, maka beliau bersabda: "Memanahlah wahai Bani Isma'il, karena nenek moyang kalian adalah ahli memanah dan aku berlatih bersama Bani Fulan." (satu diantara dua golongan yang sedang berlatih). Lalu mereka (satu kelompok yang lain) menahan tangan-tangan mereka (berhenti berlatih), maka beliau berkata: "Mengapa mereka tidak terus berlatih?" Mereka menjawab: "Bagaimana kami harus berlatih sedangkan anda berlatih bersama Bani Fulan?" Maka beliau bersabda: "Berlatihlah, aku bersama kalian semuanya."
Shahih Bukhari 3246: Telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar] telah bercerita kepada kami ['Abdul Warits] dari [Al Husain] dari ['Abdullah bin Buraidah] berkata: telah bercerita kepadaku [Yahya bin Ya'mar] bahwa [Abu Al Aswad Ad-Dayliy] bercerita kepadanya dari Abu Dzarr radliyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seseorang mengaku (sebagai anak) dari selain bapaknya padahal dia mengetahuinya melainkan telah kafir dan siapa yang mengaku dirinya berasal dari suatu kaum padahal dia bukan dari kaum itu maka bersiaplah menempati tempat duduknya di neraka."
Shahih Bukhari 3247: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin 'Ayyasy] telah bercerita kepada kami [Hariz] berkata: telah bercerita kepadaku ['Abdul Wahid bin 'Abdullah An-Nashriy] berkata: aku mendengar [Watsilah bin Al Asyfa'] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya diantara kebohongan yang besar adalah bila seseorang mengaku (sebagai anak) dari orang yang bukan bapaknya atau (seseorang) mengaku kedua matanya melihat sesuatu dalam mimpi padahal tidak bermimpi apapun atau seseorang mengatakan sesuatu atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apa yang beliau tidak mensabdakannya."
Shahih Bukhari 3248: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Hammad] dari [Abu Jamrah] berkata: aku mendengar Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Telah datang utusan suku 'Abdul Qais kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: "Wahai Rasulullah, kami ini dari suku Rabi'ah, dan antara tempat tinggal kami dan anda dipisahkan suku Mudlor yang kafir dan kami tidak dapat mengunjungi anda kecuali pada bulan haram. Oh, Bila saja anda dapat memerintahkan kami dengan satu perintah yang kami ambil dari anda dan kami dapat menyampaikannya kepada orang-orang lain di belakang kami." Maka Beliau bersabda: "Aku perintahkan kalian dengan empat perkara dan aku larang dari empat perkara. (Yaitu) Iman kepada Allah dan persaksian (syahadah) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan kalian mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang. Dan aku larang kalian dari (meminum sesuatu) dari labu kering, guci hijau, pohon kurma (yang diukir) dan tembikar yang dilumuri ter."
Shahih Bukhari 3249: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah bercerita kepadaku [Salim bin 'Abdullah] bahwa 'Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda saat beliau diatas mimbar: "Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan timbul dari sana." Beliau memberi isyarat ke arah timur, tempat terbit tanduk setan.
Shahih Bukhari 3250: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Sa'id bin Ibrahim] dari ['Abdurrahman bin Hurmuz] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suku Quraisy, Anshar, Juhainah, Muzainah, Aslam, Ghifar dan Asyja' adalah wali-waliku (pelindung) sedangkan bagi mereka tidak ada wali kecuali Allah dan Rasul-Nya."
Shahih Bukhari 3251: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Ghurair Az Zuhriy] telah bercerita kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] dari [bapaknya] dari [Shalih] telah bercerita kepada kami [Nafi'] bahwa ['Abdullah] mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dari atas mimbar: "Suku Ghifar, kiranya "ghafarallahu lahaa" (Allah mengampuninya), suku Aslam kiranya "salaamahallahu' (Allah menyelamatkannya) dan 'Ushayyah, mereka betul-betul "'ashatillaha wa rasuulih" (durhaka kepada Allah dan rasul-Nya)."
Shahih Bukhari 3252: Telah bercerita kepadaku [Muhammad] telah mengabarkan kepada kami [Abdul Wahhab Ats-Tsaqafiy] dari [Ayyub] dari [Muhammad] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suku Aslam berarti mudah-mudahan "salaamahallahu' (Allah menyelamatkannya) dan suku Ghifar artinya mudah-mudahan "ghafarallahu lahaa" (Allah mengampuninya)."
Shahih Bukhari 3253: Telah bercerita kepada kami [Qabishah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ibnu Mahdiy] dari [Sufyan] dari ['Abdul Malik bin 'Umair] dari ['Abdurrahman bin Abu Bakrah] dari [bapaknya], Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian jika (ada yang beranggapan) bahwa suku Juhainah, Muzainah, Aslam dan Ghifar lebih baik dari Bani Tamim, Bani Asad, Bani 'Abdullah bin Ghathafan dan Bani 'Amir bin Sha'sha'ah?" Tiba-tiba ada seseorang yang mengatakan: "Mereka itu celaka dan rugi." Maka beliau bersabda: "Memang mereka itu lebih baik dari Bani Tamim, Bani Asad, Bani 'Abdullah bin Ghathafan dan Bani 'Amir bin Sha'sha'ah?"
Shahih Bukhari 3254: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Abu Ya'qub] berkata: aku mendengar ['Abdurrahman bin Abu Bakrah] dari [bapaknya] bahwa Al Aqra' bin Habis berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Sesungguhnya orang-orang yang biasa mencuri perbekalan jama'ah haji telah berbaiat kepada anda, baik dari suku Aslam, Ghifar, Muzainah. --(Syu'bah) berkata: "Aku kira dia juga berkata suku Juhainah, dalam hal ini Ibnu Abi Ya'qub ragu.-- Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagaimana pendapatmu jika (ada yang beranggapan) bahwa suku Aslam, Ghifar, Muzainah, --aku kira perawi (Ibnu Abu Ya'qub) juga menyebut Juhainah,-- lebih baik dari Bani Tamim, Bani 'Amir, Bani Asad, Bani Ghathafan?" (Ada yang mengatakan): "Mereka itu celaka dan rugi." Maka beliau bersabda: "Memang benar. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh mereka lebih baik dari mereka."
Shahih Bukhari 3255: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Hammad] dari [Ayyub] dari [Muhammad] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suku Aslam, Ghifar, dan juga diantara suku Muzainah dan Juhainah atau dia berkata: "Atau diantara suku Juhainah atau Muzainah lebih baik di sisi Allah atau dia berkata: "Pada hari kiamat dari pada Bani Asad, Bani Tamim, Hawazin dan Bani Ghathafan."
Shahih Bukhari 3256: Telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin 'Abdullah] berkata telah bercerita kepadaku [Sulaiman bin Bilal] dari [Tsaur bin Zaid] dari [Abu Al Ghaits] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga muncul seorang laki-laki dari suku Qahthan menggiring manusia dengan tongkatnya." (Qahthan adalah nama wilayah atau suku di Yaman. Qahthan biasa disebut juga dengan Himyar. -pent.).
Shahih Bukhari 3257: Telah bercerita kepada kami [Muhammad] telah mengabarkan kepada kami [Makhlad bin Yazid] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Dinar] bahwa dia mendengar Jabir radliyallahu 'anhu berkata: Kami pernah berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu orang-orang Kaum Muhajirin sudah bergabung dan jumlah mereka semakin banyak. Di antara Kaum Muhajirin itu ada seorang laki-laki yang pandai memainkan senjata lalu dia memukul pantat seorang shahabat Anshar sehingga menjadikan orang Anshar ini sangat marah, lalu dia berseru seraya berkata: "Wahai Kaum Anshar!" Laki-laki Muhajirin tadi menimpali dan berseru pula: "Wahai Kaum Muhajirin!" Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan bersabda: "Mengapa seruan-seruan kaum jahiliyah masih saja terus dipertahankan?" Kemudian beliau bertanya: "Apa yang terjadi dengan mereka?" Lalu beliau diberitahu bahwa ada seorang shahabat Muhajirin yang memukul pantat seorang shahabat Anshar. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tinggalkanlah seruan itu karena hal semacam itu tercela (buruk)." Setelah itu 'Abdullah bin Ubbay bin Salul berkata: "Apakah mereka (Kaum Muhajirin) tengah mengumpulkan kekuatan untuk melawan kami?. Seandainya kita kembali ke Madinah maka orang yang kuat pasti akan mengusir orang yang hina." Maka 'Umar berkata: "Tidak sebaiknyakah kita bunuh saja orang tercela ini, wahai Rasulullah?" Yang dimaksudnya adalah 'Abdullah bin Ubay bin Salul. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak, agar orang-orang tidak berdalih bahwa dia (Muhammad) membunuh shahabatnya."
Shahih Bukhari 3258: Telah bercerita kepadaku [Tsabit bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari ['Abdullah bin Murrah] dari [Masruq] dari 'Abdullah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan diriwayatkan pula, dari [Sufyan] dari [Zubaid] dari [Ibrahim] dari [Masruq] dari ['Abdullah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bukan dari golongan kami siapa yang memukul-mukul pipi, merobek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (meratap kematian)."
Shahih Bukhari 3259: Telah bercerita kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Yahya bin Adam] telah mengabarkan kepada kami [Isra'il] dari [Abu Hushain] dari [Abu Shalih] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "'Amru bin Luhay bin Qam'ah bin Khindif adalah Abu Khuza'ah."
Shahih Bukhari 3260: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: aku mendengar [Sa'id bin Al Musayyab] berkata: Al Bahirah adalah unta yang tidak boleh ditunggangi dan tidak boleh diambil air susunya oleh seorang pun dipersembahkan untuk berhala, sedang As-Sa'ibah (jamaknya As-Sawa'ib) adalah unta yang tidak hamil lagi yang mereka persembahkan untuk tuhan-tuhan mereka (patung). Sa'id bin Al Musayyab berkata: dan Abu Hurairah berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku melihat 'Amru bin Luhay Al Khuza'iy menarik punggungnya ke neraka dan dia adalah orang pertama yang mempersembahkan As-Sawa'ib (saibah)."
Shahih Bukhari 3261: Telah bercerita kepada kami [Zaid, dia adalah anak dari Akhzam] berkata: telah bercerita kepada kami [Abu Qutaibah, Salmu bin Qutaibah] telah bercerita kepadaku [Mutsanna bin Sa'id Al Qashir] berkata: telah bercerita kepadaku [Abu Jamrah] berkata: Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata kepada kami: "Maukah kalian aku ceritakan tentang masuk Islamnya Abu Dzarr?" Abu Jamrah berkata: Kami jawab: "Ya, mau." Ibnu 'Abbas berkata: Abu Dzarr menuturkan: "Aku adalah seorang laki-laki dari suku Ghifar, kemudian sampai berita kepada kami bahwa ada seorang laki-laki di Makkah yang mengaku sebagai Nabi, kemudian aku katakan kepada saudaraku: "Pergilah kamu menemui laki-laki itu, bicaralah dengannya lalu bawalah kepadaku kabar tentangnya." Maka saudaraku berangkat menemui laki-laki itu kemudian kembali. Aku bertanya: "Apa yang kamu bawa?" Dia menjawab: "Demi Allah, sungguh aku telah melihat dia seseorang yang mengajak kepada kebaikan dan melarang keburukan." Aku katakan kepadanya: "Aku belum puas tentang kebaikan yang kamu sampaikan." Maka aku ambil kantong (terbuat dari kulit) dan sebatang tongkat kemudian aku berangkat menuju Makkah. Sesampainya di sana aku tidak kenal laki-laki yang dimaksud sedang aku enggan bertanya tentangnya. Maka kuminum air zamzam lalu aku duduk di masjid (al-Haram)." Abu Dzar melanjutkan: "Lalu 'Ali lewat di dekatku dan berkata: "Sepertinya anda orang asing?" Abu Dzarr berkata: Aku jawab: "Ya, benar." 'Ali berkata: "Mari singgah ke rumah." Abu Dzarr berkata: Maka aku berangkat bersamanya dan dia tidak bertanya apapun kepadaku dan aku juga tidak menceritakan maksud kedatanganku. Pada pagi harinya, aku kembali menuju masjid untuk bertanya tentang orang yang mengaku Nabi namun tidak ada seorang pun yang dapat memberi kabar kepadaku. Abu Dzarr melanjutkan: "Lalu 'Ali menghampiriku dan berkata: "Mungkin orang ini (maksud Ali Abu Dzar sendiri) sudah tahu rumah Muhammad!" Abu Dzarr menjawab: "Ah belum." 'Ali berkata: "Mari ikut aku!" Abu Dzarr berkata: Lalu 'Ali bertanya: "Apa kepentinganmu dan apa tujuanmu mengunjungi negeri ini?" Abu Dzarr berkata: Aku katakan kepadanya: "Kalau kamu mau merahasiakannya, aku akan memberitahumu!" 'Ali menjawab: "Ya, akan kulakukan." Abu Dzarr berkata: Lalu aku ceritakan kepadanya: "Telah sampai berita kepada kami bahwa di negeri ini telah datang seseorang yang mengaku sebagai Nabi maka aku mengutus saudaraku untuk berbicara dengannya, lalu dia kembali, namun aku tidak puas dengan kebaikan yang diterangkannya. Maka aku ingin menemuinya." Maka 'Ali berkata kepadanya: "Sungguh kamu telah mendapat petunjuk dan inilah aku orang yang akan menunjukkan jalan untuk menemuinya. Untuk itu, ikutilah aku, dan masuklah saja jika aku masuk, dan jika aku melihat ada orang yang aku khawatiri, aku akan berdiri merapat ke tembok seakan-akan aku sedang membetulkan sandalku, maka saat itu pergilah kamu." Kemudian 'Ali pergi berlalu dan aku ikut pergi bersamanya hingga ketika dia masuk aku pun ikut masuk menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian aku bertanya kepada beliau: "Terangkanlah Islam kepadaku!" Maka beliau menerangkannya kepadaku lalu akhirnya aku masuk Islam dan berganti agama. Kemudian beliau berkata kepadaku: "Wahai Abu Dzarr, rahasiakanlah masalah ini dan kembalilah ke negerimu. Nanti jika sampai berita kepadamu tentang kejayaan kami datanglah menghadap kemari!" Aku berkata: "Demi Dzat yang telah mengutus anda dengan haq, sungguh aku pasti akan menjelaskan masalah ini di hadapan mereka." Maka dia mendatangi masjid sedangkan orang-orang Quraisy sedang berada di sana lalu dia berkata: "Wahai sekalian Quraisy, aku bersaksi tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan aku besaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Maka mereka berkata: "Berdirilah kalian untuk (menghajar) orang yang baru saja mengganti agamanya ini." Maka mereka berdiri semuanya lalu aku dipukuli hingga hampir mati. Kemudian 'Abbas mendapatkan aku, lalu membaringkan badanku, kemudian memandang mereka seraya berkata: "Celaka kalian, kalian hendak membunuh seorang pemuda dari suku Ghifar. Bukankah tempat berdagang kalian dan lalu lalang kalian (menuju Syam) melewati Ghifar?" Akhirnya mereka melepaskanku. Keesokan harinya, aku kembali ke masjid dan kembali mengatakan seperti yang kemarin. Maka mereka kembali berkata: "Berdirilah kalian untuk (menghajar) orang yang baru saja mengganti agamanya ini." Maka aku diperlakukan seperti yang mereka lakukan kemarin dan kembali 'Abbas mendapatkan aku lalu membaringkan badanku seraya berkata kepada Quraisy seperti yang kemarin dia katakan. Ibnu 'Abbas berkata: "Itulah awal keIslaman Abu Dzarr, semoga Allah merahmatinya."
Shahih Bukhari 3262: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Nu'man] telah bercerita kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Abu Bisyir] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: "Jika kamu dapat bergembira dengan mengetahui kejahilan orang Arab, maka bacalah firman Allah mulai dari (Sungguh telah rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan dan tanpa ilmu) sampai firman-Nya (Sungguh mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk) (QS. Al-An'am: 140).
Shahih Bukhari 3263: Telah bercerita kepada kami ['Umar bin Hafsh] telah bercerita kepada kami [bapakku] telah bercerita kepada kami [Al A'masy] telah bercerita kepada kami ['Amru bin Murrah] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Ketika turun firman Allah (Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) (QS. Asy-Syu'ara (26): 214), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berseru: "Wahai Bani Fihir, wahai Bani 'Adiy, yaitu nama desa-desa suku Quraisy." Dan [Qabishah] berkata kepada kami, telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Habib bin Abu Tsabit] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas berkata: "Ketika turun firman Allah (Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat) (QS. Asy-Syu'ara (26): 214), maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berseru memanggil mereka suku persuku."
Shahih Bukhari 3264: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] telah mengabarkan kepada kami [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Bani 'Abdu Manaf, belilah jiwa-jiwa kalian (peliharalah) dari siksa Allah, wahai Bani 'Abdul Muthallib, belilah jiwa-jiwa kalian (peliharalah) dari siksa Allah. Wahai ibunda Az Zubair bin Al 'Awwam, bibi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, wahai Fathimah binti Muhammad belilah jiwa-jiwa kalian berdua (peliharalah) dari siksa Allah. Aku tidak berkuasa melindungi kalian berdua di hadapan Allah sedikit pun dan mintalah hartaku mana yang kalian suka".
Shahih Bukhari 3265: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil kaum Anshar lalu bertanya: "Apakah ada seseorang yang bukan dari kalian?" Mereka menjawab: "Tidak ada, kecuali anak dari saudara perempuan kami." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Anak dari saudara perempuan suatu kaum berarti bagian dari (kaum) mereka."
Shahih Bukhari 3266: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah] dari 'Aisyah bahwa Abu Bakar radliyallahu 'anhu datang kepadanya ('Aisyah) saat di sisinya ada dua orang budak wanita yang sedang bernyanyi pada hari-hari Mina sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menutup wajahnya dengan kainnya. Kemudian Abu Bakar melarang dan menghardik kedua sahaya itu. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melepas kain yang menutupi wajahnya dan berkata: "Biarkanlah keduanya wahai Abu Bakar. Karena ini adalah Hari Raya 'Ied." Hari-hari itu adalah hari-hari Mina (Tasyriq). Dan berkata 'Aisyah berkata: "Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menutupi aku dengan (badannya) sedangkan aku menyaksikan budak-budak dari Habasyah itu bermain di dalam masjid. Tiba-tiba dia ('Umar) menghentikan mereka. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Biarkanlah mereka dengan jaminan Bani Arfidah, yaitu keamanan".
Shahih Bukhari 3267: Telah bercerita kepadaku ['Utsman bin Abu Syaibah] telah bercerita kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Hassan (Ibnu Al Mundzir bin 'Amru bin Haram Al Anshariy Al Khazrajiy) meminta ijin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengejek kaum Musyrikin (Quraisy) lalu beliau berkata: "Tapi bagaimana dengan nasab (keturunan) ku?" Maka Hassan berkata: "Aku pasti akan mengeluarkan (menyelamatkan) anda dari mereka sebagaimana rambut dikeluarkan dari adonan." Dan dari bapaknya berkata: "Aku pergi untuk mencela Hassan dihadapan 'Aisyah, maka dia berkata: "(Jangan kamu lakukan) karena dia pernah menyelamatkan (melindungi) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3268: Telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] berkata telah bercerita kepadaku [Ma'an] dari [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Muhammad bin Jubair bin Muth'im] dari bapaknya radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku memiliki lima nama, Aku adalah (1) Muhammad, (2) Ahmad, (3) aku juga Al Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan kekafiran melalui perantaraanku, (4) Aku juga Al Hasyir (penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah kakiku dan aku juga (5) Al 'Aqib, yang artinya tidak ada seorang nabi pun sepeninggalku."
Shahih Bukhari 3269: Telah bercerita kepada kami ['Ali bib 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidakkah kalian takjub (kagum) bagaimana Allah menyelamatkan aku dari caci maki Quraisy dan laknat mereka? Mereka biasa mencaci maki orang yang tercela dan melaknat orang yang tercela sedangkan aku adalah Muhammad (orang yang dipuji)."
Shahih Bukhari 3270: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Sinan] telah bercerita kepada kami [Salim bin Hayyan] telah bercerita kepada kami [Sa'id bin Miyna'] dari Jabir bin 'Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perumpamaan aku dan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun suatu rumah lalu dia menyempurnakannya dan memperindahnya kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang tertinggal belum diselesaikan) lalu manusia memasuki rumah tersebut dan mereka terkagum-kagum sambil berkata: 'Duh seandainya saja labinah ini disempurnakan!'."
Shahih Bukhari 3271: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami [Isma'il bin Ja'far] dari ['Abdullah bin Dinar] dari [Abu Shalih] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perumpamaanku dan Nabi-Nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun suatu rumah lalu dia membaguskannya dan memperindahnya kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang tertinggal belum diselesaikan) yang berada di dinding samping rumah tersebut, lalu manusia mengelilinginya dan mereka terkagum-kagum sambil berkata: 'Duh seandainya ada orang yang meletakkan labinah (batu bata) di tempatnya ini'." Beliau bersabda: "Maka akulah labinah itu dan aku adalah penutup para Nabi."
Shahih Bukhari 3272: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari : Uqail dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia dalam usia enam puluh tiga tahun." Dan [Ibnu Syihab] berkata: dan telah mengabarkan kepadaku [Said bin Al Musayyab] seperti hadits ini.
Shahih Bukhari 3273: Telah bercerita kepada kami [Hafsh bin 'Umar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Humaid] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berada di suatu pasar tiba-tiba ada orang yang berkata (kepada orang lain): "Wahai Abu Al Qasim!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh lalu bersabda: "Berilah nama dengan namaku tapi jangan kalian menggunakan nama dengan nama kuniyahku (gelar/panggilan)."
Shahih Bukhari 3274: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Manshur] dari [Salim] dari Jabir radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Silakan kalian memakai nama dengan namaku tapi jangan dengan nama kuniyahku (gelar/panggilan)."
Shahih Bukhari 3275: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Ayyub] dari [Ibnu Sirin] berkata: aku mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berilah nama dengan namaku tapi jangan kalian menggunakan nama dengan nama kuniyahku (gelar/panggilan)."
Shahih Bukhari 3276: Bab. Telah bercerita kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Al Fadlal bin Musa] dari Al ja'di bin 'Abdurrahman: Aku melihat [As-Sa'ib bin Yazid] dalam usia sembilan puluh empat tahun masih kekar dan tegap lalu dia berkata: "Aku mengetahui bahwa tidak ada nikmat yang aku rasakan dalam pendengaran dan penglihatanku ini melainkan karena do'a Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dahulu bibiku dan aku pernah menemui beliau lalu bibiku berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya anak laki-laki dari saudara perempuanku ini mengeluhkan sesuatu kepadaku maka tolonglah mohon do'a kepada Allah untuknya." As-Sa'ib berkata: "Maka Beliau mendo'akan kebaikan bagiku."
Shahih Bukhari 3277: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin 'Ubaidullah] telah bercerita kepada kami [Hatim] dari [Al Ju'aid bin 'Abdurrahman] berkata: Aku mendengar [As-Sa'ib bin Yazid] berkata: Bibiku pergi bersamaku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya putra saudariku ini sedang sakit pada kedua kakinya." Maka beliau mengusap kepalaku lalu memohonkan keberkahan untukku. Kemudian beliau berwudlu', maka aku minum sisa air wudlu' beliau dari bejananya lalu aku berdiri di belakang beliau hingga aku melihat di antara pundak beliau ada tanda kenabian." [Ibnu 'Ubaidullah] berkata: Al Khujlah artinya tanda kenabian berwarna putih seperti yang ada di antara dua mata kuda. Sedangkan [Ibrahim] berkata: Seperti telur burung.
Shahih Bukhari 3278: Telah bercerita kepada kami [Abu 'Ashim] dari ['Umar bin Sa'id bin Abu Husain] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari ['Uqbah bin Al Harits] berkata: [Abu Bakar] mengerjakan shalat 'Ashar kemudian keluar berjalan kaki lalu dia melihat Al Hasan (cucu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) sedang bermain dengan anak-anak kecil lainnya lalu Abu Bakar menggendongnya di atas pundaknya dan berkata: "Demi bapakku, kamu mirip sekali dengan Nabi dan tidak mirip dengan 'Ali." Maka 'Ali pun tertawa karenanya.
Shahih Bukhari 3279: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Yunus] telah bercerita kepada kami [Zuhair] telah bercerita kepada kami [Isma'il] dari Abu Juhaifah radliyallahu 'anhu berkata: Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (bersama Al Hasan) dan Al Hasan mirip dengan beliau.
Shahih Bukhari 3280: Telah bercerita kepadaku ['Amru bin 'Ali] telah bercerita kepada kami [Ibnu Fudlail] telah bercerita kepada kami [Isma'il bin Abu Khalid] berkata: Aku mendengar Abu Juhaifah radliyallahu 'anhu berkata: Aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan Hasan bin 'Ali 'alaihimas salam sangat mirip dengan beliau. Aku katakan kepada Abu Juhaifah: "Coba ceritakan ciri-ciri sifat beliau kepadaku!" Abu juhaifah berkata: "Beliau berkulit putih dan rambut beliau sudah banyak yang beruban dan beliau pernah memerintahkan untuk memberikan kami tiga belas anak unta." Dia melanjutkan: "Selanjutnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia sementara kami belum sempat mengambil pemberian beliau tersebut."
Shahih Bukhari 3281: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Raja'] telah bercerita kepada kami [Isra'il] dari [Abu Ishaq] dari [Wahb Abu Juhaifah As-Suwa'iy] berkata: Aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan kulihat warna putih pada rambut yang terletak antara bibir bawah dan dagu beliau.
Shahih Bukhari 3282: Telah bercerita kepada kami ['Isham binKhalid] telah bercerita kepada kami [Jarir bin 'Utsman] bahwa Dia bertanya kepada ['Abdullah bin Busr, shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam] katanya: "Apakah kamu pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada usia lanjut?" Dia menjawab: "Ya, rambut yang sudah memutih pada dagu beliau."
Shahih Bukhari 3283: Telah bercerita kepadaku [Ibnu Bukair] berkata: telah bercerita kepadaku [Al Laits] dari [Khalid] dari [Sa'id bin Abu Hilal] dari [Rabi'ah bin Abu 'Abdurrahman] berkata: Aku mendengar Anas bin Malik sedang menceritakan sifat-sifat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, katanya: "Beliau adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang tidak tinggi dan juga tidak pendek. Kulitnya terang tidak terlalu putih dan tidak pula terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu keriting dan tidak lurus. Kepada beliau diturunkan wahyu saat usia beliau empat puluh tahun lalu menetap di Makkah selama sepuluh tahun kemudian diberikan wahyu lagi dan menetap di Madinah selama sepuluh tahun lalu beliau meninggal dunia, dan ada rambut yang beruban pada kepala dan jenggot beliau dengan tidak lebih dari dua puluh helai." Rabi'ah berkata: "Aku pernah melihat sehelai rambut dari rambut kepala beliau berwarna merah lalu kutanyakan. Maka dijawab: "Warna merah itu berasal dari minyak rambut."
Shahih Bukhari 3284: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik bin Anas] dari [Rabi'ah bin Abu 'Abdurrahman] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa dia mendengarnya berkata: Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah berbadan tinggi dan juga tidak pendek. Kulit beliau tidak terlalu putih dan juga tidak terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu keriting dan tidak lurus. Beliau diutus oleh Allah saat usia beliau empat puluh tahun lalu tinggal di Makkah selama sepuluh tahun dan menetap di Madinah selama sepuluh tahun lalu Allah mewafatkan beliau dan ada rambut yang beruban pada kepala dan jenggot beliau tidak lebih dari dua puluh helai.
Shahih Bukhari 3285: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Sa'id Abu 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Ishaq bin Manshur] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Yusuf] dari [bapaknya] dari [Abu Ishaq] berkata: Aku mendengar [Al Bara'] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling tampan wajahnya, paling baik akhlaqnya. Beliau tidak berbadan terlalu tinggi dan juga tidak pendek.
Shahih Bukhari 3286: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Hammam] dari [Qatadah] berkata: Aku bertanya kepada [Anas]: "Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyemir (rambut)?" Dia menjawab: "Tidak, hanya memang ada penyemiran sedikit pada pelipis beliau."
Shahih Bukhari 3287: Telah bercerita kepada kami [Hafsh bin 'Umar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari Al Bara' bin 'Azib radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang yang berdada bidang, jarak antara kedua bahunya agak panjang. Beliau mempunyai rambut hingga menyentuh ujung telinga. Dan aku pernah melihat beliau mengenakan baju merah dan tidak pernah kulihat ada yang lebih bagus dari baju itu." [Yusuf bin Abu Ishaq] berkata dari [bapaknya]: "Rambut beliau terjuntai hingga menyentuh pundak beliau."
Shahih Bukhari 3288: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Zuhair] dari [Abu Ishaq] berkata: [Al Bara'] pernah ditanya: "Apakah wajah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti pedang?" Dia menjawab: "Tidak, akan tetapi wajah beliau seperti rembulan."
Shahih Bukhari 3289: Telah bercerita kepada kami [Al Hasan bin Manshur, Abu 'Ali] telah bercerita kepada kami [Hajjaj bin Muhammad Al A'war] di Mashishah telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Al Hakam] berkata: aku mendengar [Abu Juhaifah] berkata: Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar pada siang hari menuju Batha', kemudian berwudlu', lalu beliau shalat Zhuhur dua raka'at dan 'Ashar dua raka'at dan di hadapan beliau diletakkan tongkat'. [Syu'bah] berkata: dan ['Aun] menambahkan dalam riwayat hadits ini dari [bapaknya, Abu Juhaifah], berkata: "Saat itu lewat dari belakang tongkat tersebut seorang wanita, maka orang-orang pada berdiri lalu memegang tangan beliau, kemudian mengusapkannya pada wajah-wajah mereka." Dia (Abu Juhafah) berkata: "Maka aku pegang tangan beliau lalu kuusapkan ke wajahku yang ternyata tangan beliau itu lebih dingin dari pada salju dan lebih wangi dari pada minyak kasturi."
Shahih Bukhari 3290: Telah bercerita kepada kami ['Abdan] telah bercerita kepada kami ['Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Az Zuhriy] berkata: telah bercerita kepadaku ['Ubaidullah bin 'alaihimas salam] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia paling dermawan, terutama pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril mendatanginya, dan Jibril 'alaihis salam mendatanginya setiap malam bulan Ramadlan dan dia mengajarkan Al Qur'an kepada Beliau. Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika didatangi Jibril kedermawanannya jauh melebihi dari pada angin yang berhembus.
Shahih Bukhari 3291: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Musa] telah bercerita kepada ['Abdurrazzaq] telah bercerita kepada kami [Ibnu Juraij] berkata telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Syihab] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk mendatanginya dengan wajah berseri-seri penuh cahaya lalu berkata: "Apakah kamu belum mendengar apa yang dikatakan Al Mudlijiy kepada Zaid dan Usamah yang ketika itu dia melihat kedua kaki mereka berdua, lantas dia katakan: 'Sesungguhnya kaki mereka berdua sangat mirip'."
Shahih Bukhari 3292: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari ['Abdur Rahman bin 'Abdullah bin Ka'b], bahwasanya Abdullah bin Ka'b berkata: Aku mendengar [Ka'ab bin Malik] bercerita ketika dia tidak turut serta dalam perang Tabuk, katanya: "Ketika aku memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wajah beliau bersinar karena sangat gembira. Dan memang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila bergembira tampak pada wajah beliau bagaikan diantara sinar rembulan dan kami mengenal ciri kegembiraan itu dari wajah beliau."
Shahih Bukhari 3293: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami Ya'qub bin 'Abdurrahman dari ["Amru] dari [Sa'id Al Maqbariy] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku diutus pada masa generasi terbaik anak keturunan Adam, dari generasi ke generasi hingga aku berada pada generasi yang dimasanya aku hidup."
Shahih Bukhari 3294: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] berkata telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin 'Abdullah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dahulunya menyisir rambut beliau ke arah depan hingga kening sedangkan orang-orang musyrik menyisir rambutnya ke bagian kiri-kanan kepala mereka, sementara itu Ahlul Kitab menyisir rambut mereka ke kening. Rupanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih suka bila bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dalam perkara yang tidak ada perintahnya. Namun kemudian hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyisiri rambutnya ke arah kanan-kiri kepala beliau.
Shahih Bukhari 3295: Telah bercerita kepada kami ['Abdan] dari [Abu Hamzah] dari [Al A'masy] dari [Abu Wa'il] dari [Masruq] dari 'Abdullah bin 'Amru radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah sekalipun berbicara kotor (keji) dan juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: "Sesungguhnya di antara orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya."
Shahih Bukhari 3296: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa dia berkata: Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diberi pilihan dari dua perkara yang dihadapinya, melainkan beliau mengambil yang paling ringan selama bukan perkara dosa. Seandainya perkara dosa, beliau adalah orang yang paling jauh darinya, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah membenci (memusuhi) karena pertimbangan kepentingan pribadi semata, kecuali memang karena menodai kehormatan Allah, dan apabila kehormatan Allah dinodai, maka beliau adalah orang yang paling membenci (memusuhi) nya.
Shahih Bukhari 3297: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Hammad] dari [Tsabit] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Belum pernah aku menyentuh sutera dan tidak juga dibaj (jenis sutera lain) yang lebih lembut dibanding telapak tangan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan belum pernah aku mencium suatu aroma sekalipun atau bau minyak wangi yang lebih wangi dibanding aroma atau wangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3298: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] dari [Qatadah] dari ['Abdullah bin Abu 'Utbah] dari Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang lebih pemalu dari pada anak gadis perawan yang dipingit di kamarnya. Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Yahya] dan [Ibnu Mahdiy] keduanya berkata telah bercerita kepada kami [Syu'bah] seperti hadits ini: "Dan apabila beliau tidak menyukai sesuatu maka dapat dikenali dari wajah beliau."
Shahih Bukhari 3299: Telah bercerita kepadaku ['Ali bin Al Ja'di] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Al A'masy] dari [Abu Hazim] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Tidaklah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membenci suatu makanan sekalipun dan seandainya beliau menyukainya maka beliau memakannya dan bila tidak menyukainya beliau meninggalkannya (tidak memakannya).
Shahih Bukhari 3300: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami [Bakr bin Mudlar] dari [Ja'far bin Rabi'ah] dari [Al A'raj] dari ['Abdullah bin Malik Ibnu Buhainah Al Asadiy] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila sujud, beliau merenggangkan kedua lengan beliau (dari badan) hingga kami lihat kedua ketiak beliau. Dia (Qutaibah) berkata: Dan berkata [Ibnu Bukair] telah bercerita kepada kami [Bakr bin Mudlar] -dengan redaksi-: "(hingga nampak) putih kedua ketiak beliau." (tidak ada bulu ketiaknya).
Shahih Bukhari 3301: Telah bercerita kepada kami ['Abdul A'laa bin Hammad] telah bercerita kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah bercerita kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] bahwa Anas radliyallahu 'anhu bercerita kepada mereka bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengangkat kedua tangan ketika melakukan do'a yang beliau lakukan, kecuali dalam do'a istisqa' (minta hujan), pada saat itu beliau mengangkat kedua tangan beliau hingga tampak ketiak beliau yang putih (tanpa bulu ketiak)." Dan Abu Musa berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a dengan mengangkat kedua tangan beliau sehingga aku melihat ketiak beliau yang putih."
Shahih Bukhari 3302: Telah bercerita kepada kami [Al Hassanbin Shabbah] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Sabiq] telah bercerita kepada kami [Malik bin Mighwal] berkata: aku mendengar ['Aun bin Abu Juhaifah] bercerita dari [bapaknya] berkata: Aku pernah bertemu tanpa sengaja dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Bathha' di tenda saat siang hari ketika Bilal keluar untuk mengumandangkan panggilan shalat, lalu dia masuk kemudian keluar lagi sambil membawa sisa air wudlu' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang-orang pun berebut mengambil sisa wudlu' tersebut. Kemudian Bilal masuk lagi lalu keluar dengan membawa sebatang tongkat. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan saat itu seakan aku melihat cahaya pada kedua betis beliau, lalu beliau menancapkan tongkat tersebut kemudian shalat Zhuhur dua raka'at dan shalat 'Ashar dua raka'at sedangkan keledai dan wanita lewat di hadapan beliau.
Shahih Bukhari 3303: Telah bercerita kepadaku [Al Hasan bin Shabbah Al Bazzar] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhriy] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyampaikan suatu hadits yang seandainya diulang oleh seseorang pasti aku mengingatnya. Dan [Al Laits] berkata: telah bercerita kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] bahwa dia berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah bahwa dia berkata: Tidakkah kamu heran dengan Abu Fulan, yang dia datang lalu duduk di samping kamarku menyampaikan suatu hadits yang katanya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia bermaksud memperdengarkannya kepadaku yang saat itu aku sedang bertasbih (berdzikir), lalu dia pergi sebelum aku menyelesaikan dzikirku. Seandainya aku sempat menemuinya tentu aku akan menolaknya (tidak membenarkannya) karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menyampaikan hadits secara berturut-turut sebagaimana yang kalian sampaikan. (maksudnya menyampaikan hadits sekian banyak dalam satu waktu).
Shahih Bukhari 3304: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Sa'id Al Maqburiy] dari [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] bahwa Dia bertanya kepada 'Aisyah radliyallahu 'anhu: "Bagaimana tata cara shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadlan?" 'Aisyah menjawab: "Beliau shalat (sunnah qiyamul lail) pada bulan Ramadlan dan bulan-bulan lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang kualitas bagus dan panjangnya, kemudian beliau shalat lagi empat raka'at, maka jangan kamu tanya tentang kualitas bagus dan panjangnya kemudian beliau shalat tiga raka'at. Aku pernah bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum melaksanakan shalat witir?" Beliau menjawab: "Mataku memang tidur tapi hatiku tidaklah tidur."
Shahih Bukhari 3305: Telah bercerita kepada kami [Isma'il] berkata telah bercerita kepadaku [saudaraku] dari [Sulaiman] dari [Syarik bin Abdullah bin Abu Namir], Aku mendengar [Anas bin Malik] bercerita kepada kami tentang perjalanan malam isra' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari masjid Kabah (Al Haram). Ketika itu, beliau didatangi oleh tiga orang (malaikat) sebelum beliau diberi wahyu, saat sedang tertidur di Masjidil Haram. Malaikat pertama berkata: "Siapa orang ini diantara kaumnya?" Malaikat yang di tengah berkata: "Dia adalah orang yang terbaik di kalangan mereka." Lalu Malaikat yang ketiga berkata: "Ambillah yang terbaik dari mereka." Itulah di antara kisah Isra' dan beliau tidak pernah melihat mereka lagi hingga akhirnya mereka datang berdasarkan penglihatan hati beliau dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam matanya tidur namun hatinya tidaklah tidur, dan demikian pula para Nabi, mata mereka tidur namun hati mereka tidaklah tidur. Kemudian Jibril menghampiri beliau lalu membawanya naik (mi'raj) ke atas langit.
Shahih Bukhari 3306: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami [Salm bin Zarir] aku mendengar [Abu Raja'] berkata: telah bercerita kepada kami ['Imran bin Hushain] bahwa Mereka pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan. Mereka terus berjalan sepanjang malam itu hingga ketika menjelang Shubuh, mereka beristirahat di suatu tempat lalu mereka mengantuk hingga tertidur sampai matahari meninggi. Orang yang pertama kali bangun adalah Abu Bakar, dia tidak membangunkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sampai beliau terbangun sendiri. Kemudian 'Umar terbangun, Abu Bakar duduk dekat kepala Beliau lalu bertakbir dengan mengeraskan suaranya hingga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terbangun. Kemudian beliau keluar (dari tenda) lalu menunaikan shalat Shubuh bersama kami. Sementara itu ada seorang laki-laki dari suatu kaum yang memisahkan diri (mengisolir diri) tidak ikut shalat bersama kami. Setelah selesai, beliau bertanya: "Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk shalat bersama kami?" Orang itu menjawab: "Aku mengalami junub." Beliau memerintahkan orang itu untuk bertayamum dengan debu, orang itu pun melaksanakan shalat. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyertakan aku dalam berkendaraan bersama beliau untuk meneruskan perjalanan hingga kami merasakan haus yang sangat. Ketika kami sedang berjalan itu, ada seorang wanita yang (menunggang untanya) dengan kedua kakinya yang terjuntai bebas diantara kantung besar berisi air yang sering diistilahkan mizadah. Kami bertanya kepadanya: "Dimana ada air?" Wanita itu menjawab: "Tidak ada air." Kami bertanya lagi: "Berapa jarak antara keluargamu (rumahmu) dan air." Wanita itu menjawab: "Sehari semalam." Maka kami berkata: "Ayo kita temui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Wanita itu bertanya: "Siapa itu Rasulullah?" (Kami berangkat bersama wanita itu, tapi) kami tidak menceritakan kepadanya perihal Rasulullah kepadanya hingga kami menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama wanita itu. Lalu wanita itu bercerita kepada beliau sebagaimana dia bercerita kepada kami hanya saja dia menambahkan bahwa dia adalah seorang ibu dengan anak-anaknya yang yatim. Maka Beliau meminta kantong air milik wanita itu, lalu beliau mengusap tali penutup kantong air tersebut. Akhirnya kami yang berjumlah empat puluh orang laki-laki dalam keadaan kehausan dapat minum air hingga puas, dan setiap orang dari kami memenuhi kantong air dan tempat minum lainnya milik masing-masing. Kecuali satu hal yaitu kami belum memberi minum seekor unta yang memang senantiasa masih ada air yang tersisa padanya. Kemudian beliau berkata: "Bawalah kemari apa yang ada pada kalian!" Maka dikumpulkanlah untuk wanita itu daging dan kurma-kurma hingga dia menjumpai keluarganya lalu berkata: "Aku telah berjumpa dengan orang yang paling menakjubkan (sihirnya) atau dia seorang Nabi sebagaimana mereka mengakuinya." Lalu Alah memberi hidayah kepada kaum tersebut melalui perantaraan wanita itu, wanita itu masuk Islam begitu juga kaumnya di kampung itu.
Shahih Bukhari 3307: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ibnu Abu 'Adiy] dari [Sa'id] dari [Qatadah] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Didatangkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebuah bejana air saat itu beliau sedang berada di Zaura' (dekat pasar di Madinah) lalu beliau meletakkan tangan beliau di atas bejana tersebut maka memancarlah air dari sela-sela jari beliau lalu orang-orang berwudlu'. Qatadah berkata: "Aku bertanya kepada Anas: "Saat itu berapa orang jumlah kalian?" Anas menjawab: "Tiga ratus orang atau kurang lebih tiga ratus orang."
Shahih Bukhari 3308: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa dia berkata: Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat waktu shalat 'Ashar hampir masuk. Orang-orang mencari air wudlu' namun mereka tidak mendapatkannya. Langsung saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diberi bejana air untuk wudlu', lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangan beliau di atas bejana tersebut, kemudian beliau perintahkan orang-orang agar berwudlu' dari air tersebut. Maka kulihat air mengalir dari balik sela-sela jari beliau, dan orang-orang pun berwudlu' hingga orang yang paling akhir dari mereka.
Shahih Bukhari 3309: Telah bercerita kepada kami [Abdurrahman bin Mubarak] telah bercerita kepada kami [Hazm] berkata: Aku mendengar [Al Hasan] berkata: telah bercerita kepada kami Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bepergian diantara kepergiannya beliau, saat itu turut bersama beliau beberapa orang sahabat. Mereka berangkat dan melakukan perjalanan, waktu shalat pun tiba namun mereka tidak mendapatkan air untuk berwudlu'. Lalu ada seorang laki-laki dari suatu kaum datang dengan membawa segelas air. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil gelas air tersebut dan beliau pergunakan untuk wudlu', lalu beliau buka keempat jari beliau dan beliau (letakkan) di atas gelas tersebut lalu beliau berkata: "Bangunlah kalian untuk berwudlu'!" Maka rombongan itu berwudlu' hingga memenuhi keinginan semua orang yang hendak berwudlu'. Saat itu jumlah mereka tujuh puluh orang atau sekitar itu.
Shahih Bukhari 3310: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Munir] dia mendengar [Yazid] telah mengabarkan kepada kami [Humaid] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Waktu shalat tiba lalu orang yang rumahnya dekat dengan masjid pergi untuk berwudlu' dan tinggal beberapa orang (yang belum berwudlu') lalu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam didatangkan bejana (yang biasa digunakan untuk mencuci) yang berisi air lalu beliau letakkan telapak tangan beliau pada bejana tersebut, namun bejana itu terlalu kecil sehingga beliau tidak dapat memasukkan tangan beliau ke dalamnya, namun akhirnya beliau rapatkan jari beliau dan beliau masukkan ke dalam bejana tersebut. Orang-orang pun dapat berwudlu semuanya. Aku (Humaid) bertanya: "Berapa jumlah mereka saat itu?" Dia (Anas) menjawab: "Delapan puluh orang."
Shahih Bukhari 3311: Telah bercerita kepada kami [Musa bin Isma'il] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Muslim] telah bercerita kepada kami [Hushain] dari [Salim bin Abu Al Ja'di] dari Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Pada saat peristiwa Hudaibiyah, orang-orang merasa kehausan sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di hadapan beliau ada sebuah bejana air terbuat dari kulit lalu beliau wudlu'. Maka orang-orang datang mengerumuni beliau untuk mengambil air. Beliau bertanya: "Ada apa dengan kalian?" Mereka menjawab: "Kami tidak memiliki air untuk berwudlu' dan minum kecuali air yang ada pada anda." Maka beliau letakkan tangan beliau di atas bejana kulit tersebut, air pun memancar dari sela-sela jari beliau bagaikan mata air. Maka kami dapat minum dan berwudlu'. Aku (Salim) bertanya: "Berapa orang jumlah kalian saat itu?" Dia (Jabir) menjawab: "Seandainya jumlah kami saat itu seratus ribu pasti air itu mencukupi kami. Saat itu jumlah kami seribu lima ratus orang."
Shahih Bukhari 3312: Telah bercerita kepada kami [Malik bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Isra'il] dari [Abu Ishaq] dari Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Pada peristiwa Hudaibiyah jumlah kami seribu empat ratus orang sedangkan di Hudaibiah ada sebuah sumur, kami pun mengambil airnya hingga tak bersisa setetes pun. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di tepi sumur dan berdo'a meminta air. Beliau berkumur-kumur lalu memuntahkannya ke dalam sumur. Setelah kami terdiam sejenak, akhirnya kami dapat minum hingga puas dan begitu juga hewan-hewan tunggangan kami minum sepuasnya.
Shahih Bukhari 3313: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah] bahwa dia mendengar [Anas bin Malik] berkata: Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim: "Aku mendengar suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat lemah yang aku mengerti bahwa itu tanda bahwa beliau sedang lapar. Apakah kamu memiliki sesuatu?" Ummu Sulaim berkata: "Ya, ada." Maka Ummu Sulaim keluarkan beberapa potong roti dari gandum, dan ia keluarkan selembar kerudungnya yang sebagian sisinya digunakannya untuk membungkus roti, kemudian dia letakkan di bawah tanganku dan dilingkarkannya bagian tepi yang lain dari kerudungnya kepadaku, lalu dia mengutusku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (Anas bin Malik) berkata: "Maka aku bawa pergi roti tersebut dan aku dapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berada di masjid bersama beberapa orang. Aku berdiri di hadapan mereka, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: "Apakah kamu diutus oleh Abu Thalhah?" Aku jawab: "Ya." Beliau bertanya lagi: "Maksudnya membawa makanan?" Aku jawab lagi: "Ya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang mau bersamanya, berdirilah." Beliau berangkat dan aku juga berangkat bersama mereka hingga kami mendatangi Abu Thalhah lalu aku mengabari Abu Thalhah. Abu Thalhah berkata: "Wahai Ummu Sulaim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah datang dengan rombongan sedangkan kita tidak memiliki apa-apa untuk dapat memberi makan mereka." Ummu Sulaim berkata: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Maka Abu Thalhah beranjak menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyambutnya, lalu Abu Thalhah masuk bersama beliau, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bawalah kemari apa yang ada padamu, wahai Ummu Sulaim." Maka Ummu Sulaim membawa roti lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar menghancurkan roti tersebut. Ummu Sulaim pun meremas-remas roti tesebut sehingga menjadi potongan-potongan kecil dan membuatnya menjadi lauk makanan. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan kalimat sebagaimana Allah menghendakinya untuk diucapkan lalu bersabda: "Berilah izin masuk untuk sepuluh orang." Maka mereka diizinkan masuk lalu makan hingga kenyang lalu keluar. Kemudian beliau bersabda lagi: "Berilah izin masuk untuk sepuluh orang." Maka mereka diizinkan masuk lalu mereka santap hingga kenyang dan keluar. Kemudian beliau bersabda lagi: "Berilah izin masuk untuk sepuluh orang." Maka rombongan itu makan semuanya hingga kenyang. Saat itu jumlah rombongan sebanyak tujuh puluh atau delapan puluh orang.
Shahih Bukhari 3314: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami [Abu Ahmad Az Zubairiy] telah bercerita kepada kami [Isra'il] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari ['Alqamah] dari [Abdullah] berkata: Kami dahulu menganggap tanda-tanda luar biasa (seperti Mu'jizat) sebagai barakah sedangkan kalian menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan. Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan kemudian persediaan air menipis, maka beliau bersabda: "Carilah sedikit air!" Maka mereka datang dengan membawa sebuah bejana berisi air yang sedikit lalu beliau memasukkan tangan beliau ke dalam bejana itu kemudian bersabda: "Kemarilah bersuci dengan penuh keberkahan dan keberkahan itu datang hanya dari Allah." Sungguh aku melihat air memancar dari sela-sela jari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan sungguh kami pun pernah mendengar makanan bertasbih ketika sedang dimakan.
Shahih Bukhari 3315: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Zakariya'] berkata: telah bercerita kepadaku ['Amir] berkata: telah bercerita kepadaku Jabir radliyallahu 'anhu bahwa Bapaknya meninggal dunia dengan meninggalkan hutang. (Katanya): Maka kutemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu kukatakan: "Bapakku meninggalkan hutang sedangkan aku tidak memiliki sesuatu kecuali apa yang dihasilkan dari kebun kurma, namun hasil panennya satu musim tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya." Beliau pun berangkat bersamaku untuk menghindari umpatan para piutang kepadaku. Kemudian beliau berjalan mengelilingi tumpukan dari tumpukan buah kurma dan berdo'a, kemudian beliau kelilingi tumpukan yang lain, dan beliau duduk di dekat tumpukan kurma tersebut seraya bersabda: "Bagikanlah!" Maka Jabir membagikan kurma-kurma tersebut dan berhasil dia lunasi kesemuanya dan masih tersisa kurma sebanyak yang sudah dibagikan.
Shahih Bukhari 3316: Telah bercerita kepada kami [Musa bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Mu'tamir] dari [bapaknya] telah bercerita kepada kami [Abu 'Utsman] bahwa Abdurrahman bin Abu Bakar radliyallahu 'anhuma bercerita kepadanya bahwa Ashhabus Suffah adalah orang-orang faqir dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam suatu kali pernah bersabda: "Siapa yang memiliki makanan untuk dua orang hendaklah dia mengajak orang yang ketiga, dan siapa yang memiliki makanan untuk empat orang hendaklah dia mengajak orang yang kelima, atau keenam." atau sebagaimana beliau sabdakan. Abu Bakar pun datang dengan mengajak orang ketiga. Sementara itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak sepuluh orang dan Abu Bakar hanya dengan orang yang ketiga. Dia ('Abdurrahman) berkata: "Ketiga orang itu adalah aku, bapakku dan ibuku." --Perawi (Abu 'Utsman) berkata: "Aku tidak tahu apakah dia ('Abdurrahman) menyebutkan: "Istriku, dan pembantuku yang bekerja di rumahku dan rumah Abu Bakar."-- Lalu Abu Bakar menikmati makan malamnya di rumah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggal disana beberapa saat hingga mendirikan shalat 'Isya'. Lantas ia kembali sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuntaskan makan malamnya. Kemudian Abu Bakr pulang ke rumah setelah agak larut malam sebagaimana yang Allah kehendaki. Istrinya berkata: "Apa yang menghalangimu dari tamu-tamumu?" atau "tamumu?" (dengan lafadz tunggal) (perawi ragu). Abu Bakar menjawab: "Apakah kamu telah menjamu mereka untuk makan malam?" Istrinya menjawab: "Mereka menolaknya sampai kamu datang." Keluarga Abu Bakar sudah berusaha menjamu mereka namun mereka tetap menolak, hingga mereka sendiri kewalahan untuk mempersilahkan. Lalu aku pergi dan bersembunyi. Maka Abu Bakar berkata: "Wahai Ghuntsar!" Abu Bakr mencaci dan mencelanya ('Abdurrahman) lalu berkata: "Makanlah!" Lalu Abu Bakar berkata lagi: "Aku tidak akan memberinya (Abdurrahman) makan selamanya." Dia berkata: "Demi Allah, tidaklah kami mengambil satu suap makanan kecuali makanan itu bertambah dari bawah dengan yang lebih banyak dari suapan tersebut hingga mereka kenyang dan makanan itu menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Abu Bakar memperhatikannya dan ternyata makanan itu memang bertambah banyak. Lalu dia berkata kepada isrinya: "Wahai sadara Bani Firas (ada apa gerangan)?" Istrinya menjawab: "Tidak tahu. Sungguh kesejukan hatiku sekarang adalah bahwa makanan itu bertambah banyak tiga kali lipat dari sebelumnya." Maka Abu Bakr memakannya lalu berkata: "Sesungguhnya dari setan." (maksudnya sumpahnya untuk tidak memberi makan kepada Abdurrahman). Lalu dia kembali memakannya satu suap kemudian membawa mangkuk besar berisi makanan itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga makanan itu ada di hadapan beliau. Diantara kami dan kaum itu (ashhabus suffah) ketika itu ada perjanjian (masalah kepulangannya) sehingga ketika waktu perjanjian telah berakhir, kami berpencar dengan diketuai dua belas orang laki-laki (kelompok), setiap satu orang dari mereka (membawa) sekian banyak anggota yang hanya Allah saja yang tahu jumlah orang yang menyertai pada setiap satu orangnya, selain sang ketua diutus bersama mereka. Dia berkata: "Mereka makan dari makanan (mangkuk yang dibawa Abu Bakr) itu semuanya." atau sebagaimana dia katakan. Dan orang lain berkata: "Lalu kami mengetahui bahwa Abu Bakar adalah orang yang bijak.
Shahih Bukhari 3317: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Hammad] dari ['Abdul 'Aziz] dari [Anas] dan [Yunus] dari [Tsabit] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Penduduk Madinah ditimpa kekeringan pada jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika beliau sedang menyampaikan khuthbah pada hari (shalat) Jum'at tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, binatang ternak semua binasa dan kehidupan telah menjadi sulit, maka berdo'alah kepada Allah agar menurunkan air untuk kita!" Maka Beliau menengadahkan kedua telapak tangan beliau dan berdo'a. Anas berkata: "Saat itu langit bagaikan kaca yang bening lalu datang angin yang menggiring awan, awan itu berkumpul maka langit pun mengirimkan mulut-mulut geribanya (maksudnya hujan deras). Kami kontan keluar (dari masjid) dan tercebur ke dalam air yang banjir sampai kami tiba di rumah-rumah kami dan hujan masih saja terus mengguyur sampai jumat berikutnya. Lalu laki-laki tersebut atau orang lain berdiri seraya berkata: "Wahai Rasulullah, rumah-rumah telah menjadi rusak (karena banjir), maka berdo'alah kepada Allah agar menghentikan hujan!" Maka Beliau tersenyum kemudian bersabda: "HAWAALAINAA WALAA 'ALAINAA" (Ya Allah, pindahkanlah hujan di sekitar kami dan jangan Engkau jadikan hujan yang membinasakan kami). Kemudian aku melihat awan berpencar-pencar di sekitar Madinah bagaikan mahkota di kepala.
Shahih Bukhari 3318: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami [Yahya bin Katsir Abu Ghassan] telah bercerita kepada kami [Abu Hafsh, nama aslinya adalah 'Umar bin Al 'Alaa', saudara dari Abu 'Umar bin Al 'Alaa'] berkata: aku mendengar [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selalu berkhuthbah di atas sebuah batang pohon. Ketika telah dibuatkan mimbar, beliau berpindah ke mimbar tersebut lalu batang pohon tersebut merintih. Beliau pun mendatanginya lalu mengusapkan tangan beliau kepadanya. Dan berkata ['Abdul Hamid] telah mengabarkan kepada kami ['Utsman bin 'Umar] telah mengabarkan kepada kami [Mu'adz bin Al 'Alaa'] dari [Nafi'] seperti matan hadits ini. Dan telah diriwayatkan oleh [Abu 'Ashim] dari [Ibnu Abu Rawwad] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3319: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami ['Abdul Wahid bin Ayman] berkata: aku mendengar [bapakku] dari Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah di suatu hari Jum'at berdiri di atas sebatang pohon atau pohon kurma lalu ada seorang wanita atau seorang laki-laki Anshar berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kami buatkan mimbar untuk anda?" Beliau menjawab: "Silakan, bila kalian menghendaki." Maka mereka membuatkan untuk beliau sebuah mimbar. Ketika hari Jum'at beliau naik ke atas mimbar lalu batang pohon kurma tadi berteriak bagaikan teriakan bayi. Maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam turun menghampiri batang pohon tersebut lalu memeluknya sehingga teriakannya melemah hingga bagaikan rintihan bayi yang akhirnya diam dengan sendirinya. Beliau bersabda: "Batang kayu itu menangis karena mendengar dzikir di sekelilingnya."
Shahih Bukhari 3320: Telah bercerita kepada kami [Isma'il] berkata: telah bercerita kepadaku [saudaraku] dari [Sulaiman bin Bilal] dari [Yahya bin Sa'id] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Hafsh bin 'Ubaidullah bin Anas bin Malik] bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Dahulu masjid (Nabawi) tiang-tiangnya dibuat dari batang-batang pohon kurma dan apabila berkhuthbah beliau berdiri pada salah satu batang-batang pohon kurma tersebut. Ketika beliau telah dibuatkan mimbar dan beliau berkhuthbah dengan berdiri di atasnya, kami mendengar suara dari batang kayu tersebut bagaikan suara unta yang hampir beranak lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang menghampirinya kemudian meletakkan tangan beliau pada batang kayu tersebut hingga akhirnya batang kayu itu terdiam.
Shahih Bukhari 3321: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ibnu Abu 'Adiy] dari [Syu'bah]. Dan diriwayatkan pula, telah bercerita kepadaku [Bisyir bin Khalid] telah bercerita kepada kami [Muhammad] dari [Syu'bah] dari [Sulaiman], aku mendengar [Abu Wa'il] bercerita dari [Hudzaifah] bahwa 'Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu berkata: "Siapa diantara kalian yang masih ingat sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang masalah fitnah?" Maka Hudzaifah berkata: "Aku masih ingat seperti yang beliau sabdakan." 'Umar berkata: "Sampaikanlah, karena kamu memang yang patut menyampaikannya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Fitnah seseorang dalam keluarganya, harta, anak dan tetangganya, fitnah itu akan terhapus oleh amalan shalat, shaum, shadaqah dan amar ma'ruf dan nahi munkar." Berkata 'Umar: "Bukan itu yang aku mau. Tapi fitnah yang meluas seperti melubernya air lautan." Hudzaifah berkata: "Wahai Amirul Mu'minin, baiklah, tidak apa aku sampaikan pada anda. Sesungguhnya antara anda dan zamanmu (fitnah itu) ada satu pintu yang tertutup." 'Umar bertanya: "Pintu yang terbuka atau rusak?" Hudzaifah berkata: "Bahkan pintu yang rusak." 'Umar berkata: "Kalau begitu tidak akan bisa ditutup selamanya." Kami (Syaqiq) bertanya: "Apakah 'Umar mengerti pintu yang dimaksud?" Hudzaifah berkata: "Ya, dia mengerti. Sebagaimana mengertinya dia bahwa setelah pagi adalah malam hari." (Syaqiq) berkata: "Aku sudah menceritakan kepadanya suatu hadits yang tidak ada kerancuannya. Tapi marilah kita bertanya kepada Hudzaifah." Maka kami menyuruh Masruq lalu dia bertanya kepada Hudzaifah: "Siapakah yang dimaksud dengan pintu?" Jawabnya: "'Umar."
Shahih Bukhari 3322: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] telah bercerita kepada kami [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian memerangi suatu kaum yang sandal mereka terbuat dari rambut dan hingga kalian memerangi bangsa Turki yang bermata kecil (sipit), berwajah merah dan berhidung pesek, wajah-wajah mereka bagaikan perisai yang ditambal. Dan kalian dapatkan manusia paling baik adalah yang paling tidak selera terhadap urusan ini (kekuasaan) hingga dia terlibat (demi menegakkan keadilan) dalam urusan kepemerintahan ini, dan manusia mempunyai potensi bagaikan barang tambang, orang yang terbaik pada masa jahiliyah akan menjadi yang terbaik pula di masa Islam jika mereka memahami Islam, dan sungguh pasti akan datang kepada salah seorang dari kalian suatu jaman yang ketika itu ia berkeyakinan aku lebih dicintainya daripada yang dia miliki seperti keluarga dan hartanya."
Shahih Bukhari 3323: Telah bercerita kepadaku [Yahya] telah bercerita kepada kami ['Abdurrazzaq] dari [Ma"mar] dari [Hammam] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian memerangi bangsa Khuzan dan Karman dari bangsa non 'Arab, yang berwajah merah, berhidung pesek dan yang bermata kecil (sipit), wajah-wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa dan sandal mereka terbuat dari rambut." Hadits ini dikuatkan jalur periwayatannya oleh yang lain dari 'Abdurrazzaq.
Shahih Bukhari 3324: telah bercerita kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] berkata: [Isma'il] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Qais] berkata: Kami menemui Abu Hurairah radliyallahu 'anhu lalu dia berkata: "Aku hidup mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selama tiga tahun dan diantara tahun-tahun kehidupanku mendampingi beliau itu tidak ada tahun yang paling aku antusias melainkan bila aku dapat memahami hadits yang aku dengar beliau bersabda. Dia (Abu Hurairah) memberi isyarat dengan tangannya begini: "Diantara dekatnya kedatangan hari kiamat, kalian akan memerangi suatu kaum yang sandal mereka terbuat dari rambut. Dan itu adalah bangsa Persi." Dan Sufyan berkata suatu kali: "Mereka adalah penduduk Bariz (Persia)."
Shahih Bukhari 3325: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Jarir bin Hazim] aku mendengar [Al Hasan] berkata: telah bercerita kepada kami ['Amru bin Taghlab] berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Diantara dekatnya kedatangan hari kiamat, kalian akan memerangi suatu kaum yang mengenakan sandal terbuat dari rambut dan akan kalian perangi kaum yang wajah mereka bagaikan perisai yang ditempa."
Shahih Bukhari 3326: Telah bercerita kepada kami [Al Hakam bin Nafi'] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Salim bin Abdullah] bahwa Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalian akan memerangi Yahudi lalu kalian dapat menaklukan mereka kemudian bebatuan akan berkata: "Wahai Muslim, ini ada orang Yahudi di belakangku, bunuhlah dia."
Shahih Bukhari 3327: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] dari [Jabir] dari Abu Sa'id radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Akan datang kepada manusia suatu jaman yang ketika itu mereka akan berperang lalu ditanyakan kepada mereka: 'Apakah diantara kalian ada orang yang bershahabat (mendampingi) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?' Mereka menjawab: 'Ya ada.' Maka mereka diberi kemenangan. Kemudian ada lagi manusia yang berperang lalu ditanyakan kepada mereka: 'Apakah diantara kalian ada orang yang bersahabat dengan shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?' Mereka menjawab: 'Ya ada.' Maka mereka diberi kemenangan."
Shahih Bukhari 3328: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Hakam] telah mengabarkan kepada kami [An-Nadlar] telah mengabarkan kepada kami [Isra'il] telah mengabarkan kepada kami [Sa'ad Ath-Tha'iy] telah mengabarkan kepada kami [Muhillu bin Khalifah] dari ['Adiy bin Hatim] berkata: Ketika aku sedang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba-tiba ada seorang laki-laki mendatangi beliau mengeluhkan kefakirannya, kemudian ada lagi seorang laki-laki yang mendatangi beliau mengeluhkan para perampok jalanan. Maka beliau berkata: "Wahai 'Adiy, apakah kamu pernah melihat negeri Al Hirah?" Aku jawab: "Aku belum pernah melihatnya namun aku pernah mendengar beritanya." Beliau berkata: "Seandainya kamu diberi umur panjang, kamu pasti akan melihat seorang wanita yang mengendarai kendaraan berjalan dari Al Hirah hingga melakukan thawaf di Ka'bah tanpa takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah." Aku berkata dalam hati: "Dimana para parampok suku Tha'iy yang telah mengobarkan api fitnah di seluruh pelosok negeri?" (Beliau melanjutkan): "Seandainya kamu diberi umur panjang, kamu pasti akan menaklukan perbendaharaan Kisra (Raja Persia)." Aku bertanya: "Kisra bin Hurmuz?" Beliau menjawab: "Ya, Kisra bin Hurmuz. Dan seandainya kamu berumur panjang, kamu pasti akan melihat seseorang keluar dengan membawa emas atau perak sepenuh telapak tangannya mencari orang yang mau menerima (shadaqah) nya namun dia tidak mendapatkan seorang pun yang mau menerimanya. Dan pasti setiap orang dari kalian akan berjumpa dengan Allah pada hari perjumpaan dengan-Nya (qiyamat) yang ketika itu antara dirinya dan Allah tidak ada penerjemah yang akan menjadi juru bicara baginya. Lalu Allah pasti akan bertanya kepadanya: "Bukankah aku sudah memberimu harta dan memberimu karunia?" Orang itu menjawab: "Benar." Lalu orang itu melihat ke kanannya namun dia tidak melihat apa-apa melainkan neraka Jahannam, lalu dia melihat ke sebelah kirinya namun dia tidak melihat apa-apa melainkan neraka Jahannam." 'Adiy berkata: Aku juga mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jagalah diri kalian dari neraka sekali pun dengan (bershadaqah) setengah biji kurma. Jika tidak memilikinya maka dengan berkata yang baik." 'Adiy berkata: "Lalu di kemudian hari aku melihat seorang wanita mengendarai kendaraan berjalan dari Al Hirah hingga melakukan thawaf di Ka'bah tanpa takut kecuali kepada Allah dan aku termasuk orang yang menaklukan perbendaharaan Kisra bin Hurmuz. Dan seandainya kalian diberi umur panjang, kalian pasti melihat apa yang disabdakan Abu Al Qasim, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu seseorang keluar dengan membawa harta sepenuh telapak tangannya." Telah bercerita kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Abu 'Ashim] telah mengabarkan kepada kami [Sa'd bin Bisyir] telah bercerita kepada kami [Abu Mujahid] telah bercerita kepada kami [Muhillu bin Khalifah] aku mendengar ['Adiy]: "Aku bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3329: Telah bercerita kepadaku [Sa'id bin Syurahbil] telah bercerita kepada kami [Laits] dari [Yazid] dari [Abu Al Khair] dari ['Uqbah bin 'Amir] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu hari keluar lalu mendirikan shalat bagi para syuhada perang Uhud, yaitu shalat jenazah, kemudian beliau menuju mimbar lalu bersabda: "Aku akan mendahului kalian dan aku bersaksi atas kalian bahwa aku, demi Allah, sekarang sedang melihat telagaku (di surga) dan sungguh aku telah diberikan kunci-kunci perbendaharaan (kekayaan) bumi, dan aku demi Allah, sepeninggalku aku tidak takut kalian berbuat syirik, tapi yang aku takutkan adalah kalian memperebutkan (harta dunia)."
Shahih Bukhari 3330: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dari [Az Zuhriy] dari ['Urwah] dari Usamah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas salah satu dari benteng-benteng (Madinah) lalu bersabda: "Apakah kalian melihat sebagaimana aku melihat?. Sungguh aku melihat tempat-tempat terjadinya fitnah di sela-sela rumah kalian seperti tempat jatuhnya tetesan (air hujan)."
Shahih Bukhari 3331: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah bercerita kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] bahwa [Zainab binti Usamah] bercerita keadanya bahwa [Ummu Habibah binti Abu Sufyan] bercerita kepadanya dari [Zainab binti Jahsy] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuinya dengan gemetar lalu bersabda: "Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang semakin dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya'juj dan ma'juj." Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy berkata: Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?" Beliau menjawab: "Benar, jika keburukan telah mewabah."
Shahih Bukhari 3332: Dan dari [Az Zuhriy] telah bercerita kepadaku [Hind binti Al harits] bahwa [Ummu Salamah] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terbangun lalu bersabda: "Subhaanallah (Maha suci Allah), apa yang telah terjadi dengan perbendaharaan kekayaan (harta dunia) dan apa yang terjadi dengan fitnah-fitnah. Subhaanallah (Maha suci Allah), perbendaharaan atau kekayaan (Romawi dan Parsi) mana lagi yang akan diturunkan? dan fitnah manalagi yang akan diturunkan?"
Shahih Bukhari 3333: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Abu Salamah bin Al Majisyun] dari [Abdurrahman bin Abu Sha'sha'ah] dari [bapaknya] dari Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu. (Abdullah bin 'Abdurrahman) berkata: Dia (Abu Sa'id) berkata kepadaku: "Sungguh aku melihat kamu orang yang menyukai kambing dan memeliharanya, maka berbuatlah baik untuk kambingmu dan berbuatlah baik dalam penggembalaannya karena aku pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Akan datang kepada manusia suatu zaman yang saat itu kambing akan menjadi harta seorang Muslim yang paling baik, dia menggembalakannya di gunung-gunung atau di puncak gunung dan lembah-lembah tempat turunnya air hujan, karena dia lari menyelamatkan agamanya untuk menghindari fitnah (krisis agama)."
Shahih Bukhari 3334: Telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz Al Uwaisiy] telah bercerita kepada kami [Ibrahim] dari [Shalih bin Kaisan] dari [Ibnu Syihab] dari [Ibnu Al Musayyab] dan [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Akan terjadi fitnah yang ketika itu orang yang duduk lebih baik dari pada orang yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik dari pada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik dari pada orang yang berlari, dan siapa yang ingin melihat fitnah itu, maka fitnah itu akan mengintainya, siapa yang menemukan tempat pertahanan atau tempat perlindungan, hendaklah dia berlindung kepadanya." Dan dari [Ibnu Syihab], telah bercerita kepadaku [Abu Bakr bin "Abdurrahman bin Al Harits] dari [Abdurrahman bin Muthi' bin Al Aswad] dari [Naufal bin Mu'awiyah] seperti matan hadits Abu Hurairah ini hanya saja disana Abu Bakar menambahkan: "Dan diantara shalat ada satu shalat yang apabila seseorang meninggalkannya seakan-akan dia kehilangan keluarga dan hartanya." (Yang dimaksud shalat disini adalah shalat 'Ashar sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu 'Umar. -pent.)
Shahih Bukhari 3335: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Zaid bin Wahb] dari [Ibnu Mas'ud] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme yang kalian ingkari." Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang anda perintahkan untuk kami (bila zaman itu kami alami)?" Beliau menjawab: "Kalian tunaikan hak-hak (orang lain) yang menjadi kewajiban kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian."
Shahih Bukhari 3336: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin 'Abdurrahim] telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar Isma'il bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Abu Usamah] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu At-Tayyah] dari [Abu Zur'ah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Akan ada sekelompok orang Quraisy yang membinasakan umat ini." Mereka bertanya: "Apa yang anda perintahkan kepada kami?" Beliau menjawab: "Sebaiknya orang-orang meninggalkan mereka (mengisolirnya)." Mahmud berkata: telah bercerita kepada kami [Abu Daud] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu At-Tayyah], aku mendengar [Abu Zur'ah].
Shahih Bukhari 3337: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Muhammad Al Makkiy] telah bercerita kepada kami ['Amru bin Yahya bin Sa'id Al Umawiy] dari [kakeknya] berkata: "Aku pernah bersama Marwan dan Abu Hurairah lalu aku mendengar Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Ash-Shadiqul Mashduq (Orang yang jujur menyampaikan dan berita yang dibawanya adalah benar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Ummatku (yang hidup pada zamanku ini) akan binasa di bawah (kekuasaan) anak kecil bangsa Quraisy." Maka Marwan bertanya: "Anak kecil (yang mana)?" Abu Hurairah menjawab: "Jika kamu mau, aku akan sebutkan nama mereka, dari Bani Fulan dan Bani Fulan."
Shahih Bukhari 3338: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Musa] telah bercerita kepada kami [Al Walid] berkata: telah bercerita kepadaku [Ibnu Jabir] berkata: telah bercerita kepadaku [Busr bin 'Ubaidullah Al Hadlramiy] berkata: telah bercerita kepadaku [Abu Idris Al Khawlaniy] bahwa dia mendengar [Hudaifah bin Al Yaman] berkata: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang perkara-perkara kebaikan sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku takut akan menimpaku. Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?" Beliau menjawab: "Ya". Aku bertanya lagi: "Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?" Beliau menjawab: "Ya, akan tetapi di dalamnya ada dukhn (kotorannya)." Aku bertanya lagi: "Apa kotorannya itu?" Beliau menjawab: "Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, kamu mengenalnya tapi sekaligus kamu ingkari." Aku kembali bertanya: "Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan timbul lagi keburukan?" Beliau menjawab: "Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya." Aku kembali bertanya: "Wahai Rasulullah, berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?" Beliau menjelaskan: "Mereka itu berasal dari kulit-kulit kalian dan berbicara dengan bahasa kalian." Aku katakan: "Apa yang anda perintahkan kepadaku bila aku menemui (zaman) keburukan itu?" Beliau menjawab: "Kamu tetap berpegang (bergabung) kepada jama'atul muslimin dan pemimpin mereka." Aku kembali berkata: "Jika saat itu tidak ada jama'atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?" Beliau menjawab: "Kamu tinggalkan seluruh firqah (kelompok/golongan) sekalipun kamu harus memakan akar pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di dalam keadaan itu (berpegang kepada kebenaran)."
Shahih Bukhari 3339: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] berkata: telah bercerita kepadaku [Yahya bin Sa'id] dari [Isma'il] telah bercerita kepadaku [Qais] dari Hudzaifah radliyallahu 'anhu berkata: Para shahabat-shahabatku belajar dari perkara-perkara kebaikan sedangkan aku belajar dari perkara yang buruk.
Shahih Bukhari 3340: Telah bercerita kepada kami [Al Hakam bin Nafi'] telah bercerita kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang, yang keduanya mengaku satu agama (Islam)." Telah bercerita kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami ['Abdurrazzaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ada dua kelompok yang saling berperang, ketika itu para korban yang terbunuh sangat banyak padahal keduanya mengaku satu agama (Islam) dan tidak akan terjadi hari kiamat hingga timbul para dajjal pendusta yang jumlahnya hampir mendekati tiga puluh orang semuanya mengaku dirinya Rasul Allah."
Shahih Bukhari 3341: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] bahwa Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu berkata: Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang membagi-bagikan pembagian (harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, berlaku adillah." Maka beliau berkata: "Celaka kamu! Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil." Kemudian 'Umar berkata: "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!" Beliau berkata: "Biarkanlah dia. Karena nanti dia akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur'an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan). (Karena sangat cepatnya anak panah yang dilesatkan), maka ketika diteliti ujung panahnya maka tidak ditemukan suatu bekas apa pun, lalu ditelitilah batang panahnya namun tidak ditemukan suatu apa pun, lalu ditelitilah bulu anak panahnya namun tidak ditemukan suatu apapun, rupanya anak panah itu sedemikian dini menembus kotoran dan darah. Ciri-ciri mereka adalah laki-laki berkulit hitam yang salah satu dari dua lengan atasnya bagaikan payudara wanita atau bagaikan potongan daging yang bergerak-gerak. Mereka akan muncul pada zaman timbulnya firqah/golongan." Abu Sa'id berkata: Aku bersaksi bahwa aku mendengar hadits ini dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku bersaksi bahwa 'Ali bin Abu Thalib telah memerangi mereka dan aku bersamanya saat itu lalu dia memerintahkan untuk mencari seseorang yang bersembunyi lalu orang itu didapatkan dan dihadirkan hingga aku dapat melihatnya persis seperti yang dijelaskan ciri-cirinya oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3342: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Khaitsamah] dari [Suwaid bin Ghafalah] berkata: 'Ali radliyallahu 'anhu berkata: Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada berbohong atas nama Beliau dan jika aku sampaikan kepada kalian tentang urusan antara aku dan kalian, (ketahuilah) bahwa perang itu tipu daya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang bersabda: "Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang masih muda beliau namun lemah pemahaman (kurang kekayaan intelektual). Mereka berbicara dengan ucapan manusia terbaik (mengambilnya dari Al Qur'an) namun mereka keluar dari agama bagaikan anak panah melesat keluar dari target buruan yang sudah dikenainya. Iman mereka tidak sampai ke tenggorokan mereka. Maka dimana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka karena pembunuhan atas mereka adalah pahala di hari kiamat bagi siapa yang membunuhnya."
Shahih Bukhari 3343: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Isma'il] telah bercerita kepada kami [Qais] dari [Khabbab bin Al Arat] berkata: Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah: "Tidakkah engkau memohon pertolongan untuk kami?. Tidakkah engkau berdo'a memohon kepada Allah untuk kami?" Beliau bersabda: "Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa."
Shahih Bukhari 3344: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah bercerita kepada kami [Azhar bin Sa'ad] telah bercerita kepada kami [Ibnu 'Aun] berkata [Musa bin Anas] telah memberitakan kepadaku dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kehilangan Tsabit bin Qais lalu seorang laki-laki berkata: "Wahai Rasulullah, akan kuberitahukan keberadaannya kepada anda." Maka laki-laki ini menemui Tsabit yang sedang duduk di rumahnya sambil menundukkan kepalanya. Laki-laki itu bertanya: "Ada apa denganmu?" Tsabit menjawab: "Buruk". Sebelumnya Tsabit pernah bersuara keras melebihi suara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Tsabit merasa) telah terhapus seluruh amalnya dan termasuk dari penghuni bumi (neraka). Laki-laki itu pun menemui Beliau lalu mengabarkan bahwa Tsabit berkata begini begini. Musa bin Anas berkata: "Kemudian laki-laki itu kembali (menemui Beliau) untuk kali terakhir dengan membawa kabar gembira yang agung. Beliau bersabda: "Temuilah Tsabit dan katakan kepadanya bahwa dia bukan termasuk penghuni neraka namun menjadi penghuni surga."
Shahih Bukhari 3345: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] aku mendengar Al Bara bin 'Azib radliyallahu 'anhuma: Ada seorang yang membaca surah Al Kahfi di dekat kandang hewan ternak lalu hewan itu kabur. Lalu dia menyelesaikan bacaannya dan menoleh, ternyata dia melihat awan menutupinya. Kemudian dia menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau berkata: "Bacalah terus wahai fulan, karena yang tadi itu adalah sakinah (angin yang berhenbus mengenai wajah) yang turun untuk Al Qur'an atau turun bersama." (Al Sakinah artinya sangat banyak. Menurut 'Ali bin Abu Thalib seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabariy adalah angin yang berkilauan dan membentuk wajah seperti wajah manusia. -pent.).
Shahih Bukhari 3346: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Yusuf] telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Yazid bin Ibrahim abi Al Hasan Al Harraniy] telah bercerita kepada kami [Zuhair bin Muhammad'awiyah] telah bercerita kepada kami [Abu Ishaq], aku mendengar [Al Bara' bin 'Azib] berkata: Abu Bakr datang menemui bapakku ('Azib) di rumahnya untuk membeli darinya seperangkat pelana unta lalu berkata kapadanya: "Kirimlah anakmu untuk membawanya bersamaku!" Dia Al Bara' berkata: Maka aku membawa pelana itu bersamanya lalu bapakku keluar dengan mengambil uang pembeliannya dan dia berkata kepada Abu Bakr: "Wahai Abu Bakr, ceritakanlah kepadaku apa yang kalian lakukan berdua ketika kamu berjalan di malam hari (ketika hendak hijrah ke Yatsrib) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Abu Bakr berkata: "Baiklah. Kami pernah berjalan semalaman dan keesokan paginya hingga siang hari. Jalan begitu lapang dan tidak pernah dilewati seorang pun hingga nampak oleh kami sebuah batu yang tinggi dan memiliki naungan tempat berteduh yang tidak terkena sinar matahari. Maka kami singgah di batu tersebut lalu aku meratakan tempat dengan tanganku sendiri untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau dapat tidur padanya. Kemudian aku gelar tikar lalu aku katakan: "Silakan tidur wahai Rasulullah, aku akan menjagamu di sekitarmu." Maka beliau tidur, lalu aku beranjak sejenak untuk mengamati keadaan sekeliling tempat itu yang ternyata aku bertemu dengan seorang anak kecil penggembala yang sedang menggiring kambingnya menuju batu tersebut untuk bernaung sebagaimana yang kami lakukan. Aku bertanya kepadanya: "Milik siapakah kamu ini wahai ghulam (anak kecil)?" Anak kecil itu menjawab: "Aku ini milik seseorang dari penduduk kota atau Makkah." --Perawi, Ahmad bin Yazid, ragu antara kepastian kota atau Makkah--. Saat itu Madinah belum dikenal. Aku bertanya lagi: "Apakah kambingmu ini menghasilkan air susu?" Anak gembala itu menjawab: "Ya". Aku tanya lagi: "Apakah kamu bersedia memeras susunya?" Anak gembala itu kembali menjawab: "Ya". Maka dia mengambil seekor kambingnya lalu aku katakan: "Bersihkanlah puting susunya dari debu, bulu dan kotoran." Perawi (Abu Ishaq) berkata: "Aku melihat Al Bara' memukulkan salah satu telapak tangannya kepada yang lainnya untuk memberi contoh membersihkan puting. (Abu Bakr) melanjutkan: "Kemudian anak gembala itu memeras sedikit susu dan memasukkannya ke dalam sebuah gelas sedangkan aku membawa wadah kecil yang aku siapkan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang biasanya beliau gunakan untuk melepaskan dahaga, minum dan berwudlu'. Maka aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam namun aku enggan untuk membangunkan beliau. Dan ketika beliau sudah terbangun aku menuangkan air ke dalam susu itu agar dingin pada bagian bawahnya lalu aku katakan: "Minumlah, wahai Rasulullah!" Abu Bakr berkata: "Maka beliau meminumnya hingga aku puas." Kemudian beliau bertanya: "Apakah sudah waktunya kita melanjutkan perjalanan?" Aku jawab: "Ya". Maka kami berangkat meneruskan perjalanan setelah matahari condong (ke barat). (Sementara itu) Suraqah bin Malik mengikuti kami (dengan melihat bekas telapak kami). Aku katakan: "Kita akan terkejar, wahai Rasulullah." Beliau berkata: "Jangan kamu bersedih, karena sesungguhnya Allah bersama kita." Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kecelakaan bagi Suraqah bin Malik, maka kuda tunggangan Suraqah terjerembab ke dalam tanah setinggi perutnya". Atau dengan redaksi -"Aku kira terjerembab ke atas tanah"-, Zuhair ragu dalam masalah ini. Maka Suraqah bin Malik berkata: "Aku melihat kalian berdua mendo'akan kecelakaan bagiku. Tolong do'akan keselamatan untukku. Demi Allah, bagi kalian berdua, aku akan mengembalikan orang-orang yang mencari kalian." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kebaikan baginya lalu Suraqah menjadi selamat sehingga tidaklah dia bertemu seseorang pun melainkan dia akan berkata: "Aku telah mewakili kalian di tempat ini, (maka kembalilah kalian)." Maka tidak ada orang yang ditemuinya melainkan dia memintanya agar kembali. Dia (Abu Bakr) berkata: "Dia telah menepati janjinya kepada kami."
Shahih Bukhari 3347: Telah bercerita kepada kami [Muhammad'allaa bin Asad] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Mukhtar] telah bercerita kepada kami [Khalid] dari ['Ikrimnah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang menjenguk seorang Arab Baduy yang sedang sakit. Ibnu 'Abbas berkata: "Kebiasaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila datang menjenguk orang sakit, beliau bersabda: "laa ba'sa thahurun insyaa Allah" (Tidak apa, semoga menjadi penghapus dosa, jika Allah menghendakinya). Maka beliau berkata kepada orang Arab Baduy tersebut: "laa ba'sa thahurun insyaa Allah" (Tidak apa, semoga menjadi penghapus, jika Allah menghendakinya). Ibnu 'Abbas berkata: "Engkau katakan sakitnya penghapus dosa?, justru sekarang dia sedang demam yang menimpa orang tua lemah tanpa daya yang segera masuk ke dalam qubur." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Kalau begitu, benar apa yang kamu katakan (akan terjadi)."
Shahih Bukhari 3348: Telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar] telah bercerita kepada kami ['Abdul Warits] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki Nashrasni masuk Islam lalu membaca surah Al Baqarah serta Alu 'Imran. Dia biasa menulis untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tapi kemudian dia kembali kepada agama Nashrani dan berkata: "Tidak ada yang diketahui Muhammad melainkan apa yang aku tulis untuknya." Kemudian Allah mewafatkannya lalu mereka (teman-temannya) menguburkannya. Pada keesokan harinya, jasadnya dimuntahkan oleh bumi, maka teman-temannya berkata: "Ini adalah perbuatan Muhammad dan shahabat-shahabatnya karena teman kita ini berpaling dari agama mereka, lalu mereka membongkar kuburannya dan mencampakkannya." Maka mereka kembali menguburkannya dan menggali lubangnya lebih dalam. Namun keesokan harinya, jasadnya kembali dimuntahkan oleh bumi, maka teman-temannya berkata: "Ini adalah perbuatan Muhammad dan shahabat-shahabatnya karena teman kita ini berpaling dari agama mereka, lalu mereka membongkar kuburan teman kita ini dan mencampakkannya." Maka mereka kembali menguburkannya dan menggali lubangnya lebih dalam lagi sebatas yang mereka mampu. Akan tetapi kembali pada keesokan harinya jasadnya itu dimuntahkan kembali oleh bumi hingga mereka menyadari bahwa kejadian itu bukan perbuatan manusia dan akhirnya mereka mencampakkannya begitu saja.
Shahih Bukhari 3349: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Al Musayyab] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika Kisra (Raja Persia) binasa maka tidak akan ada lagi Kisra lain sesudahnya dan jika Qaishar (Raja Romawi) binasa maka tidak akan ada lagi Qaishar lain sesudahnya. Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengambil perbendaharaan kekayaan keduanya (sebagai ghanimah) di jalan Allah."
Shahih Bukhari 3350: Telah bercerita kepada kami [Qabishah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari ['Abdul Malik bin 'Umair] dari [Jabir bin Samurah] dimana dia memarfu'kannya (mendengarnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), berkata: "Jika Kisra (Raja Persia) binasa maka tidak akan ada lagi Kisra lain sesudahnya." Lalu dia menyebutkan hadits selengkaapnya dan berkata: "Sungguh kalian akan mengambil perbendaharaan kekayaan keduanya (sebagai ghanimah) di jalan Allah."
Shahih Bukhari 3351: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Abdullah bin Abu Husain] telah bercerita kepada kami [Nafi' bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Musailamah Al Kadzdzaab (Si Pendusta) mengunjungi (Madinah) pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hidup dan dia berkata: "Seandainya Muhammad menyerahkan urusan ini (maksudnya kekuasaan) kepadaku sepeninggalnya maka aku akan mengikutinya." Lalu dia menda'wahkan hal ini kepada orang banyak dari kaumnya. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta Tsabit bin Qais bin Syammas menemuinya sementara di tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ada selembar daun, lalu beliau berhadapan dengan Musailamah dan teman-temannya seraya berkata: "Seandainya kamu meminta selembar pelepah kurma ini, aku pasti tidak akan memberinya kepadamu dan sekali-kali urusan Allah tidak akan diserahkan kepadamu. Dan jika kamu berpaling (menolak kebenaran) pasti Allah akan membinasakannmu. Sungguh aku melihat kamu sebagaimana aku melihatnya dalam mimpiku tentang kamu." Kemudian Abu Hurairah mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika aku sedang tidur aku melihat di tanganku ada dua gelang terbuat dari emas dan kebagusan barang tersebut menggiurkan aku lalu aku diberi wahyu dalam tidurku, agar aku meniupnya. Aku pun meniupnya hingga keduanya terbang (lenyap). Maka aku menta'wikan mimpiku itu sebagai dua orang pendusta (yang mengaku sebagai nabi) yang akan timbul sepeninggalku. Yang pertama adalah Al 'Ansiy dan yang lainnya adalah Musailamah Al Kadzdzaab, seorang penduduk Yamamah."
Shahih Bukhari 3352: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al 'Alaa] telah bercerita kepada kami [Hammad bin Usamah] dari [Buraid bin Abdullah bin Abu Burdah] dari [kakeknya, Abu Burdah] dari [Abu Musa] dia meriwayatkannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku melihat dalam mimpiku bahwa aku akan berhijrah dari Makkah ke suatu tempat yang padanya tumbuh pepohonan kurma lalu aku menduga bahwa itu adalah negeri Yamamah atau Hajar (tempat hijrah yang lain) yang ternyata adalah Madinah, kota Yatsrib. Dan aku melihat dalam mimpiku ini bahwa aku mengayun-ayunkan pedang lalu menjadi patah pada bagian pangkalnya yang ternyata itu merupakan isyarat yang akan menimpa Kaum Mu'minin pada perang Uhud, lalu aku mengayun-ayunkan kembali pedang tersebut, lalu pedang itu kembali menjadi utuh seperti sedia kala, itu berarti apa yang Allah akan datangkan berupa kemenangan dan bersatunya Kaum Mu'minin, dan aku melihat pula dalam mimpiku itu seekor sapi, yang demi Allah sangat bagus bentuknya, itu berarti Kaum Mu'minin pada perang Uhud yang akan mendapatkan kebaikan seperti yang Allah datangkan dari kebaikan dan pahala, sebagai janji yang benar yang telah Allah berikan kepada kita pada perang Badar."
Shahih Bukhari 3353: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Zakariya'] dari [Firas] dari ['Amir Asy-Sya'biy] dari [Masruq] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu berkata: Fathimah datang dengan berjalan dan cara jalannya mirip seperti jalannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Marhaban (selamat datang) wahai putriku." Lalu beliau mempersilahkan Fathimah duduk di samping kanan atau kiri beliau lalu beliau membicarakan suatu pembicaraan secara rahasia, dan Fathimah pun menangis. Aku bertanya kepadanya: "Mengapa kamu menangis?" Kemudian beliau pun kembali membicarakan suatu pembicaraan secara rahasia dengan Fathimah dan anehnya dia tertawa. Aku berkata: "Aku belum pernah melihat keadaan seseorang menangis lalu diiringi tertawa seperti hari ini." Aku pun bertanya kepadanya tentang apa yang telah dikatakan oleh Beliau, maka Fathimah berkata: "Aku tidak akan mau menceritakan pembicaraan rahasia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hingga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam wafat." Di kemudian hari aku tanyakan lagi, maka Fathimah berkata: "Beliau bercerita kepadaku bahwa: 'Jibril datang membacakan Al Qur'an satu kali dalam setiap satu tahun lalu dia membacakan kepadaku dua kali untuk tahun ini dan aku tidak melihatnya melainkan sebagai isyarat bahwa ajalku sudah akan datang dan sesungguhnya kamu (Fathimah) adalah orang yang pertama yang akan menyusul aku diantara ahlu baitku.' Maka aku menangis karenanya. Lalu beliau bersabda lagi: 'Apakah kamu ridla akan menjadi penghulu para wanita surga atau penghulu para wanita mu'minin?' Maka aku menjadi tertawa karenanya."
Shahih Bukhari 3354: Telah bercerita kepadaku [Yahya bin Qaza'ah] telah bercerita kepada kami [Ibrahinm bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil putrinya, Fathimah, saat kondisi sakit beliau yang mengantarkannya kepada kematian. Beliau membicarakan suatu pembicaraan secara rahasia kepada Fathimah dan Fathimah pun menangis. Kemudian beliau memanggil lagi lalu membicarakan suatu pembicaraan secara rahasia lalu Fahimah menjadi terawa karenanya. 'Aisyah berkata: Maka aku bertanya kepadanya tentang kejadian itu, maka Fathimah berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membicarakan pembicaraan rahasia kepadaku beliau mengabarkan kepadaku bahwa beliau akan dipanggil Allah dalam kondisi sakit yang membawa kepada kematiannya maka aku menangis karenanya. Kemudian beliau mengabarkan kepadaku bahwa aku akan menjadi orang pertama dari kalangan ahlu bait beliau yang akan menyusulnya lalu aku tertawa karenanya."
Shahih Bukhari 3355: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin 'Ar'arah] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Bisyir] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhu berkata: 'Umar bin Al Khaththab mendekatkan Ibnu 'Abbas (mengajak duduk bersama para shahabat senior) lalu Abdurrahman bin 'Auf berkata: "Kami juga punya anak-anak seperti dia." 'Umar berkata: "Dia memiliki (keistimewaan pengetahuan) sebagaimana telah kalian ketahui sendiri." Lalu 'Umar bertanya kepada Ibnu 'Abbas tentang ayat ini: {IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH} (Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan) (QS. An Nashr: 1), maka Ibnu 'Abbas menjelaskan: "Itu adalah ajal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Allah memberi isyarat kepada beliau dengan ayat tersebut." 'Umar berkata: "Aku tidak mengetahui ayat tersebut melainkan seperti apa yang kamu ketahui."
Shahih Bukhari 3356: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'aim] telah bercerita kepada kami [Abdurrahman bin Sulaiman bin Hanzhalah bin Al Ghasil] telah bercerita kepada kami ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar ketika sakit yang membawa kepada kematian beliau dengan berselimut/berselendang (yang diletakkannya diatas kedua pundaknya) dan mengikat kepalanya dengan ikat kepala berwarna hitam hingga beliau duduk di atas mimbar. Lalu beliau memuji Allah dan mensucikan-Nya kemudian bersabda: "Amma ba'du, sesungguhnya manusia akan bertambah banyak, sedangkan orang dari kalangan Anshar semakin sedikit hingga jumlah mereka dibandingkan dengan manusia bagaikan kadar garam dalam makanan. Karenanya, barangsiapa dari kalian yang mengurus sesuatu dari urusan dan dia mampu mendatangkan madlarat kepada sekelompok kaum atau memberi manfaat kepada yang lainnya, maka terimalah orang-orang baik mereka (kaum Anshar) dan maafkanlah orang yang keliru dari kalangan mereka." Peristiwa itu merupakan majelis terakhir yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam laksanakan.
Shahih Bukhari 3357: Telah bercerita kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Yahya bin Adam] telah bercerita kepada kami [Husain Al Ju'fiy] dari [Abu Musa] dari [Al Hasan] dari Abu Bakrah radliyallahu 'anhu: Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membawa Al Hasan keluar dan mendudukkannya di atas mimbar lalu bersabda: "Dia ini adalah seorang Penghulu/Pemimpin dan semoga Allah akan mendamaikan dua kelompok yang bertikai dari Kaum Muslimin melalui tangannya."
Shahih Bukhari 3358: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Humaid bin Hilal] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkabung (bersedih atas gugurnya) Ja'far dan Zaid sebelum datang berita tentang kesyahidan mereka dan kedua mata beliau menitikkan air mata.
Shahih Bukhari 3359: Telah bercerita kepadaku ['Amru bin 'Abbas] telah bercerita kepada kami [Ibnu Mahdiy] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Muhammad bin Al Munkadir] dari Jabir radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah kalian memiliki permadani?" (terbuat dari bulu tipis). Aku (Jabir) katakan: "Dari mana kami dapatkan permadani?" Beliau bersabda: "Sungguh akan terjadi pada kalian suatu hari yang ketika itu kalian memiliki permadani." Kemudian aku katakan kepadanya, -maksudnya istrinya-: "Berikan kepadaku permadanimu!" Istrinya berkata: "Bukankah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda bahwa suatu hari nanti kalian akan memiliki permadani?" Lalu aku membiarkannya.
Shahih Bukhari 3360: Telah bercerita kepadaku [Ahmad bin Ishaq] telah bercerita kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah bercerita kepada kami [Isra'il] dari [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Maimun] dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu berkata: Sa'ad bin Mu'adz berangkat untuk melaksanakan 'umrah. Kata Abdullah bin Mas'ud: "Lalu dia singgah kepada Umayyah bin Khalaf Abu Shafwan. Biasanya, Umayyah bin Khalaf apabila bepergian ke negeri Syam, dia melewati Madinah dan singgah menemui Sa'ad. 'Umayyah berkata kepada Sa'ad: "Tunggulah hingga pertengahan (siang) hari dan saat orang-orang sudah lengah. Maka aku beranjak untuk melakukan thawaf. Tatkala Sa'ad sedang melaksanakan thawaf, tiba-tiba muncul Abu Jahal seraya bertanya: "Siapakah anda, hai orang yang sedang thawaf di Ka'bah?" Maka spontan Sa'ad menjawab sendiri: "Saya, Sa'ad." Abu Jahal berkata: "Kamu dapat thawaf di Ka'bah dengan aman sementara bukankah kalian adalah orang-orang yang telah memberi perlindungan kepada Muhammad dan sahabat-sahabatnya?" Sa'ad berkata: "Ya, benar." Lalu keduanya bertengkar ucapan hingga Umayyah berkata kepada Sa'ad: "Jangan kamu tinggikan suaramu di hadapan Abu Al Hakam karena dia adalah pembesarnya penduduk lembah ini." Maka kemudian Sa'ad berkata: "Demi Allah, seandainya kamu menghalangiku untuk thawaf di Baitullah, sungguh aku akan memutus jalur perjalananmu ke negeri Syam." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Ucapan Sa'ad menjadikan Umayah tetap berkata: "Jangan kamu tinggikan suaramu di hadapannya!" lalu dia memegang Sa'ad. Maka Sa'ad menjadi marah lalu berkata: "Biarkan kami bercerita tentang kamu, sungguh aku pernah mendengar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bertekad akan membunuhmu." Umayyah bertanya: "Aku?" Sa'ad menjawab: "Ya." Lalu Umayyah berkata: "Demi Allah, Muhammad tidaklah berdusta apabila berbicara." Maka Umayyah bin Khalaf pulang menemui istrinya lalu berkata: "Tahukah kamu apa yang telah dikatakan kepadaku oleh saudaraku dari Yatsrib?" Istrinya bertanya: "Apa yang telah dikatakannya?" Umayyah berkata: "Dia beranggapan bahwa dia mendengar Muhammad yang bertekad akan membunuhku." Istrinya berkata: "Demi Allah, sungguh Muhammad tidak berdusta." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Ketika mereka (orang-orang Musyrikin Quraisy) keluar menuju Badar dan terdengar suara seruan konsolidasi perang, istrinya berkata: "Apakah kamu masih ingat apa yang telah dikatakan kepada kamu oleh saudaramu dari Yatsrib?" Abdullah bin Mas'ud berkata: "Semula Umayyah enggan untuk ikut keluar berperang namun Abu Jahal berkata kepadanya: "Kamu adalah pembesar kota (lembah) ini. Bergabunglah sehari atau dua hari saja." Maka Umayyah ikut berangkat bersama mereka kemudian Allah membinasakannya.
Shahih Bukhari 3361: Telah bercerita kepadaku [Abdurrahman bin Syaibah] telah bercerita kepada kami [Abdurrahman bin Al Mughirah] dari [bapaknya] dari [Musa bin 'Uqbah] dari [Salim bin Abdullah] dari Abdullah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku melihat manusia berkumpul di tanah lapang lalu Abu Bakar tampil berdiri kemudian dia menarik sebuah atau dua buah timba (untuk mengisi air dari sumur) dan diantara tarikannya itu ada kelemahan dan Allah mengampuninya. Kemudian timba itu diambil oleh 'Umar lalu di tangannya timba itu menjadi besar. Dan aku belum pernah melihat di tengah-tengah manusia ada sesuatu yang begitu luar biasa yang dilakukan oleh seseorang (seperti yang dilakukan oleh 'Umar), kemudian dia membagi-bagikan kepada manusia sehingga mereka menjadi puas. Dan Hammam berkata: Aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Maka Abu Bakar menarik sebuah atau dua buah timba...".
Shahih Bukhari 3362: Telah bercerita kepadaku ['Abbas bin Al Walid an-Narsiy] telah bercerita kepada kami [Mu'tamir] berkata: aku mendengar [bapakku] telah bercerita kepada kami [Abu 'Utsman] berkata: Aku dikabari bahwa malaikat Jibril 'alaihis salam mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika di samping beliau ada Ummu Salamah, lalu Jibril berbicara kemudian pergi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Ummu Salamah: "Siapakah orang tadi?" Atau seperti yang beliau katakan. Perawi Abu 'Utsman berkata: "Ummu Salamah menjawab: "Dia adalah Dihyah (Ibnu Khalifah Al Kalbiy, seorang shahabat terkenal)." Ummu Salamah berkata: "Demi Allah, aku menduga yang datang itu tidak lain adalah (Dihyah) hingga akhirnya aku mendengar khuthbah Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengabarkan bahwa dia adalah Jibril." atau sebagaimana yang beliau katakan. Bapakku bertanya kepada Abu 'Utsman: "Dari siapakah kamu mendengar ini?" Abu 'Utsman menjawab: "Dari Usamah bin Zaid."
Shahih Bukhari 3363: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik bin Anas] dari [Nafi'] dari Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhu bahwa Orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bercerita bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan mereka dan seorang wanita berzina. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada mereka: "Apa yang kalian dapatkan dalam Kitab Taurat tentang permasalahan hukum rajam?" Mereka menjawab: "Kami mempermalukan (membeberkan aib) mereka dan mencambuk mereka." Maka Abdullah bin Salam berkata: "Kalian berdusta. Sesungguhnya di dalam Kitab Taurat ada hukuman rajam. Coba bawa kemari kitab Taurat!" Maka mereka membacanya secara seksama lalu salah seorang diantara mereka meletakkan tangannya pada ayat rajam, dan dia hanya membaca ayat sebelum dan sesudahnya. Kemudian Abdullah bin Salam berkata: "Coba kamu angkat tanganmu!" Maka orang itu mengangkat tangannya, dan ternyata ada ayat tentang rajam hingga akhirnya mereka berkata: "Dia benar, wahai Muhammad. Di dalam Taurat ada ayat tentang rajam." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kedua orang yang berzina itu agar dirajam. Abdullah bin 'Umar berkata: Dan kulihat laki-laki itu melindungi wanita tersebut agar terhindar dari lemparan batu.
Shahih Bukhari 3364: Telah bercerita kepada kami [Shadaqah bin Al Fadlal] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dari [Ibnu Abu Najih] dari [Mujahid] dari [Abu Ma'mar] dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu berkata: Pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bulan pernah terbelah menjadi dua bagian lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Saksikanlah!"
Shahih Bukhari 3365: Telah bercerita kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Yunus] telah bercerita kepada kami [Syaiban] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik. Dan diriwayatkan pula: Dan [Khalifah] berkata kepadaku, telah bercerita kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah bercerita kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu dia bercerita kepada mereka bahwa Penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau menunjukkan ayat (mu'jizat, bukti kenabian). Maka beliau menunjukkan kepada mereka terbelahnya bulan.
Shahih Bukhari 3366: Telah bercerita kepadaku [Khalaf bin Khalid Al Qurasyiy] telah bercerita kepada kami [Bakr bin Mudlar] dari [Ja'far bin Rabi'ah] dari ['Irak bin Malik] dari ['Ubaidullah bin Abdullah bin Mas'ud] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Bulan pernah terbelah pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3367: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami [Mu'adz] berkata: telah bercerita kepadaku [bapakku] dari [Qatadah] telah bercerita kepada kami Anas radliyallahu 'anhu bahwa Ada dua orang dari shahabat-shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang pulang (setelah bertemu) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam yang gelap gulita, sedang pada tangan keduanya ada pelita yang menerangi jalan keduanya. Ketika keduanya berpisah, masing-masing dari sahabat tersebut terus diiringi cahaya hingga tiba menemui keluarganya.
Shahih Bukhari 3368: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Abu Al Aswad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Isma'il] telah bercerita kepada kami [Qais], aku mendengar [Al Mughirah bin Syu'bah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Senantiasa akan ada (sekelompok) orang dari ummatku yang akan menang hingga datang ketetapan Allah atas mereka dan mereka dalam keadaan menang."
Shahih Bukhari 3369: Telah bercerita kepada kami [Al Humaidiy] telah bercerita kepada kami [Al Walid] berkata: telah bercerita kepadaku [Ibnu Jabir] berkata: telah bercerita kepadaku ['Umair bin Hani'] bahwa dia mendengar [Mu'awiyah] berkata: aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Senantiasa akan ada dari ummatku, (sekelompok) ummat yang tegak di atas urusan agama Allah, tidak dapat membahayakan mereka orang yang menghina mereka dan tidak pula orang yang menyelisih mereka hingga datang ketetapan Allah atas mereka dan mereka dalam keadaan seperti itu (tetap tegak dalam urusan agama Allah)." 'Umair berkata: Maka [Malik bin Yukhamir] berkata: Muadz berkata: "Mereka berada di negeri Syam." Lalu Mu'awiyah berkata: Ini Malik, yang mengaku bahwa dia mendengar bahwa Mu'adz menyatakan bahwa sekelompok ummat itu berada di negeri Syam.
Shahih Bukhari 3370: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] telah bercerita kepada kami [Syabib bin Gharfadah] berkata: aku mendengar [orang-orang dari qabilahku] yang bercerita dari ['Urwah] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberinya satu dinar untuk dibelikan seekor kambing, dengan uang itu ia beli dua ekor kambing, kemudian salah satunya dijual seharga satu dinar, lalu dia menemui beliau dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar. Maka beliau mendoa'akan dia keberkahan dalam jual belinya itu. Sungguh dia apabila berdagang debu sekalipun, pasti mendapatkan untung. Sufyan berkata: Adalah Al Hasan bin 'Umarah yang datang kepada kami dengan membawa hadits ini darinya (dari Syabib). Katanya (Al Hasan): "Syabib mendengar hadits ini dari ['Urwah], maka aku (Sufyan) menemui Syabib lantas dia berkata: "Aku tidak mendengarnya dari 'Urwah." Syabib berkata: "Aku mendengarnya dari orang-orang yang mengabarkan hadits darinya namun aku mendengar dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kebaikan senantiasa terikat dengan ubun-ubun kuda hingga hari kiamat." Dia Syabib berkata: "Sungguh aku telah melihat di rumahnya ada tujuh puluh ekor kuda." Sufyan berkata: "Dia ('Urwah) membeli seekor kambing untuk Beliau sepertinya untuk keperluan hewan kurban."
Shahih Bukhari 3371: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari ['Ubaidullah] berkata telah mengabarkan kepadaku [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kuda, pada ubun-ubunnya senantiasa ada kebaikan hingga hari kiamat."
Shahih Bukhari 3372: Telah bercerita kepada kami [Qais bin Hafsh] telah bercerita kepada kami [Khalid bin Al Harits] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu At-Tayyah] berkata: aku mendengar [Anas binMalik] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kuda, pada ubun-ubunnya senantiasa ada kebaikan."
Shahih Bukhari 3373: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Zaid binAslam] dari [Abu Shalih as-Samman] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kuda itu ada tiga jenis. Yaitu, ada yang bagi seseorang membawa pahala, ada yang menjadi pelindung dan ada yang mendatangkan dosa. Adapun orang yang mendapatkan pahala dengan kudanya adalah orang yang menggunakan kudanya di jalan Allah, dia rawat dan pelihara kudanya di ladang hijau atau rerumputan, setiap kali tali ikatannya mengenai tanaman atau rerumputan itu maka terhitung baginya hasanah (kebaikan), dan seandainya talinya terputus lalu kuda itu lari menjauh hingga mendaki satu dua bukit maka bekas dan apa yang diinjaknya menjadi kebaikan baginya, dan seandainya kuda itu melewati sungai lalu minum dari air sungai tersebut sedang dia tidak berkehendak memberinya minum, maka baginya hasanah dan itulah pahala baginya. Yang kedua, seorang yang menjadikan kudanya untuk mencari penghasilan, solusi kehidupan dan untuk menjaga kehormatan diri namun dia tidak melupakan hak Allah pada kaki dan punggung kudanya, maka kuda itu menjadi pelindung baginya. Dan yang ketiga, seorang yang menjadikan kudanya sebagai kebanggaan, pamer dan untuk permusuhan melawan Ummat Islam maka baginya mendatangkan dosa." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang keledai maka beliau menjawab: "Tidak ada wahyu yang diturunkan kepadaku tentang hal ini melainkan firman Allah yang mencakup manfaat yang besar, yaitu: (Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji sawi sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar seberat biji sawi sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula) (QS. Al Zalzalah: 7-8).
Shahih Bukhari 3374: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] telah bercerita kepada kami [Ayyub] dari [Muhammad], aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerang penduduk Khaibar pada pagi buta, yang ketika itu mereka (penduduk Khaibar) sedang berangkat untuk berladang dengan membawa sekop-sekop mereka. Tatkala melihat beliau, mereka berkata: "Awas, ada Muhammad dan pasukannya." Lalu mereka berlari berlindung di baik benteng. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat tangannya seraya bertakbir: "Allahu Akbar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut." (QS. Ash-Shaffaat: 177).
Shahih Bukhari 3375: Telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] telah bercerita kepada kami [Ibnu Abu Al Fudaik] dari [Ibnu Abu Dza'bi] dari [Al Maqburiy] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Aku berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah mendengar dari anda banyak hadits namun aku telah lupa." Maka beliau berkata: "Hamparkanlah selendangmu!" Maka aku menghamparkan lalu beliau seakan-akan menciduk sesuatu dengan tangannya kemudian berkata: "Ambillah!" Lalu aku mengambilnya. Maka sejak saat itu aku tidak pernah lupa satu hadits pun.
Shahih Bukhari 3376: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] berkata: aku mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: telah bercerita kepada kami [Abu Sa'id Al Khudriy] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Akan datang kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu orang-orang bertanya kepada mereka: 'Apakah diantara kalian ada orang yang bersahabat (mendampingi) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?' Kelompok itu menjawab: 'Ya ada.' Maka mereka diberi kemenangan. Kemudian akan datang lagi kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan kepada mereka: 'Apakah diantara kalian ada orang yang bershahabat dengan shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?' Mereka menjawab: 'Ya ada.' Maka mereka diberi kemenangan. Kemudian akan datang lagi kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan kepada mereka: 'Apakah diantara kalian ada orang yang bershahabat dengan orang yang bershahabat dengan shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?' Mereka menjawab: 'Ya ada.' Maka mereka diberi kemenangan."
Shahih Bukhari 3377: Telah bercerita kepadaku [Ishaq] telah bercerita kepada kami [An-Nadlar] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Jamrah], aku mendengar [Zahdam bin Mudlarrib], aku mendengar 'Imran bin Hushain radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik ummatku adalah yang orang-orang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka." --'Imran berkata: "Aku tidak tahu apakah setelah menyebut generasi beliau, beliau menyebut lagi dua generasi atau tiga generasi setelahnya."-- "Kemudian akan datang setelah kalian suatu kaum yang mereka bersaksi padahal tidak diminta bersaksi dan mereka suka berkhiyanat (sehingga) tidak dipercaya, mereka memberi peringatan padahal tidak diminta memberi fatwa dan nampak dari ciri mereka berbadan gemuk-gemuk."
Shahih Bukhari 3378: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari ['Abidah] dari Abdullah radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya." [Ibrahim] berkata: "Dahulu, mereka (para shahabat) memukul (mengajarkan) kami tentang bersaksi dan memegang janji ketika kami masih kecil."
Shahih Bukhari 3379: Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Raja'] telah bercerita kepada kami [Isra'il] dari [Abu Ishaq] dari [Al Bara'] berkata: Abu Bakar membeli dari 'Azib seperangkat pelana unta dengan harga tiga belas dirham lalu Abu Bakar berkata kepada 'Azib: "Perintahanlah Al Bara' untuk membawa pelana ini kepadaku!".Tapi 'Azib berkata: "Tidak, kecuali kamu mau bercerita apa yang kamu dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lakukan saat kalian berdua keluar untuk berhijrah dari Makkah sementara orang-orang musyrikin mencari-cari kalian." Abu Bakar berkata: "Baiklah. Kami berangkat dari Makkah lalu kami melalui perjalanan atau menempuh perjalanan siang dan malam hingga ketika di siang hari saat sangat panas aku mencoba mengarahkan pandanganku untuk melihat-lihat apakah ada naungan untuk tempat berteduh. Akhirnya ada sebuah batu lalu aku datangi dan aku lihat dibaliknya ada tempat untuk berteduh. Maka (kami singgah di batu tersebut) lalu aku meratakan tempat dengan tanganku sendiri dan menghamparkan tikar untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu aku katakan kepada beliau: "Berbaringlah, wahai Nabi Allah!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berbaring lalu aku beranjak sejenak untuk mengamati keadaan sekeliling tempat itu apakah ada orang yang membuntuti kami. Ternyata aku bertemu dengan seorang anak kecil pengembala kambing yang sedang menggiring kambingnya menuju batu tersebut untuk bernaung sebagaimana yang kami lakukan. Aku bertanya kepadanya: "Milik siapakah kamu ini wahai ghulam (anak kecil)?" Anak kecil itu menjawab: "Aku ini milik seseorang dari suku Quraisy." Dia menyebutkan nama tuannya yang aku mengenalnya. Aku bertanya lagi: "Apakah kambingmu ini menghasilkan air susu?" Anak itu menjawab: "Ya." Aku tanya lagi: "Apakah kamu bersedia memeras susunya?" Anak itu kembali menjawab: "Ya." Maka aku memerintahkannya lalu dia menarik seekor kambing gembalaannya dan kuperintahkan agar dia membersihkan puting susunya dari debu kemudian aku memerintahkannya untuk membersihkan telapak tangannya. -Perawi (Abu Ishaq) berkata: Aku melihat Al Bara' memukulkan salah satu telapak tangannya kepada yang lainnya untuk memberi contoh membersihkan puting.- (Abu Bakr) melanjutkan: "Kemudian anak itu memeras sedikit susu dan memasukkannya ke dalam sebuah gelas sedangkan aku membawa wadah kecil yang aku siapkan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang biasanya beliau gunakan untuk minum. Aku menuangkan (air) ke dalam susu itu agar dingin pada bagian bawahnya lalu aku beranjak menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku dapatkan beliau sudah terbangun lalu aku katakan: "Minumlah, wahai Rasulullah." Abu Bakar berkata: "Maka beliau meminumnya hingga aku puas." Kemudian aku bertanya: "Apakah sudah waktunya kita melanjutkan perjalanan, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ya." Maka kami berangkat meneruskan perjalanan sementara kaum musyrikin mencari-cari kami namun tidak seorang pun dari mereka yang mendapatkan kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju'syam yang menunggang kudanya lalu aku berkata: "Itu orang yang mengejar kita, dia akan menangkap kita, wahai Rasulullah." Maka beliau bersabda: "Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."
Shahih Bukhari 3380: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Sinan] telah bercerita kepada kami [Hammam] dari [Tsabit] dari [Anas] dari Abu Bakar radliyallahu 'anhu berkata: Aku berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat berada di gua: "Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya pasti dia melihat kita." Maka beliau berkata: "Tidakkah engkau beranggapan wahai Abu Bakr, bahwa jika ada dua orang, maka Allah yang ketiganya?"
Shahih Bukhari 3381: Telah bercerita kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Abu 'Amir] telah bercerita kepada kami [Fulaih] berkata: telah bercerita kepadaku [Salim Abu An-Nadlar] dari [Busr bin Sa'id] dari Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan khathbah di hadapan manusia lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberi pilihan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah." (Abu Sa'id) berkata: Tiba-tiba Abu Bakar menangis yang membuat kami heran dengan tangisannya hanya karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan ada seorang hamba yang diminta untuk memilih. Ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah yang dimaksud dengan hamba tersebut. Dan Abu Bakar adalah orang yang paling memahami isyarat itu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Dan seandainya aku boleh mengambil puncak kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh tidak ada satu pun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintu Abu Bakar."
Shahih Bukhari 3382: Telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sulaiman] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhu berkata: Kami memilih-milih orang terbaik diantara manusia pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya yang terpilih adalah Abu Bakar kemudian 'Umar bin Al Khaththab lalu 'Utsman bin 'Affan radliyallahu 'anhum".
Shahih Bukhari 3383: Telah bercerita kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Wuhaib] telah bercerita kepada kami [Ayyub] dari ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seandainya aku diperbolehkan menjadikan diantara ummatku sebagai puncak kekasih pastilah aku pilih Abu Bakar. Akan tetapi dia hanyalah saudaraku sekaligus sahahabatku."
Shahih Bukhari 3384: Telah bercerita kepada kami [Mu'allaa bin Asad] dan [Musa bin Isma'il At Tabudzakiy], keduanya berkata: telah bercerita kepada kami [Wuhaib] dari [Ayyub], dan beliau bersabda: "Seandainya aku diperbolehkan menjadikan seseorang sebagai kekasih, pasti aku menjadikan dia (Abu Bakar) sebagai kekasih. Akan tetapi persaudaraan Islam lebih utama." Telah bercerita kepada kami [Qutaibah] telah bercerita kepada kami ['Abdul Wahhab] dari [Ayyub] seperti hadits ini juga.
Shahih Bukhari 3385: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah mengabarkan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Abdullah bin Abu Mulaikah] berkata: Penduduk Kufah menulis surat kepada [Ibnu Az Zubair] (bertanya) tentang kedudukan kakek (dalam fara'idl/warisan), maka Ibnu Az Zubair berkata: "Adapun yang ada adalah seperti yang disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Seandainya aku diperbolehkan dari ummat ini mengambil seseorang sebagai puncak kekasih, pasti aku mengambilnya (Abu Bakr)." Beliau menempatkannya sebagai bapak, maksudnya Abu Bakar.
Shahih Bukhari 3386: Telah bercerita kepada kami [Al Humaidiy] dan [Muhammad bin 'Ubaidullah], keduanya berkata: telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari [Muhammad bin Jubair bin Muth'im] dari [bapaknya] berkata: Ada seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu beliau memerintahkan wanita itu agar kembali di lain waktu. Lalu wanita itu bertanya: "Seandainya aku datang nanti tapi tidak menemukan anda?" Wanita itu sepertinya berkata tentang kematian (khawatir bila menjemput beliau). Maka shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Jika kamu tidak menemukan aku lagi, maka temuilah Abu Bakar!"
Shahih Bukhari 3387: Telah bercerita kepadaku [Ahmad bin Abu Ath-Thayyib] telah bercerita kepada kami [Isma'il bin Mujalid] telah bercerita kepada kami [Bayan bin Bisyir] dari [Wabarah bin 'Abdurrahman] dari [Hammam] berkata: aku mendengar ['Ammar] berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak ada orang yang bersama beliau (pertama kali memeluk Islam) kecuali lima orang budak, dua orang wanita dan Abu Bakar.
Shahih Bukhari 3388: Telah bercerita kepadaku [Hisyam bin 'Ammar] telah bercerita kepada kami [Shadaqah bin Khalid] telah bercerita kepada kami [Zaid bin Waqid] dari [Busr bin 'Ubaidullah] dari ['Aidzullah Abu Idris] dari Abu Ad-Darda' radliyallahu 'anhu berkata: Aku duduk di samping Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba Abu Bakar datang sambil memegang tepi baju Beliau hingga merapat pada lutut beliau. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apakah teman kalian telah marah?" Maka Abu Bakar memberi salam lalu berkata: "Aku punya masalah dengan Ibnu Al Khaththab lalu aku terlanjur marah kepadanya namun kemudian aku menyesal, aku pun datang menemuinya untuk meminta maaf namun dia enggan memafkan aku. Maka itu aku datang kepada anda." Maka beliau bersabda: "Allah akan mengampunimu, wahai Abu Bakar." Beliau mengucapkan kalimat ini tiga kali. Kemudian 'Umar menyesal lalu mendatangi kediaman Abu Bakar dan bertanya: "Apakah ada Abu Bakar?" Orang-orang menjawab: "Tidak ada." Kemudian 'Umar menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang kedatangannya ini membuat wajah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam nampak marah namun ketegangan itu berhenti karena kedatangan Abu bakar yang langsung duduk bersimpuh pada lutut beliau seraya berkata: "Wahai Rasulullah, aku sudah berbuat aniaya dua kali." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian namun kalian mengatakan: 'Kamu pendusta!' sedangkan Abu Bakar berkata: 'Dia orang yang jujur' dan dia berjuang mengorbankan dirinya dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan kepadaku sahabatku?" -Beliau ulang dua kali-. Maka sejak saat itu Abu Bakar tidak disakiti lagi.
Shahih Bukhari 3389: Telah bercerita kepada kami [Mu'allaa bin Asad] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Al Mukhtar] yang berkata: bahwa [Khalid Al Hadzdza'] telah bercerita kepada kami, dari [Abu 'Utsman] berkata: telah bercerita kepadaku 'Amru bin Al 'Ash radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusnya beserta rombongan pasukan Dzatus Sulasil. Lalu aku ('Amru) bertanya kepada beliau: "Siapakah manusia yang paling anda cintai?" Beliau menjawab: "'Aisyah." Aku katakan: "Kalau dari kalangan laki-laki?" Beliau menjawab: "Bapaknya." Aku tanyakan lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "'Umar bin Al Khaththab." Selanjutnya beliau menyebutkan beberapa orang laki-laki.
Shahih Bukhari 3390: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman bin 'Auf] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika seorang penggembala sedang bersama kambing-kambing gembalaannya tiba-tiba datang seekor serigala lalu menerkam satu ekor kambing tersebut. Kemudian penggembala mencarinya lalu dia dihampiri oleh serigala itu dan serigala itu berbicara: "Siapa yang menjaga kambing tersebut pada hari berburu, ketika tidak ada yang menggembalakannya kecuali aku?" Dan ada pula seseorang yang sedang menggiring sapi betina lalu ketika ditungganginya (membawa beban yang banyak) sapi tersebut menoleh dan berbicara kepadanya. Kata sapi itu: "Aku diciptakan bukan untuk ini, tapi aku diciptakan untuk membantu pengelolaan sawah ladang." Lalu orang-orang berkata: "Maha suci Allah." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh, aku beriman tentang kejadian itu, begitu juga Abu Bakar dan 'Umar radliyallahu 'anhuma."
Shahih Bukhari 3391: Telah bercerita kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] dari [Yunus] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Al Musayyab], dia mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika aku sedang tidur, aku (bermimpi) melihat diriku ada di samping sebuah sumur yang memiliki timba lalu aku mengambil air dengan timba itu sesuai kehendak Allah. Kemudian timba itu diambil oleh Ibnu Abu Quhafah lalu dia menimba sebanyak satu atau dua timba air dan pada tarikannya itu ada kelemahan dan Allah telah mengampuni kelemahannya itu. Kemudian timba itu menjadi besar lalu diambil oleh Ibnu Al Khaththab. Sungguh aku belum pernah melihat di tengah-tengah manusia ada sesuatu yang begitu luar biasa yang dilakukan oleh seseorang kemudian dia membagi-bagikan kepada manusia seperti yang dilakukan oleh 'Umar sehingga manusia menjadi puas."
Shahih Bukhari 3392: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Muqatil] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Musa bin 'Uqbah] dari [Salim bin Abdullah] dari Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan maka Allah tidak akan melihat kepadanya pada hari kiamat." Kemudian Abu Bakar berkata: "Sesungguhnya sebelah dari pakaianku terjulur kecuali bila aku memeganginya (mengangkatnya)." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Sesungguhnya kamu melakukan itu bukan bermaksud sombong." [Musa] berkata: Aku bertanya kepada Salim: Apakah [Abdullah] menyebutkan: "Siapa yang menjulurkan sarungnya?" (pakaian bagian bawah). Salim berkata: Aku tidak pernah mendengar dia berkata kecuali menyebut pakaian.
Shahih Bukhari 3393: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah bercerita kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Humaid bin Abdurrahman bin 'Auf] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menginfaqkan dua jenis (berpasangan) dari hartanya di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: (lalu dikatakan kepadanya): 'Wahai Abdullah, inilah kebaikan (dari apa yang kamu amalkan). Maka barangsiapa dari kalangan ahlu shalat dia akan dipanggil dari pintu shalat, dan barangsiapa dari kalangan ahlu jihad dia akan dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa dari kalangan ahlu shadaqah dia akan dipanggil dari pintu shadaqah, dan barangsiapa dari kalangan ahlu shiyam (puasa) dia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan." Lantas Abu Bakar bertanya: "Jika seseorang dipanggil dari satu pintu dari pintu-pintu yang ada, itu sebuah kepastian!" Dia bertanya lagi: "Dan apakah mungkin setiap orang akan dipanggil dari pintu-pintu itu semuanya?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Benar, dan aku berharap kamu termasuk diantara mereka, wahai Abu Bakr."
Shahih Bukhari 3394: Telah bercerita kepada kami [Isma'il bin Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Bilal] dari [Hisyam bin 'Urwah] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Urwan bin Az Zubair] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu, istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal dunia, Abu Bakar sedang berada di Sunuh. --Isma'il berkata: "Yakni sebuah perkampungan 'Aliyah, Madinah."-- Maka 'Umar tampil berdiri sambil berkata: 'Demi Allah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah meninggal." 'Aisyah berkata: Selanjutnya 'Umar berkata: "Tidak ada perasaan pada diriku melainkan itu. Dan pasti Allah akan membangkitkan beliau dan siapa yang mengatakannya (bahwa beliau telah meninggal dunia), pasti Allah memotong tangan dan kaki mereka." Lalu Abu Bakar datang kemudian menyingkap penutup (yang menutupi) jasad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menutupnya kembali. Abu Bakar berkata: "Demi bapak ibuku, sungguh baik hidupmu dan ketika matimu. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh Allah tidak akan memberikan anda untuk merasakan dua kematian selamanya." Kemudian dia keluar dan berkata: "Wahai kaum yang sudah bersumpah setia, tenanglah!" Ketika Abu Bakar berbicara, 'Umar duduk. Abu Bakar memuji Allah dan mensucikan-Nya lalu berkata: "Barangsiapa yang menyembah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya Muhammad sekarang sudah mati, dan siapa yanng menyembah Allah, sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Hidup selamanya tidak akan mati." Lalu dia membacakan firman Allah: (Sesungguhnya kamu akan mati dan mereka pun akan mati) (Qs. Az-Zumar: 30) dan membaca: (Muhammad itu tidak lain kecuali hanyalah seorang Rasul sebagaimana telah berlalu Rasul-rasul sebelum dia. Apakah bila dia mati atau terbunuh kalian akan berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka sekali-kali dia tidak akan dapat mendatangkan madlarat kepada Allah sedikit pun dan kelak Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) (QS. Alu 'Imran: 144). Perawi ('Amru) berkata: Maka orang-orang menangis tersedu-sedu. Perawi berkata lagi: Kemudian kaum Anshar berkumpul menemui Sa'ad bin 'Ubadah di tenda Bani Sa'adah lalu mereka berkata: "Dari pihak kami ada pemimpinnya begitu juga dari pihak kalian (Muhajirin) ada pemimpinnya." Lalu Abu Bakar dan 'Umar bin Al Khaththab serta Abu 'Ubaidah bin Al Jarah mendatangi mereka. 'Umar memulai bicara namun Abu Bakar menenangkannya. Sebelumnya 'Umar berkata: "Sungguh aku tidak bermaksud hal seperti itu. Hanya saja aku telah mempersiapkan pembicaraan yang membuatku kagum namun aku khawatir jika tidak disampaikan oleh Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar mulai berbicara dengan perkataan-perkataan yang menunjukkan pembicaraan manusia bijak. Dia berkata dalam bagian pembicaraannya itu: "Kami (Muhajirin) adalah pemimpin sedangkan kalian adalah para menterinya." Spontan Hubab bin Al Mundzir berkata: "Tidak, demi Allah, kami tidak mau seperti itu. Tapi kami mempunyai pemimpin dan kalian pun mempunyai pemimpin tersendiri." Abu Bakar menjawab: "Tidak. Tapi kami adalah pemimpin sedangkan kalian para menterinya. Para Muhajirin adalah orang Arab yang tempat tinggalnya paling tengah dan keturunan Arab yang paling murni. Untuk itu berbai'atlah (berjanji setia) kepada 'Umar atau Abu 'Ubaidah bin Al Jarah!" Maka 'Umar berkata: "Tidak begitu. Sebaliknya kami yang berbai'at kepadamu. Karena, sungguh kamu adalah penghulu kami, orang terbaik kami dan orang yang paling dicintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Lalu 'Umar memegang tangan Abu Bakr lalu berbai'at kepadanya dan kemudian diikuti oleh orang banyak. Ada seseorang yang berkata: "Kalian telah membinasakan Sa'ad bin 'Ubadah." 'Umar segera membalas: "Semoga Allah membinasakannya." Dan [Abdullah bin Salam] berkata: dari [Az Zubaidiy] telah berkata [Abdurrahman bin Al Qasim] telah mengabarkan kepadaku Al Qasim bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membuka matanya ke atas sambil berkata: "Menuju Kekasih yang Maha Tinggi." sebanyak tiga kali. Lalu dia menceritakan hadits selengkapnya lalu berkata: "Tidak ada satu pun dari khuthbah keduanya melainkan Allah telah memberikan manfaat dengan khuthbah itu, 'Umar telah membuat takut orang-orang dengan kemungkinan timbulnya di tengah mereka sifat nifaq, lalu Allah mengembalikkan mereka (untuk istiqamah menjaga persatuan) lewat khuthbahnya 'Umar tersebut. Sedangkan Abu Bakar telah menunjukkan kematangan pandangannya untuk membawa manusia di atas petunjuk dan dia sebagai orang yang paling tahu tentang kebenaran yang ada pada mereka, dia keluar sambil membacakan ayat (Muhammad itu tidak lain kecuali hanyalah seorang Rasul sebagaimana telah berlalu Rasul-rasul sebelum dia...) hingga (...orang-orang yang bersyukur) (QS. Alu 'Imran: 144).
Shahih Bukhari 3395: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] telah bercerita kepada kami [Jami' bin Abu Rasyid] telah bercerita kepada kami [Abu Ya'laa] dari [Muhammad bin Al Hanafiyyah] berkata: Aku bertanya kepada [bapakku] (yaitu, 'Ali bin Abu Thalib): "Siapakah manusia paling baik setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Bapakku menjawab: "Abu Bakr." Aku bertanya lagi: "Kemudian siapa?" Dia menjawab: "'Umar." Aku khawatir bila dia mengatakan 'Utsman. Kemudian aku tanya: "Kemudian kamu?" Dia berkata: "Aku ini tidak lain hanyalah seorang laki-laki biasa dari kaum Muslimin."
Shahih Bukhari 3396: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dari [Malik] dari [Abdurrahman bin Al Qasim] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu bahwa dia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam salah satu perjalanan yang dilakukannya. Hingga ketika kami sampai di Baida' atau di tempat pasukan berkumpul, aku kehilangan kalungku. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencarinya bersama orang-orang dari pasukan. Sedangkan mereka tidak berada di dekat mata air dan mereka juga tidak memiliki air. Maka sebagian orang mendatangi Abu Bakar Ash-Shidiq seraya berkata: "Tidakkah kamu perhatikan apa yang telah diperbuat oleh 'Aisyah?. Dia telah membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang menjadi sibuk padahal mereka tidak berada dekat air dan mereka juga tidak memiliki air." Maka Abu Bakar Ash-Shidiq datang sedang saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbaring menyandarkan kepalanya di pahaku telah tertidur. Dia berkata: "Kamu telah menahan (menyusahkan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang banyak sedangkan mereka tidak sedang berada dekat air dan mereka juga tidak mempunyai air. 'Aisyah berkata: "Maka Abu Bakar mencelaku dan berkata sesukanya atas kehendak Allah apa yang bisa diucapkannya, lalu dia menusuk pinggangku dengan (jari) tangannya. Sebenarnya tidak ada yang menghalangi aku untuk bergerak (karena tusukannya) kecuali aku menyadari posisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang berbaring pada pahaku. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terus tertidur hingga pagi hari tanpa ada air. Kemudian Allah menurunkan ayat tayamum. Maka semua orang bertayamum. Berkata Usaid bin Al Hudlair: "Kejadian tadi adalah awal dari kebarakahannya keluarga kalian, wahai Abu Bakar." 'Aisyah berkata: "Kemudian unta yang aku tunggangi berdiri yang ternyata kami temukan kalungku berada dibawahnya."
Shahih Bukhari 3397: Telah bercerita kepada kami [Adam bin Abu Iyas] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Al A'masy] berkata: aku mendengar [Dzakwan] bercerita dari Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu yang berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebanyak bukit uhud, tidak akan ada yang menyamai satu timbangan (pahala) seorang pun dari mereka, juga tidak akan sampai setengahnya." Hadits ini diikuti pula oleh [Jarir], [Abdullah bin Daud], [Abu Mu'awiyah] dan [Muhadlir] dari [Al A'masy].
Shahih Bukhari 3398: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Miskin Abu Al Hasan] telah bercerita kepada kami [Yahya bin Hassan] telah bercerita kepada kami [Sulaiman] dari [Syarik bin Abu Namir] dari [Sa'id bin Al Musayyab] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Musa Al Asy'ariy] bahwa Dia berwudlu' di rumahnya lalu keluar. (Lalu dia bercerita): Aku berkata: 'Aku akan mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bersamanya hari ini." Dia berkata: "Maka dia menuju masjid lalu bertanya tentang keberadaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang-orang menjawab: "Beliau keluar dan menuju ke arah sana." Maka aku keluar menelusuri bekas jejak beliau mencari keberadaannya hingga (aku lihat) beliau memasuki sebuah sumur Aris (di suatu ladang pusat kota Madinah). Aku duduk di samping pintu yang terbuat dari pelepah kurma hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyelesaikan keperluannya kemudian berwudlu'. Aku segera menghampiri beliau yang ternyata beliau sedang duduk dekat sumur Aris tersebut dan berada di tengah-tengah tepi sumur tersebut. Beliau menyingkap (pakaiannya) hingga kedua betisnya dan mengulurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Aku memberi salam kepada beliau lalu berpaling dan kembali duduk di samping pintu. Aku berkata: "Sungguh aku menjadi penjaga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari ini." Kemudian Abu Bakar datang dan mengetuk pintu. Aku tanya: "Siapakah ini?" Dia berkata: "Abu Bakar." Aku katakan: "Tunggu sebentar." Kemudian aku menemui (Beliau) lalu aku katakan: "Wahai Rasulullah, ada Abu Bakar minta izin masuk?" Beliau berkata: "Izinkan dia masuk dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga." Aku kembali lalu aku katakan kepada Abu Bakar: "Masuklah, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan surga." Maka Abu Bakar masuk lalu duduk di samping kanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada tepi sumur kemudian menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengangkat pakaiannya setinggi kedua betisnya. Kemudian aku kembali dan duduk. Aku telah meninggalkan saudaraku berwudlu' dan menyusulku. Aku berkata: "Seandainya Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, -yang dia maksud saudaranya- pasti Allah memberinya." Tiba-tiba ada orang yang menggerak-gerakkan pintu, aku bertanya: "Siapakah ini?" Oang itu menjawab: "Aku 'Umar bin Al Khaththab." Aku katakan: "Tunggu sebentar!" Kemudian aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberi salam kepada beliau lalu aku katakan: "Wahai Rasulullah, ada 'Umar bin Al Khaththab minta izin masuk?" Beliau berkata: "Izinkan dia masuk dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga." Maka aku temui lalu aku katakan: "Masuklah, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan surga." Maka 'Umar masuk lalu duduk di samping kiri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada tepi sumur kemudian menjulurkan kedua kakinya ke dalam sumur. Kemudian aku kembali dan duduk. Aku berkata: "Seandainya Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, pasti Allah memberinya." Tiba-tiba ada lagi orang yang menggerak-gerakkan pintu, aku bertanya: "Siapakah ini?" Orang itu menjawab: "'Utsman bin 'Affan." Aku katakan: "Tunggu sebentar!" Kemudian aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu aku kabarkan kepada beliau, maka beliau berkata: "Izinkan dia masuk dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga, dengan berbagai cobaan yang menimpanya." Maka aku menemuinya lalu aku katakan kepadanya: "Masuklah, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan surga, sekaligus berbagai cobaan yang menimpamu." Maka 'Utsman masuk namun dia dapatkan tepi sumur telah penuh. Akhirnya dia duduk di hadapan beliau dari sisi yang lain. Berkata [Syarik bin Abdullah], berkata [Sa'id bin Al Musayyab]: "Aku tafsirkan posisi duduk mereka bertiga sebagai posisi kuburan mereka sedangkan kuburan 'Utsman terpisah dari mereka."
Shahih Bukhari 3399: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Sa'id] dari [Qatadah] bahwa Anas bin Malik radliyallahu 'anhu bercerita kepada mereeka bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendaki bukit Uhud, diikuti oleh Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman. Lalu gunung Uhud itu bergetar, maka beliau bersabda: "Tenanglah wahai Uhud, karena di atasmu sekarang ada Nabi, Ash Shiddiq (orang yang jujur, maksudnya Abu Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid."
Shahih Bukhari 3400: Telah bercerita kepadaku [Ahmad bin Sa'id Abu Abdullah] telah bercerita kepada kami [Wahb bin Jarir] telah bercerita kepada kami [Shakhr] dari [Nafi'] bahwa Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika aku sedang berada di dekat sumur saat aku melepaskan sarungku, Abu Bakar dan 'Umar datang menemuiku. Lalu Abu Bakar mengambil (air) dengan satu atau dua timba dan pada tarikannya itu ada kelemahan dan Allah mengampuninya. Kemudian Ibnu Al Khaththab mengambil timba itu dari tangan Abu Bakar sehingga dapat mengambil air yang banyak. Aku belum pernah melihat di kalangan manusia ada orang yang berbuat saperti apa yang diperbuat oleh 'Umar hingga manusia menjadi puas karenanya." [Wahb] berkata: Al'Athan adalah tempat menderum unta." Dia berkata: "Hingga unta-unta dapat minum dengan puas dan beristirahat."
Shahih Bukhari 3401: Telah bercerita kepadaku [Al Walid bin Shalih] telah bercerita kepada kami ['Isa bin Yunus] telah bercerita kepada kami ['Umar bin Sa'id bin Abu Al Husain Al Makkiy] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Ketika aku berada di tengah-tengah kaum (Muslimin), ternyata mereka sedang mendo'akan 'Umar bin Al Khaththab, saat jasadnya sudah diletakkan di atas tempat tidurnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari belakangku yang meletakkan siku lengannya pada bahuku seraya berkata: "Semoga Allah merahmatimu. Sungguh aku berharap Allah akan menjadikan kamu bersama kedua shahabatmu (Abu Bakar dan 'Umar) dikarenakan aku sering mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku bersama Abu Bakar dan 'Umar. Aku, Abu Bakr dan 'Umar mengerjakan sesuatu dan Aku, Abu Bakar dan 'Umar berangkat (bepergian)." Maka, sungguh aku berharap Allah menjadikan kamu bersama keduanya (di pemakaman). Kemudian aku menoleh, ternyata orang itu adalah 'Ali bin Abu Thalib.
Shahih Bukhari 3402: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Yazid Al Kufiy] telah bercerita kepada kami [Al Walid] dari [Al Awza'iy] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari ['Urwah bin Az Zubair] berkata: Aku bertanya kepada ['Abdullah bin 'Amru] tentang perbuatan yang paling keras yang dilakukan kaum Musyrikin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka dia menjawab: "Aku pernah melihat 'Uqbah bin Abu Mu'ith mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau sedang shalat lalu dia meletakkan selendangnya pada leher beliau lalu dia menariknya dengan sekuat-kuatnya. Kemudian Abu Bakar datang lalu melepaskan selendang tersebut dari leher beliau seraya berkata dengan mengutip firman Allah: (Apakah kalian akan membunuh seseorang karena dia mengatakan Rabbku Allah?. Sungguh dia telah datang dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas dari Rabb kalian) (QS. Ghafir: 28).
Shahih Bukhari 3403: Telah bercerita kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Al Majisyun] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Al Munkadir] dari Jabir bin 'Abdullah radliyalllahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku bermimpi memasuki surga. Disana aku bertemu seorang wanita yang bertahi mata, yaitu istri dari Abu Thalhah lalu aku mendengar suara langkah sandal. Aku bertanya: "Siapakah dia?" Dia menjawab: "Dia adalah Bilal." Kemudian aku melihat istana yang di halamannya ada seorang sahaya wanita. Aku bertanya: "Untuk siapakah istana itu?" Dia menjawab: "Untuk 'Umar." Semula aku ingin masuk ke dalam istana itu untuk melihat-lihat namun aku teringat kecemburuanmu." Maka 'Umar berkata: "Demi bapak dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah aku boleh cemburu kepadamu?"
Shahih Bukhari 3404: Telah bercerita kepada kami [Sa'id bin Abu Maryam] telah mengabarkan kepada kami [Al Laits] berkata: telah bercerita kepadaku ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Ketika tidur, aku bermimpi diriku berada didalam surga, disana ada seorang wanita yang sedang berwudlu' di samping istana. Aku bertanya: "Untuk siapakah istana itu?" Mereka menjawab: "Untuk 'Umar." Namun aku teringat kecemburuanmu, maka aku berpaling." Seketika 'Umar menangis dan berkata: "Apakah patut aku cemburu kepadamu, wahai Rasulullah?"
Shahih Bukhari 3405: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Ash-Shalti Abu Ja'far Al Kufiy] telah bercerita kepada kami [Ibnu Al Mubarak] dari [Yunus] dari [Az Zuhriy] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Hamzah] dari [bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika tidur, aku bermimpi meminum (segelas) susu hingga aku dapat melihat aliran air dari kukuku (dengan bentuk tunggal) atau kuku-kukuku (dengan bentuk jamak), kemudian aku berikan (sisanya kepada) 'Umar." Orang-orang bertanya: "Apa maknanya (susu tersebut)?" Beliau menjawab: "Ilmu."
Shahih Bukhari 3406: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin 'Abdullah bin Numair] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Bisyir] telah bercerita kepada kami ['Ubaidullah] berkata: telah bercerita kepadaku Abu Bakar bin Salim dari Salim dari 'Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dalam tidurku, aku bermimpi menarik timba (mengambil air) untuk memberi minum unta dari suatu sumur. Kemudian Abu Bakar datang lalu menarik (mengambil air) satu atau dua timba dan pada tarikannya itu ada kelemahan dan Allah mengampuninya. Kemudian 'Umar bin Al Khaththab datang lalu mengambil timba tersebut sehingga dapat mengambil air yang banyak. Aku belum pernah melihat di kalangan manusia ada orang yang berbuat saperti apa yang diperbuat olehnya lalu memberi minum unta-unta hingga manusia menjadi puas karenanya." Ibnu Jubair berkata: Al 'Abqariy artinya ladang luas yang indah. Yahya berkata Az-Zaraabiyyu artinya permadani-permadani yang bersabut halus pada permukaannya yang (mabtsuutsah) terhampar sangat banyak. Dalam firman Allah Ta'ala QS Al Ghasyiyah ayat 16.
Shahih Bukhari 3407: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] berkata: telah bercerita kepadaku [bapakku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku ['Abdul Hamid] bahwa [Muhammad bin Sa'ad] mengabarkan kepadanya bahwa [bapaknya] berkata. Dan diriwayatkan pula, telah bercerita kepadaku ['Abdul 'Aziz bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] dari ['Abdul Hamid bin 'Abdur Rahman bin Zaid] dari [Muhammad bin Sa'ad bin Abu Waqqash] dari [bapaknya] berkata: 'Umar meminta izin masuk kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat ada wanita-wanita Quraisy sedang berbincang bersama Beliau dan berlama-lama berbicara hingga suara mereka terdengar lebih keras dari suara beliau. Ketika 'Umar terdengar meminta izin, para wanita itu berdiri lalu pergi berlindung di balik tabir. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkannya Maka 'Umar masuk lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa. 'Umar berkata: "Semoga Allah selalu membuat gigi anda tertawa wahai Rasulullah." Beliau berkata: "Aku heran dengan para wanita yang tadi bersamaku. Ketika mereka mendengar suaramu mereka langsung saja menghindar dan berlindung di balik tabir." 'Umar berkata: "Andalah wahai Rasulullah yang seharusnya lebih patut untuk disegani." Selanjutnya 'Umar berkata: "Wahai para wanita yang menjadi musuh bagi diri kalian sendiri, mengapa kalian segan (takut) kepadaku dan tidak segan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Para wanita itu menjawab: "Ya, karena kamu lebih galak dan keras hati dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada satu setan pun yang berjumpa denganmu pada suatu lorong melainkan dia akan mencari lorong lain selain lorong yang kamu lalui."
Shahih Bukhari 3408: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Isma'il] telah bercerita kepada kami [Qais] berkata: ['Abdullah bin Mas'ud] berkata: Kami senantiasa mulia sejak 'Umar masuk Islam.
Shahih Bukhari 3409: Telah bercerita kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami ['Abdullah] telah bercerita kepada kami ['Umar bin Sa'id] dari [Ibnu Abu Mulaikah] bahwa dia mendengar Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Setelah jasad 'Umar diletakkan di atas tempat tidurnya, orang-orang datang berkumpul lalu mendo'akan dan menshalatinya sebelum diusung. Saat itu aku ada bersama orang banyak, dan tidaklah aku terkaget melainkan setelah ada orang yang meletakkan siku lengannya pada bahuku, yang ternyata dia adalah ['Ali bin Abu Thalib]. Kemudian dia memohonkan rahmat bagi 'Umar dan berkata: "Sama sekali tidak engkau tinggalkan seorang pun yang lebih aku sukai agar Allah berikan pembalasan sesuai keistimewaan amalnya dari padamu. Dan demi Allah, sungguh aku yakin sekali bahwa Allah akan menjadikan kamu bersama kedua sahabatmu (Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar) dikarenakan aku sering kali mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku berangkat (bepergian) bersama Abu Bakar dan 'Umar. Aku masuk bersama Abu Bakar dan 'Umar. Aku keluar bersama Abu Bakar dan 'Umar."
Shahih Bukhari 3410: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah bercerita kepada kami [Sa'ad bin Abu 'Arubah]. Dan diriwayatkan pula, [Khalifah] berkata kepadaku, telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Sawa'] dan [Kahmas bin Al Minhal] keduanya berkata: telah bercerita kepada kami [Sa'id] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendaki bukit Uhud bersama Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman lalu bukit itu bergetar. Maka beliau menghentakkan kakinya seraya berkata: "Tenanglah Uhud, karena di atas kamu sekarang tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq (Abu Bakar) dan dua orang (yang akan mati) syahid ('Umar dan 'Utsman)."
Shahih Bukhari 3411: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Sulaiman] berkata: telah bercerita kepadaku [Ibnu Wahb] berkata: telah bercerita kepadaku ['Umar, dia adalah Ibnu Muhammad] bahwa [Zaid bin Aslam] bercerita kepadanya dari [bapaknya] berkata: Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma bertanya kepadaku tentang sebagian aktifitas yang biasa dilakukannya, maksudnya 'Umar, maka dia mengabarkan aku, katanya: "Tidak pernah aku melihat seorangpun setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang lebih bersungguh-sungguh dan lebih dermawan (dalam harta) hingga meninggal dunia dari pada 'Umar bin Al Khaththab."
Shahih Bukhari 3412: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Tsabit] dari Anas radliyallahu 'anhu bahwa Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Katanya: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Beliau balik bertanya kepada orang itu: "Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab: "Tidak ada. Kecuali, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka beliau berkata: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai." Anas berkata: "Kami belum pernah bergembira atas sesuatu seperti gembiranya kami dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai." Selanjutnya Anas berkata: "Maka aku mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, 'Umar dan aku berharap dapat berkumpul bersama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka sekalipun aku tidak memiliki amal seperti amal mereka."
Shahih Bukhari 3413: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Qaza'ah] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari [Abu Salamah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh telah ada pada setiap umat-umat sebelum kalian para muhaddits (orang-orang yang selalu berpandangan lurus/punya firasat tinggi) dan seandainya ada seseorang pada umatku ini tentu dia adalah 'Umar." [Zakariya' bin Abu Za'idah] menambahkan dari [Sa'ad] dari [Abu Salamah] dari Abu Hurairah berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh telah ada pada orang-orang sebelum kalian dari kalangan Bani Isra'il mereka yang dianugerahkan pembicaraannya selalu benar padahal mereka bukanlah dari kalangan para Nabi. Dan seandainya ada pada umatku ini seorang dari mereka, maka tentu dia adalah 'Umar." Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma menjelaskan dengan redaksi: "Dari kalangan Nabi bukan muhaddats."
Shahih Bukhari 3414: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah bercerita kepada kami [Al Laits] telah bercerita kepada kami ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dan [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] keduanya berkata: Kami mendengar Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada seorang penggembala ketika sedang bersama kambing-kambing gembalaannya, tiba-tiba datang seekor serigala menyerang lalu mengambil seekor kambingnya. Gembala itu pun mencarinya hingga menemukannya lalu serigala menoleh kepadanya seraya berkata: "Siapa yang menjaga kambing itu pada hari berburu ketika tidak ada yang menggembalakannya selain aku?" Orang-orang berujar keheranan: "Subhaanallah (Maha Suci Allah)!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh aku beriman tentang kejadian itu. Begitu juga Abu BakAr dan 'Umar." Saat itu Abu Bakar dan 'Umar tidak berada di sana.
Shahih Bukhari 3415: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif] dari Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika tidur, aku bermimpi melihat orang-orang dihadapkan kepadaku. Mereka mengenakan baju, diantaranya ada yang sampai buah dada dan ada yang mencapai selain dari itu. Dan dihadapkan pula kepadaku 'Umar dia mengenakan baju hingga dia menyeretnya. Para shahabat bertanya: "Apa maksudnya hal demikian, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Itulah Ad Din (agama)."
Shahih Bukhari 3416: Telah bercerita kepada kami [ash-Shalti bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Isma'il bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Ayyub] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari [Al Miswar bin Makhramah] berkata: Ketika 'Umar ditikam, ia merasakan kepedihannya, maka [Ibnu 'Abbas] berkata kepada 'Umar seakan dia ingin membantu meringankan keluhan sakitnya: "Wahai amirul mu'minin, sekalipun ini terjadi kepada anda akan tetapi anda bersahabat dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan anda menjalin persahabatan itu dengan baik lalu beliau berpisah dari anda (wafat) dalam keadaan beliau ridla. Kemudian anda bershahabat dengan Abu Bakar dan anda menjalin persahabatan itu dengan baik lalu dia berpisah dari anda (wafat) dalam keadaan dia ridla kepada anda. Kemudian anda juga bershahabat dengan para shahabat mereka dan menjalin pershahabatan itu dengan baik. Jika sekarang anda meninggalkan mereka, sungguh perpisahan anda dengan mereka ini dalam keadaan mereka semua ridla kepada anda. Lalu 'Umar berkata: "Adapun yang kamu sebut sebagai pershahabatanku dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan keridlaannya sesungguhnya hal itu semata pertolongan Allah Ta'ala yang dianugerahkan-Nya kepadaku. Sementara apa yang kamu sebut sebagai pershahabaanku dengan Abu Bakar dan keridlaannya sesungguhnya hal itu juga merupakan pertolongan Allah Ta'ala yang dianugerahkan-Nya kepadaku. Sedangkan apa yang kamu lihat berupa keluhan sakitku ini sesungguhnya ini demi kemaslahatanmu dan sahabat-sahabatmu. Demi Allah, seandainya aku memiliki emas sepenuh bumi tentu aku akan gunakan untuk menebus diriku dari siksaan Allah 'azza wa jalla sebelum aku melihatnya." [Hammad bin Zaid] berkata: telah bercerita kepada kami [Ayyub] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari Ibnu 'Abbas: "Aku menemui 'Umar dalam kondisi seperti ini..."
Shahih Bukhari 3417: Telah bercerita kepada kami [Yusuf bin Musa] telah bercerita kepada kami [Abu Usamah] berkata: telah bercerita kepadaku ['Utsman bin Ghiyats] telah bercerita kepada kami Abu 'Utsman An-Nahdiy dari Abu Musa radliyallahu 'anhu berkata: Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah kebun di antara kebun-kebun yang ada di Madinah, tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta izin dibukakan pintu, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Bukakanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga." Maka aku membukakan pintu yang ternyata laki-laki itu adalah Abu Bakar lalu aku sampaikan kabar gembira sebagaimana yang dipesankan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu Bakar bersyukur dengan memuji Allah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki meminta dibukakan pintu, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Bukakanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga." Maka aku membukakan pintu yang ternyata laki-laki itu adalah 'Umar lalu aku sampaikan kabar gembira sebagaimana yang dipesankan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Umar bersyukur dengan memuji Allah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki meminta dibukakan pintu, lalu beliau berkata kepadaku: "Bukakanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga namun berbagai ujian menimpanya." Ternyata laki-laki itu adalah 'Utsman lalu aku beri kabar gembira sebagaimana yang dipesankan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. 'Utsman bersyukur dengan memuji Allah lalu berkata: "Allah sajalah dimohon pertolongan-Nya."
Shahih Bukhari 3418: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Sulaiman] berkata: telah bercerita kepadaku [Ibnu Wahb] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Haywah] berkata: telah bercerita kepadaku [Abu 'Aqil Zuhrah bin Ma'bad] bahwa dia mendengar [kakeknya, 'Abdullah bin Hisyam] berkata: Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu beliau pegang tangan 'Umar bin Al Khaththab.
Shahih Bukhari 3419: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Abu 'Utsman] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam sebuah kebun lalu memerintahkan aku untuk menjaga pintu kebun. Tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta izin masuk, maka beliau berkata: "Izinkanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga." Ternyata laki-laki itu adalah Abu Bakar. Kemudian datang laki-laki lain meminta izin masuk, maka beliau berkata: "Izinkanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga." Ternyata laki-laki itu adalah 'Umar. Kemudian datang lagi seorang laki-laki meminta izin masuk, maka beliau terdiam sejenak lalu berkata: "Izinkanlah dan sampaikan kabar gembira kepadanya dengan surga namun denagn berbagai ujian yang akan menimpanya." Ternyata laki-laki itu adalah 'Utsman bin 'Affan. [Hammad] berkata: Dan telah bercerita kepada kami ['Ashim Al Ahwal] dan ['Ali bin Al Hakam], keduanya mendengar [Abu 'Utsman] bercerita dari [Abu Musa] seperti hadits ini. Namun ditambahkan didalamnya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada mulanya duduk pada suatu tempat yang ada airnya sambil menyingkap pakaiannya hingga sampai kedua lutut atau salah satu lutut beliau. Namun tatkala 'Utsman sudah datang, beliau menutupnya.
Shahih Bukhari 3420: Telah bercerita kepadaku [Ahmad bin Syabib bin Sa'id] berkata: telah bercerita kepadaku [bapakku] dari [Yunus], berkata [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku ['Urwah] bahwa ['Ubaidullah bin 'Adiy bin Al Khiyar] mengabarkan kepadanya bahwa Al Miswar bin Makhramah dan 'Abdurrahman bin Al Aswad bin 'Abdu Yaghuts keduanya berkata kepadanya ('Ubaidullah): "Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada 'Utsman tentang perkara saudaranya, yaitu Al Walid. Sungguh orang-orang sudah banyak yang menuntutnya." Maka aku sengaja menanti 'Utsman hingga dia keluar untuk shalat lalu aku katakan kepadanya: "Aku punya keperluan dengan anda yaitu nasehat untukmu." 'Utsman berkata: "Wahai laki-laki." [Ma'mar] berkata: "Aku kira dia berkata: "Aku berlindung kepada Allah dari kamu." Maka aku beranjak darinya dan pergi menemui mereka. Sesaat kemudian utusan 'Utsman datang, maka aku menemui 'Utsman lalu dia bertanya: "Apa nasehat kamu tadi?" Aku katakan: "Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan benar dan telah menurunkan Kitab (Al Qur'an) dan kamu termasuk orang yang menyambut seruan Allah dan rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dan kamu sudah berhijrah dua kali dan telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta kamu juga telah melihat petunjuknya. Sungguh banyak orang telah membicarakan persoalan Al Walid." 'Utsman bertanya: "Apakah kamu pernah bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Aku jawab: "Tidak. Akan tetapi ilmu beliau telah sampai kepadaku sebagaimana sampai kepada gadis yang dipingit dalam bilik rumahnya." Dia berkata: "Amma ba'du, Allah telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan benar dan aku adalah termasuk diantara orang yang menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Aku juga beriman dengan apa yang beliau bawa sebagai utusan dan aku juga telah berhijrah ke dua negeri hijrah sebagaimana yang tadi kamu katakan dan aku juga telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berbai'at kepada beliau. Demi Allah, aku tidak pernah membantah dan menipu beliau hingga Allah 'azza wa jalla mewafatkan beliau. Kemudian Abu Bakar menjadi khalifah lalu 'Umar, kemudian aku diangkat menjadi khalifah. Apakah aku tidak punya hak sebagaimana mereka memilikinya?" Aku kataka: "Ya, anda punya hak." Dia berkata: "Lalu apa maksud pembicaraan kalian yang telah sampai kepadaku. Adapun persoalan Al Walid, kami akan menegakkan urusannya dengan hak, insya Alah." Kemudian 'Utsman memanggil 'Ali lalu memerintahkanya agar mencambuk Al Walid." Maka 'Ali mencambuknya sebanyak delapan puluh kali.
Shahih Bukhari 3421: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Hatim bin Bazi'] telah bercerita kepada kami [Syadzan] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Abu Salamah Al Majisyun] dari ['Ubaidullah] dari [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Kami hidup di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami tidak membandingkan seorang pun terhadap Abu Bakar lalu 'Umar kemudian 'Utsman. Setelah itu kami meninggalkan para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami tidak mengutamakan seorang diantara mereka. Hadits ini dikuatkan jalur periwayatannya oleh Abdullah Ibnu Shalih dari ['Abdul 'Aziz].
Shahih Bukhari 3422: Telah bercerita kepada kami [Musa bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Abu 'Awanah] telah bercerita kepada kami ['Utsman. Dia adalah Ibnu Mawhab] berkata: Ada seorang laki-laki dari penduduk Mesir menunaikan 'ibadah haji lalu melihat sekumpulan orang sedang duduk bermajelis lalu bertanya: "Siapakah kaum itu?" Orang-orang menjawab: "Mereka adalah suku Quraisy." Orang Mesir itu bertanya lagi: "Siapakah sesepuh mereka?" Mereka menjawab: "'Abdullah bin 'Umar." Orang itu berkata: "Wahai Ibnu 'Umar, aku bertanya kepadamu tentang sesuatu maka itu jelaskanlah kepadaku: "Apakah kamu tahu bahwa 'Utsman lari dari perag Uhud?" Dia (Ibnu 'Umar) menjawab: "Ya." Orang itu bertanya lagi: "Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut perang Badar?" Dia (Ibnu 'Umar) menjawab: "Ya." Orang itu bertanya lagi: "Apakah kamu juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut Bai'atur Ridlwan?" Dia (Ibnu 'Umar) menjawab: "Ya." Orang itu berkata: "Allahu Akbar." Ibnu 'Umar berkata: "Kamari, aku jelaskan semuanya kepadamu. Kaburnya 'Utsman dalam perang Uhud, sungguh aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Sedangkan tidak ikutnya dia pada perang Badar, saat itu dia sedang merawat putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang sakit dan telah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam katakan kepadanya: "Kamu mendapat pahala dan andil sebagaimana mereka yang ikut perang Badar." Sedangkan ketika dia tidak hadir saat Bai'atur Ridlwan, sungguh seandainya ada orang lain di kota Makkah yang lebih mulia dari 'Utsman tentu Beliau mengutusnya menggantikan posisinya. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus 'Utsman. Apalagi kejadian Bai'atur Ridlwan justru terjadi setelah 'Utsman berangkat menuju Makkah yang ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dengan membuka telapak tangan kanannya: 'Ini tangan 'Utsman' lalu beliau menggenggamkan telapak tagannya yang kanan ke telapak tangan kiri lalu bersabda: 'Ini untuk 'Utsman'." Kemudian Ibnu 'Umar berkata kepada orang itu: "Sekarang pergilah kamu dengan membawa penjelasan tadi."
Shahih Bukhari 3423: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Sa'id] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendaki bukit Uhud bersama Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman lalu bukit itu bergetar. Maka beliau bersabda: "Tenanglah Uhud!" Seingatku beliau menghentakkan kaki beliau seraya berujar: "Karena di atas kamu sekarang tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang (yang akan mati) syahid."
Shahih Bukhari 3424: Telah bercerita kepada kami [Musa bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Hushain] dari ['Amru bin Maimun] berkata: Aku melihat 'Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu di Madinah beberapa hari sebelum dia ditikam. Ia berdiri di hadapan Hudzaifah bin Al Yaman dan 'Utsman bin Hunaif. 'Umar bertanya: "Bagaimana yang kalian berdua kerjakan?. Apakah kalian berdua khawatir membebani penduduk Sawad (yang mereka terkena pajak) dengan sesuatu yang melebihi kemampuannya?" Keduanya menjawab: "Kami membebaninya dengan kebijakan yang sesuai kemampuannya, tidak ada kelebihan beban yang besar." 'Umar berkata: "Jika Allah Subhaanahu wa Ta'ala menyelamatkan aku, tentu akan kubiarkan janda-janda penduduk 'Iraq tidak membutuhkan seorang laki-laki setelah aku untuk selama-lamanya." Perawi berkata: "Setelah pembicaraan itu, 'Umar tidak melewati hari-hari kecuali hanya sampai hari ke empat semenjak dia terkena mushibah (tikaman). Perawi ('Amru) berkata: "Aku berdiri dan tidak ada seorang pun antara aku dan dia kecuali 'Abdullah bin 'Abbas pada Shubuh hari saat 'Umar terkena mushibah. Shubuh itu, 'Umar hendak memimpin shalat dengan melewati barisan shaf lalu berkata: "Luruskanlah shaf!" Ketika dia sudah tidak melihat lagi pada jama'ah ada celah-celah dalam barisan shaf tersebut, maka 'Umar maju lalu bertakbir. Sepertinya dia membaca surat Yusuf atau An-Nahl atau seperti surat itu pada raka'at pertama hingga memungkinkan semua orang bergabung dalam shalat. Ketika aku tidak mendengar sesuatu darinya kecuali ucapan takbir tiba-tiba terdengar dia berteriak: "Ada orang yang membunuhku, atau katanya: "Seekor anjing telah menerkamku." rupanya ada seseorang yang menikamnya dengan sebilah pisau bermata dua. Penikam itu tidaklah melewati orang-orang di sebelah kanan atau kirinya melainkan dia menikamnya pula hingga dia telah menikam sebanyak tiga belas orang yang mengakibatkan tujuh orang diantaranya meninggal dunia. Ketika seseorang dari kaum muslimin melihat kejadian itu, dia melemparkan baju mantelnya dan tepat mengenai si pembunuh itu. Dan ketika dia menyadari bahwa dia musti tertangkap (tak lagi bisa menghindar), dia bunuh diri. 'Umar memegang tangan 'Abdurrahman bin 'Auf lalu menariknya ke depan. Siapa saja orang yang berada dekat dengan 'Umar pasti dapat melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak mengetahui peristiwa yang terjadi, selain hanya tidak mendengar suara 'Umar. Mereka berkata: "Subhaanalah, Subhaanalah (maha suci Allah)." Maka 'Abdurrahman melanjutkan shalat jama'ah secara ringan. Setelah shalat selesai, 'Umar bertanya: "Wahai Ibnu 'Abbas, lihatlah siapa yang telah membunuhku!" Ibnu 'Abbas berkeliling sesaat lalu kembali dan berkata: "Budaknya Al Mughirah." 'Umar bertanya: "O, si budak yang pandai membuat pisau itu?" Ibnu 'Abbas menjawab: "Ya benar." 'Umar berkata: "Semoga Allah membunuhnya, sungguh aku telah memerintahkan dia berbuat ma'ruf (kebaikan). Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku beragama Islam. Sungguh dahulu kamu dan bapakmu suka bila orang kafir non arab banyak berkeliaran di Madinah. 'Abbas adalah orang yang paling banyak memiliki budak. Ibnu 'Abbas berkata: "Jika anda menghendaki, aku akan kerjakan apapun. Maksudku, jika kamu menghendaki kami akan membunuhnya." 'Umar berkata: "Kamu berbohong, (sebab mana boleh kalian membunuhnya) padahal mereka telah telanjur bicara dengan bahasa kalian, shalat menghadap qiblat kalian dan naik haji seperti haji kalian." Kemudian 'Umar dibawa ke rumahnya dan kami ikut menyertainya. Saat itu orang-orang seakan-akan tidak pernah terkena musibah seperti hari itu sebelumnya. Diantara mereka ada yang berkata: "Dia tidak apa-apa." Dan ada juga yang berkata: "Aku sangat mengkhawatirkan nasibnya." Kemudian 'Umar disuguhkan anggur lalu dia memakannya namun makanan itu keluar lewat perutnya. Kemudian diberi susu lalu diapun meminumnya lagi namun susu itu keluar melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyadari bahwa 'Umar segera akan meninggal dunia. Maka kami pun masuk menjenguknya lalu diikuti oleh orang-orang yang datang dan memujinya. Tiba-tiba datang seorang pemuda seraya berkata: "Berbahagialah anda, wahai Amirul Mu'minin dengan kabar gembira dari Allah untuk anda karena telah hidup dengan mendampingi (menjadi shahabat) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan yang terdahulu menerima Islam berupa ilmu yang anda ketahui. Lalu anda diberi kepercayaan menjadi pemimpin dan anda telah menjalankannya dengan adil lalu anda mati syahid." 'Umar berkata: "Aku sudah merasa senang jika masa kekhilafahanku berakhir netral, aku tidak terkena dosa dan juga tidak mendapat pahala." Ketika pemuda itu berlalu, tampak pakaiannya menyentuh tanah, maka 'Umar berkata: "Bawa kembali pemuda itu kepadaku!" 'Umar berkata kepadanya: "Wahai anak saudaraku, angkatlah pakaianmu karena yang demikian itu lebih mengawetkan pakaianmu dan lebih membuatmu taqwa kepada Rabbmu. Wahai 'Abdullah bin 'Umar, lihatlah berapa jumlah hutang yang menjadi kewajibanku!" Maka mereka menghitungnya dan mendapatkan hasilnya bahwa hutangnya sebesar delapan puluh enam ribu atau sekitar itu. 'Umar berkata: "Jika harta keluarga 'Umar mencukupi bayarlah hutang itu dengan harta mereka. Namun apabila tidak mencukupi maka mintalah kepada Bani 'Adiy bin Ka'ab. Dan apabila harta mereka masih tidak mencukupi, maka mintalah kepada masyarakat Quraisy dan jangan mengesampingkan mereka dengan meminta kepada selain mereka lalu lunasilah hutangku dengan harta-harta itu. Temuilah 'Aisyah, Ummul Mu'minin, dan sampaikan salam dari 'Umar dan jangan kalian katakan dari Amirul Muminin karena hari ini bagi kaum mu'minin aku bukan lagi sebagai pemimpin dan katakan bahwa 'Umar bin Al Khaththab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua shahabatnya." Maka 'Abdullah bin 'Umar memberi salam, meminta izin lalu masuk menemui 'Aisyah. Ternyata 'Abdullah bin 'Umar mendapatkan 'Aisyah sedang menangis. Lalu dia berkata: "'Umar bin Al Khathtab menyampaikan salam untuk anda dan meminta izin agar boleh dikuburkan disamping kedua sahabatnya (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar)." 'Aisyah berkata: "Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu untuk diriku namun hari ini aku tidak akan lebih mementingkan diriku." Ketika 'Abdullah bin 'Umar kembali, dikatakan kepada 'Umar: "Ini dia, 'Abdullah bin 'Umar sudah datang." Maka 'Umar berkata: "Angkatlah aku!" Maka seorang laki-laki datang menopangnya. 'Umar bertanya: "Berita apa yang kamu bawa?" Ibnu 'Umar menjawab: "Berita yang anda sukai, wahai Amirul Mu'minin. 'Aisyah telah mengizinkan anda." 'Umar berkata: "Alhamdulillah. Tidak ada sesuatu yang paling penting bagiku selain hal itu. Jika aku telah meninggal, bawalah jasadku kepadanya dan sampaikan salamku lalu katakan bahwa 'Umar bin Al Khaththab meminta izin. Jika dia mengizinkan maka masukkanlah aku (kuburkan) namun bila dia menolak maka kembalikanlah jasadku ke kuburan Kaum Muslimin. Kemudian Hafshah, Ummul Mu'minin datang dan beberapa wanita ikut bersamanya. Tatkala kami melihatnya, kami segera berdiri. Hafshah kemudian mendekat kepada 'Umar lalu dia menangis sejenak. Kemudian beberapa orang laki-laki meminta izin masuk, maka Hafshah masuk ke kamar karena ada orang yang mau masuk. Maka kami dapat mendengar tangisan Hafshah dari balik kamar. Orang-orang itu berkata: "Berilah wasiat, wahai Amirul Mu'minin. Tentukanlah pengganti anda!" 'Umar berkata: "Aku tidak menemukan orang yang paling berhak atas urusan ini daripada mereka atau segolongan mereka yang ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat beliau ridla kepada mereka. Maka dia menyebut nama 'Ali, 'Utsman, Az Zubair, Thalhah, Sa'ad dan 'Abdurrahman. Selanjutnya dia berkata: "'Abdullah bin 'Umar akan menjadi saksi atas kalian. Namun dia tidak punya peran dalam urusan ini, dan tugas itu hanya sebagai bentuk penghibur baginya. Jika kepemimpinan jatuh ke tangan Sa'ad, maka dialah pemimpin urusan ini. Namun apabila bukan dia, maka mintalah bantuan dengannya. Dan siapa saja diantara kalian yang diserahi urusan ini sebagai pemimpin maka aku tidak akan memecatnya karena alasan lemah atau berkhiyanat." Selanjutnya 'Umar berkata: "Aku berwasiat kepada khalifah sesudahku agar memahami hak-hak kaum Muhajirin dan menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya agar selalu berbuat baik kepada Kaum Anshar yang telah menempati negeri (Madinah) ini dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (kaum Muhajirin) agar menerima orang baik, dan memaafkan orang yang keliru dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat kepadanya agar berbuat baik kepada seluruh penduduk kota ini karena mereka adalah para pembela Islam dan telah menyumbangkan harta (untuk Islam) dan telah bersikap keras terhadap musuh. Dan janganlah mengambil dari mereka kecuali harta lebih mereka dengan kerelaan mereka. Aku juga berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Arab Badui karena mereka adalah nenek moyang bangsa Arab dan perintis Islam, dan agar diambil dari mereka bukan harta pilihan (utama) mereka (sebagai zakat) lalu dikembalikan (disalurkan) untuk orang-orang fakir dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat kepadanya agar menunaikan perjanjian kepada ahlu Dzimmah (orang kafir yang wajib terkena pajak), yaitu orang-orang yang dibawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam (asalkan membayar pajak) dan mereka (ahlu dzimmah) yang berniat memerangi harus diperangi, mereka juga tidak boleh dibebani selain sebatas kemampuan mereka." Ketika 'Umar sudah menghembuskan nafas, kami keluar membawanya lalu kami berangkat dengan berjalan. 'Abdullah bin 'Umar mengucapkan salam (kepada 'Aisyah) lalu berkata: "'Umar bin Al Khaththab meminta izin." 'Aisyah berkata: "Masukkanlah." Maka jasad 'Umar dimasukkan ke dalam liang lahad dan diletakkan berdampingan dengan kedua shahabatnya. Setelah selesai menguburkan jenazah 'Umar, orang-orang (yang telah ditunjuk untuk mencari pengganti khalifah) berkumpul. 'Abdurrahman bin 'Auf berkata: "Jadikanlah urusan kalian ini kepada tiga orang diantara kalian. Maka Az Zubair berkata: "Aku serahkan urusanku kepada 'Ali. Sementara Thalhah berkata: "Aku serahkan urusanku kepada 'Utsman. Sedangkan Sa'ad berkata: "Aku serahkan urusanku kepada 'Abdurrahman bin 'Auf. Kemudian 'Abdurrahman bin 'Auf berkata: "Siapa diantara kalian berdua yang mau melepaskan urusan ini maka kami akan serahkan kepada yang satunya lagi, Allah dan Islam akan mengawasinya Sungguh seseorang dapat melihat siapa yang terbaik diantara mereka menurut pandangannya sendiri. Dua pembesar ('Utsman dan 'Ali) terdiam. Lalu 'Abdurrahman berkata: "Apakah kalian menyerahkan urusan ini kepadaku. Allah tentu mengawasiku dan aku tidak akan semena-mena dalam memilih siapa yang terbaik diantara kalian." Keduanya berkata: "Baiklah." Maka 'Abdurrahman memegang tangan salah seorang dari keduanya seraya berkata: "Engkau adalah kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan dari kalangan pendahulu dalam Islam (senior) sebagaimana yang kamu ketahui dan Allah akan mengawasimu. Seandainya aku serahkan urusan ini kepadamu tentu kamu akan berbuat adil dan seandainya aku serahkan urusan ini kepada 'Utsman tentu kamu akan mendengar dan menta'atinya." Kemudian dia berbicara menyendiri dengan 'Utsman dan berkata sebagaimana yang dikatakannya kepada 'Ali. Ketika dia mengambil perjanjian bai'at, 'Abdurrahman berkata: "Angkatlah tanganmu wahai 'Utsman!" Maka Abdurrahman membai'at 'Utsman lalu 'Ali ikut membai'atnya kemudian para penduduk masuk untuk membai'at 'Utsman.
Shahih Bukhari 3425: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz] dari [Abu Hazim] dari Sahal bin Sa'ad radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Besok, sungguh aku akan menyerahkan bendera komando ini kepada seorang laki-laki yang lewat tangannya Allah memenangkan peperangan ini." (Sahal) berkata: Maka orang-orang semalaman memperbincangkan siapa diantara mereka yang akan diberikan kepercayaan itu. Pada pagi harinya, orang-orang telah berkumpul di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan masing-masing berharap diberikan kepercayaan tersebut. Beliau berkata: "Mana 'Ali bin Abu Thalib?" Orang-orang menjawab: "Dia sedang sakit mata, wahai Rasulullah." Beliau berkata: "Datangilan dan bawa dia kemari!" Tatkala 'Ali datang dengan matanya yang bengkak, beliau mendo'akannya maka seketika matanya sembuh seakan tidak ada bekas sakit sebelumnya. Akhirnya beliau menyerahkan bendera komando perang tersebut kepadanya. 'Ali berkata: "Wahai Rasulullah, akan kuperangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita." Beliau berkata: "Laksanakanlah dengan tenang hingga kamu singgah pada tempat tinggal mereka, lalu ajaklah mereka menerima Islam dan kabarkan kepada mereka apa yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak Allah. Sungguh seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui perantaraan kamu, hal itu lebih baik bagimu dari pada unta merah (harta yang paling baik)."
Shahih Bukhari 3426: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah] telah bercerita kepada kami [Hatim] dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] dari [Salamah] berkata: 'Ali pernah tertinggal dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Khaibar karena saat itu dia terkena penyakit mata. Dia berkata: "Aku tertinggal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Kemudian 'Ali keluar menyusul dan bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada waktu malam hari dimana kemudian pada pagi harinya Allah memenangkan Kaum Muslimin, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku akan memberikan bendera komando perang ini kepada seorang laki-laki." atau "Bendera ini akan diambil besok pagi oleh seorang laki-laki yang Allah dan Rasul-Nya mencintainya." atau sabda beliau: "Laki-laki itu mencintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah akan memberi kemenangan ini melalui tangannya." Ketika kami bersama 'Ali padahal kami tidak menginginkan keberadaannya, mereka berkata: "Ini 'Ali." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan bendera itu kepadanya lalu Allah memberi kemenangan kepadanya.
Shahih Bukhari 3427: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Maslamah] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Abu Hazim] dari [bapaknya] bahwa Ada seseorang datang kepada [Sahal bin Sa'ad] lalu berkata: "Inilah si fulan, amir kota Madinah, yang memanggil 'Ali di samping mimbar." Sahal bertanya: "Bagaimana dia memanggilnya?" Orang itu berkata: "Dia memanggilnya dengan sebutan Abu Turab." Maka Sahal tertawa lalu berkata: "Demi Allah, tidaklah yang menamakannya begitu kecuali Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak ada nama yang lebih disukainya kecuali panggilan itu." Maka aku ingin sekali menikmati hadits Sahal tersebut lalu aku bertanya: "Wahai Abu 'Abbas, bagaimana ceritanya pemberian nama tersebut?" Sahal menjawab: "'Ali datang menemui Fathimah lalu keluar lagi kemudian tidur di masjid. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Kemana putra pamanmu?" Fathimah menjawab: "Di masjid." Maka Beliau pergi menemui 'Ali dan mendapatkan selendang 'Ali terjatuh dari punggungnya sehingga debu mengenai punggungnya. Maka beliau membersihkan debu dari punggung 'Ali seraya berkata: "Duduklah, AbuTurab!" Beliau mengatakannya dua kali.
Shahih Bukhari 3428: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Rafi'] telah bercerita kepada kami [Husain] dari [Zaidah] dari [Abu Hushain] dari [Sa'ad bin 'Ubaidah] berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Ibnu 'Umar lalu bertanya kepadanya tentang 'Utsman. Maka Ibnu 'Umar menceritakan kebaikan-kebaikan amal 'Utsman. Ibnu 'Umar bertanya kepada laki-laki itu: "Mungkin hal itu menyusahkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Ya." Ibnu 'Umar berkata: "Semoga Allah memperburuk keadaanmu." Laki-laki itu kemudian bertanya tentang 'Ali, maka Ibnu 'Umar menceritakan kebaikan-kebaikan amalnya 'Ali. Ibnu 'Umar melanjutkan: "Itulah dia (coba lihat posisi rumahnya) yang berada di tengah rumah-rumah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibnu 'Umar bertanya kepada laki-laki itu: "Mungkin hal itu menyusahkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Ya," Ibnu 'Umar berkata: "Semoga Allah memperburuk keadaanmu. Pergilah kamu dan sampaikan sesukamu atas keterangan yang aku sampaikan."
Shahih Bukhari 3429: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Al Hakam] aku mendengar [Ibnu Abu Laila] berkata: telah bercerita kepada kami 'Ali bahwa Fathimah 'alaihas salam mengeluhkan apa yang dirasakannya dari kepenatan bekerja. Tak lama kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperoleh ghanimah berupa tawanan, maka Fathimah mencari Beliau namun dia tidak mendapatkannya, hanya ia temui 'Aisyah dan ia ceritakan kepentingannya. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang, 'Aisyah mengabarkan kedatangan Fathimah. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kami sedang kami telah menempati tempat tidur kami. Maka aku beranjak untuk bangun namun beliau berkata: "Tetaplah di tempat kalian!" Lalu belaiu duduk di antara kami hingga aku rasakan pada dadaku kaki beliau yang dingin lalu beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari yang kalian minta?. Jika kalian telah berada di tempat tidur kalian bacalah takbir tiga puluh empat kali, tasbih tiga puluh tiga kali dan tahmid tiga puluh tiga kali. Itu semua lebih baik bagi kalian berdua dari pada seorang pembantu."
Shahih Bukhari 3430: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'ad] berkata: aku mendengar [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada 'Ali: "Apakah kamu tidak ridla bila kedudukanmu terhadapku seperti kedudukan Harun terhadap Musa."
Shahih Bukhari 3431: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Al Ja'di] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Ayyub] dari [Ibnu Sirin] dari ['Abidah] dari 'Ali radliyallahu 'anhu berkata: "Putuskanlah sebagaimana biasa kalian memutuskan perkara, karena aku tidak suka perbedaan pendapat sehingga semua manusia berada dalam kesepakatan, atau aku mati (diatas prinsip persatuan) sebagaimana para sahabatku mati." Adalah [Ibnu Sirin] berpendapat bahwa pada umumnya apa yang diriwayatkan tentang 'Ali (yang berselisih dengan dua orang pendahulunya, Abu Bakar dan 'Umar, seperti pendapat kaum Rafidlah) adalah dusta.
Shahih Bukhari 3432: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Abu Bakr] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Ibrahim bin Dinar Abu 'Abdullah Al Juhaniy] dari [Ibnu Abu Dza'bi] dari [Sa'id Al Maqburiy] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Orang-orang berkata bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak menulis hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sungguh memang akulah orang yang bermulazamah (selalu meyertai) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan perutku yang hanya kuganjal makanan pokok saja, hingga aku tidak memakan roti dan tidak mengenakan pakaian bagus. Aku juga tidak dibantu oleh seorang pelayan pun baik laki-laki maupun wanita dan aku biasa mengganjal perutku dengan tanah karena menahan lapar, dan aku juga sering meminta seseorang membacakan ayat yang aku sudah hafal agar terjaga sehingga aku bisa merasakannya. Dan manusia yang paling baik simpatinya terhadap orang miskin adalah Ja'far bin Abu Thalib. Dia hilir mudik menemui kami lalu memberi makan kami makanan apa saja yang ada di rumahnya hingga suatu hari dia menyuguhkan kepada kami wadah minyak samin yang tidak berisi apa-apa, lalu kami menjilat sisa-sisa isinya.
Shahih Bukhari 3433: Telah bercerita kepadaku ['Amru bin 'Ali] telah bercerita kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Isma'il bin Abu Khalid] dari [Asy-Sya'biy] bahwa Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma bila memberi salam kepada putra Ja'far, dia berkata: "Salam sejahtera untuk anda wahai putra dari orang yang punya dua sayap."
Shahih Bukhari 3434: Telah bercerita kepada kami [Al Hasan bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin 'Abdullah Al Anshariy] telah bercerita kepadaku [bapakku, 'Abdullah bin Al Mutsannaa] dari [Tsumamah bin 'Abdullah bin Anas] dari Anas radliyallahu 'anhu bahwa 'Umar bin Al Khaththab ketika mereka ditimpa musibah kekeringan dia meminta hujan dengan berwasilah kepada 'Abbas bin 'Abdul Muththalib seraya berdo'a: "ALLOOHUMMA INNAA KUNNA NATAWASSALU ILAIKA BI NABIYYINAA SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM FATASQIINAA WA-INNAA NATAWASSALU ILAIKA BI'AMMI NABIYYINAA FASQINAA" (Ya Allah, kami dahulu pernah meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraan Nabi kami kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan untuk kami). Anas berkata: "Kemudian turunlah hujan."
Shahih Bukhari 3435: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah bercerita kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Fathimah 'alaihas salam pernah mengutus utusan kepada Abu Bakar dengan niat memintanya bagian harta warisan yang ditinggalkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari harta fa'i yang Allah karuniakan kepada beliau. Fathimah meminta Abu Bakar shadaqah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berupa pekarangan yang berada di Madinah dan Fadak dan sisa dari pembagian seperlima harta fa'i perang Khaibar. Maka Abu Bakar berkata kepadanya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Kami tidak mewariskan. Dan apa yang kami tinggalkan semuanya sebagai shadaqah." Sesungguhnya keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam makan dari harta ini, yakni harta Allah yang tidak ada bagi mereka tambahan lain dari yang dimakannya. Dan aku, sungguh demi Allah, tidak akan merubah sesuatu dari shadaqah-shadaqah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang pernah ada pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku pasti akan memberlakukan tentang shadaqah ini sebagaimana pernah diberlakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Kemudian 'Ali bersaksi atas yang disampaikan Abu Bakar dan berkata: "Sungguh kami telah mengetahui keutamaan anda wahai Abu Bakar." Lalu 'Ali menyebut ikatan kekeluargaan mereka terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta hak-hak mereka. Maka Abu Bakar kembali berbicara dan berkata: "Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih aku cintai untuk aku jalin hubungan kekeluargaannya dari pada keluargaku sendiri."
Shahih Bukhari 3436: Telah bercerita kepadaku ['Abdullah bin 'Abdul Wahhab] telah bercerita kepada kami [Khalid] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Waqid] berkata: aku mendengar [bapakku] bercerita dari Ibnu 'Umar tentang Abu Bakar radliallahu 'anhum yang berkata: "Peliharalah hubungan dengan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan cara menjaga hubungan dengan ahli bait beliau."
Shahih Bukhari 3437: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dari ['Amru bin Dinar] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari [Al Miswar bin Makhramah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Fathimah adalah bagian dari diriku. Maka barangsiapa yang menjadikannya marah berarti telah membangkitkan kemarahanku."
Shahih Bukhari 3438: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Qaza'ah] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil Fathimah, putri beliau ketika beliau menderita sakit yang mengantarkannya kepada ajal beliau. Beliau membisikkan sesuatu kepadanya lalu Fathimah menangis. Kemudian beliau memanggilnya lagi dan membisikkan sesuatu lagi lalu ia tertawa." 'Aisyah berkata: Maka aku pun bertanya kepadanya tentang kejadian itu, Fathimah menjelaskan: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membisikkan sesuatu kepadaku dan mengabarkan bahwa beliau akan segera meninggal dunia di tengah sakitnya maka aku menangis karenanya. Kemudian beliau kembali membisikkan sesuatu dan mengabarkan bahwa aku adalah orang pertama dari kalangan ahlu bait beliau yang akan menyusul beliau, maka aku menjadi tertawa karenanya."
Shahih Bukhari 3439: Telah bercerita kepada kami [Khalid bin Makhlad] telah bercerita kepada kami ['Ali bin Mushir] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Marwan bin Al Hakam] berkata: 'Utsman bin 'Affan terkena musibah mimisan yang parah pada tahun musibah mimisan hingga menghalanginya menunaikan haji dan dia telah memberi wasiat. Kemudian datang kepadanya seorang laki-laki suku Quraisy dan berkata: "Carilah pengganti!" 'Utsman bertanya: "Apakah mereka juga mengatakanya begitu?" Laki-laki itu menjawab: "Ya." 'Utsman bertanya lagi: "Siapakah orangnya?" Laki-laki itu terdiam. Kemudian datang lagi seorang laki-laki lain, yang aku kira dia adalah Al Harits, lalu berkata: "Carilah pengganti!" 'Utsman bertanya: "Apakah mereka juga mengatakanya begitu?" Laki-laki itu menjawab: "Ya." 'Utsman bertanya lagi: "Siapakah orangnya?" Laki-laki ini pun terdiam. 'Utsman berkata: "Barangkali mereka menyebut Az Zubair?" Laki-laki itu menjawab: "Ya." 'Utsman selanjutnya berkata: "Adapun dia, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh dia adalah orang terbaik di kalangan mereka sepanjang yang aku ketahui, dan dia merupakan orang yang paling dicintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di antara mereka."
Shahih Bukhari 3440: Telah bercerita kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] telah mengabarkan kepadaku [bapakku]: aku mendengar [Marwan] berkata: Aku berada dekat 'Utsman ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya dan berkata: "Carilah pengganti!" 'Utsman bertanya: "Apakah dikatakan begitu?" Laki-laki itu menjawab: "Ya, Az Zubair (orangnya)." 'Utsman berkata: "Demi Allah, sungguh kalian mengetahui bahwa dia adalah orang terbaik diantara kalian." 'Utsman mengucapkannya tiga kali.
Shahih Bukhari 3441: Telah bercerita kepada kami [Malik bin Isma'il] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz, dia adalah putra Abu Salamah] dari [Muhammad bin Al Munkadir] dari Jabir radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya setiap Nabi memiliki hawariy (pengikut setia) dan hawariyku adalah Az Zubair bin Al 'Awwam."
Shahih Bukhari 3442: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Muhammad] telah mengabarkan kepada kami ['Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari ['Abdullah biin Az Zubair] berkata: Pada hari perang Ahzab, aku dan 'Umar bin Abu Salamah berada dekat dengan kaum wanita lalu aku melihat-lihat ternyata aku dapatkan Zubair berada di atas kudanya bolak-balik menuju Bani Quraizhah dua atau tiga kali. Setelah kembali aku bertanya: "Wahai ayahku, aku melihatmu berbolak-balik." Dia bertanya: "Apakah benar kamu melihatku, wahai anakku?" Aku jawab: "Ya benar." Dia berkata: "Karena sebelumnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang dapat mendatangi Bani Quraizhah lalu membawa kabar mereka kepadaku?" Maka aku berangkat dan tatkala aku kembali, aku dapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyertakan kedua orang tua beliau sebagai tebusan bagiku dengan sabdanya: "Tebusanmu adalah bapak dan ibuku."
Shahih Bukhari 3443: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Hafsh] telah bercerita kepada kami [Ibnu Al Mubarak] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] bahwa Para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Az Zubair pada peperangan Yarmuk: "Tidakkah kamu maju menyerang (Kaum Musyrikin) dan kami akan maju bersamamu?" Maka Az Zubair maju menghadapi mereka. Dan akhirnya musuh menusukkan dua kali tusukan pada pundaknya salah satu diantaranya mengenai luka tusukan yang pernah dialaminya pada perang Badar. 'Urwah berkata: "Ketika itu aku memasukkan jariku pada lubang tusukan itu untuk memain-mainkannya. Saat itu aku masih anak-anak".
Shahih Bukhari 3444: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddamiy] telah bercerita kepada kami [Mu'tamir] dari [bapaknya] dari [Abu 'Utsman] berkata: Tidak ada yang tetap bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada sebagian hari-hari dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berperang didalamya (perang Uhud) kecuali [Thalhah] dan Sa'ad. Cerita ini diperoleh dari keduanya.
Shahih Bukhari 3445: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Khalid] telah bercerita kepada kami [Ibnu Abu Khalid] dari [Qais bin Abu Hazim] berkata: Aku melihat tangan [Thalhah] yang pernah digunakan untuk melindungi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (pada perang Uhud) telah menjadi lumpuh.
Shahih Bukhari 3446: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami ['Abdul Wahhab] berkata: aku mendengar [Yahya] berkata: aku mendengar [Sa'id bin Al Musayyab] berkata: aku mendengar [Sa'ad] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyertakan kedua orang tua beliau sebagai tebusanku pada perang Uhud.
Shahih Bukhari 3447: Telah bercerita kepada kami [Makkiy bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Hasyim] dari ['Amir bin Sa'ad] dari [bapaknya] berkata: Sungguh aku memandang bahwa diriku adalah Tsulutsul Islam (Orang ketiga yang masuk Islam dari kalangan orang merdeka yang telah baligh).
Shahih Bukhari 3448: Telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Abu Za'idah] telah bercerita kepada kami ['Hasyim bin Hasyim bin 'Uqbah bin Abu Waqqash] berkata: aku mendengar [Sa'id bin Al Musayyab] berkata: aku mendengar [Sa'ad bin Abu Waqqash] berkata: Tidak ada seorang pun yang masuk Islam pada hari ketika aku masuk Islam. Dan sungguh aku telah berdiam melewati tujuh hari dan sungguh aku adalah Tsulutsul Islam (Orang ketiga yang masuk Islam dari kalangan orang merdeka yang telah baligh). Hadits ini dikuatkan jalur periwayatannya oleh [Abu Usamah] telah bercerita kepada kami [Hasyim].
Shahih Bukhari 3449: Telah bercerita kepada kami ['Amru bin 'Aun] telah bercerita kepada kami [Khalid bin ab] dari [Isma'il] dari [Qais] berkata: aku mendengar Sa'ad radliyallahu 'anhu berkata: Sugguh aku adalah orang Arab yang pertama kali melepaskan anak panah di jalan Allah. Kami pernah berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu kami tidak memiliki makanan kecuali dedaunan pohon, hingga seorang diantara kami buang air besar bagaikan unta atau kambing buang air besar. Kotoran kami tak ada campurannya apa-apa sehingga nampak kering. Kemudian Banu Asad datang mengajari kami tentang Islam. Sungguh aku telah rugi dan sia-sia amalku (kalau penduduk Kufah mengatakan sholatku kurang beres). Sa'd katakan yang demikian karena penduduk Kufah mengadukan kepada 'Umar dan menyampaikan bahwa Sa'd tidak bagus cara shalatnya.
Shahih Bukhari 3450: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhriy] berkata: telah bercerita kepadaku ['Ali bin Husain] bahwa [Al Miswar bin Makhramah] berkata: 'Ali pernah meminang putri Abu Jahal lalu hal itu didengar oleh Fathimah. Maka Fathimah menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Kaummu berkata bahwa anda tidak marah demi putri anda. Sekarang 'Ali hendak menikahi putri Abu Jahal." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dan aku mendengar ketika beliau bersyahadat bersabda: "Hadirin, aku telah menikahkan Abu Al 'Ash bin Ar-Rabi' lalu dia bercerita kepadaku dan membenarkan aku. Dan sesungguhnya Fathimah adalah bagian dari diriku dan sungguh aku tidak suka bila ada orang yang menyusahkannya. Demi Allah, tidak akan berkumpul putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan putri dari musuh Allah pada satu orang laki-laki." Maka 'Ali membatalkan pinangannya. [Muhammad bin 'Amru bin Halhalah] menambahkan dari [Ibnu Syihab] dari ['Ali bin Al Husain] dari [Miswar] aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang beliau sebutkan kerabat beliau dari Bani 'Abdu Syams lalu beliau memujinya dalam hubungan kekerabatan yang baik tersebut. Beliau bersabda: "Dia membenarkan aku, berjanji kepadaku lalu memenuhi janjinya kepadaku."
Shahih Bukhari 3451: Telah bercerita kepada kami [Khalid bin Makhlad] telah bercerita kepada kami [Sulaiman] berkata: telah bercerita kepadaku ['Abdullah bin Dinar] dari 'Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus satu pasukan dan mengangkat Usamah bin Zaid sebagai pemimpin mereka. Lalu sebagian orang ada yang mencela kepemimpinannya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalian mencela kepemimpinannya?. Sungguh sebelum ini kalian pernah pula mencela kepemimpinan ayahnya. Demi Allah, sungguh dia patut memegang kepemimpinan karena dia adalah manusia yang paling aku cintai dan sekarang, (Usamah) adalah manusia yang paling aku cintai setelah (ayah) nya."
Shahih Bukhari 3452: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Qaza'ah] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] dari [Az Zuhriy] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Datang kepadaku seorang yang pandai dalam mengetahui asal usul keturunan sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyaksikannya sementara Usamah bin Zaid dan Zaid bin Haritsah sedang tidur berbaring. Orang pandai asal usul itu berkata: "Sesungguhnya kaki-kaki ini sebagiannya berasal dari sebagian lainnya." Perawi berkata: "Kejadian tadi menggembirakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sekaligus mengagumi orang itu lalu beliau mengabarkan kepada 'Aisyah.
Shahih Bukhari 3453: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami [Laits] dari [Az Zuhriy] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang menggelisahkan, yaitu tentang seorang wanita suku Al Makhzumiy yang mencuri lalu mereka berkata: "Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Sebagian mereka berkata: "Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan telah menceritakan kepada kami Ali telah menceritakan kepada kami [Sufyan] berkata: saya pergi untuk bertanya kepada [Az Zuhri] tentang hadits Al Makhzumiy, lalu dia memanggilku. Saya katakan kepada Sufyan: "Apakah anda tidak meriwayatkan hadits ini dari seorang pun?" dia menjawab: "Saya menemukannya di dalam kitab yang ditulis [Ayyub bin Musa] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Seorang wanita dari Bani Makhzum mencuri. Mereka berkata: "Siapa yang akan menyampaikannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ternyata, tidak ada seorang pun yang berani mengutarakannya. Maka Usamah menyampaikan masalah tersebut, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?" Kemudian beliau berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda: "Sesunguhnya orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat mereka mencuri, mereka membiarkannya, sebaliknya apabila ada orang dari kalangan rendah mereka mencuri, mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhamamd mencuri, pasti aku potong tangannya."
Shahih Bukhari 3454: Telah bercerita kepadaku [Al Hasan bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Abu 'Abbad bin 'Abbad] telah bercerita kepada kami [Al Majisyun] telah mengabarkan kepada kami ['Abdullah bin Dinar] berkata: Ibnu 'Umar pada suatu hari ketika dia berada di masjid melihat seorang laki-laki menjulurkan pakaiannya di sebuah sudut masjid lalu dia berkata: "Lihat, siapakah orang ini?. Mungkin orang ini dekat denganku." Seseorang berkata kepadanya: "Apakah engkau tidak mengenal orang ini, wahai Abu Abdurrahman?. Dia adalah Muhammad bin Usamah." Perawi (Ibnu Dinar) berkata: "Maka Ibnu 'Umar menundukkan kepala dan memukul-mukulkan tangannya ke tanah kemudian berkata: "Seandainya Rasulullah melihatnya tentu beliau mencintainya."
Shahih Bukhari 3455: Telah bercerita kepada kami [Musa bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Mu'tamir] berkata: aku mendengar [bapakku] telah bercerita kepada kami [Abu 'Utsman] dari Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhuma, Ia bercerita tentang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau pernah merangkulnya dan Al Hasan seraya bersabda: "Ya Allah, cintailah keduanya karena aku mencintai keduanya." Dan Nu'aim berkata dari Ibnu Al Mubarak telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhriy telah mengabarkan kepadaku Maula Usamah bin Zaid bahwa Al Hajjaj bin Ayman bin Ummu Ayman, Ayman bin Ummu Ayman adalah saudara laki-laki dari Usamah dari pihak ibunya. Dia adalah seorang shahabat Anshar, yang dipandang oleh Ibnu 'Umar tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya (dalam shalat) lalu Ibnu 'Umar berkata kepadanya: "Ulangilah!"
Shahih Bukhari 3456: Berkata Abu 'Abdullah Al Bukhariy: Dan telah bercerita kepadaku [Sulaiman bin 'Abdurrahman] telah bercerita kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah bercerita kepada kami ['Abdurrahman bin Namir] dari [Az Zuhriy] telah bercerita kepadaku [Harmalah maula Usamah bin Zaid] bahwa Ketika dia sedang bersama dengan ['Abdullah bin 'Umar] tiba-tiba masuk Al Hajjajj bin Ayman (untuk shalat) lalu tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya, maka dia (Ibnu 'Umar) berkata: "Ulangilah!" Ketika Al Hajjaj enggan mengulanginya, Ibnu 'Umar bertanya kepadaku: "Siapakah orang ini?" Aku jawab: "Al Hajjaj bin Ayman bin Ummu Ayman." Maka Ibnu 'Umar berkata: "Seandainya Rasulullah melihatnya tentu beliau akan mencintainya." Lalu Ibnu 'Umar menceritakan tentang kecintaan belau kepadanya dan anak-anak yang dilahirkan oleh Ummu Ayman. Berkata (Abu 'Abdullah Al Bukhariy): Dan telah bercerita kepadaku sebagian shahabat-shahabatku dari Sulaiman: "Ummu Ayman adalah pengasuh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3457: Telah bercerita kepada kami [Ishaq bin Nashr] telah bercerita kepada kami ['Abdurrazzaq] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] dari [Salim] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Seseorang pada masa hidup Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bila bermimpi, biasanya dia menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku pun berharap bermimpi hingga aku dapat mengisahkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Saat itu aku masih remaja. Pada suatu hari di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam aku tidur di masjid, lalu aku bermimpi ada dua malaikat memegangku lalu membawaku ke dalam neraka, aku melihat neraka yang teryata ada lubang besar bagaikan lubang sumur (atau jurang). Neraka memiliki tanduk dan aku melihat di dalamnya ada orang-orang yang sebelumnya aku sudah mengenal mereka. Karena melihat mereka membuat aku berkata: "Aku berlindung kepada Allah dari neraka" Dia berkata: "Kemudian kami berjumpa dengan malaikat lain yang berpesan kepadaku: "Janganlah kamu takut". Kemudian aku ceritakan mimpiku itu kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Beliau pun bersabda: "Sungguh 'Abdullah (bin 'Umar) adalah seorang yang beruntung (bahagia) bila dia mendirikan shalat malam." Setelah peristiwa ini 'Abdullah bin 'Umar tidak tidur malam kecuali sedikit.
Shahih Bukhari 3458: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Sulaiman] telah bercerita kepada kami [Ibnu Wahb] dari [Yunus] dari [Az Zuhriy] dari [Salim] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma dari [saudara perempuannya, Hafshah] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya bahwa 'Abdullah (bin 'Umar) adalah laki-laki yang shalih.
Shahih Bukhari 3459: Telah bercerita kepada kami [Malik bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Isra'il] dari [Al Mughirah] dari [Ibrahim] dari ['Alqamah] berkata: Aku pernah berkunjung ke negeri Syam lalu shalat dua raka'at disana kemudian aku berdo'a: "Ya Allah, mudahkanlah aku untuk dapat bermajelis dengan orang shalih." Kemudian aku mendatangi kaum lalu aku bermajelis bersama mereka. Tiba-tiba datang orang yang sudah tua lalu dia duduk di sampingku. Aku bertanya: "Siapakah orang tua ini?" Mereka menjawab: "Dia adalah Abu Ad-Darda'." Maka aku berkata: "Sungguh aku telah berdo'a kepada Allah agar memudahkan aku bisa bermajelis dengan orang shalih dan ternyata Allah menjadikan anda untukku." Abu Ad-Darda' bertanya: "Kamu berasal dari mana?" Aku jawab: "Dari Kufah". Dia berkata lagi: "Bukankah bersama kalian disana ada Ibnu Ummu 'Abd, pembawa sepasang sandal (Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), pemilik tikar dan bejana? (maksudnya adalah 'Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu). Sungguh bersama kalian disana ada orang yang telah Allah jauhkan dari setan yakni melalui lisan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam (maksudnya 'Ammar bn Yasir). Bukankah bersama kalian disana ada orang yang mengetahui detail kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya kecuali dia?" (maksudnya Hudzaifah bin Al Yaman). Kemudian dia bertanya lagi: "Bagaimana 'Abdullah membaca firman Allah: {Wal laili idzaa yaghsyaa}?" Maka aku bacakan kepadanya: {Wal laili idzaa yaghsyaa, wan nahaari idzaa tajallaa, wadz dzakara wal untsaa}. Abu Ad-Darda' berkata: "Demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah membacakannya dari mulut beliau langsung kepada mulutku."
Shahih Bukhari 3460: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Al Mughirah] dari [Ibrahim] berkata: ['Alqamah] berkunjung ke negeri Syam lalu dia memasuki masjid kemudian berdo'a: "ALLOOHUMMA YASSIR LII JALIISAN SHAALIHAN" (Ya Allah, mudahkanlah aku untuk mendapat kawan yang shalih). Kemudian dia bermajelis bersama Abu Ad-Darda'. Maka Abu Darda' bertanya: "Kamu berasal dari mana?" Dia menjawab: "Dari Kufah." Abu Ad-Darda' berkata: "Bukankah bersama kalian atau di antara kalian disana ada orang yang mengetahui detail kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya kecuali dia, yaitu Hudzaifah?" 'Alqamah berkata: Aku jawab: "Benar." Abu Ad-Darda' bertanya lagi: "Bukankah bersama kalian atau di antara kalian disana juga ada orang yang telah Allah jauhkan dari setan yakni melalui lisan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu 'Ammar bin Yasir?" Aku jawab: "Benar." Abu Ad-Darda' bertanya lagi: "Bukankah bersama kalian atau di antara kalian disana ada orang yang dikenal sebagai pemilik siwak, selembar tikar atau kasur?" Aku jawab: "Benar." Abu Ad-Darda' bertanya lagi: "Bagaimana 'Abdullah (bin Mas'ud) membaca firman Allah: {Wal laili idzaa yaghsyaa}?" Maka aku bacakan kepadanya: {Wal laili idzaa yaghsyaa, wan nahaari idzaa tajallaa}. Aku jawab: ia membaca "wadz dzakari wal untsaa" (dengan harakat kasrah pada huruf ro, addzakari, bukan Adzdzakaro). Abu Ad-Darda' berkata: "Ayat-ayat itu senantiasa aku hafal hingga hampir saja mereka memalingkan aku dari sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3461: Telah bercerita kepada kami ['Amru bin 'Ali] telah bercerita kepada kami ['Abdul A'laa] telah bercerita kepada kami [Khalid] dari [Abu Qilabah] berkata: telah bercerita kepadaku [Anas bin Malik] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap ummat memiliki orang kepercayaan dan orang kepercayaan kita, wahai sekalian ummat, adalah Abu 'Ubaidah bin Al Jarrah."
Shahih Bukhari 3462: Telah bercerita kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari [Shilah] dari Hudzaifah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada penduduk Najran: "Sungguh aku pasti akan mengutus yakni kepada kalian seorang kepercayaan yang benar-benar terpercaya." Lalu beliau menyanjung shahabat-shahabat beliau kemudian mengutus Abu 'Ubaidah radliyallahu 'anhu.
Shahih Bukhari 3463: Telah bercerita kepada kami [Shadaqah] telah bercerita kepada kami [Ibnu 'Uyainah] telah bercerita kepada kami [Abu Musa] dari [Al Hasan] bahwa dia mendengar [Abu Bakrah]: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di atas mimbar bersabda, ketika itu Al Hasan ada disamping beliau. Sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya: "Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin) dan dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin."
Shahih Bukhari 3464: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Al Mu'tamir] berkata: aku mendengar [bapakku] berkata telah bercerita kepada kami [Abu 'Utsman] dari Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Beliau memeluk dirinya dan Al Hasan lalu bersabda: "ALLOOHUMMA INNII UHIBBUHUMAA FA-AHIBBA HUMAA" (Ya Allah, sungguh aku mencintai keduanya maka itu cintailah keduanya), atau sebagaimana beliau sabdakan.
Shahih Bukhari 3465: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Husain bin Ibrahim] berkata: telah bercerita kepadaku [Husain bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Jarir] dari [Muhammad] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu: Didatangkan kepada 'Ubaidullah bin Ziyad kepala Al Husain 'alaihis salam (setelah dipenggal orang) maka dia meletakkannya ke dalam baskom kemudian mencocok-cocokkannya lalu berkata tentang segala kebaikannya. Anas berkata: Al Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diantara mereka (ahlul bait) dan dia diwarnai dengan wasmah (pewarna dari tumbuh-tumbuhan yang kehitam-hitaman).
Shahih Bukhari 3466: Telah bercerita kepada kami [Hajjaj bin Al Minhal] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Adiy] berkata: aku mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat Al Hasan bin 'Ali digendong di bahu beliau sambil bersabda: "Ya Allah, sungguh aku mencintainya maka itu cintailah dia."
Shahih Bukhari 3467: Telah bercerita kepada kami ['Abdan] telah mengabarkan kepada kami ['Abdullah] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Umar bin Sa'id bin Abu Husain] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari ['Uqbah bin Al Harits] berkata: Aku pernah melihat Abu Bakar radliyallahu 'anhu menggendong Al Hasan sambil berkata: "Demi bapakku, anak ini mirip dengan Nabi dan tidak mirip dengan 'Ali." Dan 'Ali menjadi tertawa mendengarnya.
Shahih Bukhari 3468: Telah bercerita kepadaku [Yahya bin Ma'in] dan [Shadaqah] keduanya berkata telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dari [Syu'bah] dari [Waqid bin Muhammad] dari [bapaknya] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Abu Bakr berkata: "Peliharalah hubungan dengan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan cara menjaga hubungan dengan ahli bait beliau."
Shahih Bukhari 3469: Telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam bin Yusuf] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] dari [Anas]. Dan berkata ['Abdurrazzaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] telah mengabarkan kepadaku [Anas] berkata: Tidak ada seorang pun yang lebih mirip dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari pada Al Hasan bin 'Ali.
Shahih Bukhari 3470: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Abu Ya'qub] aku mendengar [Ibnu Abu Nu'min] Aku mendengar 'Abdullah bin 'Umar ketika ada orang yang bertanya kepadanya tentang muhrim (orang yang sedang ihram). Syu'bah berkata: "Seingatku orang itu telah membunuh lalat ketika sedang ihram." Maka 'Abdullah bin 'Umar berkata: "Penduduk 'Iraq bertanya tentang lalat padahal mereka telah membunuh putra dari putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah berkata bahwa: "Keduanya (Al Hasan dan Al Husain) adalah aroma wewangianku dari dunia."
Shahih Bukhari 3471: Telah bercerita kepada kami [Abu Nu'im] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Abu Salamah] dari [Muhammad bin Al Munkadir] telah mengabarkan kepada kami Jabir bin 'Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: 'Umar bin Al Khaththab pernah berkata: "Abu Bakar adalah penghulu kita dan telah membebaskan penghulu kita pula yaitu Bilal."
Shahih Bukhari 3472: Telah bercerita kepada kami [Ibnu Numair] dari [Muhammad bin 'Ubaid] telah bercerita kepada kami [Isma'il] dari [Qais] bahwa [Bilal] berkata kepada Abu Bakar: "Jika kamu dahulu membebaskan aku untuk kepentingan dirimu sediri maka tahanlah aku (untuk mengikuti kemauanmu), namun seandainya kamu membebaskan aku karena Allah, maka biarkanlah aku pergi untuk beramal karena Allah."
Shahih Bukhari 3473: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami ['Abdu Warits] dari [Khalid] dari ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memelukku ke dada beliau seraya berdo'a: "Alloohumma 'allimhu alhikmah" (Ya Allah, ajarkanlah anak ini hikmah). Telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar] telah bercerita kepada kami 'Abdu Warits: Dan beliau berdoa'a: "Ajarkanlah dia Al Kitab (al-Qur'an)." Telah bercerita kepada kami [Musa] telah bercerita kepada kami [Wuhaib] dari [Khalid] seperti hadits ini. Dan yang dimaksud dengan Al Hikmah adalah kebenaran yang didapat seseorang bukan dari jalan kenabian."
Shahih Bukhari 3474: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Waqid] telah bercerita kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ayyub] dari [Humaid bin Hilal] dari Anas radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berbela sungkawa atas Zaid, Ja'far dan Ibnu Rawahah di hadapan orang banyak sebelum berita tentang mereka sampai kepada khalayak. Beliau bersabda: "Semula bendera komando perang dipegang oleh Zaid lalu dia gugur kemudian bendera itu dipegang oleh Ja'far lalu dia pun gugur kemudian bendera itu dipegang oleh 'Abdullah bin Rawahah namun dia pun gugur pula." Kedua mata beliau menitikkan air mata. Akhirnya bendera itu diambil oleh Sayf (pedang) diantara pedang-pedangnya Allah (maksudnya Khalid bin Al Walid) hingga Allah memberi kemenangan kepada mereka."
Shahih Bukhari 3475: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru bin Murrah] dari [Ibrahim] dari [Masruq] berkata: Ada seseorang yang menyebut nama 'Abdullah (bin Mas'ud) di hadapan 'Abdullah bin 'Amr, maka 'Abdullah bin 'Amr berkata: "Dia adalah seorang yang senantiasa saya selalu mencintainya sejak saya dengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ambillah bacaan Al Qur'an dari empat orang. Yaitu dari 'Abdullah bin Mas'ud, Beliau memulainya dari 'Abdullah, kemudian Salim, maula Abu Hudzaifah, lalu Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal." Perawi berkata: Aku tidak tahu mana yang beliau dahulukan antara Ubay atau Mu'adz bin Jabal.
Shahih Bukhari 3476: Telah bercerita kepada kami [Hafsh bin 'Umar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Sulaiman] berkata: aku mendengar [Abu Wa'il] berkata: aku mendengar [Masruq] berkata: 'Abdullah bin 'Amr berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah orang yang suka berbicara kotor (keji) juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya." Dan beliau juga bersabda: "Ambillah bacaan Al Qur'an dari empat orang; yaitu dari 'Abdullah bin Mas'ud, kemudian Salim, maula Abu Hudzaifah, lalu Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal."
Shahih Bukhari 3477: Telah bercerita kepada kami [Musa] dari [Abu 'Awanah] dari [Mughirah] dari [Ibrahim] dari ['Alqamah] berkata: Aku pernah berkunjung ke negeri Syam lalu shalat dua raka'at disana kemudian aku berdo'a: "Ya Allah, mudahkanlah aku untuk bisa memperoleh kawan yang shalih." Kemudian aku melihat ada orang yang sudah tua datang. Ketika dia sudah dekat, aku berkata dalam hati: "Kuharap orang ini sebagai jawaban atas do'aku." Orang tua itu bertanya: "Kamu berasal dari mana?" Aku jawab: "Dari Kufah." Dia berkata lagi: "Bukankah bersama kalian disana ada pembawa sepasang sandal (nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), pemilik tikar dan bejana (maksudnya adalah 'Abdullah bin Mas'ud)?. Sungguh bukankah bersama kalian disana ada orang yang telah Allah jauhkan dari setan yakni melalui lisan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam?. Bukankah bersama kalian disana ada orang yang mengetahui detail kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya kecuali dia?" Kemudian dia bertanya lagi: "Bagaimana Ummu 'Abd membaca firman Allah: {Wal laili}?" Maka aku bacakan kepadanya: "{Wal laili idzaa yaghsyaa, wan nahaari idzaa tajallaa}, wadz dzakari wal untsaa." (dengan harakat kasrah pada huruf ro' sehingga berbunyi adzdzakari bukan adzdzakaro. -pent.). Orang tua itu berkata: "Sungguh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah membacakannya dari mulut beliau langsung kepada mulutku dan ayat-ayat itu aku masih menghafalnya hingga hampir saja mereka memalingkan aku."
Shahih Bukhari 3478: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari ['Abdurrahman bin Yazid] berkata: Kami bertanya kepada [Hudzaifah] tentang orang yang dekat kesamaan dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hal kekhusyu'an dan perangai baiknya hingga kami dapat mengambil (manfaat) darinya. Maka Hudzaifah menjawab: "Aku tidak mengetahui ada orang yang lebih mirip kekhusyu'annya, perangainya dan jalan hidupnya dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam selain Ibnu Ummu 'Abd."
Shahih Bukhari 3479: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al 'Alaa'] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Yusuf bin Abu Ishaq] berkata: telah bercerita kepadaku [bapakku] dari [Abu Ishaq] berkata: telah bercerita kepadaku [Al Aswad bin Yazid] berkata: aku mendengar Abu Musa Al Asy'ariy radliyallahu 'anhu berkata: Aku dan saudara laki-lakiku baru tiba dari Yaman, lalu kami tinggal beberapa lama (bersama beliau) dan kami tidak punya pendapat lain kecuali bahwa 'Abdullah bin Mas'ud adalah salah seorang dari ahlu bait Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena kami meihat dia dan ibunya sering masuk (dan bersama di rumah) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3480: Telah bercerita kepada kami [Al Hasan bin Bisyir] telah bercerita kepada kami [Al Mu'afiy] dari ['Utsman bin Al Aswad] dari [Ibnu Abu Mulaikah] berkata: Mu'awiyah melaksanakan shalat witir setelah 'Isya' sebanyak satu raka'at sementara itu di sebelahnya ada maula Ibnu 'Abbas. Lalu maula ini menemui Ibnu 'Abbas. Maka Ibnu 'Abbas berkata: "Biarkanlah dia, karena dia telah mendampingi (bershahabat) dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Bukhari 3481: Telah bercerita kepada kami [Ibnu Abu Maryam] telah bercerita kepada kami [Nafi' bin 'Umar] telah bercerita kepadaku Ibnu Abu Mulaikah: Pernah ditanyaan kepada Ibnu 'Abbas, apakah anda punya pendapat tentang amirul mu'minin, Mu'awiyah, yang tidak shalat witir kecuali satu raka'at?" Ibnu 'Abbas menjawab: "Dia benar, karena dia seorang yang faqih (faham agama)."
Shahih Bukhari 3482: Telah bercerita kepadaku 'Amru bin 'Abbas telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu At-Tayyah] berkata: aku mendengar [Humran bin Aban] dari Mu'awiyah radliyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya kalian senantiasa mengerjakan suatu shalat padahal sungguh kami telah mendampingi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidaklah kami pernah melihat beliau mengerjakannya, dan sungguh beliau telah melarang darinya, yaitu shalat dua raka'at setelah 'Ashar."
Shahih Bukhari 3483: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dari ['Amru bin Dinar] dari [Ibnu Abu Mulaikah] dari Al Miswar bin Makhramah radliyallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Fathimah adalah bagian dari diriku. Barangsiapa yang menjadikannya marah berarti membangkitkan kemarahanku."
Shahih Bukhari 3484: Telah bercerita kepada kami [Yahya bin Bukair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] [Abu Salamah] berkata bahwa 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Wahai 'Aisyah, ini ada malaikat Jibril datang untuk menyampaikan salam kepadamu." Aku katakan: "Wa 'alaihis salam wa rahmatullahi wa barakaatuh" (Salam sejahtera, rahmat Allah dan barakah-Nya baginya), anda dapat melihat sesuatu yang aku tidak melihatnya." Yang dimaksud bisa melihat oleh 'Aisyah adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3485: Telah bercerita kepada kami [Adam] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: Dan diriwayatkan pula, telah bercerita kepada kami ['Amru] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru bin Murrah] dari Murrah dari Abu Musa Al Asy'ariy radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Manusia yang sempurna dari kalangan laki-laki sekian banyak, namun tidak ada manusia sempurna dari kalangan wanita melainkan Maryam binti 'Imran, Asiyah istrinya Fir'aun. Dan keutamaan 'Aisyah terhadap wanita-waita lain bagaikan keutamaan makanan tsarid dibandingkan seluruh makanan lain." (Tsarid adalah sejenis makanan yang terbuat dari daging dan roti yang dibuat bubur dan berkuah).
Shahih Bukhari 3486: Telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz bin 'Abdullah] berkata: telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Ja'far] dari 'Abdullah bin 'Abdurrahman bahwa dia mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Keutamaan 'Aisyah terhadap wanita-wanita lain bagaikan keutamaan makanan tsarid dibandingkan seluruh makanan lain."
Shahih Bukhari 3487: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami ['Abdul Wahhab bin 'Abdul Hamid] telah bercerita kepada kami ['Ibnu 'Aun] dari [Al Qasim bin Muhammad] bahwa 'Aisyah mengeluh lalu datang Ibnu 'Abbas seraya berkata: "Wahai Ummul Mu'minin, anda adalah orang yang mula-mula (masuk surga) bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar."
Shahih Bukhari 3488: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Al Hakam], aku mendengar [Abu Wa'il] berkata: Ketika 'Ali mengutus ['Amar] dan Al Hasan ke kota Kufah untuk mengerahkan mereka berjihad, 'Ammar menyampaikan khuthbah, dia berkata: "Sungguh aku mengetahui bahwa dia (maksudnya 'Aisyah) adalah istri beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) di dunia dan akhirat, akan tetapi sekarang Allah menguji kalian apakah akan mentaati-Nya (mentaa'ti 'Ali sebagai pemimpin yang berarti mentaati Allah) atau mengikuti dia ('Aisyah)."
Shahih Bukhari 3489: Telah bercerita kepada kami ['Ubaid bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Dia meminjam kepada Asma' sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Rasulullah perintahkan orang-orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu'. Ketika mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mereka mengadukan kejadian tersebut. Maka kemudian turunlah ayat tentang perintah bertayamum. Lalu Usaid bin Hudlair berkata: "Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada anda ('Aisyah). Demi Allah, tidaklah datang masalah kepada anda melainkan Allah memberikan jalan keluarnya dan menjadikan hal itu sebagai barakah bagi kaum muslimin."
Shahih Bukhari 3490: Telah bercerita kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menderita sakit, beliau bergilir tinggal di rumah istri-istri beliau dan berkata: "Besok aku tinggal dimana, besok aku tinggal dimana?" (menunjukkan kegelisahan beliau) karena sangat ingin tinggal di rumah 'Aisyah. 'Aisyah berkata: "Ketika giliran hariku, beliau menjadi tenang."
Shahih Bukhari 3491: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin 'Abdul Wahhab] telah bercerita kepada kami [Hammad] telah bercerita kepada kami [Hisyam] dari [bapaknya] berkata: Orang-orang biasa memilih memberikan hadiah mereka (kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam) saat beliau giliran di rumah 'Aisyah. 'Aisyah berkata: "Maka shahabat-shahabatku (para istri Nabi yang lain) berkumpul pada Ummu Salamah dan berkata: "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya orang-orang memberikan hadiah kepada Beliau saat beliau giliran di rumah 'Aisyah. Dan kami menghendaki kebaikan sebagaimana yang juga 'Aisyah kehendaki. Maka itu mintalah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau memerintahkan orang-orang apabila hendak memberi hadiah kepada beliau agar memberikanya kepada beliau saat beliau berada dimana saja dari giliran belau (di rumah istri-istrinya)." 'Aisyah berkata: Maka Ummu Salamah menyampaikan hal ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ummu Salamah berkata: "Beliau menolak berbicara denganku. Dan ketika beliau datang kembali kepadaku, aku sampaikan lagi hal itu namun beliau tetap menolak berbicara. Ketika untuk yang ketiga kalinya aku sampaikan, beliau berkata kepadaku: "Wahai Ummu Salamah, janganlah kamu sakiti aku dalam masalah 'Aisyah. Karena demi Allah, tidak ada wahyu yang turun kepadaku saat aku dalam selimut seorang istri diantara kalian kecuali dia ('Aisyah)."
Shahih Bukhari 3492: Telah bercerita kepada kami [Musa bin Isma'il] telah bercerita kepada kami [Mahdiy bin Maimun] telah bercerita kepada kami [Ghaylan bin Jarir] berkata: Aku pernah bertanya kepada Anas: "Bagaimana menurutmu tentang penamaan Anshar, apakah kalian yang menamakanya atau Allah yang memberi nama itu kepada kalian?" Anas menjawab: "Bahkan Allah 'azza wa jalla lah yang memberi nama kepada kami." Kami pernah mendatangi Anas lalu dia bercerita kepada kami tentang budi pekerti para shahabat Anshar dan tempat-tempat pertemuan mereka. Ia menghadap kepadaku atau kepada seorang laki-laki dari suku Al 'Azdi seraya berkata: "Kaummu hari ini telah berbuat begini dan begini, begini dan begini."
Shahih Bukhari 3493: Telah bercerita kepadaku ['Ubaid bin ISma'il] telah bercerita kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Hari Bu'ats adalah hari yang dipersembahkan Allah kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, para pemimpin mereka dalam kondisi terpecah belah sedangkan para tokoh mereka dibunuh dan dilukai. Kemudian Allah mempersembahkan kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam berupa masuknya mereka ke dalam Islam.
Shahih Bukhari 3494: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu at-Tayyah] berkata: aku mendengar Anas radliyallahu 'anhu berkata: Orang-orang Anshar berkata pada hari penaklukan kota Makkah: "Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) memberikan harta rampasan perang (ghanimah) kepada kaum Quraisy. Demi Allah, ini adalah perkara yang mengherankan, karena pedang-pedang kitalah yang telah menumpahkan darah orang-orang Quraisy akan tetapi ghanimah dikembalikan kepada mereka." Kemudian perkataan ini sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau memanggil kaum Anshar. Perawi (Anas) berkata: Maka beliau bersabda: "Apa benar berita yang telah sampai kepadaku tentang kalian?" Mereka adalah orang yang tidak berbohong. Mereka menjawab: "Benarlah berita yang telah sampai kepada engkau." Beliau berkata lagi: "Apakah kalian tidak ridla jika orang-orang kembali ke rumah-rumah mereka dengan membawa pulang ghanimah sedangkan kalian kembali ke rumah-rumah kalian dengan membawa pulang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?. Seandainya kaum Anshar melewati lembah atau celah di bebukitan pasti aku akan melewati lembah yang ditempuh kaum Anshar atau celah di bebukitan."
Shahih Bukhari 3495: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Ziyad] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam atau Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seandainya orang-orang Anshar mengarungi lembah atau celah di bebukitan pasti aku akan mengarungi lembah yang ditempuh kaum Anshar. Seandainya tidak ada hijrah pasti aku menjadi seorang Anshar (penolong)." Maka Abu Hurairah berkata: "Beliau tidaklah melampaui batas (dalam berbicara). Demi bapak dan ibuku (yang menjadi tebusannya), sungguh kaum Anshar telah memberi tempat kepada beliau, dan menolong beliau." Atau ucapan yang serupa dengan itu.
Shahih Bukhari 3496: Telah bercerita kepada kami [Isma'il bin 'Abdullah] berkata: telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Sa'ad] dari [bapaknya] dari [kakeknya] berkata: Ketika mereka (Kaum Muhajirin) telah tiba di Madinah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mempersaudarakan 'Abdurrahman bin 'Auf dengan Sa'ad bin Ar-Rabi'. Sa'ad berkata kepada 'Abdurrahman: "Aku adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya, maka hartaku aku akan bagi dua dan aku mempunyai dua istri, maka lihatlah mana diantara keduanya yang menarik hatimu dan sebut kepadaku nanti aku akan ceraikan dan apabila telah selesai masa iddahnya silakan kamu menikahinya." 'Abdurrahman berkata: "Semoga Alah memberkahimu pada keluarga dan hartamu. Dimana letak pasar-pasar kalian?" Maka mereka menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Dia tidak kembali dari pasar melainkan dengan membawa keju dan minyak samin yang banyak. Lalu dia terus berdagang hingga pada suatu hari dia datang dengan mengenakan pakaian dan wewangian yang bagus. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Bagaimana keadaanmu?" 'Abdurrahman menjawab: "Aku sudah menikah." Beliau bertanya lagi: "Berapa jumlah mahar yang kamu berikan padanya?" 'Abdurrahman menjawab: "Sebiji emas atau seberat biji emas." Dalam hal ini Ibrahim ragu jumlahnya yang pasti.
Shahih Bukhari 3497: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah] telah bercerita kepada kami [Isma'il bin Ja'far] dari [Humaid] dari Anas radliyallahu 'anhu bahwa dia berkata: 'Abdurrahman tiba kepada kami lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mempersaudarakan dia dengan Sa'ad bin Ar-Rabi'. Sa'ad adalah orang yang banyak hartanya. Sa'ad berkata: "Orang-orang Anshar sudah mengetahui semua bahwa aku adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya. Maka aku bagi hartaku untukku dan kamu menjadi dua bagian, dan aku memiliki dua orang istri, maka lihatlah mana diantara keduanya yang menarik hatimu nanti aku akan ceraikan, dan apabila telah halal silakan kamu menikahinya." 'Abdurrahman berkata: "Baik, semoga Allah memberkahimu pada keluargamu." Sejak hari itu dia tidak kembali melainkan dengan membawa sesuatu yang paling baik dari minyak samin dan keju. Dan dia tidak tinggal (di rumah) kecuali sebentar lalu datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengenakan baju dan wewangian. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Bagaimana keadaanmu?" 'Abdurrahman menjawab: "Aku sudah menikah dengan seorang wanita Anshar." Beliau bertanya lagi: "Berapa jumlah mahar yang kamu berikan padanya?" 'Abdurrahman menjawab: "Perhiasan seberat biji emas atau sebiji emas." Lalu beliau bersabda: "Adakanlah walimah (resepsi) sekalipun hanya dengan seekor kambing!"
Shahih Bukhari 3498: Telah bercerita kepada kami [ash-Shaltu bin Muhammad Abu Hammam] berkata: aku mendengar [Al Mughirah bin 'Abdurrahman] telah bercerita kepada kami [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Kaum Anshar berkata: "Bagilah kebun kurma untuk kami dan mereka." Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) menjawab: "Tidak." Beliau menambahkan: "Cukup bagi kami, mengurus kebun kurma tersebut dan mereka memberi bagian kepada kami dari hasil buahnya." Mereka (Kaum Anshar) berkata: "Kami dengar dan kami taat."
Shahih Bukhari 3499: Telah bercerita kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Adiy bin Tsabit] berkata: aku mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, atau dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Kaum Anshar, tidak ada yang mencintai mereka kecuali orang beriman dan tidak ada yang membenci mereka kecuali orang munafiq. Barangsiapa yang mencintai mereka Allah akan mencintainya dan siapa yang membenci mereka Allah pun akan membencinya."
Shahih Bukhari 3500: Telah bercerita kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari ['Abdullah bin 'Abdullah bin Jabr] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Diantara tanda iman adalah mencintai Kaum Anshar dan diantara tanda nifaq adalah membenci Kaum Anshar."
Shahih Bukhari 3501: Telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar] telah bercerita kepada kami ['Abdul Warits] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat para wanita dan anak-anak berdatangan. --Perawi berkata: Aku mengira dia (Anas) berkata: Sepulang dari resepsi pernikahan.-- Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri untuk menyambut mereka seraya berkata: "Allahumma. Kalian adalah termasuk diantara manusia yang paling aku cintai." Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.
Shahih Bukhari 3502: Telah bercerita kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim bin Katsir] telah bercerita kepada kami [Bahz bin Asad] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Hisyam bin Zaid] berkata: aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Datang seorang wanita Anshar kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama dengan seorang anaknya lalu beliau berbincang dengan wanita tersebut dan beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kalian adalah manusia yang paling aku cintai." Beliau mengucapkannya dua kali.
Shahih Bukhari 3503: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru], aku mendengar [Abu Hamzah] dari Zaid bin Arqam: Kaum Anshar berkata: "Wahai Rasulullah, setiap Nabi memiliki pengikut dan kami telah menjadi pengikut anda. Maka mohonlah kepada Allah agar menjadikan orang yang mengikuti kami menjadi bagian dari kami!" Maka beliau mendo'akannya. Kemudian aku sampaikan hal itu kepada [Ibnu Abu Laila], maka dia berkata: "Zaid telah pula mengatakan hal itu." (bahwa Nabi akan mendo'akan mereka). (Kata za'ama menurut Ahlu Hijaz artinya berkata -pent.).
Shahih Bukhari 3504: Telah bercerita kepada kami [Adam] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] telah bercerita kepada kami ['Amru bin Murrah] berkata: aku mendengar [Abu Hamzah], salah seorang Kaum Anshar: Kaum Anshar berkata: "Setiap kaum memiliki pengikut dan kami telah menjadi pengikut anda. Maka mohonlah kepada Allah agar menjadikan orang yang mengikuti kami menjadi bagian dari kami!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a: "Ya Allah, jadikanlah orang yang mengikuti mereka menjadi bagian dari mereka." ['Amru] berkata: Kemudian aku ceritakan hal itu kepada [Ibnu Abu Laila], maka dia berkata: "Zaid telah mengatakan hal itu." (bahwa Nabi akan mendo'akan mereka). [Syu'bah] berkata: Aku kira yang dimaksudkan adalah Zaid bin Arqam.
Shahih Bukhari 3505: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: aku mendengar [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dari Abu Usaid radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kampung tempat tinggal kaum Anshar adalah kampung Bani Najjar kemudian Bani 'Abdil Asyhal kemudian Bani Al Harits bin Khazraj kemudian Bani Sa'idah. Dan setiap tempat tinggal seluruh kaum Anshar adalah baik." Maka Sa'ad berkata: "Anggapanku, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lain beliau telah mengutamakan orang lain dibanding kami." Maka ia dijawab: "Justru beliau telah mengutamakan (menyanjung) kalian dibanding orang lain." Dan ['Abdush Shamad] berkata: telah bercerita kepada kami [Syu'bah] telah bercerita kepada kami [Qatadah], aku mendengar [Anas], telah berkata [Abu Usaid] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti hadits ini dan Sa'ad bin 'Ubadah telah pula berkata hal serupa.
Shahih Bukhari 3506: Telah bercerita kepada kami [Sa'ad bn Hafsh ath-Thalhiy] telah bercerita kepada kami [Syaiban] dari [Yahya], berkata [Abu Salamah] telah mengabarkan kepadaku [Abu Usaid] bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik Anshar", atau beliau bersabda: "Kampung tempat tinggal Anshar yang paling baik adalah Bani An-Najjar, Bani 'Abdil Asyhal, Bani Al Harits bin Khazraj dan Bani Sa'idah."
Shahih Bukhari 3507: Telah bercerita kepada kami [Khalid bin Makhlad] telah bercerita kepada kami [Sulaiman] berkata: telah bercerita kepadaku ['Amru bin Yahya] dari ['Abbas bin Sahal] dari [Abu Humaid] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tempat tinggal Anshar yang paling baik adalah kampung Bani Najjar kemudian Bani 'Abdil Asyhal kemudian Bani Al Harits bin Khazraj kemudian Bani Sa'idah. Dan setiap tempat tinggal seluruh kaum Anshar adalah baik." Kemudian Sa'ad bin 'Ubadah menjumpai kami. Berkata Abu Usaid (kepadanya): "Tidakkah kamu lihat bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memilih kaum Anshar dan menjadikan kita urutan yang terakhir?" Maka Sa'ad menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, tempat tinggal kaum Anshar telah dipilih dan menempatkan kami sebagai yang terakhir" Maka beliau bersabda: "Apakah tidak cukup bagi kalian menjadi bagian dari kalangan orang-orang yang terbaik?"
Shahih Bukhari 3508: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: aku mendengar [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dari Usaid bin Hudlair radliyallahu 'anhum: Ada seseorang dari kalangan Anshar yang berkata: "Wahai Rasulullah, tidakkah sepatutnya anda mempekerjakanku sebagaimana anda telah mempekerjakan si fulan?" Beliau menjawab: "Sepeninggalku nanti, akan kalian jumpai sikap-sikap utsrah (individualis, egoism, orang yang mementingkan dirinya sendiri). Maka itu bersabarlah kalian hingga kalian berjumpa denganku di telaga al-Haudl (di surga)."
Shahih Bukhari 3509: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Hisyam] berkata: aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada kaum Anshar: "Sepeninggalku nanti, akan kalian jumpai sikap atsarah (sikap egoism, individualis, orang yang mementingkan dirinya sendiri). Maka bersabarlah kalian hingga kalian berjumpa denganku dan tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah telaga al-Haudl (di surga)."
Shahih Bukhari 3510: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari [Yahya bin Sa'id], dia mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu ketika dia pergi bersamanya menemui Al Walid, dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil kaum Anshar untuk memberikan tanah di negeri Bahrain untuk mereka. Mereka berkata: "Tidak, kecuali anda membaginya juga untuk saudara-saudara kami dari kalangan Muhajirin seperti bagian kami itu." Beliau bersabda: "Laksanakanlah dan bersabarlah kalian hingga kalian bertemu dengan aku, karena sepeninggal aku, kalian akan ditimpa atsarah (sikap egoisme dan individualis)."
Shahih Bukhari 3511: Telah bercerita kepada kami [Adam] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] telah bercerita kepada kami [Abu Iyas Mu'awiyah bin Qurrah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "(Ya Allah), tidak ada kehidupan hakiki melainkan kehidupan akhirat. Perbaikilah hubungan kaum Anshar dan Muhajirin." Dan dari [Qatadah] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti redaksi hadits ini dan beliau bersabda: "(Ya Allah), ampunilah kaum Anshar."
Shahih Bukhari 3512: Telah bercerita kepada kami [Adam] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Humaid Ath-Thawil], aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Pada perang Khandaq, Kaum Anshar bersya'ir: "Kami adalah orang-orang yang berbai'at kepada Muhammad. Untuk terus berjihad selama hidup." Lalu Beliau bersabda menyambut sya'ir mereka dengan bersya'ir: "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang sesungguhnya melainkan kehidupan akhirat. Maka, muliakanlah Anshar dan Muhajirin."
Shahih Bukhari 3513: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin 'Ubaidullah] telah bercerita kepada kami [Ibnu Abu Hazim] dari [bapaknya] dari [Sahal] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada kami ketika kami sedang menggali parit dan mengangkut tanah di atas punggung-punggung kami (pada perang Khandaq). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki melainkan kehidupan akhirat. (Ya Allah), ampunilah kaum Anshar."
Shahih Bukhari 3514: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Daud] dari [Fudlail bin Ghazwan] dari [Abu Hazim] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu beliau datangi istri-istri beliau. Para istri beliau berkata: "Kami tidak punya apa-apa selain air." Maka kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada orang banyak: "Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?" Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata: "Aku". Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya lalu berkata: "Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini." Istrinya berkata: "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku." Sahabat Anshar itu berkata: "Suguhkanlah makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu!" Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam. Ketika pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau berkata: "Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua." Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya: (Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung) (QS. Al-Hasyr: 9).
Shahih Bukhari 3515: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Yahya Abu 'Ali] telah bercerita kepada kami [Syadzan, saudara dari 'Abdan] telah bercerita kepada kami [bapakku] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah bin Al Hajjaj] dari [Hisyam bin Zaid] berkata: aku mendengar [Anas bin Malik] berkata: "Abu Bakar dan Al 'Abbas radliyallahu 'anhuma lewat didepan salah satu majelis dari majelis kaum Anshar saat mereka sedang menangis. Abu Bakar bertanya: "Apa yang menyebabkan kalian menangis?" Mereka menjawab: "Kami teringat dengan majelis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang pernah kami ikuti." Maka Al 'Abbas menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengabarkan hal tadi." Perawi berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan kepala beliau dibalut dengan kain selimut. Perawi berkata: Maka belliau menaiki mimbar dan setelah hari itu beliau tidak lagi menaiki mimbar beliau. Beliau memuji Allah dan mensucikan-Nya kemudian bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian (untuk bersikap baik) kepada kaum Anshar. Mereka adalah penjaga rahasiaku dan kepercayaanku. Mereka telah menunaikan apa yang wajib atas mereka dan mereka masih berhak apa yang menjadi hak mereka. Maka terimalah orang-orang yang baik dari kalangan mereka dan maafkanlah orang-orang yang keliru dari mereka."
Shahih Bukhari 3516: Telah bercerita kepada kami [Ahmad bin Ya'qub] telah bercerita kepada kami [Ibnu Al Ghasil] aku mendengar ['Ikrimah] berkata: aku mendengar Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan berselimut/berselendang yang diletakkannya diatas kedua pundaknya dan mengikat kepalanya dengan ikat kepala berwarna hitam hingga kemudian duduk di atas mimbar. Setelah memuji Allah dan mensucikan-Nya, beliau bersabda: "Hadirin yang dimuliakan, wahai sekalian manusia, manusia terus bertambah banyak sedangkan kaum Anshar semakin sedikit hingga keberadaan mereka bagaikan keberadaan garam dalam suatu makanan. Maka barangsiapa diantara kalian yang mengurus sesuatu urusan ummat lalu dia mampu mendatangkan madlarat kepada seseorang atau memberi manfaat kepada seseorang, maka terimalah orang-orang baik mereka (kaum Anshar), dan maafkanlah orang yang keliru dari kalangan mereka."
Shahih Bukhari 3517: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] berkata: aku mendengar [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kaum Anshar adalah penjaga rahasiaku dan kepercayaanku. Dan manusia akan bertambah banyak sedangkan mereka semakin sedikit jumlahnya. Karenanya terimalah orang-orang yang baik dari kalangan mereka dan maafkanlah orang-orang yang keliru dari mereka."
Shahih Bukhari 3518: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] berkata: aku mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diberi hadiah pakaian terbuat dari sutera, para shahabat beliau merabanya dan mereka terkagum-kagum dengan kehalusan kain tersebut. Maka beliau berkata: "Apakah kalian terkagum-kagum dengan kehalusan kain ini?. Sungguh sapu tangan Sa'ad bin Mu'adz (di surga) lebih baik darinya atau lebih halus." Diriwayatkan juga oleh [Qatadah] dan [Az Zuhriy] yang keduanya mendengar [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3519: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah bercerita kepada kami [Fadlal bin Musawir, menantu dari Abu 'Awanah] telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah dari [Al A'masy] dari [Abu Sufyan] dari Jabir radliyallahu 'anhu, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "'Arsy bergetar disebabkan meninggalnya Sa'ad bin Mu'adz." Dan dari [Al A'masy] telah bercerita kepada kami [Abu Shalih] dari [Jabir] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti redaksi hadits ini. Ada seseorang yang berkata kepada Jabir, bahwa Al Bara' berkata: "Yang bergetar adalah tempat tidurnya." Maka Jabir berkata: "Diantara dua suku ini ('Aus dan Khazraj) ada orang yang dengki dan aku pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "'Arsy Allah yang Maha Pengasih bergetar disebabkan meninggalnya Sa'ad bin Mu'adz."
Shahih Bukhari 3520: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin 'Ar'arah] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'ad bin Ibrahim] dari [Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif] dari Abu Sa'id Al Khudriy radliyallahu 'anhu bahwa Orang-orang (Bani Quraizhah) setuju dengan ketetapan hukum yang akan diputuskan oleh Sa'ad bin Mu'adz. Maka beliau mengutus orang untuk memanggilnya, dia pun datang dengan menunggang keledai. Ketika sudah dekat dengan masjid, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Berdirilah kalian untuk orang terbaik kalian dan pemimpin kalian!" Lalu beliau melanjutkan: "Wahai Sa'ad, mereka telah setuju dengan keputusan yang akan kamu buat." Sa'ad berkata: "Akan kuputuskan mereka bahwa agar para tentara perang mereka harus dibunuh dan anak-anak mereka dijadikan tawanan." Maka Beliau berkata: "Sungguh kamu telah memutuskan hukum mereka dengan hukum Allah (Raja diraja)."
Shahih Bukhari 3521: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin Muslim] telah bercerita kepada kami [Habban bin Hilal] telah bercerita kepada kami [Hammam] telah mengabarkan kepada kami [Qatadah] dari Anas radliyallahu 'anhu bahwa Ada dua orang laki-laki keluar dari (rumah) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di tengah malam yang gelap gulita dan (ajaibnya) pada kedua tangan keduanya memancar cahaya yang menyertai keduanya hingga ketika keduanya berpisah cahaya tersebut menjadi dua, mengikuti masing-masing kedua orang tersebut. Dan berkata [Ma'mar] dari [Tsabit] dari [Anas] bahwa Usaid bin Hudlair berserta dua orang dari kaum Anshar. Dan berkata [Hammad] telah mengabarkan kepada kami [Tsabit] dari [Anas] bahwa Usaid bin Hudlair dan 'Abbad bin Bisyir bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3522: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari ['Amru] dari [Ibrahim] dari [Masruq] dari 'Abdullah bin 'Amru radliyallahu 'anhuma, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ambillah bacaan Al-Qur'an dari empat orang. Yaitu dari Ibnu Mas'ud, Salim, maula Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal."
Shahih Bukhari 3523: Telah bercerita kepada kami [Ishaq] telah bercerita kepada kami ['Abdush Shamad] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] telah bercerita kepada kami [Qatadah] berkata: aku mendengar Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, berkata [Abu Usaid], Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kampung tempat tinggal kaum Anshar adalah kampung Bani An-Najjar kemudian Bani 'Abdil Asyhal kemudian Bani Al Harits bin Khazraj kemudian Bani Sa'idah. Dan setiap tempat tinggal seluruh kaum Anshar adalah baik." Maka Sa'ad bin 'Ubadah, diantara orang yang terdahulu masuk Islam berkata: "Aku menganggap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih mengutamakan orang lain terhadap kami." Maka ucapannya dibalas: "Justru beliau telah mengutamakan (menyanjung) kalian dibanding orang lain."
Shahih Bukhari 3524: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Walid] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] telah bercerita kepada kami ['Amru bin Murrah] dari [Ibrahim] dari [Masruq] berkata: Nama 'Abdullah bin Mas'ud disebut-sebut di hadapan ['Abdullah bin 'Amru] maka dia ('Abdullah bin 'Amru) berkata: "Dialah seorang yang senantiasa aku selalu mencintainya karena aku pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ambillah bacaan Al-Qur'an dari empat orang. Yaitu dari 'Abdullah bin Mas'ud, beliau menyebutnya lebih dahulu, Salim, maula Abu Hudzaifah, Mu'adz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab."
Shahih Bukhari 3525: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] berkata: aku mendengar [Syu'bah], aku mendengar [Qatadah] dari Anas bin Maik radliyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Ubbay: "Sesungguhnya Allah memerintahkanku agar membacakan kepadamu: {lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaab}. (Al-Qur'an Surah al-Bayyinah). Ubay bertanya: "Apakah Allah menyebut namaku?" Beliau mejawab: "Ya." Ubbay pun menangis.
Shahih Bukhari 3526: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Yahya] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari Anas radliyallahu 'anhu: Pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Al-Qur'an dihimpun pula (ditulis dan dihafal) oleh empat orang yang semuanya dari kalangan Anshar. Mereka adalah Ubay, Mu'adz bin Jabal, Abu Zaid dan Zaid bin Tsabit." Aku bertanya kepada Anas: "Siapakah Abu Zaid itu?" Dia menjawab: "Salah seorang dari paman-pamanku."
Shahih Bukhari 3527: Telah bercerita kepada kami [Abu Ma'mar] telah bercerita kepada kami ['Abdul Warits] telah bercerita kepada kami ['Abdul 'Aziz] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Ketika perang Uhud orang-orang kabur dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedangkan Abu Thalhah tetap bertahan di dekat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melindungi beliau dengan perisainya. Abu Thalhah adalah seorang yang ahli memanah yang apabila mengenai target langsung menembus kulit. Pada perang itu dia telah mematahkan dua atau tiga anak panah karena sangat kerasnya bidikannya. Ada seorang laki-laki lewat di hadapannya dengan membawa sarung anak panah dan berkata: "Berikan ini kepada Abu Thalhah!" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendongakkan kepala beliau melihat keberadaan musuh, maka Abu Thalhah berkata: "Wahai Nabi Allah, demi ayah ibuku sebagai tebusannya, janganlah anda mendongakkan kepala sebab bisa jadi ada panah musuh yang mengenai anda. Cukup aku saja sebagai taruhannya." Sungguh aku melihat 'Aisyah binti Abu Bakr dan Ummu Sulaim, keduanya mengangkat pakaiannya setinggi mata kakinya sehingga terlihat perhiasan yang ada pada betisnya. Keduanya membawa kendi-kendi air untuk memberi minum kepada mulut-mulut dari orang yang terluka. Sementara itu pedang musuh telah mengenai badan Abu Thalhah dua atau tiga kali.
Shahih Bukhari 3528: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] berkata: aku mendengar [Malik] bercerita dari [Abu An Nadlir, maula 'Umar bin 'Ubaidullah] dari ['Amir bin Sa'ad bin Abu Waqqash] dari [bapaknya] berkata: Aku belum pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada seseorang yang berjalan di muka bumi ini bahwa dia adalah calon penghuni surga kecuali kepada 'Abdullah bin Salam. Dia berkata lagi: Dan untuknyalah ayat ini turun: {Wa syahida syaahidun min bani Israa'il} (QS. Al Ahqaf: 10), atau yang ayat yang semisalnya. Perawi berkata: "Aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh Malik apakah yang dimaksudnya ayat atau hadits."
Shahih Bukhari 3529: Telah bercerita kepadaku ['Abdullah bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Azhar As-Samman] dari [Ibnu 'Aun] dari [Muhammad] dari [Qais bin 'Abbad] berkata: Aku pernah duduk di masjid Madinah lalu datang seorang laki-laki yang nampak pada wajahnya tanda-tanda kekhusyu'an. Orang-orang berkata: "Inilah seseorang diantara calon penghuni surga." Orang itu kemudian mengerjakan shalat dua raka'at dengan menyempurnakannya lalu keluar masjid. Aku mengikutinya lalu aku berkata: "Ketika anda masuk masjid tadi orang-orang mengatakan bahwa anda termasuk calon penghumi surga?" Orang itu berkata: "Demi Allah, sungguh tidak patut bagi seorang pun mengatakan hal yang dia tidak mengetahuinya. Aku akan ceritakan kepadamu apa alasannya. Sungguh aku pernah bermimpi pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu aku ceritakan mimpiku kepada beliau. Dalam mimpiku itu seolah aku melihat taman yang luas, suasananya yang hijau nan asri, di tengahnya ada tiang-tiang dari besi. Bagian bawahnya adalah bumi sedang atasnya adalah langit. Pada bagian atasnya itu ada tali. Dikatakan kepadaku: "Mendakilah!" Aku katakan: "Aku tak sanggup." Kemudian datang kepadaku orang yang membantuku, lalu dia mengangkat bajuku dari belakangku sehingga aku mampu mendakinya hingga ketika sudah berada di atas aku pegang tali tersebut. Dikatakan kepadaku: "Berpeganglah!" Maka aku sanggup memegangnya dan sungguh tali itu berada pada genggamanku. Kemudian aku ceritakan mimpiku itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau berkata: "Yang dimaksud dengan taman itu adalah Islam sedangkan tiang-tiang adalah tiangnya Islam dan tali itu adalah al-'urwatul wutsqa (kalimat tauhid). Dan kamu berada dalam Islam hingga meninggal dunia." Orang itu adalah ['Abdullah bin Salam]. Dan berkata kepadaku [Khalifah] telah bercerita kepada kami [Mu'adz] telah bercerita kepada kami [Ibnu 'Aun] dari [Muhammad] telah bercerita kepada kami [Qais bin 'Abbad] dari [Ibnu Salam] berkata: "Kata Shiifu sebagai kata ganti dari minshaf."
Shahih Bukhari 3530: Telah bercerita kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'id bin Abu Burdah] dari bapaknya: Aku mengunjungi Madinah lalu bertemu dengan 'Abdullah bin Salam radliyallahu 'anhu. Dia berkata: "Tidakkah sebaiknya kamu berkunjung ke rumahku, Nanti kusuguhi makanan terbuat dari tepung dan kurma dan kamu masuk ke dalam rumah." Kemudian dia berkata lagi: "Sungguh kamu sekarang berada di negeri praktek riba sudah merajalela. Jika kamu bersama seseorang yang benar akan kutunjukkan kepadamu orang yang memiliki buah tin dan gandum atau biji-bijian, tapi janganlah kamu mengambilnya karena itu barang hasil riba." [An-Nadlar], [Abu Daud] dan [Wahb] tidak menyebutkannya dari [Syu'bah] tentang "rumah".
Shahih Bukhari 3531: Telah bercerita kepadaku [Muhammad] telah mengabarkan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] berkata: aku mendengar ['Abdullah bin Ja'far] berkata: aku mendengar 'Ali radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Dan diriwayatkan pula, telah bercerita kepadaku [Shadaqah] telah mengabarkan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] berkata: aku mendengar ['Abdullah bin Ja'far] dari 'Ali bin Abu Thalib radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wanita yang paling baik (pada zamannya) adalah Maryam dan wanita yang paling baik (pada zamannya) adalah Khadijah."
Shahih Bukhari 3532: Telah bercerita kepada kami [Sa'id bin 'Ufair] telah bercerita kepada kami [Al Laits] berkata: [Hisyam] menuis surat kepadaku yang katanya isinya dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal ia meninggal dunia sebelum beliau menikahi aku. Dan disebabkan aku sering mendengar beliau menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan Allah memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak). Dan apabila beliau menyembelih kambing, beliau selalu menghadiahkan bagian kambing itu untuk teman-temannya Khadijah apa yang dapat mencukupi mereka."
Shahih Bukhari 3533: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin 'Sa'id] telah bercerita kepada kami [Humaid bin 'Abdur Rahman] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang wanita sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah karena seringnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjugnya). 'Aisyah berkata: "Beliau menikahi aku tiga tahun setelah Khadijah meninggal dunia dan Rabbnya 'azza wa jalla memerintahkan beliau atau memerintahkan Jibril 'alaihis salam untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak)."
Shahih Bukhari 3534: Telah bercerita kepadaku ['Umar bin Muhammad bin Hasan] telah bercerita kepada kami [bapakku] telah bercerita kepada kami [Hafsh] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anhu berkata: "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal aku belum pernah melihatnya. Akan tetapi ini karena beliau sering sekali menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan sering kali beliau menyembelih kambing, memotong-motong bagian-bagian daging kambing tersebut, lantas beliau kirimkan daging kambing itu kepada teman-teman Khadijah. Suatu kali aku pernah berkata kepada beliau yang intinya seolah tidak ada wanita di dunia ini selain Khadijah. Maka spontan beliau menjawab: "Khadijah itu begini dan begini dan dari dialah aku mempunyai anak."
Shahih Bukhari 3535: Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yahya] dari [Isma'il] berkata: Aku bertanya kepada 'Abdullah bin Abu Awfaa radliyallahu 'anhu: "Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira kepada Khadijah?" Dia menjawab: "Ya pernah, berupa rumah yang terbuat dari mutiara (di surga kelak) yang isinya tidak ada suara hirup pikuk dan kelelahan."
Shahih Bukhari 3536: Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Fudlail] dari ['Umarah] dari [Abu Zur'ah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Malaikat Jibril mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata: "Wahai Rasulullah, Ini Khadijah, datang membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Bila nanti dia sudah menjumpaimu, sampaikan salam dari Rabb-Nya dan dariku dan berilah kabar gembira kepadanya dengan rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang isinya tidak ada suara hiruk pikuk dan kelelahan." Dan telah berkata Isma'il bin Khalil telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Mushir dari Hisyam dari bapaknya dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Halah binti Khuwalid, saudara perempuan Khadijah meminta izin Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau teringat cara Khadijah meminta izin. Beliau tertegun sejenak namun segera berujar: "Ya Allah, ini Halah." 'Aisyah berkata: Aku menjadi cemburu karenanya lalu aku katakan: "Kamu mengingat terus si tua bangka peyot dari Quraisy itu dan yang kedua rahangnya telah merah itu (sindiran untuk orang yang sudah tua). Dia telah lama mati. Padahal Allah telah memberi ganti untukmu dengan yang lebih baik darinya?"
Shahih Bukhari 3537: Telah bercerita kepada kami [Ishaq Al Wasithiy] telah bercerita kepada kami [Khalid] dari [Bayan] dari [Qais] berkata: aku mendengarnya berkata: Jarir bin 'Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melarangku menemui beliau sejak aku masuk Islam dan tidaklah melihatku melainkan beliau selalu tertawa."
Shahih Bukhari 3538: Dan (masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya) dari [Qais] dari [Jarir bin 'Abdullah] berkata: Pada zaman Jahiliyah, ada sebuah rumah yang biasa dinamakan Dzul Khalashah dan juga biasa disebut al-Ka'bah al-Yamaniyah atau al-Ka'bah asy-Syamiyyah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadaku: "Apakah kamu bisa menjadi orang yang menenangkan kerisauanku dari Dzul Khalashah?" Aku segera berangkat menuju Baitullah bersama seratus lima puluh pasukan berkuda yang berani mati." Jarir berkata: "Maka kami hancurkan dan bunuh apa yang kami temui didalamnya lalu kami menemui beliau dan mengabarkan apa yang telah kami lakukan, maka beliau mendo'akan kami dan pasukan berani mati itu."
Shahih Bukhari 3539: Telah bercerita kepadaku [Isma'il bin Khalil] telah mengabarkan kepada kami [Salamah bin Raja'] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Ketika perang Uhud, kaum Musyrikin menderita kekalahan yang sangat telak lalu Iblis berteriak memanggil: "Wahai hamba-hamba Allah, awasilah barisan belakang kalian!" Maka pasukan depan kembali mendatangi pasukan yang di belakang dan bertempur menghadapi pasukan yang di belakang (sehingga terjadi pertempuran sesama Kaum Muslimin). Hudzaifah memperhatikan pertempuran itu dan ternyata dia melihat bapaknya (Al Yaman), maka dia berseru: "Wahai hamba-hamba Allah (ia tujukan untuk prajurit muslim), itu bapakku, itu bapakku!" 'Aisyah berkata: "Demi Allah, pasukan tidak mempedulikannya hingga mereka membunuh bapaknya." Hudzaifah berkata: "Semoga Allah mengampuni kalian." Bapakku, 'Urwah berkata: "Demi Allah, sejak peristiwa itu, Hudzaifah senantiasa mendapatkan kebaikan hingga bertemu dengan Allah (meninggal dunia)."
Shahih Bukhari 3540: Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Abu Bakar dari [Fudlail bin Sulaiman] telah bercerita kepada kami [Musa bin 'Uqbah] telah bercerita kepada kami [Salim bin Abdullah] dari 'Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertemu dengan Zaid bin 'Amru bin Nufail di suatu jalan di bawah lembah bernama Baldah sebelum Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerima wahyu. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam disuguhi hidangan makanan namun beliau enggan memakannya. Kata beliau: "Wahai Zaid, aku tidak memakan sesuatu yang kalian sembelih di atas nashab kalian (batu besar yang biasa digunakan untuk menyembelih hewan yang ditujukan untuk behala) dan aku tidak akan memakan sesuatu kecuali yang disembelih dengan menyebut nama Allah." Dan Zaid bin 'Amru pernah mencela Quraisy dalam perkara sembelihan mereka dengan berkata: "Kambing itu diciptakan oleh Allah dan Allah menurunkan air hujan dari langit untuknya, Allah juga menumbuhkan tumbuhan di muka bumi untuknya, kemudian kalian menyembelihnya tanpa menyebut nama Allah." Hal ini diungkapan oleh Zaid sebagai protes atas tindakan mereka sekaligus menganggapnya sebagai perkara yang tidak sepele.
Shahih Bukhari 3541: (Masih dari jalur periwayatan yang sama dengan hadits sebelumnya), [Musa] berkata: telah menceritakan kepadaku [Salim bin Abdullah], aku tidak mengetahuinya kecuali apa yang diceritakannya dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma, bahwa Zaid bin Amru bin Nufail pergi ke negeri Syam mencari agama yang hendak dia ikuti. Kemudian dia bertemu dengan seorang 'alim Yahudi (rahib) dan bertanya kepadanya tentang agama mereka. Zaid berkata: "Sungguh barangkali aku dapat memeluk agama kalian. Untuk itu tolong terangkan kepadaku!" Maka rahib itu berkata: "Janganlah kamu mengikuti agama kami kecuali jika kamu mau mendapat bagian dari murka Allah." Zaid berkata: "Tidaklah aku lari melainkan karena menghindar dari murka Allah, dan selamanya aku tidak mau menanggung sedikit pun dari murka Allah. Maka bagaimana mungkin aku mampu menanggungnya?. Apakah engkau dapat menunjukkan aku kepada agama yang lain?" Rahib Yahudi itu berkata: "Aku tidak tahu kecuali agama yang hanif." Zaid bertanya: "Apakah yang dimaksud dengan hanif itu?" Rahib itu berkata: "Agama Nabi Ibrahim, dan dia tidak beragama Yahudi dan tidak pula Nashrani, dia tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah." Maka Zaid pun pergi, kemudian dia bertemu dengan seorang 'alim Nashrani (pendeta) dan menceritakan seperti tadi, tetapi sang pendeta berkata: "Sekali-kali tidaklah kamu mengikuti agama kami kecuali kamu akan mendapat bagian dari laknat Allah." Maka Zaid berkata: "Tidaklah aku lari melainkan karena menghindar dari murka Allah, dan selamanya aku tidak mau menanggung sedikit pun dari laknat Allah dan murka Allah. Maka bagaimana mungkin aku mampu menanggungnya? Apakah engkau dapat menunjukkan aku kepada agama yang lain?" Pendeta Nashrani itu berkata: "Aku tidak tahu kecuali agama yang hanif." Zaid bertanya: "Apakah yang dimaksud dengan hanif itu?" Pendeta itu berkata: "Agama Nabi Ibrahim, dan dia tidak beragama Yahudi dan tidak pula Nashrani, dia tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah." Setelah Zaid merenungkan apa yang mereka katakan tentang Ibrahim 'alaihis salam, Zaid pergi dan setelah nampak dia berdo'a: "Ya Allah, aku bersaksi bahwa aku memeluk agama Ibrahim." Dan Al Laits berkata: Hisyam menulis surat kepadaku dari bapaknya dari Asma' biti Abu Bakar radliyallahu 'anhuma berkata: Aku melihat Zaid bin 'Amru bin Nufail berdiri sambil menyandarkan punggungnya di Ka'bah seraya berseru: "Wahai sekalian kaum Quraisy, demi Allah, tidak ada seorang pun dari kalian yang berada di atas agama Ibrahim selain aku." Zaid dahulu adalah orang yang mempertahankan hidup anak perempuan yang biasanya dikubur hidup-hidup dan dia berkata kepada seseorang yang hendak membunuh putrinya: "Janganlah kamu membunuhnya karena aku yang akan mencukupi kebutuhan hidupnya." Maka dia mengambil anak perempuan itu dan apabila anak perempuan itu sudah beranjak menjadi dewasa, Zaid berkata kepada bapak anak perempuan itu: "Jika kamu mau aku serahkan anak ini kepadamu, dan jika kamu mau aku bebaskan kamu dari kebutuhan hidupnya."
Shahih Bukhari 3542: Telah menceritakan kepadaku [Mahmud] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazzaq] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Juraij] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Dinar] dia mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma berkata: Ketika Ka'bah dibangun (diperbaiki) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan 'Abbas mengangkut bebatuan. Saat itu Al 'Abbas berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Ikatlah kain sarungmu pada lehermu karena dapat melindungimu dari bebatuan." Tiba-tiba beliau tersungkur ke tanah (jatuh pingsan) dengan kedua matanya terbelalak menengadah ke langit. Kemudian beliau sadar dan berkata: "Sarungku, sarungku!" Kemudian beliau mengikatkan kain sarungnya kembali (dengan kuat).
Shahih Bukhari 3543: Telah menceritakan kepada kami [Abu an Nu'man] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari ['Amru bin Dinar] dan ['Ubaidullah bin Abu Yazid] keduanya berkata: Pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam belum ada pagar di sekeliling Baitullah. Saat itu mereka shalat di sekeliling Baitulah hingga ketika zaman 'Umar (berkuasa), dia membangun pagar di sekelilingnya. 'Ubaidullah berkata: Ketika dibangun itu pagarnya masih pendek lalu ditinggikan oleh Az Zubair (ketika berkuasa).
Shahih Bukhari 3544: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] berkata: telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Pada zaman Jahiliyyah, hari 'asyura (tanggal sepuluh Dzul Hijjah) adalah hari dimana kaum Quraisy biasa berpuasa, dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga melakukan puasa pada hari itu. Ketika beliau sudah tiba di Madinah, beliau tetap berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kaum Muslimin melakukan puasa (sebagai kewajiban). Namun setelah turun perintah shaum bulan Ramadlan, bagi siapa yang mau dipersilahkan berpuasa hari 'asyura dan siapa yang mau juga boleh untuk tidak melakukannya.
Shahih Bukhari 3545: Telah menceritakan kepada kami [Muslim] telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Thawus] dari [bapaknya] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Orang-orang menganggap bahwa melaksanakan 'umrah pada bulan-bulan haji adalah kejahatan yang besar di muka bumi, dan mereka menjadikan bulan haram adalah bulan Shafar, dan mereka berkata: "Jika luka sudah sembuh (pada unta setelah melahirkan) dan sisa-sisa pelaksanaan haji sudah hilang maka baru dibolehkan 'umrah bagi mereka yang mau ber'umrah." Ibnu 'Abbas berkata: Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya tiba di Makkah pada hari keempat bulan Dzul Hijjah. Mereka bertalbiyyah untuk haji, dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka agar menjadikannya sebagai niat 'umrah. Hal ini menjadi perkara yang besar bagi mereka sehingga mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apa saja yang halal (dibolehkan)?" Beliau menjawab: "Semuanya halal (boleh)."
Shahih Bukhari 3546: Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] berkata: ['Amru] pernah berkata: telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Al Musayyab] dari [bapaknya] dari [kakeknya] berkata: Pada zaman jahiliyyah pernah terjadi banjir yang menggenangi lembah yang ada diantara dua bukit (sekitar Ka'bah). Sufyan berkata: Dan dia berkata bahwa hadits ini merupakan fakta sejarah yang pernah terjadi.
Shahih Bukhari 3547: Telah menceritakan kepada kami [Abu an Nu'man] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Bayan Abu Bisyr] dari [Qais bin Abu Hazim] berkata: [Abu Bakar] menemui seorang wanita suku Ahmas (Quraisy) yang bernama Zainab, lalu dia melihat bahwa wanita itu tidak mau berbicara. Abu Bakar bertanya: "Kenapa dia tidak mau berbicara?" Orang-orang menjawab: "Dia (bernadzar untuk) berhaji dengan tidak berbicara." Maka Abu Bakar berkata kepada wanita itu: "Berbicaralah, karena perbuatanmu ini tidak halal. Ini termasuk perbuatan jahiliyyah." Lalu wanita itu berbicara dan bertanya: "Kamu siapa?" Abu Bakar menjawab: "Hanya seorang laki-laki dari kaum Muhajirin." Wanita itu bertanya lagi: "Muhajirin yang mana?" Abu Bakar menjelaskan: "Dari suku Quraisy." Wanita itu kembali bertanya: "Quraisy yang mana kamu?" Abu Bakar menegaskan: "Kamu ini banyak bertanya. Aku ini Abu Bakar." Wanita itu berkata: "Apa yang membuat kami eksis di atas kebaikan dari apa yang Allah datangkan setelah zaman jahiliyyah ini?" Abu Bakar menjawab: "Yang membuat kalian tetap di atas kebaikan adalah selama pemimpin-pemimpin kalian istiqamah." Wanita itu bertanya: "Siapakah para pemimpin?" Abu Bakar menjawab: "Bukankah kaummu memiliki para pembesar dan tokoh yang memerintahkan mereka lalu mereka menta'ati pemimpin mereka?" Wanita itu menjawab: "Ya benar." Abu Bakar berkata: "Mereka itulah para pemimpin masyarakat."
Shahih Bukhari 3548: Telah menceritakan kepadaku [Farwah bin Abu Al Maghra'] telah mengabarkan kepada kami ['Ali bin Mushir] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Ada seorang wanita berkulit hitam yang bekerja dengan beberapa orang Arab yang telah masuk Islam. Wanita itu memiliki rumah kecil lagi sempit di dekat masjid. 'Aisyah melanjutkan: Dia pernah datang lalu bercerita di hadapan kami. Jika telah selesai dari ceritanya dia bersya'ir: Peristiwa selendang adalah salah satu dari keajaiban Rabb kami. Sungguh peristiwa itu terjadi di negeri kafir yang kemudian Allah menyelamatkan aku. Tatkala dia terus saja bersya'ir, 'Aisyah bertanya kepadanya: "Apakah hari selendang itu?" Wanita itu berkata: "Pernah ada seorang anak wanita keluar kepada sebagian keluargaku dengan membawa selendang yang terbuat dari kulit. Kemudian selendang tersebut terjatuh darinya, tiba-tiba seekor burung menyambar dan mengambilnya karena mengira selendang itu daging. Tetapi orang-orang menuduh aku dan menyiksa aku hingga mereka menggeladahku dari bagian depanku. Ketika mereka berada di sekelilingku dan aku dalam keadaan gundah tiba-tiba burung itu datang dan berputar-putar di atas kepala kami, kemudian melemparkannya. Orang-orang pun mengambil selendang tersebut. Maka aku berkata kepada mereka: "Itulah yang kalian tuduhkan kepadaku padahal aku berlepas diri dari tuduhan itu."
Shahih Bukhari 3549: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ja'far] dari [Abdullah bin Dinar] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketahuilah, barangsiapa yang bersumpah janganlah bersumpah kecuali atas nama Allah." Dahulu orang-orang Quraisy bila bersumpah menggunakan bapak-bapak mereka lalu beliau bersabda: "Janganlah kalian bersumpah atas nama bapak-bapak kalian!"
Shahih Bukhari 3550: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sulaiman] berkata: telah menceritakan kepadaku [Ibnu Wahb] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Amru] bahwa ['Abdurrahman bin Al Qasim] bercerita kepadanya: bahwa Pernah jenazah lewat di depan Al Qasim tetapi dia tidak berdiri, dan dia mengabarkan dari 'Aisyah, bahwa dia menuturkan: "Dahulu orang-orang Jahiliyyah berdiri bila jenazah lewat dihapadan mereka, dan mereka berkata jika melihatnya: "Kamu dahulu bersama keluargamu namun kini tidak." Mereka mengucapkannya dua kali.
Shahih Bukhari 3551: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin 'Abbas] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Maimun] berkata: 'Umar radliyallahu 'anhu berkata: "Sesungguhnya orang-orang musyrik (ketika berhaji) tidak bertolak dari Jam'un hingga matahari terbit dari balik gunung Tsabir. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyelisih mereka dengan bertolak sebelum matahari terbit."
Shahih Bukhari 3552: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Ibrahim] berkata: aku berkata kepada [Abu Usamah], apakah [Yahya bin Al Muhallab] telah menceritakan kepada kalian, telah menceritakan kepada kami [Hushain] dari ['Ikrimah] Tentang firman Allah: {Wa ka'san dihaaqan}. Dia berkata: "Itu artinya gelas yang penuh dengan minuman." Dia ('Ikrimah) berkata: dan berkata [Ibnu 'Abbas]: aku mendengar bapakku berkata pada zaman jahiliyyah: "Berilah kami minum dengan gelas-gelas yang berisi minuman."
Shahih Bukhari 3553: Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Abdul Malik] dari [Abu Salamah] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalimat yang paling benar yang dikatakan seorang penyair adalah kalimat yang dikatakan oleh Labid. Dia bersya'ir: "Segala sesuatu selain Allah adalah bathil." Dan hampir saja Umayyah bin Abu ash Shalt masuk Islam.
Shahih Bukhari 3554: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah menceritakan kepadaku [saudaraku] dari [Sulaiman bin Bilal] dari [Yahya bin Sa'id] dari ['Abdurrahman bin Al Qasim] dari [Al Qasim bin Muhammad] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: "Dahulu, Abu Bakar mempunyai seorang pembantu yang bertugas mengambil pajak untuknya. Abu Bakar pernah memakan dari bagian pajak itu. Pada suatu hari pembantunya itu datang dengan membawa makanan, lalu Abu Bakar memakannya. Maka pembantunya itu berkata kepada Abu Bakr: "Tahukah kamu barang yang kamu makan itu?" Abu Bakar bertanya: "Apakah itu?" Pembantunya berkata: "Dahulu pada zaman jahiliyyah aku adalah orang yang pernah meramal untuk seseorang (sebagai dukun) dan aku tidak pandai dalam perdukunan kecuali aku menipunya, lalu orang itu mendatangiku dan memberikan sesuatu kepadaku. Itulah hasilnya yang tadi kamu makan." Maka Abu Bakar memasukkan jarinya ke dalam mulutnya hingga memuntahkan segala sesuatu yang ada di dalam perutnya.
Shahih Bukhari 3555: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari ['Ubaidullah] telah mengabarkan kepadaku [Nafi'] dari Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Dahulu orang-orang jahiliyyah menjual daging anak unta yang masih dalam kandungan. Dia berkata: Yang dimaksud dengan habalul habalah adalah unta dibeli berupa apa yang ada dalam kandungannya kemudian unta tersebut mengandung apa yang diperjual belikan itu, maka kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang praktek jual beli seperti itu.
Shahih Bukhari 3556: Telah menceritakan kepada kami [Abu an Nu'man] telah menceritakan kepada kami [Mahdi], [Ghailan bin Jarir] berkata: Kami pernah mendatangi [Anas bin Malik] lalu dia bercerita kepada kami tentang kaum Anshar. Saat itu dia berkata kepadaku: "Kaummu berbuat begini begini pada hari ini dan hari ini, kaummu berbuat begini begini pada hari ini dan hari ini."
Shahih Bukhari 3557: Telah menceritakan kepada kami [Abu Ma'mar] telah menceritakan kepada kami ['Abdul Warits] telah menceritakan kepada kami [Qathan Abu Al Haitsam] telah menceritakan kepada kami [Abu Yazid Al Madani] dari ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Sesungguhnya sumpah yang pertama kali terjadi pada masa jahiliyyah adalah apa yang dilakukan oleh kami, Bani Hasyim. Dahulu ada seorang dari Bani Hasyim disewa oleh seseorang dari Quraisy dari kabilah lain. Dia pergi bersamanya dengan untanya lalu lewatlah seorang laki-laki dari Bani Hasyim yang tali pegangan kantung airnya terputus. Dia berkata: "Tolonglah aku dengan seutas tali yang aku akan gunakan untuk mengikat pegangan kantung airku agar tidak ditumpahkan oleh unta." Maka dia pun memberikan kepadanya seutas tali dan mengikat pegangan kantung airnya. Setelah mereka singgah, unta-unta itu didudukkan atau ditambatkan kecuali satu ekor. Lalu orang yang mengupahnya bertanya: "Mengapa unta yang satu ini tidak ditambatkan sebagaimana unta-unta lainnya?" Pembantu tersebut menjawab: "Ia tidak memiliki tali." Orang yang mengupahnya bertanya lagi: "Kemana talinya?" Ibnu Abbas melanjutkan: Lalu penyewa tersebut melemparinya dengan tongkat sehingga menemui ajalnya. Kemudian seorang laki-laki dari Yaman melewati pembantu tersebut, maka pembantu tersebut berkata: "Apakah engkau akan menghadiri musim haji?" Orang itu menjawab: "Aku tidak hendak menghadirinya namun barangkali bisa saja aku menghadirinya." Dia bertanya lagi: "Apakah kamu mau menjadi orang yang menyampaikan suratku sekali saja sepanjang masa?" Orang itu menjawab: "Ya baiklah." Dia berkata: "Jika kamu menghadiri musim haji, maka berserulah: "Wahai keluarga Quraisy." Jika mereka menjawabnya, maka serulah: "Wahai keluarga Bani Hasyim." Dan bila mereka menjawab lagi, maka tanyalah tentang Abu Thalib lalu kabarkanlah kepadanya bahwa si fulan telah membunuhku karena tali." Kemudian orang yang disewa tersebut meninggal. Ketika orang yang mengupahnya tiba, Abu Thalib menemuinya dan bertanya: "Apa yang diperbuat saudara kami?" Maka dia menjawab: "Dia sakit lalu aku mengurusnya dengan baik dan aku telah menguburkannya." Abu Thalib berkata: "Sungguh perbuatanmu sangat baik." Berlalulah beberapa waktu, kemudian laki-laki yang mendapat pesan untuk menyampaikan surat dari orang yang di sewa datang untuk menghadiri musim haji, dan dia berseru: "Wahai keluarga Quraisy!" Mereka menjawab: "Inilah suku Quraisy." Dia berkata lagi: "Wahai keluarga Bani Hasyim!" Mereka menjawab: "Inilah keluarga Bani Hasyim." Laki-laki itu berseru kembali: "Mana Abu Thalib?" Mereka menjawab: "Ini Abu Thalib." Laki-laki itu melanjutkan: "Si fulan memerintahkan kepadaku untuk menyampaikan surat, bahwa si fulan telah membunuhnya karena sebab tali." Maka Abu Thalib menemuinya seraya berkata kepadanya: "Pilihlah salah satu dari tiga hal yang kami tawarkan. Jika mau, kamu dapat membayar dengan tebusan dengan seratus unta karena kamu telah membunuh keluarga kami atau jika tidak, lima puluh orang dari kaummu harus bersumpah bahwa kamu tidak membunuhnya. Jika kamu menolak, kami akan membunuhmu sebagai balasan karena telah membunuh shahabat kami." Maka laki-laki itu menemui kaummnya, lalu mereka berkata: "Kami siap bersumpah." Lalu ada seorang wanita Bani Hasyim yang suaminya termasuk diantara orang-orang yang bersumpah dan telah melahirkan anak untuknya datang menemui Abu Thalib dan berkata: "Wahai Abu Thalib, aku senang bila engkau membolehkan anakku ini (sebagai pengganti) seseorang dari lima puluh laki-laki yang bersumpah dan janganlah engkau wajibkan sumpah kepadanya saat sumpah diwajibkan." Maka Abu Thalib menerimanya. Kemudian datang seorang laki-laki dari mereka dan berkata: "Wahai Abu Thalib, apakah kamu menghendaki sumpah lima puluh orang sebagai pengganti seratus unta yang berarti setiap satu orang menanggung dua ekor unta? Inilah dua unta dan terimalah dariku dan jangan engkau mewajibkan sumpah atasku saat sumpah itu diwajibkan." Lalu Abu Thalib menerima dua unta itu. Kemudian datanglah empat puluh delapan orang lalu mereka bersumpah. Ibnu 'Abbas berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, belum berlalu masa satu tahun melainkan keempat puluh delapan orang yang bersumpah itu meninggal dunia."
Shahih Bukhari 3558: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Hari peperangan Bu'ats adalah peperangan yang ditunjukkan oleh Allah dalam kehidupan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ikut terlibat pada hari bersejarah tersebut, saat para pemimpin saling bertengkar dan telah terbunuh para pembesar-pembesar yang dimuliakan kaum tersebut dan begitu juga banyak yang terluka dari mereka. Dan Allah juga telah menunjukkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang masuk Islamnya mereka. Dan Ibnu Wahb berkata: telah mengabarkan kepada kami 'Amru dari Bukair bin Al Asyaj bahwa Bukair, sahaya Ibnu 'Abbas bercerita keadanya, bahwa Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Sa'i dasar lembah antara bukit Shafa dan Marwah bukanlah sunnah. Karena dahulu orang-oang jahiliyyah mengerjakan sa'i juga disana dan berkata: "Kami tidak akan melewati al Bathha' melainkan dengan berlari-lari kecil."
Shahih Bukhari 3559: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah mengabarkan kepada kami [Mutharrif] aku mendengar [Abu as Safar] berkata: aku mendengar Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: "Wahai manuisa, dengarkanlah apa yang akan aku katakan kepada kalian dan perdengarkanlah apa yang akan kalian katakan kepadaku dan janganlah kalian pergi lalu mengatakan Ibnu 'Abbas telah berkata: Ibnu 'Abbas telah berkata: Barangsiapa yang thawaf mengelilingi Ka'bah di Baitullah hendaklah dilakukan dari belakang Hijir, dan janganlah kalian katakan Al Hathim, karena dahulu ada seseorang di zaman jahiliyyah bersumpah dengan cara melempar cambuk, sandal atau busur panahnya."
Shahih Bukhari 3560: Telah menceritakan kepada kami [Nu'aim bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] dari [Hushain] dari ['Amru bin Maimun] berkata: Aku pernah melihat di zaman jahiliyyah seekor monyet sedang dikerumuni oleh monyet-monyet lainnya. Monyet itu telah berzina lalu monyet-monyet lain merajamnya (melempari dengan batu) dan aku ikut merajamnya bersama mereka.
Shahih Bukhari 3561: Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Ubaidullah] dia mendengar Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Kebiasaan (yang masih ada pada ummat ini) dari kebiasaan jahiliyyah adalah mencela keturunan dan meratapi (kematian). Ubaidullah lupa perkara yang ketiga. Sufyan berkata: Orang-orang mengatakan, bahwa yang ketiga adalah meminta hujan lewat perantara bintang-bintang.
Shahih Bukhari 3562: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Abu Raja'] telah menceritakan kepada kami [an Nadlar] dari [Hisyam] dari ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: "Wahyu diturunkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau berusia empat puluh tahun, lalu beliau tinggal di Makkah selama tiga belas tahun, kemudian berhijrah ke Madinah dan tinggal disana selama sepuluh tahun hingga shallallahu 'alaihi wa sallam diwafatkan."
Shahih Bukhari 3563: Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepada kami [Bayan] dan [Isma'il] keduanya berkata: kami mendengar [Qais] berkata: aku mendengar [Khabab] berkata: Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sedang duduk beralaskan selendang di bawah naungan Ka'bah, saat itu kami sedang mengalami siksaan yang sangat keras dari orang-orang Musyrikin. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau memohon pertolongan?" Seketika itu pula beliau bangun dengan muka merah lalu bersabda: "Sungguh diantara orang-orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi lalu dagingnya terkupas dari tulangnya atau uratnya namun hal itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada juga yang diletakkan gergaji ditengah kepalanya lalu kepalanya itu digergaji hingga terbelah menjadi dua bagian, namun siksaan itu tidak menyurutkan dia dari agamanya. Sungguh, Allah akan menyempurnakan urusan (Islam) ini hingga ada seorang yang mengendarai tunggangannya berjalan dari Shan'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah." Bayan menambahkan: "Atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya."
Shahih Bukhari 3564: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari [Al Aswad] dari Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surah An Najm lalu sujud (tilawah) dan tidak ada seorang pun melainkan ikut sujud kecuali seseorang yang aku lihat dia mengambil segenggam kerikil lalu mengangkatnya lalu sujud (menempelkannya ke keningnya) sambil berkata: "Bagiku ini sudah cukup." Sungguh aku melihat orang itu (di kemudian hari) terbunuh dalam keadaan kufur kepada Allah.
Shahih Bukhari 3565: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Maimun] dari Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang sujud dan di sekeliling beliau ada orang-orang Musyrikin Quraisy, datang 'Uqbah bin Mu'ayth dengan membawa jeroan (isi perut) hewan sembelihan lalu meletakkannya di punggung Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau tidak mengangkat kepala beliau hingga akhirnya datang Fathimah 'Alaihas Salam menyingkirkannya dari punggung beliau dan mencela orang yang telah melakukan perbuatan itu. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a: "Ya Allah, aku serahkan (urusan) para pembesar Quraisy kepada-Mu. Yaitu, Abu Jahal bin Hisyam, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Umayyah bin Khalaf atau Ubay bin Khalaf." -Dalam hal ini Syu'bah ragu-. Dan kemudian aku melihat mereka terbantai dalam perang Badar, mereka dilempar di sumur kecuali Umayyah atau Ubay yang anggota badannya terputus-putus dan tidak dilempar ke dalam sumur.
Shahih Bukhari 3566: Telah menceritakan kepada kami ['Utsman bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] telah menceritakan kepadaku [Sa'id bin Jubair] -atau dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Al Hakam] dari [Sa'id bin Jubair] berkata:- 'Abdurrahman bin Abza menyuruhku, katanya: "Tanyalah kepada Ibnu 'Abbas tentang dua ayat ini dan apa maksudnya, yaitu yang pertama firman Allah (Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq (alasan yang benar)) (QS. Al Isra`: 33) dan yang kedua firman Allah (Dan barangsiapa yang membunuh orang beriman dengan sengaja) (QS. An Nisaa': 93). Maka aku bertanya kepada Ibnu 'Abbas, maka dia menjelaskan: Ketika turun firman Allah yang serupa ini pada surah Al Furqan, orang-orang musyrik penduduk Makkah berkata: "Sungguh kita telah membunuh jiwa yang diharamkan Allah dan kita juga menyembah selain Allah dan kita telah banyak berbuat maksiat, maka Allah menurunkan firman-Nya yang artinya: (kecuali siapa yang bertaubat dan beriman) (QS. Al Furqan: 70). Nah, ayat-ayat ini turun untuk mereka. Adapun ayat yang ada dalam surah An Nisaa' adalah bila seseorang telah mengenal Islam dan syari'atnya, kemudian dia membunuh seseorang dengan sengaja maka balasan baginya adalah neraka jahannam." Kemudian keterangan ini aku sampaikan kepada Mujahid maka dia berkata: "Kecuali siapa yang menyesali perbuatannya."
Shahih Bukhari 3567: Telah menceritakan kepada kami ['Ayyasy bin Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah menceritakan kepadaku [Al Awza'i] telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Abu Katsir] dari [Muhammad bin Ibrahim At Taymi] berkata: telah menceritakan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] berkata: Aku berkata kepada [Ibnu 'Amru bin Al 'Ash]: beritahukan kepadaku perlakuan yang paling keras yang dilakukan kaum Musyrikin terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang shalat di Hijir Ka'bah, tiba-tiba datang 'Uqbah bin Mu'aith lalu dia melilitkan kainnya di leher beliau dan mencekik beliau (dengan kain itu) dengan keras sekali. Kemudian datang Abu Bakar dan menarik bahu 'Uqbah lalu mendorongnya menjauhkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Abu Bakar berkata: (Apakah kalian hendak membunuh orang yang mengatakan Rabbku Allah) (QS. Ghafir: 28). Hadits ini di perkuat juga oleh [Ibnu Ishaq], telah menceritakan kepadaku [Yahya bin 'Urwah] dari 'Urwah: Aku berkata kepada [Abdullah bin 'Amru]. Dan berkata ['Abdah] dari [Hisyam] dari bapaknya: Dikatakan kepada ['Amru bin Al 'Ash]. Dan [Muhammad bin 'Amru] berkata dari [Abu Salamah] telah menceritakan kepadaku ['Amru bin Al 'Ash].
Shahih Bukhari 3568: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Hammad Al Amuli] berkata: telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Ma'in] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Mujalid] dari [Bayan] dari [Wabarah] dari [Hammam bin Al Harits] berkata: ['Ammar bin Yasir] menceritakan: Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada seorang pun yang menyertai beliau melainkan lima orang hamba sahaya, dua orang wanita dan Abu Bakar.
Shahih Bukhari 3569: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq] telah mengabarkan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Hasyim] berkata: aku mendengar [Sa'id bin Al Musayyab] berkata: aku mendengar [Abu Ishaq Sa'ad bin Abu Waqash] berkata: Tidak ada seorang pun yang masuk Islam pada hari dimana aku masuk Islam. Dan sungguh aku telah berdiam melewati tujuh hari, dan sungguh aku adalah Tsulutsul Islam (Orang ketiga yang masuk Islam dari kalagan orang merdeka yang telah baligh).
Shahih Bukhari 3570: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaidullah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Mis'ar] dari [Ma'an bin 'Abdurrahman] berkata: aku mendengar [bapakku] berkata: Aku bertanya kepada [Masruq]: "Siapakah yang memberitahukan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama-sama jin yang mendengarkan Al Qur'an pada suatu malam?" Maka dia berkata: "Bapakmu, yaitu [Abdullah bin Mas'ud], dimana dia berkata bahwa yang memberitahukan beliau tentang keberadaan jin itu adalah sebuah pohon."
Shahih Bukhari 3571: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Yahya bin Sa'id] berkata: telah mengabarkan kepadaku [kakekku] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, bahwa Dia pernah membawakan sebuah kantung air terbuat dari kulit untuk wudlu' dan hajat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan dia mengikuti beliau dengan membawa kantung air tersebut, beliau bertanya: "Siapakah ini?" Ia menjawab: "Saya Abu Hurairah." Maka beliau berkata: "Carikanlah aku beberapa batu untuk aku gunakan sebagai alat bersuci dan jangan bawakan aku tulang dan kotoran hewan." Kemudian aku datang dengan membawa beberapa batu dengan menggunakan ujung bajuku dan meletakkannya di samping beliau, kemudian aku pergi. Ketika beliau telah selesai, aku berjalan bersama beliau, aku bertanya: "Kenapa dengan tulang dan kotoran hewan?" Beliau menjawab: "Keduanya termasuk makanan jin. Dan sesungguhnya pernah datang kepadaku utusan jin dari Nashibin, dia adalah sebaik-baik jin, lalu mereka meminta kepadaku tentang bekal. Maka aku memohon kepada Allah untuk mereka agar mereka tidak melewati tulang dan kotoran hewan melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan."
Shahih Bukhari 3572: Telah menceritakan kepadaku ['Amru bin 'Abbas] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman bin Mahdi] telah menceritakan kepada kami [Al Mutsanna] dari [Abu Hamzah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Ketika berita pengangkatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Nabi sampai kepada Abu Dzar, dia berkata kepada saudaranya: "Berangkatlah kamu menuju lembah (Makkah) itu, dan kabarkan kepadaku tentang laki-laki yang mengaku sebagai Nabi ini dan mengaku berita dari langit datang kepadanya, dengarkanlah ucapannya kemudian kembalilah kepadaku!" Maka saudaranya berangkat hingga sampai di Makkah dan mendengarkan apa yang diucapkan laki-laki yang dimaksud (Nabi), lalu dia kembali kepada Abu Dzar, dan berkata: "Aku melihatnya mengajak kepada keluhuran perilaku dan ucapan yang bukan sya'ir." Abu Dzar berkata: "Kamu belum bisa memuaskan apa yang aku cari". Maka Abu Dzar berkemas menyiapkan bekal perjalanan dan membawa kantong (terbuat dari kulit) berisi air hingga dia sampai di Makkah. Dia memasuki Masjidil Haram lalu mencari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam padahal dia tidak mengenalnya, dan dia juga tidak suka bertanya tentang beliau hingga masuk tengah malam. Akhirnya dia berbaring, dan 'Ali melihatnya dan dia mengetahui bahwa dia orang asing. Tatkala melihat 'Ali, dia mengikutinya namun satu sama lain tidak saling bertanya tentang sesuatu hingga pagi. Kemudian dia membawa kantong air dan bekalnya ke masjid dan berada di sana sepanjang hari itu namun dia belum juga melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hingga sore hari. Kemudian dia kembali ke tempat pembaringannya, dan 'Ali lewat di hadapannya dan berkata: "Apa yang akan diperoleh seorang lelaki jika mengetahui tempat tinggalnya?" Maka 'Ali mengajak tinggal bersamanya kemudian mereka berdua pergi namun satu sama lain tidak saling bertanya tentang sesuatu pun. Hingga ketika hari ketiga, 'Ali mengulangi seperti sebelumnya dan mengajak tinggal bersamanya kemudian berkata: "Maukah kamu menceritakan maksud kedatanganmu?" Abu Dzar berkata: "Jika kamu berjanji dan membuat kesepakatan untuk memberikan petunjuk kepadaku maka aku akan menceritakan maksud kedatanganku." Maka 'Ali menyanggupinya dan memberitahukan kepada Abu Dzar, 'Ali berkata: "Sungguh itu merupakan kebenaran, dia memang seorang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Besok pagi ikutlah denganku, maka jika aku melihat sesuatu yang mengkhawatir dirimu, aku akan bangun seolah aku menuangkan air, dan jika aku bergegas maka ikutilah aku hingga kamu masuk ke dalam tempat dimana aku masuk." Maka Abu Dzar pun melakukannya. Dia berangkat mengikuti 'Ali hingga 'Ali masuk menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Dzar ikut masuk. Maka dia mendengar ucapan beliau dan menyerahkan kedudukannya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Kembalilah kepada kaummu dan sampaikan kabar kepada mereka hingga datang perintahku kepadamu." Maka Abu Dzar berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku akan umumkan kalimat tauhid ini kepada mereka (Musyrikin) secara terang-terangan." Maka dia keluar lalu datang ke Masjidil Haram dan berseru dengan suara yang keras: "Asyhadu an laa ilaaha illallah wa anna Muhammdar rasululah." Seketika itu juga kaum Musyrikin terperangah lalu mereka memukuli Abu Dzar hingga terjatuh. Kemudian Al 'Abbas datang mengangkatnya dan berkata: "Celaka kalian. Bukankah kalian tahu bahwa orang ini berasal dari suku Ghifar dan bukankah jalan perdagangan kalian menuju Syam melewatinya?" Maka 'Abbas menolong Abu Dzar dari perlakuan mereka. Esok harinya Abu Dzar kembali mengulangi keberaniannya seperti itu dan mereka pun kembali menyiksa Abu Dzar hingga membuatnya tersungkur dan 'Abbas kembali menolongnya.
Shahih Bukhari 3573: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Isma'il] dari [Qais] berkata: Aku mendengar [Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail] di dalam masjid Kufah berkata: "Demi Allah, sungguh aku melihat diriku, dan sesungghnya 'Umar adalah orang yang mengikatku karena (aku masuk) Islam sebelum 'Umar masuk Islam. Dan seandainya gunung Uhud bisa lenyap dari tempatnya, tentu akan lenyap karena perbuatan kalian terhadap 'Utsman."
Shahih Bukhari 3574: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Isma'il bin Abu Khalid] dari [Qais bin Abu Hazim] dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu berkata: "Kami selalu mendapat kemuliaan (kemenangan) sejak 'Umar masuk Islam."
Shahih Bukhari 3575: Telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Sulaiman] berkata: telah menceritakan kepadaku [Ibnu Wahb] berkata: telah menceritakan kepadaku ['Umar bin Muhammad] berkata: telah mengabarkan kepadaku kakekku, [Zaid bin Abdullah bin 'Umar] dari [bapaknya] berkata: Ketika 'Umar sedang berada di dalam rumahnya dalam keadaan ketakutan, datanglah kepadanya Al 'Ash bin Wa'il as Sahmiy Abu 'Amru dengan mengenakan selimut yang bergaris dan baju gamis terbuat dari sutera -dia dari kalangan Bani Sahm- Mereka adalah kawan sumpah setia kami pada zaman jahiliyyah. Dia bertanya kepada 'Umar: "Ada apa denganmu?" 'Umar menjawab: "Kaummu berpikir bahwa mereka akan membunuhku karena aku memeluk Islam." Al 'Ash berkata: "Tidak ada jalan terhadapmu." 'Umar berkata: Setelah dia mengucapkan kalimat itu aku merasa aman. Kemudian Al 'Ash keluar menemui orang yang sedang memenuhi lembah (Makkah). Dia bertanya: "Hendak kemana kalian?" Mereka menjawab: "Kami ingin menemui Ibnu Al Khaththab yang telah berpindah agama." Al 'Ash berkata: "Tidak ada jalan terhadapnya." Maka orang-orang membubarkan diri.
Shahih Bukhari 3576: Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] berkata: aku mendengar ['Amru bin Dinar] berkata: Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Ketika 'Umar memeluk Islam, orang-orang berkumpul di rumahnya dan mereka berkata: "'Umar telah pindah agama!" Saat itu aku adalah seorang anak yang masih kecil dimana aku berada di atas rumahku. Tiba-tiba datang seseorang yang mengenakan baju jubah tipis terbuat dari sutera seraya berkata: "'Umar memang telah pindah agama, lalu apa salahnya? Aku adalah pelindungnya." Ibnu 'Umar berkata: Maka aku lihat orang-orang meninggalkannya. Lalu aku bertanya: "Siapakah orang itu?" Mereka menjawab: "Al 'Ash bin Wa'il".
Shahih Bukhari 3577: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sulaiman] berkata: telah menceritakan kepadaku [Ibnu Wahb] berkata: telah menceritakan kepadaku ['Umar] bahwa [Salim] bercerita kepadanya dari Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma berkata: Aku tidak pernah mendengar 'Umar karena sesuatu hal berkata: "Aku menduganya demikian." melainkan kenyataannya akan seperti yang diduganya. Pada suatu saat 'Umar sedang duduk, tiba-tiba lewat seorang laki-laki tampan. 'Umar berkata: "Dugaanku salah" atau "Orang ini masih berpegang pada agamannya di masa jahiliyyah" atau "Ia adalah dukun mereka. Bawa kemarilah laki-laki itu!" Maka laki-laki itu dipanggil menghadap 'Umar lalu dia menyampaikan dugaannya dan berkata: "Aku belum pernah melihat sesuatu seperti hari ini, yaitu seorang muslim dihadapkan pada suatu pembicaraan," 'Umar berkata lagi: "Sungguh aku yakin (tentang dugaanku) kepadamu kecuali bila kamu memberitahukan sesuatu yang lain kepadaku." Laki-laki itu berkata: "Dahulu aku memang dukun mereka di masa jahiliyyah." 'Umar bertanya: "Apa yang paling menakjubkan yang pernah didatangkan jinmu kepadamu?" Laki-laki itu menjawab: "Pada suatu hari ketika aku berada di pasar, jin itu datang kepadaku. Aku tahu dia dalam keadaan sedang ketakutan. Jin itu berkata: "Tidakkah engkau mengetahui jika jin sedang berada dalam kebingungan dan keputus asaannya setelah dia berpaling dari menjumpai unta-unta muda dengan alas pelananya." 'Umar berkata: "Jin itu benar. Pada waktu aku sedang tidur di dekat berhala-berhala mereka, (dalam mimpi) tiba-tiba datang seorang laki-laki membawa seekor anak sapi lalu dia menyembelihnya. Kemudian seseorang berseru dengan seruan yang belum pernah aku dengar selantang suara orang itu. Katanya: 'Wahai jalih (orang yang sungguh-sungguh dalam melawan musuh), sesungguhnya urusan najih (keberhasilan) ada pada seseorang yang fasih, yang berkata: "Laa ilaaha illallah".' Maka orang-orang melompat kaget. Aku berkata: 'Aku tidak akan meninggalkannya hingga aku mengetahui apa yang terjadi di balik semua ini.' Kemudian orang itu berteriak kembali: 'Wahai jalih, sesungguhnya urusan najih, ada pada seseorang yang fasih, yang berkata: "Laa ilaaha illallah.' Maka aku berdiri dan tidak lama kemudian dikatakan: "Orang ini adalah Nabi".
Shahih Bukhari 3578: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Yahya] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Qais] berkata: Aku mendengar [Sa'id bin Zaid] berkata kepada suatu kaum: "Sesungguhnya aku melihat diriku bahwa 'Umar adalah orang yang mengikatku karena (aku masuk) Islam, aku dan saudara perempuanku, sebelum 'Umar masuk Islam. Dan seandainya gunung Uhud bisa lenyap dari tempatnya, tentu akan lenyap karena perbuatan kalian terhadap 'Utsman."
Shahih Bukhari 3579: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin 'Abdul Wahhab] telah menceritakan kepada kami [Bisyir bin Al Mufadldlal] telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu 'Arubah] dari [Qatadah] dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu, bahwa Penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar beliau menunjukkan tanda-tanda (mukjizat). Maka beliau memperlihatkan kepada mereka dimana bulan terbelah menjadi dua bagian hingga dapat terlihat gua Hira dari celah diantaranya.
Shahih Bukhari 3580: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] dari [Abu Hamzah] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim] dari [Abu Ma'mar] dari Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Bulan terbelah saat kami sedang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Mina, lalu beliau bersabda: "Saksikanlah!" Kemudian sekelompok orang pergi ke atas gunung. Dan [Abu adl Dluha] berkata dari [Masruq] dari Abdullah: "Bulan pernah terbelah di Makkah." Dan diperkuat pula hadits ini oleh [Muhammad bin Muslim] dari [Ibnu Abu Najih] dari [Mujahid] dari [Abu Ma'mar] dari [Abdullah].
Shahih Bukhari 3581: Telah menceritakan kepada kami ['Utsman bin Shalih] telah menceritakan kepada kami [Bakr bin Mudlar] berkata: telah menceritakan kepadaku [Ja'far bin Rabi'ah] dari ['Irak bin Malik] dari ['Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bi Mas'ud] dari Abdullah bin 'Abbas radliyallahu 'anhuma, bahwa Bulan pernah terbelah pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3582: Telah menceritakan kepada kami ['Umar bin Hafsh] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] dari [Abu Ma'mar] dari Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: "Bulan pernah terbelah."
Shahih Bukhari 3583: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad Al Ju'fi] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar'] dari [Az Zuhri] telah menceritakan kepada kami ['Urwah bin Az Zubair] bahwa [Ubaidullah bin 'Adi bin Al Khiyar] mengabarkan kepadanya, bahwa Al Miswar bin Al Makhramah dan 'Abdurrahman bin Al Aswad bin 'Abdu Yaghuts berkata kepadanya: "Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada pamanmu ['Utsman] tentang perkara saudaranya Al Walid bin Al Uqbah. Padahal dia adalah orang yang paling banyak mengakibatkan 'Utsman di lecehkan?" 'Ubaidullah berkata: Maka aku sengaja menanti 'Utsman ketika dia keluar untuk shalat, kemudian aku berkata kepadanya: "Aku punya keperluan dengan anda yaitu nasehat." 'Utsman berkata: "Wahai laki-laki, aku berlindung kepada Allah dari kamu." Maka aku berpaling darinya, setelah aku selesai dari shalat, aku duduk bermajelis dengan Al Miswar dan Ibnu 'Abdi Yaghuts, lalu aku sampaikan apa yang aku katakan kepada 'Utsman dan apa yang dikatakannya kepadaku. Maka keduanya berkata: "Kamu sudah menunaikan apa yang menjadi kewajibanmu." Tatkala aku sedang duduk bermajelis bersama keduanya itu, tiba-tiba utusan 'Utsman datang menemuiku. Saat itu pula keduanya berkata kepadaku: "Allah telah menguji kamu." Maka aku berangkat menemui 'Utsman, kemudian dia bertanya: "Apa nasehat yang hendak kamu sampaikan tadi?" 'Ubaidullah berkata: Maka aku bersaksi dan berkata: "Sesungguhnya Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan telah menurunkan Kitab kepada beliau, anda termasuk orang yang menyambut seruan Allah Ta'ala dan rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengimaninya, anda berhijrah sebanyak dua kali dan telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, serta telah melihat petunjuknya. Sungguh banyak orang telah membicarakan persoalan Al Walid bin 'Uqbah. Maka itu sudah sepatutnya anda menegakkan ketentuan hukum kepadanya." Maka 'Utsman berkata kepadaku: "Wahai saudaraku, apakah kamu pernah bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" 'Ubaidullah berkata: Aku jawab: "Tidak. Akan tetapi ilmu beliau telah sampai kepadaku sebagaimana sampai kepada gadis yang dipingit dalam bilik rumahnya." 'Ubaidllah berkata: Maka 'Utsman bersaksi lalu berkata: "Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan benar dan telah menurunkan Al Qur'an kepada beliau dan aku adalah termasuk diantara orang yang menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya. Aku juga beriman dengan apa yang beliau bawa sebagai utusan dan aku juga telah berhijrah ke dua negeri hijrah sebagaimana yang tadi kamu katakan, aku juga telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berbai'at kepada beliau. Demi Allah, tidaklah aku membangkang dan menipu beliau sampai Allah 'azza wa jalla mewafatkan beliau. Kemudian Allah menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah dan demi Allah, tidaklah aku membangkang dan menipunya. Kemudian 'Umar diangkat menjadi khalifah dan demi Allah, tidaklah aku membangkang dan menipunya. Kemudian aku diangkat menjadi khalifah. Apakah aku tidak punya hak terhadap kalian sebagaimana mereka punya hak?" 'Ubaidullah menjawab: "Ya, anda punya hak." Dia berkata: "Lalu apa maksud pembicaan kalian yang telah sampai kepadaku? Adapun yang kamu sebutkan tentang persoalan Al Walid, kami akan menegakkan urusannya dengan benar, insya Allah." 'Ubaidullah berkata: Maka 'Utsman mencambuk Al Walid sebanyak empat puluh kali dan memerintahkan 'Ali agar mencambuknya, dan 'Ali mencambuknya. Dan menurut riwayat lain, telah berkata [Yunus] dan [Ibnu Akhi Az Zuhri] dari Az Zuhri: "Apakah aku tidak punya hak terhadap kalian sebagaimana mereka punya hak?" Abu Abdullah berkata: "Ini sebagai ujian dari Rabb kalian." berupa ujian kesulitan yang menimpa kalian. Dalam kesempatan lain "al balaa`" ujian dan filter bagi orang yang aku uji dan orang yang hendak aku filter yaitu aku mengeluarkan apa yang ada pada dirinya. Yablu artinya yakhtabir. Mubtaliikum artinya mukhtabirukum (Dzat yang menguji kalian). Sedangkan "cobaan yang sangat besar" yaitu beberapa kenikmatan, dari asal kata: ablaituhu (aku memberi kenikmatan kepadanya), sedang kata-kata di atas berasal dari ibtalaituhu (aku mengujinya).
Shahih Bukhari 3584: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Hisyam] berkata: telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha: Bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan sebuah gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang didalamnya ada gambar. Lalu keduanya menceritakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka, apabila ada orang shalih dari kalangan mereka yang meninggal dunia, mereka dirikan masjid (tempat 'ibadah) di atas kuburannya dan membuat patung dari orang yang meninggal itu. Mereka itulah seburuk-buruk makhluq disisi Allah pada hari kiamat."
Shahih Bukhari 3585: Telah menceritakan kepadaku [Al Humaidi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin 'as Sa'idi] dari [bapaknya] dari [Ummu Khalid binti Khalid] berkata: Aku datang dari negeri Habasyah, saat itu aku seorang anak kecil, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memakaikan selembar baju yang ada gambarnya kepadaku. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menghapus gambar tersebut dengan tangan beliau seraya berkata: "Sanah, sanah." Al Humaidi berkata: "Maksudnya adalah hasan, hasan (baik, baik)."
Shahih Bukhari 3586: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Sulaiman] dari [Ibrahim] dari ['Alqamah] dari Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: Kami pernah memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sedang melaksanakan shalat, lalu beliau menjawab salam kami. Dan ketika kami kembali dari negeri raja An Najasyi, kami pun kembali memberi salam namun kali ini beliau tidak menjawab salam kami. Maka kami tanyakan hal itu: "Wahai Rasulullah, kami dahulu pernah memberi salam kepada anda dan anda saat itu menjawab salam kami?" Beliau menjelaskan: "Sesungguhnya dalam shalat itu ada kesibukan (konsentrasi)." Aku bertanya kepada Ibrahim: "Kalau anda apa yang akan anda perbuat?" Dia menjawab: "Aku menjawabnya dalam hati."
Shahih Bukhari 3587: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al 'Alaa'] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Buraid bin Abdullah] dari [Abu Burdah] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu: Telah sampai kepada kami berita tempat hijrahnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat kami sedang berada di Yaman. Maka kami berlayar dengan sebuah perahu yang mengantarkan kami sampai kepada raja An Najasyi di negeri Habasy. Kami pun berjumpa dengan Ja'far bin Abu Thalib lalu kami tinggal bersamanya hingga kami kembali ke Madinah dan berjumpa dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika terjadi kemenangan di perang Khaibar. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagi kalian wahai para penumpang perahu, mendapat (pahala) dua kali hijrah."
Shahih Bukhari 3588: Telah menceritakan kepada kami [Abu ar Rabi'] telah menceritakan kepada kami [Ibnu 'Uyainah] dari [Ibnu Juraij] dari ['Atha'] dari Jabir radliyallahu 'anhu: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika meninggalnya An Najasyi: "Hari ini telah meninggal dunia seorang laki-laki shalih. Maka berdirilah kalian untuk mendirikan shalat (jenazah) untuk saudara kalian yang telah tiada itu!"
Shahih Bukhari 3589: Telah menceritakan kepada kami ['Abdul A'laa bin Hammad] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Qatadah] bahwa ['Atha'] bercerita kepada mereka dari Jabir bin Abdullah Al Anshari radliyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat atas meninggalnya An Najasyi, lalu beliau mengatur shaf kami di belakang dan aku berdiri di shaf kedua atau ketiga.
Shahih Bukhari 3590: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] dari [Sulaim bin Hayyan] telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Minaa'] dari Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat atas meninggalnya An Najasyi, beliau bertakbir sebanyak empat kali. Hadits ini di perkuat pula oleh ['Abdush Shamad].
Shahih Bukhari 3591: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [bapakku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] berkata: telah menceritakan kepadaku [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] dan [Ibnu Al Musayyab] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu mengabarkan keduanya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengumumkan meninggalnya An Najasyi raja Habasyah pada hari meninggalnya dan bersabda: "Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian ini!"
Shahih Bukhari 3592: Dan dari [Shalih] pula, dari [Ibnu Syihab] berkata: telah menceritakan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] bahwa Abu Hurairah radliyallahu 'anhu mengabarkan kepada mereka, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatur mereka dalam shaf di tempat shalat, lalu beliau menshalati jenazah dengan bertakbir sebanyak empat kali.
Shahih Bukhari 3593: Telah menceritakan kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Abdullah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Sa'ad] dari [Ibnu Syihab] dari [Abu Salamah bin 'Abdurrahman] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika hendak berangkat menuju perang Hunain: "Tempat singgah kita besok insya Allah di tempat peristirahatan Bani Kinanah tempat dimana mereka saling bersumpah setia diatas kekafiran."
Shahih Bukhari 3594: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] telah menceritakan kepada kami ['Abdul Malik] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Al Harits] telah menceritakan kepada kami Al 'Abbas bin 'Abdul Muththalib radliyallahu 'anhu, Dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Mengapa anda tidak menolong pamanmu padahal dia yang melindungimu dan marah demi membelamu?" Beliau bersabda: "Dia berada di tepian neraka. Seandainya bukan karena aku, dia tentu sudah berada di dasar neraka."
Shahih Bukhari 3595: Telah menceritakan kepada kami [Mahmud] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrazzaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Ibnu Al Musayyab] dari [bapaknya] bahwa Ketika menjelang wafatnya Abu Thalib, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuinya sementara di sampingnya ada Abu Jahal. Beliau berkata: "Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallah. Suatu kalimat yang akan aku pergunakan untuk menyelamatkan engkau di sisi Allah." Maka berkata Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah: "Wahai Abu Thalib, apakah kamu akan meninggalkan agama 'Abdul Muththalib?" Keduanya terus saja mengajak Abu Thalib berbicara hingga kalimat terakhir yang diucapkannya kepada mereka adalah dia tetap mengikuti agama 'Abdul Muththalib. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku akan tetap memintakan ampun untukmu selama aku tidak dilarang." Maka turunlah firman Allah (Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang beriman untuk memohonkan ampun bagi orang-orang musyrik sekali pun mereka itu adalah kerabat-kerabat mereka setelah jelas bagi mereka (kaum mu'minin) bahwa mereka adalah penghuni neraka jahim) (QS. At-Taubah: 113). Dan turun pula firman Allah (Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai) (QS. Al Qashsash: 56)
Shahih Bukhari 3596: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Al Hadi] dari [Abdullah bin Khabbab] dari Abu Sa'id Al Khudri radliyallahu 'anhu, bahwa Dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau bercerita di sampingnya, beliau menyebutkan tentang pamannya (Abu Thalib). Beliau berkata: "Semoga syafa'atku bermanfaat baginya pada hari kiamat." Maka dengan syaa'at beliau itu, Abu Thalib berada di tepian neraka dimana air neraka (yang mendidih) mencapai kedua mata kakinya dan membuat bergolak otaknya." Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Hamzah] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Hazim] dan [Ad Darawardi] dari [Yazid] dengan lafazh seperti hadits ini dan berkata: "Air neraka itu mendidihkan selaput otaknya."
Shahih Bukhari 3597: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] telah menceritakan kepadaku [Abu Salamah bin 'Abdurrahman]: aku mendengar Jabir bin Abdullah radliyallahu 'anhuma bahwa, dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj), aku berdiri di Al Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya. sedang aku terus melihatnya."
Shahih Bukhari 3598: Telah menceritakan kepada kami [Hudbah bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Hammam bin Yahya] telah menceritakan kepada kami [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dari Malik bin Sha'sha'ah radliyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isra': "Ketika aku berada di Al Hathim" -atau beliau menyebutkan di Al Hijir- dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah." Qatadah berkata: Dan aku juga mendengar dia berkata: "lalu dia membelah apa yang ada diantara ini dan ini." Aku bertanya kepada Al Jarud yang saat itu ada di sampingku: "Apa maksudnya?" Dia berkata: "dari lubang leher dada hingga bawah perut" dan aku mendengar dia berkata: "dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan." Lalu laki-laki itu mengeluarkan Qalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai." Al Jarud berkata kepadanya: "Apakah itu yang dinamakan Al Buraq, wahai Abu Hamzah?" Anas menjawab: "Ya. Al Buraq itu meletakan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh." Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril hingga sampai di langit dunia. Lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam. Jibril berkata: "Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya!" Maka aku memberi salam kepadanya dan Adam membalas salamku lalu dia berkata: "Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih." Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan 'Isa, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata: "Ini adalah Yahya dan 'Isa, berilah salam kepada keduanya!" Maka aku memberi salam kepada keduanya dan keduanya membalas salamku lalu keduanya berkata: "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih." Kemudian aku dibawa naik ke langit ketiga lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf. Jibril berkata: "Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya!" Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku lalu berkata: "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih." Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Idris. Jibril berkata: "Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya!" Maka aku memberi salam kepadanya dan Idris membalas salamku lalu berkata: "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih." Kemudian aku dibawa naik ke langit kelima lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku bertemu dengan Harun. Jibril berkata: "Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya!" Maka aku memberi salam kepadanya dan Harun membalas salamku lalu berkata: "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih." Kemudian aku dibawa naik ke langit keenam lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Musa. Jibril berkata: "Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya!" Maka aku memberi salam kepadanya dan Musa membalas salamku lalu berkata: "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih." Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan: "Mengapa kamu menangis?" Musa menjawab: "Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga dari ummatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari ummatku." Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya: "Siapakah ini?" Jibril menjawab: "Jibril." Ditanyakan lagi: "Siapa orang yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Ditanyakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Ya". Maka dikatakan: "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang." Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim. Jibril berkata: "Ini adalah bapakmu. Berilah salam kepadanya!" Maka aku memberi salam kepadanya dan Ibrahim membalas salamku lalu berkata: "Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih." Kemudian Sidratul Muntaha diangkat/dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril berkata: "Ini adalah Sidratul Muntahaa." Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir. Aku bertanya: "Apakah ini wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhahir adalah Nil dan Eufrat." Kemudian aku diangkat ke Baitul Ma'mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khamer, satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu. Maka Jibril berkata: "Ini merupakan fithrah yang kamu dan ummatmu berada di atasnya." Kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali dalam setiap hari. Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa. Musa bertanya: "Apa yang telah diperintahkan kepadamu?" aku menjawab: "Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari." Musa berkata: "Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari, dan aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu." Maka aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelunya. Aku pun kembali, dan aku di perintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Lalu aku kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata: "Apa yang diperintahkan kepadamu?" Aku jawab: "Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari." Musa berkata: "Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya aku, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu!" Beliau berkata: "Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu. Tetapi aku telah ridla dan menerimanya." Ketika aku telah selesai, terdengar suara orang yang berseru: "Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku."
Shahih Bukhari 3599: Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepada kami ['Amru] dari ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma Tentang firman Allah Ta'ala (Dan tidaklah kami jadikan mimpi yang Kami perlihatkann kepadamu melainkan sebagai ujian bagi manusia) (QS. Al Isra': 60). Ibnu 'Abbas berkata: "Itu adalah penglihatan mata telanjang yang diperlihatkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam beliau di Isra' menuju Baitul Maqdis." Dan Ibnu 'Abbas juga berkata: bahwa lanjutan ayat: (dan begitu pula pohon yang terkutuk di dalam Al Qur'an) maksudnya adalah pohon zaqqum (di neraka)."
Shahih Bukhari 3600: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab]. Dan melalui jalur yang lain, telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Shalih] telah menceritakan kepada kami ['Anbasah] telah menceritakan kepada kami [Yunus] dari [Ibnu Syihab] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Abdurrahman bin Abdullah bin Ka'ab bin Malik] bahwa Abdullah bin Ka'ab, yang menjadi pemandu jalan bagi Ka'ab ketika sudah buta, berkata: aku mendengar Ka'ab bin Malik bercerita tentang dirinya yang tidak turut serta bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Tabuk dengan panjang lebar. Ibnu Bukair berkata di tengah cerita Ka'ab: "Sungguh aku menjadi saksi bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada malam (bai'at) 'Aqabah ketika kami bersumpah setia didalam Islam, dan aku tidak lebih suka diriku ikut serta dalam perang Badar sekalipun perang Badar lebih terkenal di tengah manusia dari pada bai'at 'Aqabah."
Shahih Bukhari 3601: Telah menceritakan kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] berkata: ['Amru] pernah berkata: aku mendengar Jabir bin 'Abdullah radliyallahu 'anhu berkata: "Kedua pamanku (dari pihak ibu) bersaksi kepadaku, bahwa dia termasuk orang yang ikut bai'at al 'Aqabah." Abu 'Abdullah berkata: Ibnu 'Uyainah berkata: "Salah satu dari mereka berdua adalah al Bara' bin Ma'rur."
Shahih Bukhari 3602: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] bahwa [Ibnu Juraij] mengabarkan kepada mereka, bahwa ['Atha'] berkata: [Jabir] berkata: "Aku, bapakku dan pamanku (dari pihak ibu) adalah diantara orang yang ikut bai'at al 'Aqabah."
Shahih Bukhari 3603: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Manshur] telah mengabarkan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Akhi Ibnu Syihab] dari [pamannya] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Idris, A'idzullah] bahwa 'Ubadah bin ash Shamit termasuk orang yang ikut perang Badar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan termasuk diantara orang yang ikut malam bai'at al 'Aqabah. Dia mengabarkan kepada Abu Idris bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di hadapan sekelompok shahabat bersabda: "Kemarilah kalian berbai'at kepadaku, untuk tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak berbuat dosa yang didatangkan diantara tangan-tangan dan kaki-kaki kalian, tidak mendurhakaiku dalam perkara yang ma'ruf. Siapa diantara kalian yang menunaikannya maka baginya pahala di sisi Allah, dan siapa yang melanggarnya lalu Allah menghukumnya di dunia ini maka hukuman itu sebagai tebusan, dan siapa yang melanggarnya lalu Allah menutupinya di dunia ini maka perkaranya terserah kepada Allah. Jika Dia menghendaki, akan disiksanya dan jika Dia menghendaki akan diampuinya (di akhirat)." 'Ubadah bin ash Shamit berkata: "Maka aku membai'at beliau atas hal-hal itu."
Shahih Bukhari 3604: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Yazid bin Abu Habib] dari [Abu Al Khair] dari [ash Shunabihi] dari 'Ubadah bin ash Shamit radliyallahu 'anhu, dia berkata: Aku termasuk orang yang berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. dan katanya: "Kami berbai'at kepada beliau untuk tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah, tidak merampok dan tidak berbuat maksiat yang balasannya adalah surga bila kami memenuhi semuanya. Namun bila kami melanggar maka keputusannya ada pada Allah."
Shahih Bukhari 3605: Telah menceritakan kepadaku [Farwah bin Abu Al Maghra'] telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Mushir] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menikahiku saat aku berusia enam tahun, lalu kami tiba di Madinah dan singgah di kampung Bani Al harits bin Khazraj. Kemudian aku menderita demam hingga rambutku menjadi rontok. Setelah sembuh, rambutku tumbuh lebat sehingga melebihi bahu. Kemudian ibuku, Ummu Ruman datang menemuiku saat aku sedang berada dalam ayunan bersama teman-temanku. Ibuku berteriak memanggilku lalu aku datangi sementara aku tidak mengerti apa yang diinginkannya. Ibuku menggandeng tanganku lalu membawaku hingga sampai di depan pintu rumah. Aku masih dalam keadaan terengah-engah hingga aku menenangkan diri sendiri. Kemudian ibuku mengambil air lalu membasuhkannya ke muka dan kepalaku lalu dia memasukkan aku ke dalam rumah itu yang ternyata didalamnya ada para wanita Anshar. Mereka berkata: "Mudah-mudahan memperoleh kebaikan dan keberkahan dan mudah-mudahan mendapat nasib yang terbaik." Lalu ibuku menyerahkan aku kepada mereka. Mereka merapikan penampilanku. Dan tidak ada yang membuatku terkejut melainkan keceriaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya mereka menyerahkan aku kepada beliau dimana saat itu usiaku sembilan tahun.
Shahih Bukhari 3606: Telah menceritakan kepada kami [Mu'allaa] telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Aku diperlihatkan kamu dalam tidur (bermimpi) dua kali. Aku melihat kamu dalam balutan sutera dan orang itu berkata: "Ini adalah istrimu, lepaskanlah dia. Ternyata wanita itu adalah kamu. Maka aku katakan: "Kalau ini datangnya dari Allah, maka Dia pasti akan menetapkannya (bagiku)."
Shahih Bukhari 3607: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaid bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] berkata: Khadijah meninggal dunia sebelum hijrah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke Madinah selang tiga tahun. Lalu beliau tinggal di Madinah dua tahun atau sekitar masa itu kemudian beliau menikahi 'Aisyah ketika dia berusia enam tahun. Kemudian tinggal bersamanya ketika dia berusia sembilan tahun.
Shahih Bukhari 3608: Telah menceritakan kepada kami [Al Humaidi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] berkata: aku mendengar [Abu Wa'il] berkata: Kami mengunjungi [Khabbab] lalu dia bercerita: Kami telah berhijrah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan hanya mengharapkan ridla Allah, dan kami telah mendapatkan pahala di sisi Allah. Lalu diantara kami ada yang meninggal lebih dahulu sebelum menikmati pahalanya sedikitpun (di dunia ini), diantaranya adalah Mus'ab bin Umair, dia terbunuh di medan Perang Uhud dan dia hanya meninggalkan selembar kain, apabila kami gunakan untuk menutup kepalanya dengan kain tersebut maka kakinya terbuka keluar dan bila kakinya yang hendak kami tutup kepalanyalah yang terbuka. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menutup kepalanya dengan kain tersebut sedangkan kakinya kami tutup dengan dedaunan idzkhir. Dan diantara kami ada juga yang telah memetik hasil usahanya (didunia ini).
Shahih Bukhari 3609: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Hammad], putra dari Zaid, dari [Yahya] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari ['Alqamah bin Waqash] berkata: aku mendengar 'Umar radliyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap amal tergantung dengan niat. Maka siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin didapatkannya atau untuk seorang wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan, dan barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya."
Shahih Bukhari 3610: Telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Yazid ad Damasyqi] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hamzah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Abu 'Amru Al Auza'i] dari ['Abdah bin Abu Lubabah] dari [Mujahid bin Jabr Al Makki] bahwa 'Abdullah bin 'Umar radliyallahu 'anhuma pernah berkata: "Tidak ada hijrah setelah kemenangan (penaklukan kota Makah)."
Shahih Bukhari 3611: Berkata [Yahya bin Hamzah], dan telah menceritakan kepadaku [Al Auza'i] dari ['Atha' bin Abi Rabah] berkata: Aku bersama 'Ubaid bin 'Umair Al Laitsi berkunjung kepada 'Aisyah, kami bertanya kepadanya tentang hijrah. Maka dia mengatakan: "Hari ini tidak ada lagi hijrah. Dahulu orang-orang beriman, diantara mereka ada yang berlari kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa agamanya karena takut terkena fitnah. Adapun hari ini, Allah telah memenangkan Islam, dan hari ini pula seseorang dapat beribadah kepada Rabbnya sesukanya. Dan yang ada sekarang adalah jihad dan niat."
Shahih Bukhari 3612: Telah menceritakan kepadaku [Zakaria bin Yahya] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair], [Hisyam] berkata: [bapakku] telah mengabarkan kepadaku dari 'Aisyah radliyallahu 'anha, bahwa Sa'ad berkata: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwasanya tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai untuk aku perangi di jalan-Mu dari kaum yang telah mendustakan Rasul-Mu dan mengusir beliau. Ya Allah, sungguh aku yakin bahwa Engkau telah menghentikan perang antara kami dan mereka." Dan [Aban bin Yazid] berkata: telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [bapaknya], 'Aisyah mengabarkan kepadaku: "kaum yang telah mendustakan Nabi-Mu dan mengusirnya dari Quraisy."
Shahih Bukhari 3613: Telah menceritakan kepada kami [Mathar bin Al Fadlal] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin 'Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] telah menceritakan kepada kami ['Ikrimah] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diutus sebagai rasul saat beliau berusia empat puluh tahun, beliau tinggal di Makkah selama tiga belas tahun menerima wahyu, kemudian beliau diperintahkan untuk berhijrah, Maka beliau berhijrah dan (menetap di Madinah) selama sepuluh tahun hingga beliau wafat ketika berusia enam puluh tiga tahun.
Shahih Bukhari 3614: Telah menceritakan kepadaku [Mathar bin Al Fadlal] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin 'Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Zakaria bin Ishaq] telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Dinar] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tinggal di Makkah selama tiga belas tahun (sejak menerima wahyu) dan beliau wafat ketika berusia enam puluh tiga tahun.
Shahih Bukhari 3615: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin 'Abdullah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Abu an Nadlar] mantan budak 'Umar bin 'Ubaidullah, dari 'Ubaid, yaitu anak dari Hunain, dari Abu Sa'id Al Khudri radliyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atas mimbar lalu bersabda: "Sesungguhnya ada seorang hamba yang Allah telah ditawarkan kepadanya untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah." Maka tiba-tiba Abu Bakar menangis lalu berkata: "Kami tebus anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami." Kami menjadi heran kepadanya. Orang-orang berkata: "Perhatikanlah orang tua ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang seorang hamba yang Allah ditawarkan kepadanya perhiasan dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu orang tua ini berkata: "Kami tebus anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami." Dan ternyata hamba yang diminta memilih itu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Abu Bakar adalah orang yang paling memahami tentang beliau. Dan kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Dan seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam. Sungguh tidak ada satu pun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintunya Abu Bakar."
Shahih Bukhari 3616: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari ['Uqail] berkata [Ibnu Syihab], telah menceritakan kepadaku ['Urwan bin Az Zubair] bahwa 'Aisyah radliyallahu 'anha, istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Aku belum baligh ketika kedua orang tuaku sudah memeluk Islam, sejak saat itu tidak ada satu hari pun yang kami lalui melainkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemui kami di sepanjang hari baik pagi atau pun petang. Ketika Kaum Muslimin mendapat ujian, Abu Bakar keluar berhijrah menuju Habasyah (Ethiopia), ketika sampai di Barkal Ghimad dia didatangi oleh Ibnu Ad Daghinah seorang kepala suku, seraya berkata: "Kamu hendak kemana, wahai Abu Bakar?" Abu Bakar menjawab: "Kaumku telah mengusirku, maka aku ingin keliling dunia agar aku bisa beribadah kepada Tuhanku." Ibnu Ad Daghinah berkata: "Seharusnya orang seperti anda tidak patut keluar dan tidak patut pula diusir, karena anda termasuk orang yang bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturrahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran. Aku akan menjadi pelindung anda. Maka kembali dan sembahlah Tuhanmu di negerimu." Maka Abu Bakar kembali dan berangkat pula Ibnu Ad Daghinah bersamanya. Lalu Ibnu Ad Daghinah pada sore hari berjalan di hadapan para pembesar Quraisy seraya berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang seperti Abu Bakar tidak patut keluar dan tidak patut pula diusir. Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?" Akhirnya orang-orang Quraisy tidak mendustakan perlindungan Ibnu ad Daghimah tehadap Abu Bakar, dan mereka berkata kepada Ibnu Ad Daghinah: "Perintahkanlah kepada Abu Bakar agar beribadah menyembah Tuhannya di rumahnya saja dan shalat serta membaca Al Qur'an sesukanya, dan janganlah dia mengganggu kami dengan kegiatannya itu dan jangan mengeraskannya karena kami khawatir akan menimbulkan fitnah terhadap istri-istri dan anak-anak kami." Ibnu Ad Daghinah menyampaikan hal ini kepada Abu Bakar. Maka Abu Bakar mulai beribadah di rumahnya dan tidak mengeraskan bacaan shalat dan tidak membaca Al Qur'an diluar selain di rumahnya. Kemudian muncul ide pada diri Abu Bakar untuk membangun tempat shalat di halaman rumahnya yang melebar keluar, yang dapat dia gunakan untuk shalat disana dan membaca Al Qur'an. Tetapi istri-istri dan anak-anak Kaum Musyrikin berkumpul disana dengan penuh keheranan dan menanti selesainya Abu Bakar beribadah. Dan sebagaimana diketahui Abu Bakar adalah seorang yang suka menangis yang tidak sanggup menahan air matanya ketika membaca Al Qur'an. Maka kagetlah para pembesar Quraisy dari kalangan Musyrikin yang akhirnya mereka memanggil Ibnu Ad Daghinah ke hadapan mereka dan berkata kepadanya: "Sesungguhnya kami telah memberikan jaminan kepada Abu Bakar dengan jaminan dari anda untuk beribadah di rumahnya, namun dia melanggar hal tersebut dengan membangun tempat shalat di halaman rumahnya serta mengeraskan shalat dan bacaan, padahal kami khawatir hal itu akan dapat mempengaruhi istri-istri dan anak-anak kami, dan ternyata benar-benar terjadi, maka laranglah dia! Jika dia mau beribadah kepada Rabbnya di rumahnya saja silakan. Namun jika dia menolak dan tetap mengeraskan suaranya, mintalah kepadanya agar dia mengembalikan perlindungan anda, karena kami tidak suka bila kamu melanggar perjanjian dan kami tidak setuju bersepakat dengan Abu Bakar." 'Aisyah berkata: Maka Ibnu Ad Daghinah menemui Abu Bakar dan berkata: "Kamu telah mengetahui perjanjian yang kamu buat, maka apakah kamu tetap memeliharanya atau mengembalikan perlindunganku kepadaku, karena aku tidak suka bila orang-orang Arab mendengar bahwa aku telah melanggar perjanjian hanya karena seseorang yang telah aku ikat dengannya." Maka Abu Bakar menjawab: "Aku mengmbalikan kepadamu jaminan perlindunganmu, dan aku ridla dengan jaminan perlindungan Allah 'azza wa jalla." Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat itu sedang berada di Makkah, beliau bersabda kepada kaum muslimin: "Sungguh telah di perlihatkan kepadaku negeri tempat hijrah kalian yang memiliki pepohonan kurma diantara dua bukit yang berbatu hitam." Maka berhijrahlah orang yang mau berhijrah menuju Madinah. Begitu pula secara umum mereka yang berhijrah ke Habasyah ikut berhijrah ke Madinah. Lalu Abu Bakar juga bersiap-siap hendak berangkat menuju Madinah. Tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Diamlah kamu di tempatmu, sesungguhnya aku berharap semoga aku mendapat izin (untuk berhijrah)." Abu Bakar berkata: "Sungguh demi bapakku sebagai tebusan, apakah benar engkau mengharapkan itu?" Beliau bersabda: "Ya benar." Maka Abu Bakar berharap dalam dirinya bahwa dia benar-benar dapat mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam berhijrah. Maka dia memberi makan dua hewan tunggangan yang dimilikinya dengan dedaunan Samur selama empat bulan. Ibnu Syihab berkata: 'Urwah berkata: 'Aisyah berkata: Pada suatu hari di tengah siang ketika kami sedang duduk di rumah Abu Bakar, tiba-tiba ada orang yang berkata kepada Abu Bakar: "Ini ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang pada waktu yang sebelumnya tidak pernah beliau datang kepada kami pada waktu seperti ini." Maka Abu Bakar berkata: "Bapak ibuku menjadi tebusan untuk beliau. Demi Allah, tidaklah beliau datang pada waktu seperti ini melainkan pasti ada urusan penting." 'Aisyah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang kemudian meminta izin lalu beliau dipersilakan masuk. Beliau masuk dan berkata kepada Abu Bakar: "Perintahkan orang-orang yang ada di rumahmu untuk keluar!" Abu Bakar berkata: "Mereka itu dari keluarga anda juga, bapakku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah." Beliau lalu berkata: "Sungguh aku telah diizinkan untuk keluar berhijrah." Abu Bakar bertanya: "Apakah aku akan menjadi pendamping, demi bapakku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ya benar." Abu Bakar berkata: "Demi bapakku sebagai tebusanmu, ambillah salah satu dari unta tungganganku ini!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "(Harus) dengan harga." 'Aisyah berkata: Maka kami mempersiapkan untuk keduanya dengan baik dan kami buatkan bagi keduanya bekal makanan yang kami simpan dalam kantung kulit. Sementara Asma' binti Abu Bakar memotong kain ikat pinggangnya menjadi dua bagian lalu satu bagiannya digunakan untuk mengikat kantung kulit itu. Dari peristiwa inilah kemudian dia dikenal sebagai Dzatin Nithaqain (Wanita yang mempunyai dua potongan ikat pinggang). -'Aisyah melanjutkan:- Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar sampai di gua di bukit Tsur. Mereka bersembunyi disana selama tiga malam. 'Abdullah bin Abu Bakar, seorang pemuda yang cerdik lagi cepat tanggap ikut bersama keduanya bermalam disana. Pada waktu sahur (akhir malam) dia keluar meninggalkan keduanya dan pada pagi harinya dia berbaur dengan orang-orang Quraisy seperti layaknya orang yang bermalam di Makkah. Tidaklah dia mendengar suatu rahasia yang dapat memperdaya keduanya melainkan dia akan mengingatnya hingga dia datang menemui keduanya dengan membawa kabar ketika hari sudah mulai gelap. Dan 'Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar menggembalakan kambing untuk diperah susunya dan diberikan kepada keduanya sesaat setelah berlalu waktu 'Isya', Maka keduanya dapat bermalam dengan tenang, dengan mendapat susu segar, yaitu susu hasil perahan kambing itu hingga Amir bin Fuhairah menggiring kambing-kambing tersebut untuk digembalakan saat menjelang pagi. Dia melakukan ini pada setiap malam selama tiga malam persembunyian itu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar mengupah seseorang dari suku Bani Ad Diil, yaitu suku keturunan Bani 'Abdu 'Adi sebagai pemandu jalan. Orang itu adalah orang yang mengerti tentang jalur perjalanan. Orang ini telah ikut bersumpah dengan keluarga Al 'Ash bin Wa'il as Sahmiy dan juga dia adalah seorang yang beragama dengan agamanya orang-orang Kafir Quraisy. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar menpercayainya dan menyerahkan kedua unta tunggangannya dan membuat perjanjian dengannya untuk membawa kembali unta tunggangan tersebut di gua Tsur setelah tiga malam pada waktu shubuh di malam ketiga. Kemudian 'Amir bin Fuhairah berangkat bersama keduanya dan seorang penunjuk jalan tadi. Pemandu jalan itu mengambil jalan di pesisir bersama mereka. Ibnu Syihab berkata: Dan telah mengabarkan kepadaku ['Abdurrahman bin Malik Al Mudliji], keponakan Suraqah bin Malik bin Ju'syam, bahwa [bapaknya] mengabarkan kepadanya, bahwa dia mendengar [Suraqah bin Ju'syam] berkata: Datang kepada kami beberapa orang utusan Kaum Kafir Quraisy, yang menjadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar sebagai sayembara berhadiah bagi orang yang membunuh atau menawan salah seorang dari keduanya. Dan ketika aku sedang duduk bermajelis di tengah majelis kaumku, Bani Mudlij, tiba-tiba datang menghadap seorang dari mereka lalu berdiri di hadapan kami yang sedang duduk bermajelis seraya berkata: "Wahai Suraqah, sungguh barusan aku melihat hitam-hitam di pesisir. Aku kira mereka itu adalah Muhammad dan shahabatnya." Suraqah berkata: Saya tahu bahwa mereka itu adalah yang dimaksud, tetapi aku berkata kepadanya: "Sesungguhnya mereka itu bukan mereka (rombongan Rasulullah), akan tetapi kamu telah melihat fulan dan fulan, yang bergerak bersama-sama dengan mata-mata kami." Aku tetap berdiam di majelis itu beberapa saat, kemudian aku pergi pulang dan masuk ke rumah. Kemudian aku perintahkan pembantu wanitaku agar membawa keluar kudaku dari balik bukit dan menahannya hingga aku datang. Aku mengambil tombak lalu keluar dari belakang rumah. Aku menyembunyikan tombakku dengan meletakkan ujung bawah tombak itu ke tanah dan merendahkan ujung atasnya, ketika aku sampai pada kudaku, aku langsung menungganginya. Aku mempercepat lari kudaku itu agar aku dapat mendekati mereka. Ketika aku sudah dekat dengan mereka, kudaku terperosok ke tanah dan aku jatuh tersungkur. Aku bangun lalu aku menggapaikan tanganku ke tempat anak panahku lalu aku keluarkan beberapa anak panah untuk aku jadikan alat mengundi nasib. Aku mencari penjelasan dengan cara mengundi anak panah itu, apakah aku akan mencelakai mereka atau tidak. Maka undian yang keluar adalah apa yang tidak aku senangi. Kemudian aku menunggang kudaku lagi tanpa percaya dengan hasil undian tadi agar aku dapat mendekati mereka lagi. Ketika aku (mendekat) sampai dapat mendengar bacaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan pada saat itu beliau tidak menoleh, sedangkan Abu Bakar sering kali menoleh kesana kemari, kaki depan kudaku kembali terperosok di dalam tanah hingga mencapai kedua lututnya dan aku terpelanting dari atasnya. Aku menghalau kudaku, lalu dia bangkit dan hampir saja dia tidak dapat mencabut kedua kakinya. Ketika kudaku sudah berdiri tegak, tiba-tiba pada bekas jejak kakinya keluar asap (yang tidak berasal dari api) lalu membumbung ke langit bagaikan awan. Kemudian aku kembali mencari penjelasan dengan undian dan lagi-lagi undian yag keluar adalah yang aku tidak sukai. Akhirnya aku memanggil mereka dengan jaminan keamanan, maka mereka berhenti. Lalu aku menunggang kudaku hingga sampai kepada mereka. Ketika aku memperoleh kegagalan (membunuh mereka), terbetiklah dalam hatiku bahwa kelak urusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan menang. Aku berkata kepada beliau: "Sesungguhnya kaum anda telah membuat sayembara berhadiah atas engkau." Lalu aku menceritakan kepada mereka apa yang sedang diinginkan oleh orang-orang atas diri beliau. Kemudian aku menawarkan kepada mereka berdua perbekalan dan harta bendaku, namun keduanya tidaklah mengurangi dan meminta apa yang ada padaku. Akan tetapi beliau berkata: "Rahasiakanlah keberadaan kami!" Lalu aku meminta kepada beliau agar menulis surat jaminan keamanan, maka beliau menyuruh 'Amir bin Fuhairah untuk menuliskannya pada kulit yang telah disamak. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan. Ibnu Syihab berkata: telah mengabarkan kepadaku 'Urwah bin Az Zubair, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertemu dengan Az Zubair dalam rombongan kafilah dagang Kaum Muslimin. Mereka adalah para pedagang yang baru kembali dari negeri Syam, Az Zubair memakaikan pakaian berwarna putih kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar. Kaum Muslimin di Madinah telah mendengar keluarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Makkah, dan mereka setiap pagi pergi ke Harrah untuk menyambut kedatangan beliau sampai udara terik tengah hari memaksa mereka untuk pulang. Pada suatu hari, ketika mereka telah kembali kerumah-rumah mereka, setelah menanti dengan lama, seorang laki-laki Yahudi naik ke atas salah satu dari benteng-benteng mereka untuk keperluan yang akan dilihatnya, tetapi dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan shahabat-shahabatnya berpakaian putih yang hilang timbul di telan fatamorgana (terik panas). Orang Yahudi itu tidak dapat menguasai dirinya untuk berteriak dengan suaranya yang keras: "Wahai orang-orang Arab, inilah pemimpin kalian yang telah kalian nanti-nantikan!" Serta merta Kaum Muslimin berhamburan mengambil senjata-senjata mereka dan menyongsong kedatangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di punggung Harrah. Beliau berdiri berjajar dengan mereka di sebelah kanan hingga beliau singgah di Bani 'Amru bin 'Auf. Hari itu adalah hari Senin bulan Rabi'ul Awwal. Abu Bakar berdiri sementara beliau duduk sambil terdiam. Maka mulailah orang-orang Anshar yang belum pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberi ucapan selamat kepada Abu Bakar hingga sinar matahari langsung mengenai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Abu Bakar menghampiri beliau dan memayungi beliau dengan selendangnya. Saat itulah orang-orang baru tahu mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tinggal di rumah Bani 'Amru bin 'Auf sekitar sepuluh malam dan beliau membangun sebuah masjid yang dibangun atas dasar ketaqwaan, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di masjid itu. Selanjutnya beliau mengendarai unta beliau untuk berjalan bersama orang-orang sampai unta beliau menderum di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah, masjid dimana Kaum Muslimin mendirikan shalat. Sebelumnya masjid tersebut adalah tempat penjemuran kurma milik Suhail dan Sahal, dua anak yatim di bawah perwalian As'ad bin Zurarah. Kemudian ketika untanya menderum, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Insya Allah, inilah tempat tinggalku." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil kedua anak yatim itu untuk membeli tempat penjemuran kurma itu, untuk dijadikan masjid. Kedua anak yatim itu berkata: "Tidak. Bahkan kami telah menghibahkannya kepada anda, wahai Rasulullah." Tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mau menerima hibah keduanya sampai akhirnya beliau membelinya dari kedua anak itu. Selanjutnya beliau membangunnya sebagai masjid dan mulailah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para shahabat beliau memindahkan batu-batu untuk membangunnya. Sambil memindahkan batu-batu itu beliau bersya'ir: "Barang yang dibawa ini (batu-batuan) bukanlah barang dari Khaibar. Ini adalah lebih baik, wahai Rabb kami, dan lebih suci." Dan beliau juga bersya'ir: "Ya Allah, sesungguhnya pahala itu adalah pahala akhirat. Maka rahmatilah kaum Anshar dan Muhajirin." Perawi membawakan sya'ir seseorang dari Kaum Muslimin namun tidak disebutkannya kepadaku. Ibnu Syihab berkata: Diantara hadits-hadits yang ada, tidak ada satu pun hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membawakan sya'ir secara sempurna selain dari hadits ini.
Shahih Bukhari 3617: Telah menceritakan kepada kami ['Abdullah bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [bapaknya] dan [Fathimah] dari asma' radliyallahu 'anha berkata: Aku membuatkan bekal perjalanan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar ketika keduanya hendak berangkat hijrah menuju Madinah. Aku katakan kepada bapakku: "Aku tidak mendapatkan sesuatu untuk mengikat melainkan kain ikat pinggangku." Bapakku berkata: "Potonglah kain ikat pinggang itu!" Maka aku melakukannya. Dari situlah kemudian aku dijuluki dengan Dzatin Nithaqain (Wanita yang mempunyai dua potongan ikat pinggang)." Sedang Ibnu 'Abbas berkata: 'Asma' adalah Dzatu Nithaq.
Shahih Bukhari 3618: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] berkata: aku mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhijrah menuju Madinah, Suraqah bin Malik bin Ju'syam menguntit beliau. Maka beliau mendo'akan kecelakaan baginya sehingga kudanya terperosok ke dalam tanah. Kemudian Suraqah berkata: "Mohonkanlah doa kepada Allah untukku dan aku tidak akan mencelakakanmu!" Maka beliau mendo'akannya. Al Bara' berkata: Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merasa haus lalu beliau lewat didepan seorang penggembala. Abu Bakar berkata: "Maka aku mengambil kambing yang kurus lalu aku peras sedikit susunya kemudian aku mendatangi beliau, kemudian beliau meminumnya hingga aku merasa puas."
Shahih Bukhari 3619: Telah menceritakan kepadaku [Zakaria bin Yahya] dari [Abu Usamah] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari Asma' radliyallahu 'anha, bahwa Asma' sedang mengandung 'Abdullah bin Az Zubair. Dia berkata: Aku keluar dengan usia kandungan yang sudah sempurna lalu aku tiba di Madinah. Aku singgah di Quba' lalu melahirkan disana. Kemudian aku membawa bayiku ke hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, aku letakkan di buaiannya. Kemudian beliau meminta sebutir kurma dan mengunyahnya kemudian meludahkannya ke mulut bayiku. sehingga yang pertama kali masuk ke rongga mulutnya adalah air ludah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian beliau mentahniknya dengan kurma (memasukkan kunyahan kurma ke bagian depan tenggorokan sebelah atas) lalu mendo'akannya dan memberahinya. Dialah anak yang pertama kali lahir dalam Islam. Hadits ini di perkuat oleh [Khalid bin Makhlad] dari ['Ali bin Mushir] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari Asma' radliyallahu 'anha, bahwa dia berhijrah kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan mengandung.
Shahih Bukhari 3620: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] dari [Abu Usamah] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Bayi yang pertama kali lahir dalam Islam adalah 'Abdullah bin Az Zubair dimana mereka membawanya ke hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil sebutir kurma kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Dan yang pertama kali masuk ke dalam perutnya adalah air ludah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Bukhari 3621: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad] telah menceritakan kepada kami ['Abdush Shamad] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami ['Abdul 'Aziz bin Shuhaib] telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah dengan membonceng Abu Bakar. Abu Bakar adalah seorang yang sudah tua dan dikenali, sedangkan Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam masih muda dan belum dikenal. Anas berkata: Maka datanglah seorang laki-laki kepada Abu Bakar seraya berkata: "Wahai Abu Bakar, siapakah laki-laki yang di hadapanmu ini?" Abu Bakar menjawab: "Dialah orang yang telah menunjukkan jalan kepadaku." Orang itu menduga bahwa yang dimaksud Abu Bakar adalah penunjuk jalan yang dilalui. Padahal yang sebenarnya adalah jalan kebaikan (Islam). Kemudian Abu Bakar menoleh, tiba-tiba ada seorang penunggang kuda yang menyusul mereka. Abu Bakar berkata: "Wahai Rasulullah, ada seorang penunggang kuda yang menyusul kita." Maka Nabi Allah menoleh lalu bersabda: "Ya Allah, sungkurkanlah ia ke tanah." Maka orang itu dipelantingkan kudanya. Lalu kuda itu berdiri sambil meringkik. Laki-laki itu berkata: "Wahai Nabi Allah, perintahkanlah aku apa saja yang engkau inginkan." Beliau berkata: "Tetaplah kamu di tempatmu sekarang, dan jangan biarkan ada seorang pun yang menyusul kami." Anas berkata: Maka laki-laki itu berjuang di awal hari untuk melindungi Nabi Allah dan pada akhir hari dia menjadi tameng bagi beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam singgah di samping harrah, lalu mengirim utusan kepada kaum Anshar. Maka mereka datang menemui Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar, mereka memberi salam kepada keduanya. Mereka berkata: "Berjalanlah kalian berdua dengan aman dan dipatuhi." Maka Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar menunggang tunggangannya sedangkan mereka mengelilingi keduanya dengan bersenjata. Sementara itu di Madinah sudah tersiar kabar bahwa telah tiba Nabi Allah, telah tiba Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka naik ketempat tinggi untuk melihat, lalu mereka berseru: "Nabi Allah telah tiba, Nabi Allah telah tiba!" Beliau terus berjalan hingga singgah di samping rumah Abu Ayyub. Sesungguhnya ketika beliau sedang bercerita tentang keluarganya, 'Abdullah bin Salam mendengarnya. Saat itu dia sedang berada di kebun kurma milik keluarganya untuk memetik buahnya untuk mereka. Maka dia bergegas meletakkan apa yang sudah dipetiknya lalu datang mendengar dari Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian kembali kepada keluarganya. Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Manakah rumah keluarga kami yang terdekat?" Abu Ayyub menjawab: "Sayalah, wahai Nabi Allah. Ini rumahku dan ini pintuku." Beliau kemudian berkata: "Pergilah dan siapkanlah tempat untuk istirahat siang kami!" Abu Ayyub berkata: "Berdirilah kalian berdua dengan barakah dari Allah." Ketika Nabiyullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba, 'Abdullah bin Salam pun tiba, dia bertanya: "Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah dan engkau datang dengan membawa kebenaran. Sungguh orang-orang Yahudi telah mengetahui bahwa aku adalah pemimpin mereka dan putra dari pemimpin mereka, orang 'alim mereka dan putra dari orang 'alim mereka. Panggilah mereka dan tanyalah kepada mereka tentang aku sebelum mereka mengetahui bahwa aku telah masuk Islam. Karena, bila mengetahui aku telah masuk Islam, mereka akan mengatakan kedustaan tentang aku yang tidak ada padaku." Maka Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus utusan kepada mereka, mereka pun datang dan menemui beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka: "Wahai sekalian kaum Yahudi, kecelakaan bagi kalian. Takutlah kepada Allah. Demi Allah, yang tiada ilah yang berhak disembah melainkan Dia, sungguh kalian telah mengetahui bahwa aku adalah Rasul Allah yang benar dan aku datang kepada kalian dengan membawa kebenaran. Maka masuklah kalian kepada Islam!" Mereka berkata: "Kami tidak mengetahuinya." Mereka mengatakannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tiga kali. Beliau bertanya: "Siapakah 'Abdullah bin Salam itu di kalangan kalian?" Mereka menjawab: "Oh, dia adalah pemimpin kami dan putra dari pemimpin kami, orang 'alim kami dan putra dari orang 'alim kami." Beliau bertanya: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia telah masuk Islam?" Mereka berkata: "Maha suci Allah. Dia tidak akan mungkin masuk Islam." Beliau bertanya lagi: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia telah masuk Islam?" Mereka kembali berkata: "Maha suci Allah. Dia tidak akan mungkin masuk Islam." Beliau kembali bertanya lagi: "Bagaimana pendapat kalian seandainya dia benar-benar telah masuk Islam?" Mereka tetap berkata: "Maha suci Allah. Dia tidak akan mungkin masuk Islam." Beliau berkata: "Wahai Ibnu Salam, keluarlah temui mereka!" Maka 'Abdullah bin Salam keluar seraya berkata: "Wahai, orang-orang Yahudi, takutlah kalian kepada Allah. Demi Allah, yang tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Dia. Sungguh kalian telah mengetahui bahwa dia adalah Rasul Allah dan dia datang dengan membawa kebenaran." Maka mereka berkata: "Kamu dusta!" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengusir mereka keluar.
Shahih Bukhari 3622: Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam] dari [Ibnu Juraij] berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin 'Umar] dari [Nafi'] dari 'Umar bin Al Khaththab radliyallahu 'anhu, Dia mewajibkan kepada empat orang-orang Muhajirin yang pertama untuk membayar empat ribu bagi setiap orang dan dia mewajibkan bagi Ibnu 'Umar tiga ribu lima ratus. Lalu dia ditanya: "Ibnu 'Umar termasuk muhajirin, tapi kenapa engkau mengurangi dari kewajiban empat ribu?" Maka dia menjawab: "Dia berhijrah dibawa oleh kedua orang tuanya." Dia juga berkata: "Dia tidak sama dengan orang yang berhijrah sendiri."
Shahih Bukhari 3623: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Abu Wa'il] dari [Khabbab] berkata: Kami berhijrah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Al A'masy] berkata: aku mendengar [Syaqiq bin Salamah] berkata: telah menceritakan kepada kami [Khabbab] berkata: Kami berhijrah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semata-mata mengharapkan ridla Allah, dan kami telah mendapatkan pahala di sisi Allah. Lalu diantara kami ada yang meninggal lebih dahulu sebelum menikmati pahalanya sedikit pun (di dunia ini), diantaranya adalah Mus'ab bin Umair. Dia terbunuh di medan Perang Uhud dan dia tidak meninggalkan suatu apa pun selain selembar kain yang apabila kami gunakan untuk menutup kepalanya dengan kain tersebut maka kakinya terbuka keluar dan bila kakinya yang hendak kami tutup kepalanyalah yang terbuka. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menutup kepalanya dengan kain tersebut sedangkan kakinya kami tutup dengan dedaunan idzhir. Dan diantara kami ada juga yang telah memetik hasil usahanya (didunia ini).
Shahih Bukhari 3624: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bisyir] telah menceritakan kepada kami [Rauh] telah menceritakan kepada kami ['Auf] dari [Mu'awiyah bin Qurah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy'ari] berkata: 'Abdullah bin 'Umar berkata kepadaku: "Apakah kamu mengetahui apa yang dikatakan bapakku kepada bapakmu?" Abu Burdah berkata: Aku menjawab: "Tidak". Ibnu 'Umar berkata: "Sesungguhnya bapakku telah berkata kepada bapakmu: "Wahai Abu Musa, apakah kamu senang dengan keIslaman kita bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hijrah kita bersama beliau, jihad kita bersama beliau dan amal-amal kita seluruhnya bersama beliau di tetapkan -sebagai pahala- untuk kita? Dan semua amal kita yang kita kerjakan setelah beliau kita akan mendapat keselamatan dan balasan yang sepadan?" Maka bapakku berkata: "Demi Allah, sungguh kita telah berjihad sesudah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kita shalat, shaum dan beramal kebaikan yang banyak dan telah banyak orang yang masuk Islam di tangan kita, sudah tentu kita mengharapkan pahala itu." Bapakku berkata lagi: "Adapun aku, demi Dzat yang jiwa 'Umar berada di tangan-Nya, aku berharap bahwa amalan itu untuk kita dan setiap amal yang telah kita lakukan setelah itu dapat menyelamatkan kita secara sepadan.. Aku berkata: "Sesungguhnya bapakmu lebih baik dari bapakku."
Shahih Bukhari 3625: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Ash Shabah], atau telah sampai kepadaku berita darinya, telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari ['Ashim] dari [Abu 'Utsman] berkata: Aku mendengar Ibnu 'Umar radliyallahu 'anhuma jika dikatakan kepadanya bahwa dia berhijrah sebelum bapaknya, dia akan marah. Dia berkata: "Aku beserta bapakku datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami mendapatkan beliau sedang istirahat siang, lalu kami kembali ke tempat tinggal kami. Kemudian 'Umar mengutus aku sambil berkata: "Pergi dan lihatlah apakah beliau sudah bangun!" Maka aku mendatangi beliau lalu masuk dan membai'at beliau, kemudian aku kembali menemui 'Umar dan aku kabarkan kepadanya bahwa beliau sudah bangun. Maka kami berangkat menemui beliau dengan agak mempercepat jalan hingga kami masuk menemui beliau lalu 'Umar membai'at beliau kemudian aku pun membai'at beliau.
Shahih Bukhari 3626: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin 'Utsman] telah menceritakan kepada kami [Syuraih bin Maslamah] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Yusuf] dari [bapaknya] dari [Abu Ishaq] berkata: aku mendengar [Al Bara'] bercerita, katanya: Abu Bakar membeli seperangkat pelana dari 'Azib lalu aku membawa pelana itu bersamanya. -Dia (Al Bara') melanjutkan:- Maka 'Azib bertanya kepadanya tentang perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu Bakar berkata: "Kami telah melakukan pengamatan hingga kami memilih keluar di malam hari, lalu kami mempercepat perjalanan kami di waktu malam dan siang, hingga akhirnya ketika pada waktu tengah hari, nampak kepada kami sebuah batu besar. Kemudian kami mendatangi batu tersebut dan ada celah untuk bernaung. Maka aku menggelar kainku yang terbuat dari kulit unta untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidur di atasnya. Aku beranjak sejenak untuk mengamati keadaan sekeliling tempat itu yang ternyata aku bertemu dengan seorang budak penggembala yang sedang menghalau kambingnya menuju batu tersebut untuk bernaung sebagaimana yang kami inginkan tadi. Aku bertanya kepadanya: "Milik siapakah kamu ini wahai budak?" budak pengembala itu menjawab: "Aku ini milik fulan". Aku bertanya lagi: "Apakah kambingmu ini menghasilkan air susu?" penggembala itu menjawab: "Ya". Aku bertanya lagi: "Apakah kamu bersedia memeras susunya?" Dia menjawab: "Ya". Maka dia mengambil seekor diantara kambing-kambingnya lalu aku katakan: "Bersihkanlah puting susunya (dari debu, bulu dan kotoran)!" Abu Bakar melanjutkan: Kemudian penggembala itu memeras sedikit susu dan memasukkannya ke dalam sebuah gelas, dan aku membawa wadah kecil yang aku siapkan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka aku menuangkan air ke dalam susu itu agar dingin pada bagian bawahnya lalu aku bawa susu itu untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku katakan: "Minumlah wahai Rasulullah!" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminumnya hingga aku puas. Kemudian kami meneruskan perjalanan sementara orang yang mencari kami membuntuti kami melalui jejak-jejak kami." Al Bara' berkata: Aku masuk bersama Abu Bakar menemui keluarganya yang ternyata disana ada 'Aisyah, putrinya, yang sedang berbaring sakit terkena demam. Aku melihat bapaknya menciumnya lalu berkata: "Bagaimana keadaanmu wahai ananda.
Shahih Bukhari 3627: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Abdurrahman] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Himyar] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Abu 'Ablah] bahwa ['Uqbah bin Wassaj] bercerita kepadanya dari [Anas, pembantu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba (di Madinah) dan tidak ada satupun dari shahabat beliau yang paling banyak ubanya selain Abu Bakar. Maka kemudian dia mengecatnya dengan daun inai dan katam (daun pewarna lainnya). Dan berkata [Duhaim] telah menceritakan kepada kami [Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] telah menceritakan kepadaku [Abu 'Ubiad] dari ['Uqbah bin Wassaj] telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah dan diantara shahabat beliau yang paling tua adalah Abu Bakr. Kemudian dia menyemirnya menggunakan daun inai dan katam (daun pewarna lainnya) hingga warna rambutnya nampak kemerah-merahan.
Shahih Bukhari 3628: Telah menceritakan kepada kami [Ashbagh] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari 'Aisyah bahwa Abu Bakar radliallahu 'anhu pernah menikahi seorang wanita dari bani Kalib yang kemudian dipanggil Ummu Bakar. Lalu Abu Bakar menceraikannya ketika ia berhijrah. Wanita itu kemudian diperistri oleh anak sepupunya, yaitu seorang penyair yang menyenandungkan sya'ir memuji-muji kaum Kafir Quraisy (yang terbunuh dalam perang Badar): "Apakah yang ada dalam sumur Badar? Yaitu orang-orang yang memiliki mangkuk kayu pohon Syiza yang dihiasi dengan daging punuk unta. Apakah yang ada dalam sumur Badar? Yaitu para budak wanita dan orang-orang yang minum, yang mulia. Ummu Bakar mendo'akan (kita) selamat. Apakah bagi diriku keselamatan setelah kaumku pergi Rasul memberitahukan bahwa kami akan hidup kembali. Bagaimana burung ashda' (burung hantu) dan ham (tengkorak kepala) dapat hidup kembali?"
Shahih Bukhari 3629: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Hammam] dari [Tsabit] dari [Anas] dari Abu Bakar radliyallahu 'anhu ia berkata: Aku bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam gua. Ketika aku mendongakkan kepalaku, ternyata aku berada di bawah kaki kaum (Kafir Quraisy). Aku katakan kepada Nabiyullah: "Seandainya sebagian mereka menundukkan pandangannya, tentu akan melihat kami." Beliau bersabda: "Tenanglah wahai Abu Bakar, jika kita berdua maka yang ketiganya adalah Allah."
Shahih Bukhari 3630: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i]. Dan [Muhammad bin Yusuf] mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] telah menceritakan kepada kami [Az Zuhri] ia berkata: telah menceritakan kepadaku ['Atha' bin Yazid Al Laitsiy] ia berkata: telah menceritakan kepadaku Abu Sa'id radliyallahu 'anhu berkata: Seorang Arab badui datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya bertanya tentang hijrah. Beliau menjawab: "Celaka kamu, sesungguhnya hijrah sangatlah berat. Apakah kamu memiliki unta?" Orang itu menjawab: "Ya". Beliau bersabda: "Apakah kamu telah mengeluarkan zakatnya?" Orang itu menjawab: "Ya". Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu perah susunya pada waktunya?" Orang itu menjawab: "Ya". Beliau bersabda: "Beramallah sekalipun dari balik lautan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan amalanmu sedikitpun."
Shahih Bukhari 3631: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] ia berkata: telah memberitakan kepada kami [Abu Ishaq] dia mendengar Al Bara' radliyallahu 'anhu berkata: "Orang yang pertama kali datang kepada kami (dari kaum Muhajirin) adalah Mush'ab bin 'Umair dan Ibnu Ummi Maktum kemudian 'Ammar bin Yasir dan Bilal radliyallahu 'anhum."
Shahih Bukhari 3632: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] ia berkata: aku mendengar Al Bara' bin 'Azib radliyallahu 'anhu berkata: "Orang yang pertama datang kepada kami (dari kaum Muhajirin) adalah Mush'ab bin 'Umair dan Ibnu Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al-Qur'an kepada orang-orang. Kemudian Bilal, Sa'ad dan 'Ammar bin Yasir. Setelah itu datang pula 'Umar bin Al Khaththab dalam rombongan berjumlah sepuluh orang dari shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah itu datang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku tidak pernah melihat penduduk Madinah bergembira sebagaimana gembiranya mereka dengan kedatangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hingga para budak wanita berseru: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah datang." Dan tidaklah beliau tiba melainkan aku telah membaca (menghafal) {Sabbihismaa Robbikal a'laa} yang termasuk dalam surat-surah Al Mufashshal (surat-surat pendek)."
Shahih Bukhari 3633: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Hisyam bin 'Urwah] dari [Bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha bahwa dia berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal menderita sakit demam. Aisyah melanjutkan: Lalu aku menemui keduanya. Aku katakan: "Wahai ayahku bagaimana keadaanmu? Dan, wahai Bilal, bagaimana pula keadaanmu?" Selanjutnya 'Aisyah berkata: "Apabila sedang menderita sakit, Abu Bakar akan bersya'ir: "Setiap pagi seseorang ditemani bersama keluarganya. Padahal maut, lebih dekat kepadanya dari pada tali sandalnya." Adapun Bilal apabila sakit demamnya telah sembuh, ia bersya'ir: "Aduhai, apakah tadi malam aku tidur di lembah itu? Sekeliling rumput yang hijau dan bunga idzkhir (Yasmin), Apakah masih sempat aku meneguk air telaga Majannah suatu hari nanti, Apakah masih akan menampakkan diri kepadaku Tanah datar?" Aisyah berkata: "Kemudian aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku beritahukan tentang hal itu kepada beliau, lalu beliau berdo'a: "Ya Allah, jadikanlah kecintaan kami kepada Madinah sebagaimana kecintaan kami kepada Makkah atau lebih. Dan sehatkanlah keadaan kami dan berilah kami berkah pada takaran dan timbangannya dan singkirkanlah penyakit demammya dan pindahkanlah ke daerah Juhfah."
Shahih Bukhari 3634: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] telah menceritakan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] bahwa ['Ubaidullah bin 'Adi bin Al Khiyar] mengabarkan kepadanya: "Aku datang menemui 'Utsman." Dan [Bisyir bin Syu'aib] mengatakan: telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Az Zuhri] telah menceritakan kepadaku ['Urwah bin Az Zubair] bahwa ['Ubaidullah bin 'Adi bin Khiyar] mengabarkan kepadanya, ia berkata: Aku datang kepada ['Utsman] maka dia bersaksi lalu berkata: "Amma ba'du. Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan benar dan aku diantara orang yang menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya, beriman kepada apa yang dibawa oleh Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian aku berhijrah dua kali dan aku juga telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berbai'at kepada beliau. Demi Allah, tidaklah aku membantah dan menipu beliau hingga Allah mewafatkan beliau." Hadits ini telah dinukil pula oleh [Ishaq Al Kalbi], telah menceritakan kepadaku [Az Zuhri] sebagaimana hadits ini.
Shahih Bukhari 3635: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sulaiman] telah menceritakan kepadaku [Ibnu Wahb] telah menceritakan kepada kami [Malik] dan telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin Abdullah bin 'Abbas] yang telah mengabarkan kepadanya bahwa [Abdurrahman bin 'Auf] kembali kepada keluarganya di Mina pada haji terakhir yang dilakukan 'Umar bin Al Khaththab. Dia menemui aku, lalu Abdurrahman berkata: aku berkata: "Wahai Amirul Mu'minin, sesungguhnya musim haji telah mempertemukan orang-orang yang papa dan gembel, sedang aku memandang bahwa sebentar lagi mereka akan datang ke kota Madinah, padahal Madinah adalah negeri hijrah, sunnah dan kedamaian dan tempat berdiam para ahli fiqih, orang-orang mulia dan para pemikir." 'Umar menjawab: "Sungguh aku akan berdiri (mencegah mereka) di tempat pertama kali aku berdiri di Madinah."
Shahih Bukhari 3636: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa'ad] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Syihab] dari [Kharijah bin Zaid bin Tsabit] bahwa [Ummu Al 'Ala'] seorang wanita dari mereka yang telah berba'iat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepadanya, bahwa 'Utsman bin Madz'un keluar menemui mereka ketika orang-orang Anshar tengah mengadakan undian tentang tempat tinggal orang-orang Muhajirin. Ummul 'Ala' berkata: "Selanjutnya Utsman bin Madz'un mengeluhkan sakitnya di sisi kami kemudian kami merawatnya sampai ketika dia meninggal kami menyelimutinya dengan bajunya, kemudian datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kami, dan aku pun berkata: "Semoga rahmat Allah senantiasa di curahkan kepadamu wahai Abu As Sa'ib. Aku bersaksi atas kamu. Sungguh, Allah telah memuliakanmu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda: "Dari mana kamu tahu bahwa Allah telah memuliakannya?" Ummul 'Ala` berkata: Maka aku menjawab: "Bapak dan ibuku sebagai tebusanmu wahai Rasulullah, Aku tidak tahu." Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kematian dari Rabbnya telah datang kepadanya, aku berharap dia mendapatkan kebaikan. Demi Allah, meskipun aku seorang Nabi, aku tidak tahu apa yang akan aku dapatkan." Ummu 'Ala` lalu berkata: "Demi Allah, aku tidak akan lagi memuji seseorang setelahnya, sehingga hal itu membuat aku sedih. Kemudian aku tidur dan diperlihatkan kepadaku dalam mimpi bahwa 'Utsman mendapatkan mata air yang mengalir, aku lalu bergegas mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menceritakan hal itu kepadanya, beliau bersabda: "Itu adalah amalan 'Utsman."
Shahih Bukhari 3637: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Hari peperangan Bu'ats adalah peperangan yang ditunjukkan oleh Allah dalam kehidupan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah dalam keadaan mereka saling bertengkar dan telah terbunuh para pembesar yang mereka muliakan. Dan Allah juga telah menunjukkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang masuk Islamnya mereka.
Shahih Bukhari 3638: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsannaa] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari 'Aisyah bahwa Abu Bakar datang menemui 'Aisyah dimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berada disampingnya pada hari raya 'Iedul Fithri atau Adlha. Saat itu di hadapan 'Aisyah terdapat dua budak perempuan hasil tawanan kaum Anshar dalam perang Bu'ats sedang bernyanyi. Maka Abu Bakar berkata: "Seruling-seruling setan." Dia mengucapkannya dua kali. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Biarkanlah wahai Abu Bakr. Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya dan hari raya kita adalah hari ini."
Shahih Bukhari 3639: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami ['AbdulWarits]. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Manshur] telah mengabarkan kepada kami ['Abdush Shamad] berkata: aku mendengar [Bapakku] bercerita, telah menceritakan kepadaku [Abu At Tayyah. Yazid bin Humaid Adl Dluba'i] berkata: telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau singgah di dataran tinggi Madinah, sebuah perkampungan yang mereka kenal sebagai Suku 'Amru bin 'Auf. Anas berkata: Maka beliau tinggal selama empat belas malam. Kemudian beliau mengutus seseorang untuk menemui pemimpin suku Bani Najjar. Maka mereka datang sambil menyarungkan pedang di badan mereka. Anas melanjutkan: Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diatas tunggangannya, sedangkan Abu Bakar membonceng di belakang beliau, sementara para pembesar suku Najjar mendampingi di sekeliling beliau hingga sampai di sumur milik Abu Ayyub. Anas berkata: Beliau lalu bersegera mendirikan shalat saat waktu sudah masuk. Beliau shalat di kandang kambing. Kemudian beliau memerintahkan untuk membangun masjid. Lalu Beliau mengutus seseorang untuk menemui pembesar suku Najjar, utusan itu berkata: "Wahai suku Najjar, sebutkan berapa harga kebun kalian ini?" Mereka berkata: "Tidak, demi Allah. Kami tidak akan menjualnya kecuali kepada Allah!" Anas berkata: Aku beritahu kepada kalian bahwa kebun itu banyak terdapat kuburan orang-orang musyrik, juga ada sisa-sisa reruntuhan rumah dan pohon-pohon kurma. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk membongkar kuburan-kuburan tersebut. Sedangkan reruntuhan rumah supaya diratakan dan untuk pohon-pohon kurma ditumbangkan, lalu dipindahkan didepan arah qiblat masjid. Anas berkata: Maka mereka bekerja membuat pintu masjid dari pohon dan mengangkut bebatuan yang besar-besar sambil bersenandung. Sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ikut bekerja bersama mereka sambil mengucapkan: "Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin."
Shahih Bukhari 3640: Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Hamzah] telah menceritakan kepada kami [Hatim] dari [Abdurrahman bin Humaid Az Zuhri] ia berkata: Aku mendengar 'Umar bin Abdul 'Aziz bertanya kepada [As Sa'ib], putra dari saudara perempuan An Namr: "Apa yang pernah kamu dengar tentang tempat tinggal di Makkah?" Dia menjawab: "Aku mendengar [Al 'Ala' bin Al Hadlrami] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kaum Muhajir boleh tinggal selama tiga hari sekembalinya mereka dari Mina (ketika berhaji)."
Shahih Bukhari 3641: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] telah menceritakan kepada kami [Abdul 'Aziz] dari [Bapaknya] dari [Sahal bin Sa'ad] ia berkata: Tidaklah para shahabat menghitung penanggalan bulan mulai dari diutusnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam atau wafat beliau. Tidaklah mereka menghitung penanggalan melainkan dari waktu kedatangan beliau di Madinah.
Shahih Bukhari 3642: Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] dari 'Aisyah radliyallahu 'anha berkata: Pada awalnya, shalat diwajibkan dua raka'at, setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berhijrah, shalat diwajibkan menjadi empat raka'at dan dilanggengkan (dua raka'at) shalat dalam perjalanan (safar) sebagaimana ketika pertama kali diwajibkan. Hadits ini diperkuat pula oleh [Abdurrazzaq] dari Ma'mar.
Shahih Bukhari 3643: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Qaza'ah] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] dari [Az Zuhri] dari ['Amir bin Sa'ad bin Malik] dari [bapaknya] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjengukku pada waktu haji wada' ketika aku sakit yang tidak menyebabkan kematian. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, aku rasakan sakitku semakin parah. Begaimana pendapat anda, aku memiliki banyak harta namun aku tidak memiliki orang yang akan mewarisinya kecuali satu anak perempuanku. Apakah aku boleh mensedekahkan dua pertiga hartaku?" Beliau menjawab: "Tidak". Dia berkata: "Apakah boleh aku bersedekah seperduanya?" Beliau menjawab: "Sepertiga, wahai Sa'ad. Dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya bila kamu meninggalkan keturunanmu dalam keadaan berkecukupan itu lebih baik dari pada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, lalu mereka mengemis meminta-minta kepada manusia. Dan tidaklah kamu menafkahkan suatu nafaqah (harta) semata-mata mencari wajah (ridla) Allah melainkan Allah pasti akan memberimu balasannya, sekalipun satu suap makanan yang kamu berikan pada mulut istrimu." Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur panjang setelah shahabat-shahabatku?" Beliau bersabda: "Tidaklah sekali-kali engkau diberi umur panjang lalu kamu beramal shalih melainkan akan bertambah derajat dan kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan madlorot bagi kaum yang lain. Ya Allah sempurnakanlah pahala hijrah shahabat-shahabatku dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang." Namun Sa'ad bin Khaulah membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersedih karena dia meningal di Makkah. [Ahmad bin Yunus] dan [Musa] berkata dari [Ibrahim] dengan redaksi: "…Kamu meninggalkan warisanmu."
Shahih Bukhari 3644: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Humaid] dari Anas radliyallahu 'anhu berkata: Ketika Abdurrahman bin 'Auf tiba di Madinah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mempersaudarakan dia dengan Sa'ad bin Ar Rabi' Al Anshari, lalu Sa'ad menawarkan membagi dua diantara dua istri dan hartanya. Lantas Abdurrahman bin 'Auf berkata: "Semoga Allah memberkahimu pada keluarga dan hartamu. Beritahukanlah pasarnya kepadaku." Lalu dia berjualan dan mendapat keuntungan dari berdagang minyak samin dan keju. Setelah beberapa hari, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihatnya dalam keadaan mengenakan baju dan wewangian. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Bagaimana keadaanmu, wahai 'Abdurrahman?" Abdurrahman menjawab: "Aku telah menikah dengan seorang wanita Anshar." Beliau bertanya lagi: "Berapa jumlah mahar yang kamu berikan padanya?" Abdurrahman menjawab: "Perhiasan seberat biji emas atau sebiji emas." Lalu beliau bersabda: "Adakanlah walimah (resepsi) sekalipun hanya dengan seekor kambing."
Shahih Bukhari 3645: Bab. Telah menceritakan kepadaku [Hamid bin 'Umar] dari [Bisyir bin Al Mufadlal] telah menceritakan kepada kami [Humaid] telah menceritakan kepada kami [Anas] bahwa Telah sampai berita kepada Abdullah bin Salam tentang kedatangan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah, lalu dia menanyakan beberapa perkara kepada beliau. Katanya: "Aku akan bertanya kepada anda tiga perkara yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Apakah tanda-tanda pertama hari kiamat?, dan apa makanan pertama yang akan dimakan oleh penghuni surga dan bagaimana seorang anak bisa mirip dengan ayahnya dan bagaimana ia mirip dengan ibunya?" Beliau menjawab: "Jibril baru saja memberitahuku." Abdullah bin Salam berkata: "Dia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi." Beliau bersabda: "Adapun tanda pertama hari kiamat adalah api yang muncul dan akan menggiring orang-orang dari timur menuju barat. Dan makanan pertama penduduk surga adalah hati ikan hiu, sedangkan (miripnya) seorang anak, apabila sang suami mendatangi istrinya dan air maninya mendahului air mani istrinya, berarti akan lahir anak yang menyerupai bapaknya, namun bila air mani istrinya mendahului air mani suaminya, maka akan lahir anak yang mirip dengan ibunya." Mendengar itu Abdullah bin Salam berkata: "Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah." Kemudian dia berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum yang sangat suka berbohong (menuduh). Untuk itu, tanyalah mereka tentang aku sebelum mereka mengetahui keIslamanku." Setelah itu orang-orang Yahudi datang, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian tentang seorang laki-laki yang bernama Abdullah bin Salam?" Mereka menjawab: "Dia adalah seorang 'alim kami dan putra dari 'alim kami dan orang kepercayaan kami dan putra dari orang kepercayaan kami." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah bin Salam memeluk Islam?" Mereka menjawab: "Semoga dia dilindungi Allah dari perbuatan itu." Beliau mengulangi pertanyaannya kepada mereka, Namur mereka tetap menjawab seperti tadi. Lalu Abdullah bin Salam keluar seraya berkata: "Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Maka mereka berkata: "Dia ini orang yang paling buruk diantara kami dan putra dari orang yang buruk." Mereka terus saja meremehkan Abdullah bin Salam. Lalu Abdullah bin Salam berkata: "Inilah yang aku khawatirkan tadi, wahai Rasulullah."
Shahih Bukhari 3646: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] dia mendengar [Abu Al Minhal Abdurrahman bin Muth'im] berkata: Syarik pernah menjual beberapa dirham kepadaku secara nasi'ah (pembayaran ditunda dengan nilai lebih). Maka aku berkata: "Maha suci Allah, apakah ini diperbolehkan?" Syarik berkata: "Mahasuci Allah. Demi Allah, kami melakukannya di pasar dan tidak ada seorang pun yang melarangnya." Lalu aku bertanya kepada [Al Bara' bin 'Azib], dia menjawab: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah sementara kami mempraktekkan cara jual beli seperti ini. Apabila dengan cara kontan, maka tidak ada dosa padanya. Namun jika dengan nasi'ah, maka hal ini tidak diperbolehkan. Pergilah menemui Zaid bin Arqam dan tanyalah kepadanya, karena dia adalah seorang saudagar yang sukses." Maka aku bertanya kepada Zaid bin Arqam dan dia menjawab seperti yang di katakan Al Bara'." Suatu kali Sufyan berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemui kami di Madinah, ketika kami tengah berjual beli. Dan dia berkata: "Nasi'ah adalah pembayaran jual beli pada waktu yang ditentukan yaitu tahun depan atau musim haji."
Shahih Bukhari 3647: Telah menceritakan kepada kami [Muslim bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Qurrah] dari [Muhammad] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Seandainya sepuluh orang Yahudi beriman kepadaku, tentu akan beriman seluruh kaum Yahudi."
Shahih Bukhari 3648: Telah menceritakan kepadaku [Ahmad atau Muhammad bin 'Ubaidullah Al Ghudani] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Usamah] telah mengabarkan kepada kami [Abu Al 'Umais] dari [Qais bin Muslim] dari [Thariq bin Syihab] dari Abu Musa radliyallahu 'anhu ia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, orang-orang Yahudi mengagungkan hari 'Aasyura (tanggal sepuluh Muharam) dengan berpuasa, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kita lebih berhak untuk berpuasa." Lantas beliau memerintahkan untuk melaksanakan puasa hari 'Aasyura.
Shahih Bukhari 3649: Telah menceritakan kepada kami [Ziyab bin Ayyub] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah menceritakan kepada kami [Abu Bisyir] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma ia berkata: Setibanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah, beliau mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura. Mereka ditanya tentang masalah itu, lalu mereka menjawab: "Ini adalah hari di saat Allah memenangkan Musa dan Bani Isra'il atas Fir'aun. Dan kami berpuasa untuk mengagungkan hal itu." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kami lebih berhak kepada Musa dari pada kalian." Kemudian beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari 'Assyura`.
Shahih Bukhari 3650: Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] telah menceritakan kepada kami [Abdullah] dari [Yunus] dari [Az Zuhri] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku ['Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah] dari Abdullah bin 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjuntaikan rambut sedangkan orang-orang musyrik menguraikan rambut kepala mereka ke belakang. Ahlul Kitab lebih suka menjuntaikan rambut mereka ke kening mereka dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lebih suka bila bersesuaian dengan apa yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dalam perkara yang tidak ada perintahnya. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguraikan rambut kepala beliau (ke belakang).
Shahih Bukhari 3651: Telah menceritakan kepadaku [Ziyad bin Ayyub] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah mengabarkan kepada kami [Abu Bisyir] dari [Sa'id bin Jubair] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma, ia berkata: Mereka adalah Ahlul Kitab yang telah memilah-milih (aturan Allah). Sebagian mereka mengimani sebagian dan sebagian lagi mereka mengingkarinya." Ini adalah maksud firman Allah {ALLADZIINA JA'ALUL QUR-AANA 'IDLIINA} ((yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Qur'an terbagi-bagi) (QS. Al Hijr: 91).
Shahih Bukhari 3652: Telah menceritakan kepadaku [Al Hasan bin 'Umar bin Syaqiq] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] berkata [bapakku], Dan telah menceritakan kepada kami [Abu 'Utsman] dari [Salman Al Farisiy] bahwa Dia telah berpindah-pindah tidak kurang sepuluh kali dari satu tuan ke tuan lain.
Shahih Bukhari 3653: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad binYusuf] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Auf] dari [Abu 'utsman] berkata: aku mendengar Salman radliyallahu 'anhu berkata: "Aku berasal dari Rama Hurmuz (kota di Persia/Iran berbatasan dengan 'Iraq sekarang)."
Shahih Bukhari 3654: Telah menceritakan kepadaku [Al Hasan bin Mudrik] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hammad] telah mengabarkan kepada kami [Abu 'Awanah] dari ['Ashim Al Ahwal] dari ['Utsman] dari [Salman] berkata: "Masa fatrah (tidak ada risalah/wahyu dari Allah) antara Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihima wa sallam adalah enam ratus tahun."