33. Jihad dan Ekspedisi
Shahih Muslim 3260: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At Tamimi] telah menceritakan kepada kami [Sulaim bin Ahdlar] dari [Ibnu 'Aun] dia berkata: "Aku pernah mengirim surat kepada [Nafi'] dan bertanya perihal pernyataan perang sebelum perang di mulai." Ibnu 'Aun melanjutkan, "Lalu Nafi' membalas suratku, tulisnya, 'Hal itu pernah terjadi pada permulaan Islam, suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerang Bani Musthaliq secara mendadak disaat mereka sedang lengah, yaitu ketika mereka sedang memberi minum ternak mereka. Kemudian terjadilah perang hingga mereka banyak yang terbunuh dan tertawan, dan pada hari itulah Juwairiyah binti Hatits tertawan'." [Yahya] berkata: "Aku kira dia mengatakan, 'Juwairiyah' atau, 'anak gadisnya Al Harits'. Hadits ini disampaikan kepadaku oleh [Abdullah bin Umar], saat itu dia termasuk orang yang ikut berperang sebagai prajurit dalam pasukan." Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Adi] dari [Ibnu 'Aun] dengan isnad seperti ini. Ibnu 'Aun berkata: "Yaitu Juwairiyah binti Al Harits -tanpa ada keraguan-."
Shahih Muslim 3261: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki' bin Al Jarrah] dari [Sufyan]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Yahya bin Adam] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dia berkata: dan dia telah mendikte kami. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Hasyim] sedangkan lafadznya dari dia. Telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Mahdi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Alqamah bin Martsad] dari [Sulaiman bin Buraidah] dari [ayahnya] dia berkata: "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat seorang panglima atau komandan pasukan perang, beliau selalu mewasiatkan untuk selalu bertakwa kepada Allah, kemudian beliau bersabda: "Berperanglah dengan nama Allah untuk menegakkan di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, berperanglah kalian dan janganlah kalian menipu (dalam harta rampasan), jangan kalian mengkhianati janji, jangan membunuh seseorang dengan cara yang kejam, dan janganlah membunuh anak-anak. Apabila kalian bertemu dengan musuhmu dari orang-orang musyrik, maka ajaklah mereka kepada tiga hal, apabila mereka mau menerima salah satu dari tiga hal tersebut, maka terimalah mereka dan berhentilah memerangi mereka, setelah itu serulah mereka untuk masuk agama Islam. Apabila mereka mau menerima ajakanmu maka terimalah, setelah itu ajaklah mereka untuk pindah dari kampung halaman mereka ke kampung halaman kaum Muhajirin. Apabila mereka mau menerima ajakanmu tersebut, maka beritahukanlah bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti kaum Muhajirin. Apabila mereka enggan pindah dari kampung halamannya ke kampung halaman kaum Muhajirin, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka sama dengan orang-orang Arab Muslim lainnya, yang tidak memperoleh sedikitpun harta rampasan perang, kecuali jika mereka ikut berjuang bersama kaum Muslimin lainnya. Jika mereka menolak maka mintalah upeti kepada mereka, apabila mereka mau menyerahkan upeti tersebut kepadamu maka terimalah dan janganlah kamu memerangi mereka, namun jika mereka enggan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah lalu perangilah mereka. Apabila kalian mengepung suatu benteng, lalu orang-orang yang berada di dalamnya meminta keamanan dan jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah kamu penuhi permintaan tersebut. Tetapi jadikanlah merka dalam perlindungan kalian dan perlindungan sahabat-sahabat kalian, sebab resikonya lebih ringan jika kamu harus merusak keamanan kalian dan teman-teman kalian daripada kalian merusak keamanan Allah dan Rasul-Nya. Apabila mereka menghendaki agar ditempatkan pada hukum Allah maka janganlah kalian berlakukan hal itu kepada mereka, yang lebih baik adalah apabila kalian memberlakukan hukuman sendiri, sebab kalian sendiri mungkin tidak akan mengetahui, apakah kalian dapat menegakkan hukum Allah kepada mereka atau tidak." Abdurrahman berkata: "Seperti ini atau yang semisalnya." [Ishaq] menambahkan diakhir haditsnya, dari [Yahya bin Adam] dia berkata: aku meneyebutkan hadits ini kepada [Muqatil bin Hayyan]. Yahya berkata: "Yaitu bahwa Al Qamah pernah berkata kepada Ibnu Hayyan, katanya: telah menceritakan kepadaku [Muslim bin Haisham] dari [An Nu'man bin Muqarrin] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti itu." Dan telah menceritakan kepadaku [Hajjaj bin Sya'ir] telah menceritakan kepadaku [Abdush Shammad bin Abdul Warits] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] telah menceritakan kepadaku ['Alqamah bin Martsad] bahwa [Sulaiman bin Buraidah] telah menceritakan dari [ayahnya] dia berkata: "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat seorang panglima atau komandan pasukan perang, beliau selalu mendo'akannya dan mewasiatkan kepadanya...lalu dia melanjutkan hadits tersebut semakna dengan hadits Sufyan." Telah menceritakan kepada kami Ibrahim telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra` dari Al Husain bin Walid dari Syu'bah dengan isnad ini."
Shahih Muslim 3262: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] sedangkan lafadznya dari Abu Bakar, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin Abdullah] dari [Abu Burdah] dari [Abu Musa] dia berkata: "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat seseorang dari sahabatnya untuk melaksanakan perintahnya, beliau bersabda: "Berilah mereka kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, mudahkan urusan mereka jangan kamu persulit."
Shahih Muslim 3263: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Syu'bah] dari [Sa'id bin Abu Burdah] dari [ayahnya] dari [kakeknya], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus kakeknya dan Mu'adz ke negeri Yaman, maka beliau bersabda: "Hendaklah kalian mudahkan dan jangan persulit, beri kabar gembira dan jangan membuat orang lari, saling patuhlah kalian berdua dan jangan saling bersengketa." Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin 'Abbad] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Amru]. Dan di diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Ibnu Abu Khalaf] dari [Zakaria bin 'Adi] telah mengabarkan kepada kami ['Ubaidullah] dari [Zaid bin Abu Unaisah] keduanya dari [Sa'id bin Abu Burdah] dari [ayahnya] dari [kakeknya] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti hadits Syu'bah, namun dalam hadits Zaid bin Abu Unaisah tidak disebutkan, 'Saling patuhlah kalian berdua dan jangan berselisih'."
Shahih Muslim 3264: Telah menceritakan kepada kami [Ubaidulalh bin Mu'adz Al 'Anbari] telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu At Tayah] dari [Anas]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Sa'id]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Walid] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] keduanya dari [Syu'bah] dari [Abu At Tayah] dia berkata: aku mendengar [Anas bin Malik] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Permudahlah oleh kalian dan jangan mempersulit, buatlah hati mereka tenang dan jangan menakut-nakuti."
Shahih Muslim 3265: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bisyr] dan [Abu Usamah]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Ubaidullah bin Sa'id] -yaitu Abu Qudamah As Sarahsi- keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Yahya] -yaitu Al Qatthan- semuanya dari [Ubaidullah]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] sedangkan lafadznya dari dia, telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terakhir kelak di hari Kiamat, maka akan dikibarkan bendera bagi setiap pengkhianat, lalu dikatakan, 'Ini adalah bendera si fulan bin fulan'." Telah menceritakan kepada kami [Abu Ar Rabi' Aal 'Ataki] telah menceritakan kepada kami [Hammad] telah menceritakan kepada kami [Ayyub]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Abdurrahman Ad darimi] telah menceritakan kepada kami [Affan] telah menceritakan kepada kami [Shahr bin Juwairiyah] keduanya dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan hadits ini."
Shahih Muslim 3266: Dan telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] serta [Ibnu Hujr] dari [Isma'il bin Ja'far] dari [Abdullah bin Dinar] bahwa dia pernah mendengar [Abdullah bin Umar] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah akan mengibarkan bendera untuk para pengkhianat, dan dikatakan kepadanya, 'Ini adalah bendera pengkhianatan si fulan'."
Shahih Muslim 3267: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Hamzah] dan [Salim] yang keduanya adalah anak Abdullah, bahwa [Abdullah bin Umar] berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap pengkhianat akan membawa benderanya masing-masing di hari Kiamat kelak."
Shahih Muslim 3268: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu 'Adi]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Bisyr bin Khalid] telah mengabarkan kepada kami [Muhammad] -yaitu Ibnu Ja'far- keduanya dari [Syu'bah] dari [Sulaiman] dari [Abu Wa`il] dari [Abdullah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Di hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan senantiasa mengibarkan benderanya masing-masing, dikatakan, 'Ini adalah bendera pengkhianatan fulan'." Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [An Nadlr bin Syumail]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Ubaidullah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman] semuanya dari [Syu'bah] dengan isnad ini, namun dalam hadits Abdurrahman tidak disebutkan, 'Ini adalah bendera pengkhianatan si fulan'."
Shahih Muslim 3269: Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] dari [Yazid bin Abdul Aziz] dari [Al A'masy] dari [Syaqiq] dari [Abdullah] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap pengkhianat akan membawa bendera yang mudah untuk dikenali, dikatakan, 'Ini adalah bendera pengkhianatan si fulan'."
Shahih Muslim 3270: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ubaidullah bin Sa'id] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dari [Syu'bah] dari [Tsabit] dari [Anas] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap pengkhianat akan membawa bendera yang mudah dikenali di hari Kiamat kelak'."
Shahih Muslim 3271: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ubaidullah bin Said] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Khulaid] dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Setiap pengkhianat akan membawa bendera di belakangnya di hari Kiamat kelak."
Shahih Muslim 3272: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdus Shamad bin Abdul Warits] telah menceritakan kepada kami [Mustamir bin Ar Rayan] telah menceritakan kepada kami [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Di hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yang dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya."
Shahih Muslim 3273: Dan telah menceritakan kepada kami [Ali bin Hujr As Sa'di] dan ['Amru An Naqid] dan [Zuhair bin Harb] sedangkan lafadznya dari Ali dan Zuhair, Ali berkata: telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang dua orang mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dia berkata: ['Amru] pernah mendengar [Jabir] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perang adalah tipu daya."
Shahih Muslim 3274: Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdurrahman bin Sahm] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Mubarrak] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam bin Munabbih] dari [Abu Hurairah] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perang adalah tipu daya."
Shahih Muslim 3275: Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Ali Al Khulwani] dan [Abd bin Humaid] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu 'Amir Al 'Aqadi] dari [Mughirah] -yaitu Ibnu Abdurrahman Al Hizami- dari [Abu Az Zinnad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian mengharap bertemu musuh, namun jika kalian bertemu mereka maka bersabarlah (teguhkan hati kalian)."
Shahih Muslim 3276: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Musa bin Uqbah] dari [Abu An Nadlr], bahwa dia pernah menerima sepucuk surat dari suku Aslam yang bernama [Abdullah bin Abu Aufa] -termasuk salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam-, maka dia menulis surat kepada Umar bin Ubaidullah ketika ia berangkat untuk memerangi orang-orang Haruriyah, dan memberitahukan kepadanya bahwa, suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertemu dengan para musuh, lalu beliau menunggu hingga matahari condong ke arah barat. Setelah itu, beliau berdiri di antara para sahabat seraya bersabda: "Wahai kaum Muslimin, janganlah kalian mengharap bertemu dengan musuh, dan mohonlah kesehatan kepada Allah, namun apabila kalian bertemu dengan mereka maka bersabarlah. Ketahuilah oleh kalian semua, bahwa surga berada di bawah naungan pedang." Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri sambil bermunajat: "Ya Allah, dzat yang menurunkan Al Qur'an, dzat yang menggerakkan awan, dzat yang dapat mengalahkan pasukan Ahzab, hancurkanlah mereka semua dan berikanlah kemenangan atas kami."
Shahih Muslim 3277: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Manshur] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Abdullah] dari [Isma'il bin Abu Khalid] dari [Abdullah bin Abu Aufa] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan kehancuran bagi pasukan Ahzab, beliau bersabda: "Ya Allah, dzat yang menurunkan kitab, dzat yang segera membuat perhitungan, hancurkanlah pasukan Ahzab. Ya Allah, hancurkanlah mereka dan cerai-beraikanlah mereka." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki' bin Jarrah] dari [Isma'il bin Abu Khalid] dia berkata: aku pernah mendengar [Ibnu Abu Aufa] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendo'akan...seperti hadits riwayat Khalid, hanya saja ia menyebutkan, 'Hancurkanlah pasukan Ahzab', dan tidak menyebutkan, 'Ya Allah'." Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Ibnu Abu Umar] semuanya dari [Ibnu Uyainah] dari [Isma'il] dengan isnad ini, dan dalam riwayat Ibnu Abu Umar disebutkan, 'Dzat yang menggerakkan awan'."
Shahih Muslim 3278: Dan telah menceritakan kepadaku [Hajjaj bin Sya'ir] telah menceritakan kepada kami [Abdush Shamad] telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Tsabit] dari [Anas], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdoa saat terjadinya perang uhud: "Ya Allah, jika Engkau menghendaki (kemenangan atas orang kafir dan mengalahkan pasukan Islam) niscaya Engkau tidak di sembah di muka bumi."
Shahih Muslim 3279: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Muhammad bin Rumh] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Al Laits]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Nafi'] dari [Abdullah] bahwa dalam salah satu peperangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditemukan jasad seorang wanita, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun melarang pembunuhan wanita dan anak-anak."
Shahih Muslim 3280: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bisyr] dan [Abu Usamah] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Umar] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata: "Seorang wanita didapati telah terbunuh di suatu peperangan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk membunuh wanita dan anak-anak."
Shahih Muslim 3281: Dan telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Sa'id bin Manshur] dan [Amru An Naqid] semuanya dari [Ibnu 'Uyainah]. [Yahya] berkata: telah mengabarkan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Az Zuhri] dari [Ubaidullah] dari [Ibnu Abbas] dari [Ash Sha'b bin Jatsamah] dia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai anak-anak dan wanita Musyrikin yang terbunuh ketika terjadi serangan malam." Beliau menjawab: "Mereka termasuk dari golongan musuh."
Shahih Muslim 3282: Telah menceritakan kepada kami [Abd bin Humaid] telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah] dari [Ibnu Abbas] dari [Ash Sha'b bin Jastamah] dia berkata: "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, kami pernah menyerang musuh di malam hari, hingga kami membunuh para anak-anak dan kaum wanita dari orang-orang Musyrik!" Beliau bersabda: "Mereka termasuk dari golongan musuh."
Shahih Muslim 3283: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Dinar] bahwa [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadanya dari [Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah] dari [Ibnu Abbas] dari [Ash Sha'b bin Jatsamah], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya, "Bagaimana jika ada pasukan berkuda menyerang musuh di malam hari, sehingga anak orang-orang Musyrik banyak yang ikut terbunuh?" Beliau menjawab: "Mereka seperti bapak-bapak mereka."
Shahih Muslim 3284: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Muhammad bin Rumh] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Al Laits] dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Nafi'] dari [Abdullah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membakar dan menebang kebun kurma milik (Yahudi) Bani Nadlir di Buwairah, lalu Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayat: '(Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah: dan Karena dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik) ' (Qs. Al Hasyr: 5).
Shahih Muslim 3285: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Manshur] dan [Hannad bin As Sarry] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Mubarak] dari [Musa bin 'Uqbah] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menebang dan membakar kebun kurma milik (Yahudi) Bani Nadlir, dalam peristiwa itu, Hassan sempat membaca sebait sya'ir: "Alangkah terhinanya tokoh-tokoh Bani Lu`aiy saat kebakaran melumat kebun kurma mereka yang berada di daerah Buwairah." Sehubungan dengan itu, maka turunlah ayat: '(Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya...) ' (Qs. Al Hasyr: 5).
Shahih Muslim 3286: Telah menceritakan kepada kami [Sahl bin Utsman] telah mengabarkan kepadaku [Uqbah bin Khalid As Sakuni] dari [Ubaidullah] dari [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membakar habis kebun kurma milik (Yahudi) Bani Nadlir."
Shahih Muslim 3287: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Mubarak] dari [Ma'mar]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi'] sedangkan susunan redaksi hadits ini berasal dari dia, telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam bin Munabbih] dia berkata: "Ini adalah beberapa hadits yang pernah diceritakan oleh [Abu Hurairah] kepada kami dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu dia menyebutkan beberapa hadits yang di antaranya adalah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dulu ada seorang Nabi dari para Nabi yang hendak berperang, lalu dia berkata kepada kaumnya: 'Janganlah ikut serta berperang bersamaku, yaitu orang yang telah menikah dan ingin menggauli isterinya, orang-orang yang sedang membangun rumah dan ia belum sempat menaikkan atapnya, atau orang yang telah membeli seekor kambing atau seekor unta bunting, sementara ia tengah menunggu kelahiran anak ternak tersebut'. Lalu Nabi tersebut berangkat berperang, menjelang waktu Ashar, ia telah sampai di suatu perkampungan, lalu dia berkata kepada Matahari: 'Hai Matahari, kamu diperintah dan aku pun diperintah'. Setelah itu dia berdo'a: 'Ya Allah, hentikanlah laju putaran matahari demi kepentingan urusanku'. Lalu matahari pun berhenti, hingga Allah dapat memenangkan mereka atas musuhnya. Setelah harta rampasan perang terkumpul menjadi satu, tiba-tiba api yang ingin menyambar harta rampasan tersebut tidak jadi menyambarnya. Lantas Nabi tersebut berkata: 'Di antara kalian pasti ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka hendaklah setiap orang dari berbagai kabila berbaiat kepadaku!. Maka, mereka pun berbaiat kepada Nabi tersebut dengan menjabat tangannya. Lalu dia berkata lagi, 'Di antara kalian pasti ada yang menyembunyikan harta rampasan, hendaknya setiap kabilah berbaiat kepadaku!. lalu dia menjabat tangan dua orang laki-laki atau tiga orang laki-laki sekaligus, lantas Nabi tersebut berkata: 'Kalian telah menyembunyikan harta rampasan'." Rasulullah melanjutkan: "Setelah itu mereka mengeluarkan seonggok emas sebesar kepala sapi dan menyerahkan kepada Nabi tersebut, lalu dia meletakkanya pada tumpukan harta rampasan yang berada di atas bukit. Tidak lama kemudian, api datang melahap harta rampasan tersebut." Setelah itu beliau bersabda: "Harta rampasan perang itu sama sekali tidak dihalalkann bagi salah seorang sebelum kita, karena Allah mengetahui kelemahan dan kekurangan kita, akhirnya Allah menghalalkannya atas kita."
Shahih Muslim 3288: Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Simak] dari [Mush'ab bin Sa'd] dari [ayahnya] dia berkata: "Ayahku, Sa'd, pernah mengambil pedang dari seperlima bagian ghanimah, lalu dia membawanya ke hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ayahku berkata: "Berikanlah pedang ini kepadaku." Namun Rasulullah enggan, maka Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayat: "Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, 'Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul) ' (Qs. Al Anfaal: 1).
Shahih Muslim 3289: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] sedangkan redaksi hadits ini lafadznya berasal dari Ibnu Mutsanna, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Simak bin Harb] dari [Mush'ab bin Sa'd] dari [ayahnya] dia berkata: "Ada empat ayat Al Qur'an yang turun dan menyinggung tentangku: aku pernah mendapatkan sebilah pedang, lalu aku membawanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seraya kukatakan, 'Wahai Rasulullah, berikanlah pedang itu kepadaku sebagai ghanimah'. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Letakkanlah pedang itu pada tempat di mana kamu mengambilnya." Kemudian ayahku berdiri dan berkata: "Wahai Rasulullah, berikanlah pedang ini kepadaku sebagai ghanimah." Maka beliau bersabda: "Letakkanlah pedang itu." Rupanya ayahku tetap berdiri dan berkata: "Wahai Rasulullah, berikanlah pedang itu kepadaku, niscaya aku akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya." Namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tetap bersabda: "Letakkanlah pedang itu pada tempat dimana kamu telah mengambilnya." Kemudian turunlah ayat berikut ini: '(Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul...) ' (Qs. Al Anfaal: 1).
Shahih Muslim 3290: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dia berkata: aku bacakan di hadapan [Malik]: dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim suatu pasukan ke negeri Najd, sedangkan aku termasuk dalam pasukan tersebut. Mereka kemudian memperoleh ghanimah berupa unta yang sangat banyak, sehingga masing-masing mereka mendapat bagian dua belas ekor atau sebelas ekor unta, bahkan setiap dari mereka mendapatkan tambahan satu ekor unta."
Shahih Muslim 3291: Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh] telah mengabarkan kepada kami [Laits] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim suatu pasukan menuju daerah Najd, sedangkan Ibnu Umar termasuk dalam prajurit tersebut. Lalu pasukan tersebut mendapatkan ghanimah yang banyak sehingga masing-masing dari mereka mendapatkan dua belas unta dan masih ditambah dengan satu unta lagi untuk setiap prajurit, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak merubah ketetapan tersebut."
Shahih Muslim 3292: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dan [Abdurrahim bin Sulaiman] dari [Ubaidullah bin Umar] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim suatu utusan ke negeri Najd, dan aku termasuk dari prajurit tersebut, saat itu kami mendapatkan ghanimah banyak sekali sehingga setiap kita mendapatkan dua belas ekor unta, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih menambahkan lagi satu ekor unta untuk setiap prajurit." Dan telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dan [Muhammad bin Al Mutsanna] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Yahya] -yaitu Al Qatthan- dari [Ubaidullah] dengan isnad ini." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Ar Rabi'] dan [Abu Kamil] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Ayyub]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu 'Adi] dari [Ibnu 'Aun] dia berkata: "Aku pernah menulis surat kepada Nafi' untuk menanyakan perihal bagian dari harta rampasan perang, lalu dia membalas suratku bahwa Ibnu Umar pernah ikut dalam suatu pasukan. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Musa]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Harun bin Sa'id Al Aili] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Usamah bin Zaid] mereka semua dari [Nafi'] dengan sanad ini, seperti hadits mereka."
Shahih Muslim 3293: Dan telah menceritakan kepada kami [Suraij bin Yunus] dan [Amru An Naqid] sedangkan lafadz haditnya dari Suraij, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Raja`] dari [Yunus] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [ayahnya] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membagi harta rampasan perang selain dari bagian kita yang seperlima, saat itu aku mendapatkan jatah seekor unta -yaitu unta yang telah berumur-." Dan telah menceritakan kepada kami [Hannad bin As Sari] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Mubarrak]. (dalam riwayat lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] keduanya dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dia berkata: [telah sampai kepadaku] dari [Ibnu Umar] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membagi harta rampasan perang kepada prajurit...seperti hadits riwayat Ibnu Raja`."
Shahih Muslim 3294: Dan telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik bin Shu'aib bin Laits] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dari [kakekku] dia berkata: telah menceritakan kepadaku ['Uqail bin Khalid] dari [Ibnu Syihab] dari [Salim] dari [Abdullah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberikan tambahan bagian dari harta rampasan perang kepada para anggota pasukan selain dari pembagian secara umum, sedangkan seperlima bagian dari seluruh harta rampasan wajib dibagikan."
Shahih Muslim 3295: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At Tamimi] telah mengabarkan kepada kami [Husyaim] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Umar bin Katsir bin Aflah] dari [Abu Muhammad Al Anshari] -murid Abu Qatadah- ia berkata berkata: [Abu Qatadah] berkata: lalu ia menceritakan hadits." Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Umar bin Katsir] dari [Abu Muhammad] bekas budak Abu Qatadah, bahwa [Abu Qatadah] berkata: lalu ia menyebutkan hadits tersebut." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu At Thahir] dan [Harmalah] sedangkan redaksi lafadz haditsnya dari dia, telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Wahb] dia berkata: aku mendengar [Malik bin Anas] berkata: telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Sa'id] dari [Umar bin katsir bin Aflah] dari [Abu Muhammad] bekas budak Abu Qatadah, dari [Abu Qatadah] dia berkata: "Kami pernah pergi berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam pertempuran Hunain, tatkala kami berhadapan dengan musuh, maka sebagian kaum Muslimin mundur. Aku melihat seorang laki-laki Musyrik sedang menguasai seorang Muslim, aku langsung berbalik sehingga aku dapat mendatanginya dari arah belakang. Kemudian aku penggal batang lehernya, akan tetapi seorang Musyrik tersebut berbalik kepadaku dan merangkulku dengan kuat, aku tahu kalau dia hampir mati, setelah dia tewas, baru aku dilepaskan. Setelah itu aku bertemu dengan Umar bin Khattab, dia bertanya kepadaku, "Bagaimana kondisi pasukan?" aku menjawab, "Itu urusan Allah." Kemudian orang-orang kembali, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk seraya bersabda: "Barangsiapa dapat membunuh seorang musuh, sedangkan dia memiliki seorang saksi, maka segenap perlengkapan si terbunuh boleh dimilikinya." Aku langsung berdiri dan berkata: "Siapa yang mau menjadi saksiku?" kemudian aku duduk kembali, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali bersabda seperti tadi. Lalu aku berdiri lagi sambil berkata: "Siapa yang mau menjadi saksi bagiku?" kemudian aku duduk kembali, dan beliau bersabda seperti itu untuk ketiga kalinya, maka aku pun berdiri kembali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya kepadaku: "Apa apa denganmu wahai Abu Qatadah?" lalu aku ceritakan kisah bagaimana aku telah membunuhh seorang musuh. Seorang anggota pasukan lantas angkat bicara, 'Abu Qatadah benar wahai Rasulullah! sedangkan perlengkapan orang yang dibunuhnya berada di tanganku, oleh karena itu suruhlah dia merelakan haknya untukku'. Abu Bakar berkata: "Jangan, demi Allah, tidaklah singa dari singa-singa Allah yang berjuang membela-Nya dan rasul-Nya, lalu harta rampasannya diberikan kepamu." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hal itu benar, oleh karena itu, berikanlah kepada Abu Qatadah apa telah yang menjadi haknya." Kemudian baju besinya aku jual, lalu aku belikan sebidang kebun di perkebunan Bani Salamah. Itulah harta yang aku peroleh di awal-awal Islamku." Dan dalam hadits Laits disebutkan: Abu Bakar berkata: "Sekali-kali tidak, (Allah) tidak memberikannya dengan maksud menyepelekan orang quraiys dan meninggalkan hak-hak singa dari singa-singa Allah." Dan dalam hadits Al Laits disebutkan, 'harta pertama yang aku dapatkan dalam Islam'."
Shahih Muslim 3296: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At Tamimi] telah mengabarkan kepada kami [Yusuf bin Al Majisyun] dari [Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf] dari [ayahnya] dari [Abdurrahman bin Auf] bahwa dia berkata: "Ketika aku berdiri dalam barisan tentara pada saat perang Badar, aku melihat ke samping kanan dan kiriku, ternyata aku berada di antara dua anak muda dari kaum anshar, padahal sebelumnya aku berangan-angan berada di antara dua orang yang lebih kuat daripada mereka berdua. Kemudian salah seorang dari keduanya memberi isyarat kepadaku dengan matanya seraya berkata: "Wahai paman, apakah paman mengetahui orang yang bernama Abu Jahal?" Aku menjawab, "Ya, lantas apa keperluanmu dengannya wahai anak saudaraku?" dia menjawab, "Aku mendapat kabar bahwa ia telah mencela Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika aku melihatnya maka aku tidak akan berpisah darinya sampai ada di antara kami yang menemui ajalnya." Abdurrahman melanjutkan, "Aku pun terkejut mendengarnya. Lalu seorang lainnya memberi isyarat kepadaku dengan matanya seraya bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tidak lama setelah itu, aku melihat Abu Jahal bergerak di antara kerumunan orang-orang sehingga aku berkata kepada keduanya, "Tidakkah kalian lihat, itulah orang yang kalian tanyakan kepadaku tadi." Abdurrahman melanjutkan, "Setelah itu mereka berdua segera memburunya dan memukulkan pedang mereka hingga akhirnya mereka berdua dapat membunuh Abu Jahal. Setelah membunhnya, keduanya kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberitahukan kepada beliau, maka beliau pun bertanya: 'Siapakah di antara kalian berdua yang telah membunuhnya? ' masing-masing dari mereka menjawab, 'Akulah yang telah membunuhnya! ' Beliau bersabda: 'Apakah kalian berdua telah membersihkan pedang kalian? ' Mereka berkata: 'Belum.' Beliaupun melihat kedua pedang itu sambil bersabda: 'Kalian berdua telah membunuhnya.' Kemudian beliau memberikan harta yang diambil dari musuh yang terbunuh kepada Mu'adz bin 'Amru bin Jamuh. Sedangkan kedua anak muda itu adalah Mu'adz bin 'Amru bin Jamuh dan Mu'adz bin 'Afra."
Shahih Muslim 3297: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir Ahmad bin 'Amru bin Sarh] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Mu'awiyah bin Shalih] dari [Abdurrahman bin Jubair] dari [ayahnya] dari ['Auf bin Malik] dia berkata: "Seorang laki-laki dari suku Himyar telah membunuh seorang musuh, lalu dia hendak mengambil harta dari musuh yang dibunuhnya, namun Khalid bin Walid mencegahnya, sebab dia adalah panglima dari laki-laki itu. Lalu 'Auf bin Malik melaporkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: "Apa alasanmu untuk tidak memberikan harta rampasannya?" Khlaid menjawab: "Dia sudah banyak aku beri wahai Rasulullah!" Beliau bersabda: "Berikanlah dia bagiannya!" Suatu ketika Khalid lewat di hadapan 'Auf, lalu 'Auf menarik kainnya dengan keras sambil berkata: "Apakah kamu tidak mendengar apa yang aku sampaikan dari putusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam? Ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar perkataanya 'Auf, lantas beliau marah kepadanya seraya bersabda: "Wahai Khalid, janganlah kamu memberinya, jangan kamu memberinya!" Kemudian beliau bersabda kepada 'Auf: "Mengapa tidak kamu serahkan saja kepadaku urusan dengan panglima-panglima yang aku angkat? Hanyasanya perumpamaanmu dengan perumpamaan mereka seperti penggembala unta atau kambing dengan hewan gembalaannya, bila waktu minum telah tiba, hewan-hewan itu dibawanya ke telaga, hewan-hewan tersebut lalu masuk ke dalam telaga dan meminum air yang bersih, hingga tinggalah air yang kotor. Air bersih untuk kalian dan air kotor untuk mereka." Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] telah menceritakan kepada kami [Shafwan bin 'Amru] dari [Abdurrahman bin Jubair bin Nufair] dari [Ayahnya] dari ['Auf bin Malik Al Asyja'i] dia berkata: aku keluar bersama Zaid bin Haritsah pada peperangan Mu'tah, tiba-tiba sekelompok tentara dari Yaman datang untuk membantuku, kemudian dia melanjutkan hadits tersebut sebagaimana hadits di atas, namun dalam hadits tersebut disebutkan: [Auf] berkata: Maka aku berkata: "Wahai [Khalid], apakah kamu tidak tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memutuskan bagi seorang yang membunuh akan mendapatkan barang rampasan musuh yang di bunuhnya?" Khalid menjawab: "Ya, namun aku telah banyak memberi."
Shahih Muslim 3298: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Umar bin Yunus Al Hanafi] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah bin 'Amar] telah menceritakan kepadaku [Iyyas bin Salamah] telah menceritakan kepadaku [Abu Salamah bin Al Akwa'] dia berkata: "Aku pernah ikut berperang bersama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke wilayah Hawazin. Ketika kami sedang makan siang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengendarai seekor unta yang berwarna merah. Setelah menderumkan unta dan melepaskan tali pengikatnya, laki-laki itu lalu ikut makan bersama kami -dengan melirik kesana kemari- selesai makan, sebagian di antara kami ada yang beristirahat karena meresa lelah setelah beberapa hari berada di atas kendaraanya, terlebih lagi bagi sebagian kami yang berjalan kami, tentunya lebih merasa lelah sekali. Tidak lama kemudian, lelaki itu berjalan keluar menuju kendaraan untanya dengan tergesa-gesa, setelah melepaskan tali ikatnya, ia naik ke atas punggung untanya seraya menariknya agar segera berlari dengan cepat. Tanpa kami sadari, rupanya ada seorang laki-laki lain yang mengendarai seekor unta berwarna kelabu tengah membuntutinya dari belakang. Salamah berkata: "Lantas aku bergegas keluar untuk menyusulnya dari belakang dengan mengendarai seekor unta, kemudian aku mengejarnya hingga aku dekat dengan untanya, hingga ketika aku berada di belakang untanya, aku langsung memegang tali kekang unta tersebut. Ketika aku berhasil menderumkan untanya dan kaki laki-laki tersebut menyentuh tanah, maka aku langsung menghunuskan pedang dan menebasnya hingga ia mati terkapar. Kemudian aku kembali dengan mengendarai unta sambil menuntun unta dan harta benda milik lelaki yang terbunuh itu. Ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya menyambut kedatanganku, beliau bersabda: "Siapakah yang membunuh laki-laki itu?" para sahabat menjawab, "Ibnu Akwa'." Beliau bersabda: "Dengan demikian, dia berhak mendapatkan seluruh harta orang yang di bunuhnya itu."
Shahih Muslim 3299: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Umar bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah bin 'Ammar] telah menceritakan kepadaku [Iyas bin Salamah] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dia berkata: "Aku pernah ikut berperang di wilayah Fazarah di bawah komando Abu Bakar yang telah diangkat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memimpin kami. Ketika jarak ke mata air hanya membutuhkan waktu beberapa saat, maka Abu Bakar memerintahkan kami agar beristirahat sejenak sambil mengarahkan strategi penyerangan, bagaimana seharusnya mendekati mata air tersebut dan menyerang serta menawan tawanan. Lalu aku sempat melihat di antara mereka (musuh) ada tawanan dari anak-anak dan wanita. Karena merasa khawatir mereka akan mendaki gunung terlebih dahulu, maka aku menghujani dengan anak panah ke arah rombongan musuh yang berada di sekitar gunung. Begitu melihat anah panah melesat ke arah mereka, mereka pun berhenti dan aku pun meringkus mereka. Ternyata di antara mereka terdapat seorang wanita dari Bani Fazarah yang mengenakan penutup kepala yang terbuat dari kulit, ditemani dengan anak gadisnya yang cantik rupawan di antara bangsa Arab. Kemudian aku menyerahkannya kepada Abu Bakar, lalu Abu Bakar memberikan anak gadisnya kepadaku sebagai harta ghanimah. Setelah itu kami pulang dan tiba di Madinah, dan aku juga belum sempat menggauli gadis tersebut. Ketika aku berada di pasar, aku berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau langsung bersabda kepadaku: "Wahai Abu Salamah, berikanlah anak gadis kemarin kepadaku!" Maka aku menjawab, "Wahai Rasulullah, demi Allah sungguh ia telah menakjubkanku, namun aku belum sempat menggaulinya." Kemudian di esok harinya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku di pasar seraya bersabda kepadaku: "Wahai Salamah, berikanlah anak gadis kemarin kepadaku!" Maka aku berkata: "Dia untukmu wahai Rasulullah, demi Allah aku belum pernah menggaulinya." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimkan gadis tersebut ke Makkah sebagai tebusan pasukan kaum Muslimin yang tengah ditawan di sana."
Shahih Muslim 3300: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Hanbal] dan [Muhammad bin Rafi'] kemduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam bin Munabbih] dia berkata: hal ini sebagaimana yang pernah diceritakan oleh [Abu Hurairah] kepada kami dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian dia menyebutkan beberapa hadits yang di antaranya adalah, bahwa Abu Hurairah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Negeri mana saja yang kalian taklukkan tanpa pertempuran, maka kalian mendapatkan bagian atas harta rampasannya, dan negeri mana saja yang kalian taklukan dengan peperangan, maka seperlima harta rampasanya untuk Allah dan Rasul-Nya, kemudian sisanya untuk kalian semua."
Shahih Muslim 3301: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dan [Muhammad bin 'Abbad] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Ishaq bin Ibrahim] dan ini adalah lafadz Ibnu Abu Syaibah, Ishaq berkata: telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang lainnya mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Amru] dari [Az Zuhri] dari [Malik bin Aus] dari [Umar] dia berkata: "Harta benda bani Nadlir adalah fai' (harta rampasan) yang Allah berikan kepada Rasul-Nya tanpa mengharuskan kaum Muslimin untuk mengarahkan seekor kuda atau unta pun (untuk berperang). Hal itu khusus diberikan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dari fai' tersebut beliau memberi nafkah kepada keluarganya selama setahun, selebihnya beliau berikan untuk persiapan kendaraan dan persenjataan dalam jihad fi sabilillah." Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dia berkata: telah mengabarkan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dengan isnad ini."
Shahih Muslim 3302: Dan telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad bin Asma Adl dluba'i] telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah] dari [Malik] dari [Az Zuhri] bahwa [Malik bin Aus] telah menceritakan kepadanya, katanya, " [Umar bin Khattab] mengundangku, lalu aku datang kepadanya ketika hari mulai panas." Malik bin Aus berkata: "Aku menemukan dia di rumahnya sedang duduk di atas ranjang yang langsung menyentuh tanah, dan bertelekan di atas bantas yang terbuat dari kulit." Dia berkata kepadaku, "Wahai Malik, sesungguhnya kaummu bersama keluarganya telah datang dengan perjalanan yang sangat cepat. Dan aku telah memerintahkan untuk membagikan sesuatu kepada mereka, oleh karena itu bagikanlah (harta rampasan) kepada mereka." Malik bin Aus berkata: "Aku berkata: "Lebih baik anda memerintahkan orang lain selainku." Umar berkata: "Ambillah wahai Malik." Malik bin Aus berkata: "Lalu datanglah Yarfa seraya berkata: "Wahai Amirul Mukminin, apakah [Utsman bin 'Affan], [Abdurrahman bin 'Auf], [Zubair bin 'Awwam] dan [Sa'd] boleh masuk?" Umar menjawab, "Ya, persilahkanlah mereka masuk." Kemudian mereka masuk, setelah itu Yarfa datang lagi saraya berkata: "Apakah [Ali] dan [Abbas] boleh masuk?" Umar menjawab, "Ya, boleh." Keduanya pun diizinkan masuk. Lalu Abbas berkata: "Wahai Amirul Mukminin, berilah keputusan hukum antara aku dengan pendusta, pengkhianat dan pendosa ini." Maka sebagian kaum berkata: "Benar wahai Amirul Mukminin, berilah keputusan terhadapnya dan selesaikanlah urusannya." Malik bin Aus berkata: "Aku berperasangka bahwa Abbas dan Ali yang menggiring rombongan terebut datang." Umar berkata: "Tenanglah kalian berdua, aku memohon kebaikan untuk kalian kepada Allah yang atas izin-Nya berdiri langit dan bumi, apakah kalian tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Kami tidak mewarisi sesuatu pun, dan yang kami tinggalkan hanya berupa sedekah." Mereka menjawab, "Benar." Kemudian Umar menghadap kepada Ali dan Abbas seraya berkata: "Aku memohon kebaikan untuk kalian kepada Allah yang atas izin-Nya berdiri langit dan bumi, apakah kalian tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Kami tidak mewarisi sesuatu pun, dan yang kami tinggalkan hanya berupa sedekah." Abbas dan Ali berkata: "Ya, benar." Umar lantas berkata: "Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla memberikan kekhususan kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak diberikan kepada orang lain, Allah berfirman: '(Dan apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya maka harta tersebut untuk Allah dan rasul-Nya …) ' (Qs. Al Hasyr: 7) -aku tidak tahu apakah Umar membaca ayat sebelumnya ataukah tidak-, Umar berkata: "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagi harta Bani Nadlir kepada kalian. Demi Allah, beliau tidak membuat pemberian itu untuk dirinya sendiri tanpa kalian, sehingga harta itu masih tersisa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengambil harta tersebut untuk menafkahi keluarganya selama setahun, dan selebihnya beliau menjadikan sebagai harta untuk kemaslahatan umum." Kemudian Umar berkata: "Aku bertanya kepada kalian semua dengan izin Allah yang atas izin-Nya langit dan bumi berdiri, apakah kalian telah mengetahui hal itu?" mereka menjawab, "Ya, benar." Kemudian dia menghadap ke arah Abbas dan Ali sebagaimana perkataannya kepada rombongan kaum tersebut, "Apakah kalian berdua mengetahui hal itu?" keduanya menjawab, "Ya, benar." Umar melanjutkan, "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, [Abu Bakar] berkata: "Aku adalah pengganti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian masing-masing dari kalian berdua meminta harta peninggalannya dari anak pamanmu sedangkan yang ini (Ali) menuntut warisan isterinya dari ayahnya, maka Abu Bakar berkata: "Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Kami tidak mewarisi sesuatu apapun, namun yang kami tinggalkan hanyalah berupa sedekah." Apakah kalian berdua melihatnya ia seorang pendusta, pendosa dan seorang pengkhianat! Demi Allah, Dia tahu bahwa Abu Bakar adalah orang yang jujur, baik, berakal dan patuh terhadap kebenaran, setelah Abu Bakar wafat, maka akulah pengganti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan pengganti Abu Bakar, maka apakah kalian berdua melihatku seorang pendusta, pendosa dan seorang pengkhianat! Demi Allah, Dia lebih tahu bahwa aku adalah orang yang jujur, baik dan berakal serta mengikuti kebenaran, namun kalian berdua berpaling dariku. Kemudian datang kepadaku, kamu berdua dan ini dan semuanya datang sedangkan perkara kalian hanya satu. Kalian berdua bertanya kepadaku, lalu aku menjawab, "Jika kalian ingin bagian tersebut aku bagikan kepada kalian, maka kalian harus menggunakannya sesuai dengan yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan kalian mengambil bagian itu sesuai dengan perjanjian yang ada. Tetapi, sekarang kalian datang kepadaku agar aku memberikan keputusan di antara kalian berdua dengan keputusan yang tidak sesuai dengan perjanjian itu. Demi Allah, aku tidak akan memberikan keputusan selain sesuai dengan perjanjian tersebut hingga hari Kiamat. Jika kalian tidak mampu memenuhi persyaratan itu, maka kembalikanlah bagian itu kepadaku." Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Muhammad bin rafi'] dan [Abd bin Humaid], [Ibnu Rafi'] berkata: telah menceritakan kepada kami, sedangkan yang dua mengatakan: telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Malik bin Aus bin Al Haddatsan] dia berkata: "Umar bin Khattab mengutus kepadaku seraya berkata: "Sesungguhnya orang-orang dari beberapa keluarga dari kaummu …seperti hadits Malik, namun dalam haditsnya disebutkan, "Dengannya beliau menafkahi keluarganya selama setahun." Dan sepertinya Ma'mar mengatakan, "Beliau memberikan nafkah darinya kepada keluarganya selama setahun, kemudian beliau menjadikan sisa dari harta tersebut sebagai harta Allah Azza Wa Jalla."
Shahih Muslim 3303: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dia berkata: aku telah membacakan di hadapan [Malik]: dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah] dari ['Aisyah] bahwa dia berkata: "Setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, para isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah hendak mengutus Utsman bin Affan untuk menemui Abu Bakar dan meminta bagian dari harta peninggalan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka 'Aisyah berkata kepada mereka, "Tidakkah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Kami tidak meninggalkan harta peninggalan kecuali hal itu hanya sebagai sedekah."
Shahih Muslim 3304: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah mengabarkan kepada kami [Hujain] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari ['Uqil] dari [Ibnu Syihab] dari ['Urwah bin Zubair] dari ['Aisyah], bahwa dia telah mengabarkan kepadanya bahwa Fatimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus seseorang untuk menemui [Abu Bakar], dia meminta supaya diberi bagian dari harta peninggalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Kota Madinah dan Fadak dan seperlima hasil rampasan perang Khaibar yang masih tersisa. Maka Abu Bakar menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Sesungguhnya harta peninggalan kami tidak dapat diwarisi, yang kami tinggalkan hanya berupa sedekah, dan keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam hanya boleh menikmati sedekah itu." Demi Allah, aku tidak berani merubah sedikitpun sedekah yang telah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetapkan, aku akan tetap membiarkan seperti pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku akan tetap melaksanakan apa yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Ternyata Abu Bakar tetap menolak permintaan Fatimah, oleh karena itu Fatimah sangat gusar dan marah atas tindakan Abu Bakar mengenai hal itu." Urwah melanjutkan, "Sampai-sampai Fatimah enggan menyapanya -tidak mengajaknya berbicara- hingga ajal menjemputnya, tepatnya enam bulan setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika Fatimah meninggal dunia, jenazahnya dimakamkan oleh suaminya sendiri, Ali bin Abu Thalib, pada malam hari tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada Abu Bakar. Setelah itu Ali pulalah yang menshalatkan jenazah Fatimah. Ketika Fatimah masih hidup, banyak orang menaruh hormat kepada Ali, tetapi hal itu mulai berubah ketika Fatimah telah meninggal dunia. Lalu dia mulai berfikir untuk segera berdamai dengan Abu Bakar sekaligus membai'atnya, karena beberapa bulan dia tidak sempat menemuinya untuk membai'atnya. Setelah itu, Ali menulis surat kepada Abu Bakar yang isinya, "Aku mengrapkan kamu datang menemuiku, namun jangan sampai ada seorang pun yang ikut menemuimu." -sepertinya Ali tidak suka jika Abu Bakar ditemani Umar bin Khattab- Umar lalu berkata kepada Abu Bakar, "Demi Allah, janganlah kamu menemuinya seorang diri." Abu Bakar menjawab, "Aku yakin, Ali tidak akan berbuat macam-macam kepadaku, demi Allah, aku akan tetap menemuinya." Dengan penuh keyainan, akhirnya Abu Bakar pergi menemui Ali, ketika bertemu, Ali bin Abu Thalib langsung bersaksi kepadanya (maksudnya membai'atnya) seraya berkata: "Wahai Abu Bakar, sesungguhnya aku telah mengetahui segala keutamaan dan kebaikan yang Allah anugerahkan kepadamu, dan aku tidak merasa iri dan dengki pada anugerah yang Allah limpahkan kepadamu. Akan tetapi menurutku, kamu telah berbuat sewenang-wenang terhadapku, sebagai keluarga terdekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, semestinya aku mempunyai hak untuk memperoleh harta peninggalan beliau." Ucapan-ucapan Ali begitu derasnya kepada Abu Bakar hingga tak terasa Abu Bakar meneteskan air matanya. Dengan perasaan haru, Abu Bakar menjelaskan kepadanya, katanya, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sebenarnya keluarga dan kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jauh lebih aku cintai daripada keluarga aku sendiri. Mengenai harta peninggalan yang tengah kita perselisihkan ini, sebenarnya aku selalu berusaha bersikap adil dan bijaksana serta berpijak kepada kebenaran. Dan aku tidak akan meninggalkan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan aku akan tetap mempertahankannya." Maka Ali berkata kepada Abu Bakar, "Walau bagaimanapun aku akan tetap membai'atmu nanti sore." Seusai melaksanakan shalat dhuhur, Abu Bakar langsung naik ke atas mimbar, setelah membaca syahadat, ia pun mencoba menjelaskan kepada kaum Muslimin yang hadir pada saat itu, masalah keterlambatan Ali untuk berbai'at beserta alasannya, kemudian dia membaca istighfar. Setelah itu, tibalah giliran Ali bersaksi dan menghormati sikap Abu Bakar, Ali menyatakan bahwa dia tidak merasa iri dan dengki sama sekali terhadap keutamaan dan kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada Abu Bakar, akan tetapi -lanjut Ali-, "Kami keluarga terdekat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat bahwa beliau berlaku tidak adil terhadap keluarga kami, terutama dalam hal harta rampasan perang peninggalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jadi sudah menjadi hak kami untuk menuntut hak tersebut." Mayoritas kamu Muslimin yang hadir saat itu merasa gembira mendengar pernyataan Ali, mereka berkata: "Benar yang kamu ucapkan." Akhirnya Ali menjadi lebih dekat dengan kaum Muslimin setelah dia berani mengungkapkan perkara itu." Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Muhammad bin Rafi'] serta [Abd bin Humaid], Ibnu Rafi' mengatakan: telah menceritakan kepada kami, sedangkan yang dua mengatakan: telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] dari ['Aisyah] bahwa Fatimah dan Abbas pernah mendatangi [Abu Bakar] untuk meminta bagian dari harta peninggalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, saat itu keduanya meminta kembali tanah Fadak dan bagian harta warisan dari peninggalan Khaibar. Maka Abu Bakar berkata kepada keduanya, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam …kemudian dia melanjutkan hadits tersebut sebagaimana makna hadits 'Uqail dari Az Zuhri, namun dia menyebutkan, "Kemudian Ali berdiri dan menghormati hak-hak Abu Bakar, dia juga menyebutkan keutamaan dan kelebihannya, setelah itu dia menemui Abu Bakar dan membai'atnya, saat itu orang-orang menerima Ali dengan perasaan gembira, mereka berkata: "Kamu banar dan telah melakukan suatu kebaikan." Saat itu orang-orang menjadi lebih dekat dengan Ali setelah dia berani mengungkapkan perkara itu."
Shahih Muslim 3305: Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [ayahku]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dan [Al Hasan bin Ali Al Khulwani] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] -yaitu Ibnu Ibrahim- telah menceritakan kepada kami [ayahku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku ['Urwah bin Zubair] bahwa ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan kepadanya bahwa Fatimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meminta bagian dari harta peninggalan ayahnya kepada [Abu Bakar], setelah wafat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu Bakar lalu menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Harta warisan yang aku tinggalkan tidak dapat diwariskan, tetapi hanya merupakan sedekah." 'Urwah berkata: "Fatimah hidup selama enam bulan setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia selalu meminta bagian harta peninggalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Bakar dari rampasan perang yang masih tersisa di daerah Khaibar, yaitu fadak dan di kota Madinah. Namun Abu Bakar tetap menolaknya seraya berkata: "Aku tidak berani merubah sedikitpun apa yang telah ditetapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku tetap akan melakukan seperti apa yang telah beliau lakukan. Sungguh, aku khawatir jika aku menyalahi perintahnya, aku akan condong kepada kesesatan." Adapun sedekahnya di Madinah, maka Umar tetap mempertahankannya dari Ali dan Abbas, begitu juga tanah Fadak, dia berkata: "Keduanya adalah sedekah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang harus ditunaikan hak-haknya, yaitu sedekah yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sedangkan keduanya berjalan seperti itu sampai hari ini."
Shahih Muslim 3306: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dia berkata: aku membacakan di hadapan [Malik]: dari [Abu Az Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Harta warisanku tidak dapat dibagikan satu dinar pun. Harta yang aku tinggalkan selain untuk nafkah isteri-isteriku dan memberi upah kepada para pekerja adalah sedekah." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yahya bin Abu Umar Al Makki] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Az Zinad] dengan isnad seperti ini."
Shahih Muslim 3307: Dan telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abu Khalaf] telah menceritakan kepada kami [Zakaria bin 'Adi] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Mubarak] dari [Yunus] dari [Az Zuhri] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Kami tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkanadalah sedekah."
Shahih Muslim 3308: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Kamil Fudlail bin Husain] keduanya dari [Sulaim], [Yahya] berkata: telah mengabarkan kepada kami [Sulaim bin Akhdlar] dari ['Ubaidullah bin umar] telah menceritakan kepada kami [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagikan harta rampasan perang untuk tentara berkuda dua bagian, sedangkan untuk tentara pejalan kaki satu bagian." Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah] dengan isnad seperti ini, namun dia tidak menyebutkan, "Nafl (harta rampasan)."
Shahih Muslim 3309: Telah menceritakan kepada kami [Hannad bin Sari] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Al Mubarak] dari [Ikrimah bin Ammar] telah menceritakan kepadaku [Simak Al Hanafi] dia berkata: aku mendengar [Ibnu Abbas] berkata: telah menceritakan kepadaku [Umar bin Khattab] berkata: "Ketika perang Badr." (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dan ini adalah lafadz dia, telah menceritakan kepada kami [Umar bin Yunus Al Hanafi] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah bin 'Ammar] telah menceritakan kepadaku [Abu Zumail] -yaitu Simak Al Hanafi- telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Abbas] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Umar bin Khattab] dia berkata: "Saat terjadi perang Badr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat pasukan orang-orang Musyrik berjumlah seribu pasukan, sedangkan para sahabat beliau hanya berjumlah tiga ratus Sembilan belas orang. Kemudian Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapkan wajahnya ke arah kiblat sambil menengadahkan tangannya, beliau berdo'a: "ALLAHUMMA ANJIS LII MAA WA'ADTANI, ALLAHUMMA AATI MAA WA'ADTANI, ALLAHUMMA IN TUHLIK HAADZIHIL 'ISHAABAH MIN AHLIL ISLAM LA TU'BAD FIL ARDLI (Ya Allah, tepatilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mua di muka bumi ini).' Demikianlah, beliau senantiasa berdo'a kepada Rabbnya dengan mengangkat tangannya sambil menghadap ke kiblat, sehingga selendang beliau terlepas dari bahunya. Abu Bakar lalu mendatangi beliau seraya mengambil selendang dan menaruhnya di bahu beliau, dan dia selalu menyeratai di belakang beliau." Abu Bakar kemudian berkata: "Ya Nabi Allah, cukuplah kiranya anda bermunajat kepada Allah, karena Dia pasti akan menepati janji-Nya kepada anda." Lalu Allah menurunkan ayat: '((ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut) ' (Qs. Al Anfaal: 9), Allah lalu membantunya dengan tentara Malaikat." Abu Zumail berkata: "Ibnu Abbas menceritakan kepadaku, dia katakan, "Pada hari itu, ketika seorang tentara Islam mengejar tentara Musyrikin yang berada di hadapannya, tiba-tiba terdengar olehnya bunyi suara cemeti di atas kepala seorang Musyrik itu, dan suara seorang penunggang kuda berkata: "Majulah terus wahai Haizum!. Tanpa diduga, seorang Musyrik yang berada di hadapannya telah mati terkapar dengan hidungnya bengkak, dan mukanya terbelah seperti bekas pukulan cambuk serta seluruh tubuhnya menghijau. Lalu tentara Muslim itu datang melaporkan peristiwa yang baru saja dialaminya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: "Kamu benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga." Pada hari itu, tentara kaum Muslimin dapat membunuh tujuh puluh tentara kaum Musyrikin, dan berhasil menawan tujuh puluh orang tawanan." Abu Zumail melanjutkan, "Ibnu Abbas berkata: "Tatkala tawanan telah mereka tahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakar dan Umar: "Bagaimana pendapat kalian mengenai tawanan ini?" Abu Bakar menjawab, "Wahai Nabi Allah, mereka itu adalah anak-anak paman dan masih famili kita, aku berpendapat, sebaiknya kita pungut tebusan dari mereka. Dengan begitu, kita akan menjadi kuat terhadap orang-orang kafir, semoga Allah menunjuki mereka supaya masuk Islam." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Bagaimana pendapatmu wahai Ibnul Khattab?" Aku menjawab, "Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak setuju dengan pendapat Abu Bakar. Menurutku, berilah aku kesempatan untuk memenggal leher mereka, berilah kesempatan kepada Ali supaya memenggal leher 'Uqail, dan berilah kesempatan kepadaku supaya memenggal leher si fulan -maksudnya saudaranya sendiri-, karena mereka adalah para pemimpin kaum kafir dan pembesar-pembesar mereka." Akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyetujui pendapat Abu Bakar dan tidak menyutujui pendapatku. Di keesokan harinya, aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku dapati beliau sedang duduk menangis berdua dengan Abu Bakar, lalu aku berkata: "Ceritakanlah kepadaku, apa sebabnya anda berdua menangis? Jika bisa menangis maka aku akan menangis, jika tidak bisa maka aku akan pura-pura menangis untuk kalian." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku menangis karena tebusan yang dipungut sahabatmu terhadap para tawanan itu, lebih murah daripada harga kayu ini." -yaitu kayu yang berada didekat Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam- Lalu Allah Azza wa jalla menurunkan ayat: "…Tidak pantas bagi seorang Nabi mempunyai seorang tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi ini…-hingga firman Nya- maka makanlah olehmu sebagian harta rampasan) ' (Qs. Al Nafaal: 67-69). Karena itulah Allah menghalalkan harta rampasan buat mereka."
Shahih Muslim 3310: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Sa'id bin Abu Sa'id] bahwa dia pernah mendengar [Abu Hurairah] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim pasukan berkuda ke negeri Najd, lantas mereka dapat menawan dan membawa seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal seorang tokoh penduduk Yamamah. Mereka mengikat tawanan tersebut di salah satu tiang masjid, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menemuinya seraya bersabda: "Apa kabarmu wahai Tsumamah?" dia menjawab, "Kabarku baik-baik saja wahai Muhammad, jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta katakan saja, aku akan berikan berapa yang kamu kehendaki." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkannya. Keesokan harinya, beliau bertanya lagi: "Apa kabar wahai Tsumamah?" dia menjawab, "Kabarku sebagaimana yang telah kukabarkan kepadamu, jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta katakan saja, aku akan berikan berapa yang kamu kehendaki." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkannya. Keesokan harinya, beliau bertanya lagi: "Apa kabar wahai Tsumamah?" dia menjawab, "Kabarku sebagaimana yang telah kukatakan kepadamu, jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta katakan saja, aku akan berikan berapa yang kamu kehendaki." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bebaskanlah Tsumamah!" Kemudian dia pergi ke suatu batang pohon kurma dekat masjid, lalu dia mandi dan masuk masjid seraya berkata: "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai Muhammad, demi Allah, tadinya tidak ada seraut wajah yang paling aku benci di muka bumi ini selain wajahmu, akan tetapi kini wajahmulah yang paling aku cintai di antara seluruh wajah. Demi Allah, tadinya tidak ada agama yang paling aku benci selain agamamu, akan tetapi kini agamamulah yang paling aku cintai daripada seluruh agama. Dulunya tidak ada negeri yang paling aku benci selain negerimu, akan tetapi kini tidak ada negeri yang paling aku cintai daripada negeri ini. Ketika pasukan berkuda menangkapku, aku bermaksud hendak pergi umrah, sekarang bagaimana pendapatmu?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan berita gembira kepadanya, sesudah itu beliau menyuruhnya pergi umrah. Sesampainya tiba di Makkah, orang-orang bertanya kepadanya, "Apakah kamu telah pindah agama?" dia menjawab, "Tidak, akan tetapi aku memeluk agama Islam bersama-sama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Demi Allah janganlah kalian mengharap, sebiji gandumpun tidak akan datang kepada kalian dari Yamamah sebelum kalian mendapat izin dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar Al Hanafi] telah menceritakan kepadaku [Abdul Hamid bin Ja'far] telah menceritakan kepadaku [Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi] bahwa dia mendengar [Abu Hurairah] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim pasukan berkuda menuju ke arah Najd, lalu tentara tersebut membawa seorang laki-laki yang bernama Tsumamah bin Utsal Al Hanafi, seorang tokoh penduduk Yamamah…lalu dia melanjutkan hadits tersebut seperti hadits riwayat Laits, namun dia menyebutkan, "Jika kamu membunuhku, berarti kamu telah menumpahkan darah."
Shahih Muslim 3311: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Sa'id bin Abu Sa'id] dari [ayahnya] dari [Abu Hurairah] bahwa dia berkata: "Ketika kami berada dalam masjid, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan bersabda: "Mari kita pergi ke pemukiman orang-orang Yahudi." Lalu kami pergi bersama beliau, setelah kami sampai di pemukiman mereka, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di hadapan mereka dan berseru: "Wahai kaum Yahudi, masuk Islamlah kalian niscaya kalian akan selamat." Mereka lalu menjawab, "Wahai Abu Qasim, kamu telah sampaikan itu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menimpali: "Itu yang aku inginkan. Masuk Islamlah kalian akan selamat. Mereka menjawab, "Kamu telah sampaikan itu wahai Abu Qasim." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Begitulah yang kami inginkan." Beliau mengulang seruan tersebut sampai tiga kali. Sesudah itu, beliau bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah dan Rasul-Nya, oleh karena itu aku mengusir kalian dari negeri ini, barangsiapa masih memiliki harta di antara kalian, hendaknya dijual, jika tidak maka ketahuilah, bahwa bumi ini adalah milik Allah dan Rasul-Nya."
Shahih Muslim 3312: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] dan [Ishaq bin Manshur], [Ibnu Rafi'] berkata: telah menceritakan kepada kami, sedangkan [Ishaq] berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] dari [Musa bin 'Uqbah] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar], bahwa kaum Yahudi Bani Nadlir dan Bani Quraidzah hendak memerangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliaupun mengusir Bani Nadlir dan membiarkan Bani Quraidzah (tetap berada di Madinah-pent) sampai akhirnya mereka memerangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah itu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun membunuh para kaum lelaki dari mereka, lalu para wanita, anak-anak, dan harta benda mereka beliau bagikan kepada kaum muslimin. Namun sebagian mereka ada yang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta jaminan keamanan dan masuk Islam. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengeluarkan seluruh kaum Yahudi yang ada di Madinah, baik itu Bani Qainuqa', para pengikut Abdullah bin Salam, Bani Haritsah, dan semua kaum Yahudi yang ada di Madinah tanpa terkecuali." Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah menceritakan kepadaku [Hafsh bin Maisarah] dari [Musa] dengan sanad yang sama seperti ini. Hadits ini dan juga hadits Ibnu Juraij lebih banyak dan lebih lengkap."
Shahih Muslim 3313: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Ad Dlahak bin Makhlad] dari [Ibnu Juraij]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] dan ini adalah lafadz dari dia, telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] telah menceritakan kepadaku [Abu Az Zubair] bahwa dia pernah mendengar [Jabir bin Abdullah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Umar bin Khattab] bahwa dia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh, aku akan mengeluarkan orang-orang Yahudi dan Nashrani dari jazirah arab, hingga tidak ada yang tersisa kecuali orang-orang Muslim." Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin 'Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan At tsauri]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Salamah bin Syabib] telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin A'yan] telah menceritakan kepada kami [Ma'qil] -yaitu Ibnu 'Ubadillah- keduanya dari [Abu Az Zubair] dengan isnad seperti ini."
Shahih Muslim 3314: Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] sedangkan lafadz mereka saling berdekatan, [Abu Bakar] berkata: telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah], sedangkan yang dua orang berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sa'd bin Ibrahim] dia berkata: aku pernah mendengar [Abu Umamah bin Sahl bin Hanif] berkata: aku pernah mendengar [Abu Sa'id Al Khudri] berkata: "Penduduk Bani Quraizhah tunduk kepada hukum Sa'd bin Mu'adz, lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus seseorang menemui Sa'd (agar ia datang menemui beliau), maka Sa'd pun datang menemui beliau dengan mengendarai seekor keledai. Ketika Sa'd telah dekar dengan masjid, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru kepada orang-orang Anshar: "Berdirilah kalian untuk pemuka kalian." Atau bersabda: "Untuk orang yang terbaik kalian." Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka semua menanti keputusan darimu." Sa'd lalu berkata: "Sesungguhnya aku memutuskan untuk membunuh semua yang ikut berperang dan menawan anak-anak mereka." Abu Sa'id berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: "Sungguh kamu telah memutuskan dengan hukum Allah." Atau beliau bersabda: "Kamu telah memutuskan sesuai dengan hukum Raja (Allah)." Namun Ibnu Mutsanna tidak menyebutkan kalimat 'Atau beliau bersabda: 'Kamu telah memutuskan sesuai dengan hukum Raja (Allah) '." Dan telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dari [Syu'bah] dengan isnad ini, dan dia menyebutkan dalam haditsnya, "Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh kamu telah menghukumi di antara mereka dengan hukum Allah." Dan sesekali beliau bersabda: "Sungguh, kamu telah menghukumi dengan hukum Raja (Allah)."
Shahih Muslim 3315: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani] keduanya dari [Ibnu Numair], [Ibnu 'Ala] berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [ayahnya] dari ['Aisyah] dia berkata: "Pada waktu perang Khandaq Sa'd dipanah oleh seorang laki-laki Quraisy bernama Ibnu 'Ariqah, dia terkena panah tepat pada urat nadinya. Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendirikan kemah untuknya yang letaknya berdekatan dengan masjid, sehingga sewaktu-waktu beliau dapat menjenguknya. Sekembalinya dari perang Khandaq, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam langsung meletakkan senjatanya, saat beliau mandi dan membersihkan badannya, Jibril datang dan meniup kepala beliau dari debu. Jibril bertanya, "Apakah anda meletakkan senjata (untuk berdamai)? Demi Allah, kita tidak boleh meletakkan senjata, keluar dan perangilah mereka." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda: "Kemana aku harus keluar?" Jibril lalu memberikan isyarat kepada beliau untuk pergi ke perkampungan kaum Yahudi Bani Quraizhah. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama dengan kaum Muslimin memerangi mereka. Akhirnya mereka takluk dan tunduk kepada keputusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan keputusan tersebut kepada Sa'd. Selanjutnya Sa'd berkata: "Sesungguhnya aku memutuskan untuk membunuh semua yang turut serta dalam peperangan, menawan anak-anak dan kaum wanita, serta membagi-bagikan harta benda mereka." Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dia berkata: [ayahku] berkata: "Aku lalu kabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh, kamu telah menghukumi perkara mereka dengan hukum Allah."
Shahih Muslim 3316: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] dari [Hisyam] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dari ['Aisyah] bahwa Sa'd berkata -ketika penyakit yang dideritanya semakin parah-, dia katakan, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa tidak ada sesuatupun yang paling saya cintai melainkan berjihad di jalan-Mu untuk memerangi orang-orang yang mendustakan Rasul-Mu shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengusir beliau. Ya Allah, jika masih tersisa peperang dengan orang-orang Quraisy, maka tetapkanlah saya hidup supaya dapat memerangi mereka di jalan-Mu. Sungguh, saya yakin bahwa Engkau telah menetapkan peperangan antara kami dan mereka, maka jika Engkau telah menetapkan peperangan antara kami dengan mereka, jadikanlah matiku di dalam peperang tersebut." Darah pun semakin deras mengucur dari luka Sa'd, namun para sahabat tidak menyadarinya. Sedangkan dalam Masjid terdapat tenda dari Bani Ghifar, sehingga darah tersebut terus mengalir sampai kepada mereka yang ada di tenda, maka mereka berkata: "Wahai penghuni tenda, darah apa yang mengalir dari arah kalian?" Ternyata luka Sa'd lah yang mengalirkan darah, hingga dia wafat karenanya." Dan telah menceritakan kepada kami [Ali bin Al Husain bin Sulaiman Al Kufi] dan telah menceritakan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dengan sanad ini, seperti hadits tersebut. Hanya saja ia menyebutkan, "Malam itu lukanya terus mengeluarkan darah hingga ia pun meninggal, dan dalam hadits ditambahkan, ia berkata "Yang demikian itu, ketika seorang penyair bersenandung, "Ketahuilah wahai Sa'd, Quraizhah dan Nadlir tidak berbuat sesuatu terhadap Sa'd bani Mu'adz. Demi umurmu, bahwa Sa'd bani Mu'adz berpagi-pagi menanggung kepedihan sedang dia tetap bersabar. Kalian tinggalkan periuk kalian yang tidak terisi, sedang periuk orang lain mendidih di atas tungku. Al karim Abu Hubab telah berkata: tinggallah wahai bani Qainuqa' jangan bergerak. #Di negri sendiri mereka merasa penat, sebagiamana mereka penat di Mithan ash Shukhur."
Shahih Muslim 3317: Dan telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad bin Asma Ad Bua'i] telah menceritakan kepada kami [Juwairiyah bin Asma] dari [Nafi'] dari [Abdullah] dia berkata: "Ketika kami telah kembali dari perang Ahzab, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berseru kepada kami: "Hendaklah tidak ada seorangpun yang melaksanakan shalat zhuhur kecuali jika ia telah sampai di tempat Bani Quraizhah." Lalu sebagian sahabat ada yang khawatir akan habisnya waktu shalat, sehingga mereka melaksanakannya sebelum memasuki daerah Bani Quraizhah. Sedangkan yang lainnya berkata: "Kami tidak akan melaksanakan shalat kecuali pada tempat yang telah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pesankan untuk kami, meskipun waktu shalat telah habis." Abdullah berkata: "Dan ternyata beliau tidak mencela salah satu dari kedua kelompok tersebut."
Shahih Muslim 3318: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir] dan [Harmalah] keduanya: telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Anas bin Malik] dia berkata: "Ketika kaum muhajirin tiba dari Makkah ke Madinah, mereka datang dengan tidak membawa sesuatupun, sedangkan kaum Anshar mempunyai tanah dan kebun kurma yang luas. Maka orang-orang Anshar membagikan sebagiannya kepada Sahabat Muhajirin dengan syarat mereka memberikan setengah dari hasil penennya setiap tahun. Maka orang-orang Muhajirin pun membayar kepada orang-orang Anshar dengan kerja dan makanan." Ibu Anas bin Malik atau yang biasa dipanggil Ummu Sulaim, dan Ibu Abdullah bin Abu Thalhah - saudara seibu Anas-, Ibu Anas memberikan kebun kurma miliknya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau memberikannya kepada Ummu Aiman, budak Ibu Usamah bin Zaid." Ibnu Syihab berkata: "Lalu Anas bin Malik mengabarkan kepadaku, bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari perang Khaibar beliau pulang ke Madinah, lalu kaum muhajirin mengembalikan kebun kurma pemberian kaum anshar kepada mereka." Ibnu Syihab berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengembalikan kebun kurmanya kepada ibuku, dan Beliau juga memberikan bagian dari kebun kurmanya kepada Ummu Aiman." Ibnu Syihab berkata: "Yang menjadi permasalahan Ummu Aiman ialah, bahwa Ibu Usamah bin Zaid dulunya seorang pelayan milik Abdullah bin Abdul Muththallib yang berasal dari Habasyah. Ketika Aminah (Ibu Rasul) melahirkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, setelah ditinggal wafat oleh ayahnya, maka Ummu Aimanlah yang merawat beliau hingga Beliau dewasa, kemudian ia dimerdekakan dan dinikahi oleh Zaid bin Haritsah. Ummu Aiman meninggal dunia lima tahun setelah meninggalnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Muslim 3319: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah], [Hamid bin Umar Al Bakrawi] dan [Muhammad bin Abdul A'la Al Qaisi] semuanya dari [Al Mu'tamir] sedangkan lafadznya dari Ibnu Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir bin Sulaiman At Taimi] dari [ayahnya] dari [Anas] bahwa seorang laki-laki…" sedangkan Hamid dan Ibnu Abdul A'la mengatakan: "Bahwa seorang laki-laki pernah memberikan sebagian kebun kurmanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sampai beliau menaklukkan Bani Quraidlah dan Bani Nadlir. Setelah penaklukan tersebut, maka beliau mengembalikan sebagian kebun kurma kepada laki-laki itu." Anas berkata: "Sesungguhnya keluargaku menyuruhku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta kembali apa yang pernah di berikan oleh beliau yaitu berupa sebidang kebun, padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikannya kepada Ummu Aiman. Lantas aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliaupun menyerahkannya kembali kepadaku, tiba-tiba Ummu Aiman datang sambil menaruh selendangnya di leherku seraya berkata: "Demi Allah, kami tidak akan memberikannya kepadamu, sebab beliau telah memberikannya kepadaku." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Ummu Aiman, biarkanlah dia mengambilnya lagi, dan untukmu ini dan ini." Namun dia tetap mengatakan: "Sekali-kali tidak, demi Dzat yang tidak adak ilah selain Dia…" Ummu Aiman masih tetap berkata seperti itu sehingga beliau memberinya sepuluh kali dari pemberian yang hendak di ambil oleh Anas, atau mendekati sepuluh kali lipatnya."
Shahih Muslim 3320: Telah menceritakan kepada kami [Syaiban bin Farruh] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman] -yaitu Ibnu Al Mughirah- telah menceritakan kepada kami [Humaid bin Hilal] dari [Abdullah bin Mughaffal] dia berkata: "Aku mendapatkan sekantong lemak ketika penaklukan Khaibar. Kemudian aku mengambilnya seraya berkata: "Hari ini aku tidak akan memberikannya kepada seorangpun." Abdullah berkata melanjutkan, "Kemudian aku menoleh, ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum saat mendengarnya."
Shahih Muslim 3321: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basyar] telah menceritakan kepada kami [Bahz bin Asad] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] telah menceritakan kepadaku [Humaid bin Hilal] dia berkata: aku mendengar [Abdullah bin Mughaffal] berkata: "Ketika penaklukan kota Khaibar, sekantong kulit berisikan perbekalan makanan dan lemak dilemparkan kepada kami, lalu aku melompat untuk segera mengambilnya, kemudian aku menoleh ternyata ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hingga aku malu karenanya." Dan telah menceritakan kepada kami [Muhamad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Daud] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dengan isnad ini, namun dia menyebutkan, 'Sekantong kulit berisikan lemak, ' dan tidak menyebutkan, 'Makanan'."
Shahih Muslim 3322: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali] dan [Ibnu Abu Umar] serta [Muhammad bin Rafi'] dan [Abd bin Humaid] sedangkan lafadznya dari Ibnu Rafi', Ibnu Rafi' dan Ibnu Abu Umar mengatakan: telah menceritakan kepada kami, sedangkan yang dua mengatakan: telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari [Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah] dari [Ibnu Abbas] bahwa [Abu Sufyan] mengisahkan dari mulutnya sendiri sebagai berikut, "Pada saat berlangsungnya perjanjian damai antara aku dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku pergi berniaga ke negeri Syam. Ketika aku berada di sana, ada seseorang yang mengirim sepucuk surat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kaisar Heraclius, penguasa agung Rumawi, yang membawa surat itu adalah Dihyah Al Kalbi kepada pembesar Bushra, kemudian pembesar Bushra menyampaikannya kepada Heraclius. Lantas Heraclius bertanya, "Adakah di sini orang yang berasal dari kaumnya laki-laki yang mengaku sebagai Nabi ini (Rasulullah)? ' mereka menjawab, "Ya." Lalu aku dipanggil untuk menghadap Heraclius bersama beberapa kawanku dari suku Quraisy, kami masuk dan duduk menghadap Hiraclius. Heraclius lantas bertanya, "Siapakah di antara kalian, yang dekat pertalian darahnya dengan orang yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi itu?" Abu Sufyan berkata: "Lalu aku menjawab, "Aku." Lalu aku duduk di depan, sedangkan kawan-kawanku duduk di belakangku. Kemudian dia memanggil penerjemahnya, lalu dia berkata kepada penerjemahnya, "Katakanlah kepada mereka, bahwa aku menanyakan kepada mereka perihal laki-laki yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi, jika dia berdusta, katakan dia telah berdusta." Abu Sufyan berkata: "Demi Allah, kalaulah aku tidak takut dicap sebagai pendusta, sungguh telah ku dustai mereka." Kemudian Heraclius berkata kepada penerjemahnya, "Tanyakan kepadanya, bagaimana kebangsaan orang itu di kalanganmu." Abu Sufyan berkata: "Jawabku, "Dia seorang bangsawan di kalangan kami." Dia bertanya, "Apakah dia keturunan raja?" aku menjawab, "Tidak." Dia bertanya, "Pernahkah kalian mengatakannya sebagai pembohong sebelum ia menjadi seorang Nabi?" Jaawabku, "Tidak." Dia bertanya, "Apakah orang-orang yang mengikutinya dari kalangan pembesar ataukah hanya rakyat kecil?" jawabku, "Hanya rakyat kecil." Dia bertanya, "Apakah pengikutnya selalu bertambah?" Jawabku, "Mereka selalu bertambah." Dia bertanya, "Adakah di antara pengikutnya itu murtad karena benci terhadap agama yang dikembangkannya?" Jawabku, "Tidak." Dia bertanya, "Apakah kamu berperang melawannya?" Jawabku, "Ya, pernah." Dia bertanya, "Bagaimana perjalanan peperanganmu melawannya?" Jawabku, "Peperangan kami berjalan silih berganti antara menang dan kalah. Kadang-kadang kamilah yang menang dan dia yang kalah, dan terkadang pula kami yang kalah dan dia yang menang." Dia bertanya, "Apakah dia pernah ingkat janji?" Jawabku, "Tidak, bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai, yaitu tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan dibuatnya terhadap perjanjian tersebut." Kata Abu Sufyan selanjutnya, "Demi Allah, tidak ada kalimat lain yang dapat kami ucapkan selain dari pada itu semua." Dia bertanya, "Apakah ada orang lain sebelum dia, yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi seperti dia?" Jawabku, "Tidak." Kemudian dia berkata kepada penerjemahnya, "Katakan kepadanya, "Kutanyakan kepadamu tentang bangsanya (status sosialnya), maka kalian katakan dia termasuk dari bangsawan. Memang demikianlah halnya semua para rasul, mereka dibangkitkan dari kalangan bangsawan kaumnya. Kutanyakan pula kepadamu, apakah dia dari keturunan para raja? Jawabmu 'tidak', kalau sekiranya bapak dan kakeknya yang menjadi raja, tentunya ada sangkaan bahwa dia ingin mengembalikan kekusaan nenek moyangnya. Kutanyakan pula tentang pengikutnya, apakah terdiri dari rakyat kecil atau dari orang-orang besar? Kamu menjawab 'hanya terdiri dari rakyat kecil', memang merekalah pengikut para rasul. Kutanyakan pula, pernahkah kamu menuduhnya sebagai pembohong sebelumnya? Kamu menjawab 'tidak', aku tahu, bahwa dia tidak akan pernah berdusta kepada manusia, apalagi bedusta kepada Allah. Aku tanyakan kepadamu: adakah pengikutnya yang murtad atau mereka membenci agama baru setelah memeluknya? Jawabmu 'tidak', memang begitulah halnya, apabila iman telah tertanam dalam hati seseorang. Aku bertanya kepadamu, apakah pengikutnya berkurang? Jawabmu 'bahkan mereka selalu bertambah', memang seperti itulah iman hingga ia tumbuh sempurna. Kutanya pula, pernahkah kamu memeranginya? Jawabmu 'ya kami memerangi, dan peperangan silih berganti, terkadang menang dan terkadang kalah'. Memang demikianlah halnya, para rasul itu selalu diuji. Namun demikian, kemengangan terakhir selalu dipihak mereka. Kutanyakan pula, pernahkah dia ingkar janji? Jawabmu 'tidak pernah', memang demikian para rasul tidak mungkin ingkar janji. Kutanyakan pula kepadamu, adakah orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia? Jawabmu 'tidak', begitulah, kalau ada orang sebelumnya yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi seperti dia, mungkin dia hanya ikut-ikutan dengan orang yang sebelumnya." Kemudian dia bertanya, "Apa saja yang diperintahkanya kepadamu?" Jawabku, "Dia menyuruh kami shalat, membayar zakat, menjalin tali silaturrahmi dan menjaga kehormatan diri." dia berkata: "Jika yang kamu katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi bahwa lelaki tersebut adalah seorang Nabi, aku tahu bahwa dia akan muncul, akan tetapi aku tidak menduga bahwa dia akan muncul dari kalangan kalian, sekiranya aku dapat bertemu dengannya, saat di sampingnya maka sungguh aku akan membasuh kedua kakinya. Dan daerah kekuasaannya kelak, akan sampai ke daerah kekuasanku ini." Abu Sufyan berkata: "Kemudian dia meminta surat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan membacanya, di dalamnya tertulis: "Dengan nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, dari Muhammad Rasulullah kepada Heraclius pembesar Rumawi. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk, sesungguhnya aku mengajak anda untuk masuk Islam, masuk Islamlah anda niscaya anda akan selamat. Masuk Islamlah anda, niscaya Allah akan memberi pahala kepada anda dengan berlipat ganda. Jika anda menolak, maka anda akan memikul dosa kaum 'arisyiyun. '(Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak akan menyembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. jika mereka menolak, maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) ' (Qs. Ali Imran: 64) Setelah dia selesai membaca surat tersebut, tiba-tiba terdengar suara heboh di sekitarnya. Dia memerintahkan kami supaya keluar. Sesampainya di luar, aku berkata kepada kawan-kawanku, "Sungguh luar biasa urusan Ibnu Abu Kabsyah (maksudnya Rasulullah), hingga dia diikuti oleh raja bani Ashfar (bangsa berkulit kuning), karena itu aku senantiasa yakin bahwa agama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini pasti menang, dan akhirnya Allah memasukkan hidayah Islam ke dalam hati sanubariku." Dan telah menceritakan kepada kami [Hasan Al Khulwani] dan [Abd bin Humaid] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa'd- telah menceritakan kepada kami [ayahku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] dengan isnad ini, dan ia menambahkan dalam haditsnya, "Setelah Allah memenangkan tentara Persi atasnya, maka Kaisar berjalan kaki dari daerah Himsha hingga Iliya` sebagai bentuk syukur akan ujian Allah." Dan dalam hadits itu pula disebutkan, "Dari Muhammad, seorang hamba Allah dan Rasul-Nya." Dan dia juga menyebutkan, "Dosa kaum Yarisiyin." Dan dia menyebutkan, "Dengan seruan Islam."
Shahih Muslim 3323: Telah menceritakan kepadaku [Yusuf bin Hammad Al Ma'ni] telah menceritakan kepada kami [Abdul A'la] dari [Sa'id] dari [Qatadah] dari [Anas], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirim surat kepada Kisra (raja persi), Qaishar (raja Romawi), raja Najasyi, dan kepada semua penguasa diktator. Beliau mengajak mereka untuk beriman kepada Allah Ta'ala. Bukankah raja Najasyi pernah dishalatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (ktika wafat)?." Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah Ar Ruzzi] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahhab bin 'Atha] dari [Sa'id] dari [Qatadah], telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti hadits di atas, namun ia tidak menyebutkan, 'Dan bukankah raja najasyi pernah dishalatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? '" Dan telah menceritakan kepadaku [Nashr bin Ali Al Jahdlami] telah mengabarkan kepadaku [ayahku] telah menceritakan kepadaku [Khalid bin Qais] dari [Qatadah] dari [Anas], dan ia juga tidak menyebutkan, 'Dan bukankah raja Najasyi pernah dishalatkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? '."
Shahih Muslim 3324: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir Ahmad bin 'Amru bin Sarh] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Katsir bin Abbas bin Abdul Muththalib] dia berkata: [Abbas] mengatakan: "Aku pernah ikut perang Hunain bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka aku dan Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Mutthalib selalu mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak pernah berpisah dengan beliau. Ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengendarai bighal putih miliknya, hadiah dari Farwah bin Nufatsah Al Judzami. Tatkala kamu Muslimin dan tentara Kafir saling berhadapan, kaum Muslimin mundur ke belakang, karena itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memacu bighalnya ke arah kaum Kufar." Abbas mengatakan, "Namun aku pegangi tali kekang bighal beliau, menahannya jangan sampai ia berlari kencang. Sedangkan Abu Sufyan memegangi pula pelana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Abbas, serulah regu Samurah!" Abbas -dia adalah orang yang mempunyai suara yang keras- berkata: "Lalu aku panggil mereka dengan suaraku yang lantang, 'Manakah regu Samurah…! ' maka demi Allah, alangkah cepatnya mereka datang setelah mendengar panggilanku, bagaikan larinya induk sapi ketika mendengar suara anaknya. Mereka kemudian berkata: "Ya, kami datang, kami datang." Abbas berkata: "Lalu mereka berperang melawan kaum kafir. Kemudian panggilan tertuju kepada kaum Anshar, "Wahai kaum Anshar, wahai kaum Anshar!" Abbas melanjutkan, "Kemudian seruan dialihkan kepada Bani Harits bin Khazraj, "Wahai Bani Al Harits bin Khazraj, Wahai Bani Al Harits bin Khazraj!" Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat jalannya pertempuran dari atas bighal beliau, seperti menggelorakan semangat pasukan yang sedang bertempur. Beliau bersabda: "Beginilah kalau pertempuran sedang berkecamuk." Abbas berkata: "Lalu beliau mengambil beberapa butir kerikil dan melemparkannya ke arah orang-orang kafir sambil bersabda: "Demi Rabb Muhammad, kalian telah kalah…!" Abbas berkata: "Demi Allah, aku menyaksikan jalannya pertempuran, dan tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melempar mereka melainkan beliau melempar dengan beberapa kerikil saja, dan aku terus menyaksikan mereka berangsur-angsur kalah dan lari kocar kacir." Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Muhammad bin Rafi'] serta [Abd bin Humaid] semuanya dari [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dengan isnad seperti ini, namun dia menyebutkan, "Farwah bin Nu'amah Al Judzami berkata: "Beliau bersabda: "Demi Rabbul Ka'bah, Hancurlah kalian semua." Dan dalam hadits ia menambahkan, "Sehingga Allah menghancurkan mereka." Abbas berkata: "Seakan-akan aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan semangat (juang) di belakang pasukan dari atas bighalnya." Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Az Zuhri] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Katsir bin Al Abbas] dari [ayahnya] dia berkata: "Aku pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Hunain…kemudian dia melanjutkan hadits tersebut, namun dalam hadits Yunus dan haditsnya Ma'mar lebih panjang dan lebih sempurna daripada hadits tersebut."
Shahih Muslim 3325: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Abu Khaitsamah] dari [Abu Ishaq] dia berkata: seorang laki-laki bertanya kepada [Barra], "Wahai Abu 'Umarah, apakah kalian pernah lari dari perang Hunain?" dia menjawab, "Tidak, demi Allah (pasukan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah lari, namun ketika itu beliau dan beberapa pemuda dari sahabat beliau, serta orang-orang yang ikut bersama beliau, pergi berperang dengan tergesa-gesa tanpa membawa persenjataan dan perlengkapan dengan sempurna. Kebetulan mereka bertemu dengan pasukan pemanah dari pihak musuh, ketika mereka memanah hampir tidak meleset sedikitpun dari sasaran. Yaitu pasukan gabungan Bani Hawazin dan Bani Nashr. Lantas pasukan pemanah itu serta merta memanah mereka (kaum Muslimin) sehingga mereka terpaksa berbalik kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di atas bighal putih beliau, dan Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Mutthalib mengawal beliau. Kemudian beliau turun dari bighal beliau dan memohon pertolongan kepada Allah, beliau bersabda: "Aku adalah seorang Nabi, bukan seorang pendusta, aku adalah putra Ibnu Abdul Mutthalib." Setelah itu beliau merapikan barisan mereka.
Shahih Muslim 3326: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Jannab Al Mishishi] telah menceritakan kepada kami [Isa bin Yunus] dari [Zakaria] dari [Abu Ishaq] dia berkata: "Seorang laki-laki datang kepada [Al Barra] seraya bertanya, "Wahai Abu 'Umarah, apakah kalian pernah lari dari peperangan Hunain?" maka dia menjawab, "Aku bersaksi atas Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam, (pasukan) beliau tidaklah lari, akan tetapi saat itu orang-orang (yang ikut serta) tergesa-gesa tanpa membawa persenjataan yang lengkap menuju perkampungan Bani Hawazin ini, padahal mereka adalah pasukan pemanah, lantas orang-orang kafir melemparinya dengan anak panah, seakan-akan mereka (kaum Muslimin) seperti sekumpulan belalang. Sehingga kaum Muslimin pun kocar-kacir dan terpaksa berbalik kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sementara itu Abu Sufyan sedang mengawal dengan memegang bighal beliau. Kemudian beliau turun dan berdo'a dengan memohon pertolongan, beliau bersabda: "Aku adalah seorang Nabi, tidak seorang pendusta, aku adalah putra Abdul Mutthalib. Ya Allah…turunkanlah bala bantuan-Mu." Barra berkata: "Demi Allah, kami saat itu sangat mengkhawatirkan karena dahsyatnya peperangan, dan orang yang paling pemberani adalah orang yang paling dekat dengan peperangan, yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Muslim 3327: Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] sedangkan lafadznya dari Ibnu Mutsanna, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar? [Al Barra] ditanya oleh seorang laki-laki dari Qais, "Apakah kalian pernah lari dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada waktu peperangan Hunain?" Al Barra menjawab, "(pasukan) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah lari dari peperangan, ketika itu Bani Hawazin memiliki sekelompok ahli pemanah. Dan ketika kami menyerang mereka, mereka lari kocar kacir sehingga kami berdesak-desakan untuk mengambil ghanimah, tidak lama setelah itu mereka mengadakan serangan balik dengan melempari anak panah kepada kami, sungguh saat itu aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada di atas bighal putihnya, sedangkan Abu Sufyan bin Harits memegang tali kekangnya. Beliau bersabda: "Aku adalah seorang Nabi, bukan seorang pendusta, aku adalah putra Abdul Mutthalib." Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Muhammad bin Al Mutsanna] serta [Abu Bakar bin Khallad] mereka berkata: telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Sufyan] dia berkata: telah menceritakan kepadaku [Abu Ishaq] dari [Al Barra] dia berkata: "Seorang laki-laki pernah bertanya kepadanya, "Wahai Abu 'Umarah…kemudian dia menyebutkan hadits tersebut, sedangkan hadits mereka lebih sempurna daripada haditnya dia."
Shahih Muslim 3328: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami ['Umar bin Yunus Al Hanafi] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah bin 'Ammar] telah menceritakan kepadaku [Iyas bin Salamah] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dia berkata: "Kami pernah ikut perang Hunain bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika kami telah berhadapan dengan musuh, aku maju lebih dahulu dengan mendaki bukit, tiba-tiba aku bertemu dengan seorang musuh lalu ku panah dia dengan panahku, tetapi dia menghilang seketika sehingga aku tidak tahu apa yang sedang dibuatnya. Ketika aku melihat musuh, ternyata mereka telah berada di atas bukit yang lain. Lalu mereka bertempur dengan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Para sahabat mundur dan aku juga ikut mundur dengan kocar kacir. Sa'at itu aku mengenakan dua kain burdah, yang satu kupakai sebagai sarung dan yang lain aku selempangkan. Tiba-tiba sarungku lepas, lalu aku ikatkan dua kain tersebut menjadi satu. Aku lewat di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berlari, sedangkan beliau berada di atas bighal putihnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Rupanya Ibnu Akwa' melihat sesuatu yang menakutkan." Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terkepung, beliau turun dari bighalnya, kemudian beliau mengambil segenggam tanah dan melemparkannya ke arah musuh sambil bersabda: "Muka-muka buruk." Maka tidaklah Allah menyisakan dari mereka melainkan wajah-wajah mereka telah dipenuhi dengan segenggam tanah. Lalu mereka lari tunggang langgang. Allah Azza Wa Jalla telah mengalahkan mereka. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagikan ghanimah kepada kaum Muslimin."
Shahih Muslim 3329: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] serta [Ibnu Numair] semuanya dari [Sufyan], [Zuhair] berkata: telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari ['Amru] dari [Abu Al Abbas Asy Sya'ir Al A'ma] dari [Abdullah bin 'Amru] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengepung penduduk Tha`if, namun beliau tidak mendapatkan sesuatupun dari mereka." Lalu beliau bersabda: "Insya Allah besok kita akan kembali pulang." Para sahabat bertanya, "Apakah kita akan kembali padahal kita belum menaklukkan sesuatu pun?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka: "Kalau begitu, pergilah kalian besok pagi untuk memerangi mereka." Keesokan harinya mereka berangkat perang sehingga mereka banyak yang terluka. Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka: "Besok kita akan kembali pulang." Abdullah bin 'Amru berkata: "Merekapun merasa heran dengan hal itu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa."
Shahih Muslim 3330: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami ['Affan] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Tsabit] dari [Anas], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengadakan musyawarah ketika sampai kepada beliau kabar mengenai kedatangan kafilah Abu Sufyan. Anas berkata: Maka Abu Bakar berbicara, namun beliau tidak memperdulikannya, kemudian Umar angkat bicara, dan beliau pun tidak memperdulikannya, lantas Sa'd bin Ubadah berdiri sambil berkata: "Kamikah yang anda kehendaki wahai Rasulullah, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya anda memerintahkan kami mengarungi lautan, pasti akan kami arungi, dan seandainya anda memerintahkan kami pergi ke ujung bumi, pasti kami akan pergi." Anas melanjutkan: Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak orang-orang untuk berkumpul, setelah itu mereka berangkat hingga sampai Badar. Di sana mereka bertemu dengan para pencari air untuk orang-orang Quraisy. Di antara mereka terdapat seorang budak hitam kepunyaan Bani Hajjaj, kemudian mereka menangkapnya. Lantas para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengintrogasinya perihal Abu Sufyan dan pasukannya. Dia menjawab: "Aku tidak tahu perihal Abu Sufyan, tetapi yang aku tahu adalah Abu Jahal, 'Utbah, Syaibah dan Umayyah bin Khalaf bersama dengan rombongan manusia (pasukan)." Setiap kali ia mengatakan hal yang serupa, maka mereka (para sahabat) memukulinya, hingga ia berkata: "Ya, aku memberitahukan kepada kalian, Abu Sufyan juga ada." Kemudian mereka membiarkan budak tersebut, tidak lama setelah itu mereka tanya kembali perihal Abu Sufyan, lalu dia menjawab: "Aku tidak tahu dimana Abu Sufyan, yang ada adalah Abu Jahal, 'Utbah, Syaibah dan Umayyah bin Khalaf bersama dengan rombongan manusia (pasukan)." Setiap kali ia menjawab seperti itu, maka mereka memukuli budak tersebut." Saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berdiri menunaikan shalat, ketika selesai shalat dan beliau melihat peristiwa itu, beliau bersabda: "Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, mengapa kalian memukulnya jika dia berkata benar, dan kalian biarkan jika ia berdusta?" Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Di situlah tempat terbunuhnya si fulan -sambil menunjukkan ke tanah- di sini dan di sini." Anas berkata: Dan tidak satupun tempat-tempat yang di tunjukkan beliau itu berjauhan dengan tempat tewasnya orang-orang yang ditunjukkan dengan tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Shahih Muslim 3331: Telah menceritakan kepada kami [Syaiban bin Farruh] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Al Mughirah] telah menceritakan kepada kami [Tsabit Al Bunani] dari [Abdullah bin Rabbah] dari [Abu Hurairah] dia berkata: "Suatu delegasi datang kepada Mu'awiyah di bulan Ramadan, oleh karena itu sebagian kami sibuk membuat makanan untuk sebagian yang lain, di antaranya terdapat Abu Hurairah yang sering mengajak kami ke tempatnya (rumahnya), lalu aku berkata kepadanya, "Tidak layakkah jika aku membuat makanan lalu aku undang mereka untuk makan-makan di rumahku?" lalu aku menyuruh (keluargaku) untuk membuatkan makanan." Di petang harinya, aku menemui Abu Hurairah, kukatakan padanya, "Sekarang makan malam di rumahku." Abu Hurairah menjawab, "Kamu telah mendahuluiku." Aku berkata: "Ya, aku mendahuluimu, dan juga mengundang mereka semua." Setelah itu, Abu Hurairah berkata: "Sukakah jika aku ceritakan kepada kalian suatu peristiwa mengenai diri kalian wahai orang-orang Anshar?" kemudian dia menyebutkan seputar penaklukan kota Makkah, katanya, "Saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat hingga beliau tiba di Makkah. Lantas beliau mengangkat Zubair mengepalai satu sayap (pasukan), Khalid pada sayap yang lain, dan mengangkat Abu 'Ubaidah mengepalai pasukan yang tidak mengenakan baju besi. Mereka masuk ke dalam lembah, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu regu." Abu Hurairah berkata: "Lalu beliau melihatku seraya bersabda: "Wahai Abu Hurairah." Jawabku, "Ya wahai Rasulullah!." Beliau bersabda: "Jangan perbolehkan orang-orang mendekat kepadaku selain orang-orang Anshar." -beliau menambahkan- "Kecuali Syaiban." Beliau melanjutkan: "Suruh orang-orang Anshar mendekat kepadaku." Abu Hurairah melanjutkan, "Mereka segera berkumpul di sekeliling beliau, sedangkan orang-orang Quraisy juga telah menyusun barisan dalam beberapa pasukan. Kata orang-orang Quraisy, "Biarkan mereka mendahului kita, jika mereka beruntung, maka kita sama-sama dengan mereka, namun jika mereka membahayakan, maka kita berikan kepada mereka apa yang dimintanya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalian lihatlah pasukan Quraisy dan pengikut-pengikut mereka!" kemudian beliau memberi isyarat dengan kedua tangannya, yang satu di atas yang lain (maksudnya supaya waspada dan saling melindungi), kemudian beliau bersabda lagi: "Sampai berjumpa di Shaffa." Abu Hurairah berkata: "Kami terus berjalan, dan tidak seorang pun di antara kami yang membunuh, kecuali jika seorang Quraisy itu membunuh." Ternyata tidak ada perlawanan yang ditujukan kepada kami. Kemudian Abu Sufyan datang sembari berkata: "Wahai Rasulullah, jikalau orang-orang Quraisy dibunuhi, maka tidak akan ada lagi orang-orang Quraisy sesudah ini." (artinya: orang-orang Quraisy menyerah kalah tanpa pertumpahan darah), maka beliau bersabda: "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman." Maka orang-orang Anshar berkata sesama mereka, "Agaknya laki-laki ini, telah dipengaruhi perasaan rindu kepada kampung halamannya sehingga timbul rasa kasih terhadap sanak familinya." Abu Hurairah berkata: "Ketika itu wahyu turun. Kalau wahyu turun, tidak seorang pun dari kami yang memandang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hingga wahyu selesai turun. Ketika wahyu selesai turun, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai kaum Anshar!" Mereka menjawab, "Kami wahai Rasulullah?" beliau bersabda: "Kaliankah yang berkata bahwa laki-laki ini, agaknya telah dipengaruhi perasaan rindu dengan kampung halamanya?" mereka menjawab, "Batul" Beliau bersabda: "Sekali-kali tidak, aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku telah hijrah kepada Allah dan kepada kalian semua, hijdup dan matiku juga bersama kalian." Setelah mendengar itu mereka datang menghampiri beliau sambil menagis dan berkata: "Demi Allah, kami tidak mengatakan seperti itu melainkan kami iri dengan Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya membenarkan pengakuan kalian semua dan memaafkan kalian." Abu Hurairah berkata: "Kemudian orang-orang (penduduk Makkah) berdatangan ke rumah Abu Sufyan, dan mereka menutup pintu rumah mereka. Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan hingga tiba di Hajar Aswad dan menciumnya, setelah itu beliau thawaf mengelilingi Ka'bah. Abu Hurairah berkata: "Beliau juga mendatangi berhala sesembahan orang-orang Quraisy yang terletak di sekitar Ka'bah, lalu beliau tusuk matanya dengan busur panah yang ada di tangan beliau sambil bersabda: "Telah datang kebenaran, dan lenyaplah kebatilan." Setelah selesai thawaf, beliau menuju bukit shafa lalu naik ke puncaknya. Sesampainya di atas, beliau memandang ke Ka'bah, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sambil memuji Allah dan berdo'a dengan do'a yang beliau kehendaki." Dan telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Hasyim] telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Al Mughirah] dengan isnad seperti ini, dan dalam haditsnya ia menambahkan, "kemudian beliau mengisyaratkan dengan kedua tangannya, yang satu dengan yang lainnya saling mempererat (melindungi)." Dan dia menyebutkan dalam haditsnya, "Mereka berkata: "Memang kami telah mengatakan seperti itu wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Lupakah kalian siapakah aku, sekali-kali tidak, sesungguhnya aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya."
Shahih Muslim 3332: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Hasan] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] telah mengabarkan kepada kami [Tsabit] dari [Abdullah bin Rabah] dia berkata: "Kami datang sebagai delegasi kepada Mu'awiyah bin Abu Sufyan, dan di antara kami ada [Abu Hurairah]. Kami bergilir memasak makanan masing-masing satu hari. Ketika giliranku memasak, aku berkata: "Wahai Abu Hurairah, hari ini adalah giliranku memasak." Tidak lama kemudian mereka telah datang ke tempatku, tetapi makanan belum tersedia, lantas aku berkata: "Wahai Abu Hurairah, alangkah baiknya jika kamu bercerita kepada kami tentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sampai makanan kita terhidang!" Dia berkata: "Kami pernah pergi bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari penaklukan kota Makkah, beliau mengangkat Khalid bin Walid selaku komandan pasukan sayap kanan, dan mengangkat Zubair menjadi komandan pasukan sayap kiri, serta mengangkat Abu 'Ubaidah mengepalai pasukan pejalan kaki yang di tempatkan di lembah. Kemudian beliau bersabda: "Wahai Abu Hurairah, panggilah orang-orang Anshar untuk mendekat Aku!" Aku langsung memanggil mereka hingga mereka pun segera berkerumun di dekat beliau, lalu belau bersabda: "Wahai orang-orang Anshar, adakah kalian melihat pasukan tentara Quraisy?" mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Perhatikan baik-baik, apabila kalian bertemu dengan mereka besok hari, maka habisilah mereka." sambil memberi isyarat dengan kedua tangannya -meletakkan yang kanan di atas yang kiri-. Kemudian beliau bersabda: "Sampai bertemu di Shafa." Abu Hurairah berkata: "Dan saat itu tidak ada seorang pun yang mendekati mereka melainkan mereka habisi." Abu Hurairah melanjutkan, "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke bukit Shafa, dan orang-orang Anshar datang sembari mengililingi beliau di Shafa, ketika mereka sedang di Shafa, tiba-tiba Abu Sufyan datang seraya berkata: "Wahai Rasulullah, jika orang-orang Quraisy di habisi semua, maka tidak akan ada lagi orang-orang Quraisy setelah ini." Abu Sufyan mengatakan, "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan maka dia aman, barangsiapa meletakkan senjatanya maka dia aman, barangsiapa menutup pintunya maka dia aman." Setelah itu orang-orang Anshar sama berkata: "Agaknya laki-laki ini (Rasulullah) telah dipengaruhi perasaan kasih sayang kepada keluarganya hingga timbul rasa cinta terhadap sanak familinya." Maka turunlah wahyu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Kaliankah yang mengatakan, 'agaknya laki-laki ini telah dipengaruhi perasaan kasih sayang terhadap keluarganya hingga timbul rasa cinta terhadap sanak familinya?, sekali-kali tidak, lupakah kalian siapa aku? -beliau mengucapkannya hingga tiga kali- aku adalah Muhammad seorang hamba Allah dan Rasul-Nya, aku telah berhijrah kepada Allah dan kepada kalian semua, maka hidup dan matiku bersama kalian." Mereka lantas berkata: "Demi Allah, tidaklah kami mengatakan melainkan karena kami iri dengan Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya membenarkan apa yang kalian katakan dan memaafkan perbuatan kalian."
Shahih Muslim 3333: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan ['Amru An Naqid] serta [Ibnu Abu Umar] sedangkan lafadznya dari Ibnu Abu Syaibah, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Ibnu Abu Najih] dari [Mujahid] dari [Abu Ma'mar] dari [Abdullah] dia berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk Makkah, saat itu terdapat tiga ratus enam puluh patung di sekitar Ka'bah. Lantas dengan tongkatnya beliau memukul patung tersebut sambil membaca: {Telah datang kebenaran dan lenyaplah kebatilan, sesungguhnya kebatilan pasti lenyap} (Al Israa: 81) {Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi} (Sabaa: 49). Ibnu Abu Umar menambahkan: "Ketika hari penaklukan Kota Makkah." Dan telah menceritakan kepada kami [Hasan bin Ali Al Khulwani] dan [Abd bin Humaid] keduanya dari [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [At Tsauri] dari [Ibnu Abu Najih] dengan isnad ini hingga perkataan: "(dan kebatilan) itu pasti lenyap." Dan tidak menyebutkan ayat yang lain, dia juga berkata: "Arca" sebagai ganti dari "Patung."
Shahih Muslim 3334: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dan [Waki'] dari [Zakaria] dari [As Sya'bi] dia mengatakan: telah mengabarkan kepadaku [Abdullah bin Muthi'] dari [ayahnya] dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika penaklukan kota Makkah: "Orang-orang Quraisy tidak akan dibunuh dengan cara diikat dan dilempari batu sampai mati, setelah hari ini hingga hari kiamat." Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Zakaria] dengan isnad ini, dengan tambahan: "Dan tidak ada seorang pun yang selamat dari orang-orang Quraisy yang keras permusuhannya dengan beliau selain Muthi', dan asal namanya adalah Al 'Ashi (pelaku maksiat), lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menamainya Muthi' (orang yang taat)."
Shahih Muslim 3335: Telah menceritakan kepadaku ['Ubaidullah bin Mua'd Al 'Anbari] telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar [Al Barra bin 'Azzib] berkata: "Ali bin Abu Thalib pernah menuliskan perjanjian damai antara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan orang-orang Musyrik (Makkah) ketika perjanjian Hudaibiyyah. Ali menuliskan, "Ini adalah perjanjian yang ditulis oleh Muhammad Rasulullah." Lantas mereka berkata: "Jikalau kami tahu bahwa kamu adalah Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ali: "Hapus kata-kata itu (tulisan 'Rasulullah')." Ali menjawab, "Aku tidak mau menghapusnya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menghapusnya dengan tangannya sendiri." Al Barra` berkata: "Isi perjanjian itu antara lain menetapkan bahwa kaum Muslimin boleh masuk dan tinggal di kota Makkah selama tiga hari. Tidak boleh membawa senjata kecuali diletakkan dalam sarungnya." Aku bertanya kepada Abu Ishaq, "Apa yang dimaksud dengan sarung pedang?" dia menjawab, "Yaitu sarung pedang dan sesuatu yang ada di dalamnya." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar [Al Barra` bin 'Azib] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengadakan perjanjian Hudaibiyyah, lantas Ali menulis suatu catatan di anatara mereka." Al Barra` berkata: "Lalu dia menulis: Muhammad Rasulullah...kemudian dia menyebutkan seperti hadits Mu'adz, namun dalam haditsnya dia tidak menyebutkan, "Ini adalah perjanjian yang ditulis olehnya."
Shahih Muslim 3336: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al Hamzhali] dan [Ahmad bin Janab Al Mishishi] semuanya dari [Isa bin Yunus] sedangkan lafadznya dari Ishaq, telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus telah mengabarkan kepada kami [Zakaria] dari [Abu Ishaq] dari [Al Barra`] dia berkata: "Ketika nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dilarang melaksanakn Haji, maka penduduk Makkah mengadakan perjanjian damai yaitu: supaya beliau masuk dan bermukim hanya tiga hari, tidak masuk (Makkah) melainkan dengan pedang yang masih diletakkan dalam sarungnya, setiap orang dari kaumnya tidak boleh keluar bersama beliau, namun sebaliknya mereka membolehkan sahabat beliau yang hendak ikut bersama mereka (tinggal di Makkah). Lantas beliau bersabda kepada Ali: "Tulislah syarat antara kami dengan mereka dengan Bismillahirrahmanirrahim, ini adalah hasil keputusan yang ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah." Maka orang-orang Musyrik berkata kepada beliau, "Sekiranya kami mengetahui kalau kamu adalah Rasulullah, niscaya kami akan mengikutimu, akan tetapi tulislah Muhammad bin Abdullah." Lalu beliau menyuruh Ali supaya menghapusnya, namun Ali berkata: "Demi Allah, aku tidak akan menghapusnya." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Beritahukanlah kepadaku tempat yang kamu tulis tadi." Maka Ali memberitahukan kepada beliau tempatnya, lalu beliau sendiri yang menghapusnya, dan diganti dengan Ibnu Abdullah. Beliau tinggal selama tiga hari, tatkala hari yang ke tiga, mereka (orang-orang Quraisy) berkata kepada Ali, "Ini adalah hari terakhir sebagaimana dalam syarat yang dibuat oleh saudaramu, maka suruhlah dia keluar (dari Makkah)." Lantas Ali memberitahukan kepada belau, akhirnya beliau keluar (dari Makkah)." Dan dalam riwayat Ibnu Janab disebutkan, "Niscaya kami akan mengikutimu dan berbaiat kepadamu."
Shahih Muslim 3337: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Affan] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Tsabit] dari [Anas] bahwa orang-orang Quraisy pernah mengadakan perjanjian damai dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan dikalangan mereka terdapat Suhail bin 'Amru. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ali: "Tulsilah Bismillahirrahmanirrahim." Suhail berkata: "Aku tidak tahu apa itu Bismillahirrahmanirrahim, akan tetapi tulislah sebagaimana yang kami ketahui yaitu, 'Bismikallahumma'." Beliau bersabda: "Tulislah dari Muhammad Rasulullah." Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui bahwa kamu adalah Rasulullah, sungguh kami akan mengikutimu, akan tetapi tulislah namamu dan nama ayahmu." Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tulislah dari Muhammad bin Abdullah." Kemudian mereka mengajukan persyaratan-persyaratan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya ialah, bahwa setiap orang yang datang dari pihak kalian, maka kami tidak akan mengembalikannya kepada kalian, namun jika pihak kami ada yang datang kepada kalian, maka kalian harus mengembalikannya kepada kami." Maka para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita harus menulis persyaratan tersebut?" beliau menjawab: "Ya, sebab orang-orang kita yang pergi kepada mereka, maka Allah akan menjauhkannya (dari rahmat-Nya), namun jika dari pihak mereka datang kepada kita, mudah-mudahan Allah memberikan jalan keluar."
Shahih Muslim 3338: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Numair]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] sedangkan lafadznya saling berdekatan, telah menceritakan kepada kami [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Siyah] telah menceritakan kepada kami [Habib bin Abu Tsabit] dari [Abu Wa`il] dia berkata: " [Sahal bin Hunaif] pernah berdiri ketika terjadi perang Shifin, dia berseru, "Wahai manusia, koreksilah diri kalian masing-masing. Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah, kami bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Seandainya waktu itu kami melihat adanya pembunuhan, pasti kami telah berperang. Hal ini terjadi ketika terjadi perjanjian damai antara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan orang-orang Musyrik. Maka umar bin Khatthab datang menghampiri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Wahai Rasulullah, tidakkah kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan?" beliau bersabda: "Ya." Dia berkata: "Bukankah jika kita terbunuh akan masuk surga? sedangkan jika mereka terbunuh, mereka akan masuk neraka?" beliau menjawab: "Ya benar." Umar bertanya, "Mengapakah kita harus mengalah mengenai agama kita, dan pulang begitu saja? Padahal Allah belum memberikan keputusan apa-apa antara kita dengan mereka?" Beliau menjawab: "Wahai Ibnul Khattab, sesungguhnya aku adalah Rasulullah, dan sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan aku selama-lamanya." Abu Wa'il berkata: "Umar lalu pergi dalam keadaan tidak puas, bahkan terlihat marah. Lalu dia mendatangi Abu Bakar seraya berkata: "Wahai Abu Bakar, bukankah kita di atas yang hak dan mereka dalam kebathilan." Dia menjawab, "Ya, benar." Umar bertanya, "Tidakkah jika kita terbunuh, maka kita akan masuk surga, sedangkan jika mereka yang terbunuh, maka mereka akan masuk neraka?" Abu Bakar menjawab, "Ya, benar." Umar bertanya lagi, "Mengapakah kita harus mengalah mengenai agama kita, dan pulang begitu saja? Padahal Allah belum memberikan keputusan apa-apa antara kita dengan mereka?" Maka Abu Bakar berkata: "Wahai Ibnul Khattab, sesungguhnya beliau adalah Rasulullah, dan sekali-kali Allah tidak akan menyia-nyiakan beliau selama-lamanya." Suhail berkata: "Maka turunlah ayat Al Qur'an kepada Rasulullah, yaitu surat Al Fath. Maka beliau menyuruh seseorang untuk membacakan kepada Umar, lantas dia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah itu yang dimaksud dengan kemenangan?" beliau bersabda: "Ya, benar." Barulah dia bertaubat dan kembali."
Shahih Muslim 3339: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala] dan [Muhammad bin Abdullah bin Numair] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] dari [Syaqiq] dia berkata: aku mendengar [Sahal bin Hunaif] berkata ketika di Shifin, "Wahai para manusia, koreksilah diri kalian masing-masing, demi Allah, aku telah mengalami sendiri ketika peristiwa Abu Jandal, sekiranya aku mampu menolak perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh aku akan menolaknya (untuk tidak berperang). Demi Allah, ketika itu kami tidak melakukan peperangan sedikitpun, melainkan Allah memudahkan urusan kami, sangat berbeda dengan peristiwa kalian saat ini!" Ibnu Numair tidak menyebutkan, "Hingga suatu perkara yang mengkhawatirkan." Dan telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Abu Syaibah] dan [Ishaq] semuanya dari [Jarir]. Dan telah diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepadaku [Abu Sa'id Al Asyaj] telah menceritakan kepada kami [Waki'] keduanya dari [Al A'masy] dengan isnad in, dan dalam hadits keduanya di sebutkan, "Sampai kepada peristiwa yang menagerikan."
Shahih Muslim 3340: Dan telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Malik bin Mighwal] dari [Abu Hashin] dari [Abu Wa`il] dia berkata: aku mendengar [Sahl bin Hunaif] berkata ketika di Shifin, "Perhatikanlah diri kalian, niscaya kalian akan mengetahui perkara agama kalian, sungguh aku pernah melihat peristiwa Abu Jandal, sekiranya aku mampu menolak perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, niscaya kami tidak akan diberi jalan keluar dalam permusuhan tersebut, melainkan permusuhan tersebut senantiasa masih ada."
Shahih Muslim 3341: Telah menceritakan kepada kami [Nashr bin Ali Al Jahzhami] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Al Harits] berkata: telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Abu 'Arubah] dari [Qatadah] bahwa [Anas bin Malik] telah menceritakan kepada mereka, dia berkata: "Ketika turun ayat: '(Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberikan ampunan kepadamu terhadap dosamu -hingga firmanNya- dengan pertolongan yang kuat (banyak).' (Qs. Al Fath: 1-3), ketika itu mereka baru pulang dari Hudaibiyyah dengan diliputi perasaan jengkel dan kesal, padahal mereka telah menyembelih binatang kurban. Maka beliau bersabda: "Sungguh telah turun kepadaku suatu ayat yang lebih aku cintai daripada dunia dan isinya." Dan telah menceritakan kepada kami ['Ashim bin An Nadlr At Taimi] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] dia berkata: aku mendengar [ayahku] telah menceritakan kepada kami [Qatadah] dia berkata: aku pernah mendengar [Anas bin Malik]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Daud] telah menceritakan kepada kami [Hammam] (dalam jalur lain disebutkan) telah menceritakan kepada kami [Abd bin Humaid] telah menceritakan kepada kami [Yunus bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Syaiban] semuanya dari [Qatadah] dari [Anas] sebagaimana hadits Ibnu Abu 'Arubah."
Shahih Muslim 3342: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Al Walid bin Jumai'] telah menceritakan kepada kami [Abu At Thufail] telah menceritakan kepada kami [Hudzaifah bin Yaman] dia berkata: "Tidak ada yang menghalangiku untuk turut bertempur di Badar kecuali karena aku dan ayahku yaitu Husail tertangkap oleh orang-orang Quraisy ketika kami keluar dari Makkah. Mereka bertanya, "Apakah kalian hendak pergi menemui Muhammad? Kami menjawab, "Tidak, kami hanya akan berjalan-jalan ke Madinah." Lalu mereka membuat perjanjian dengan kami, bahwa kami boleh pergi ke Madinah akan tetapi tidak boleh berperang memihak beliau. Lalu kami mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan memberitahukan kepada beliau akan peristiwa kami tersebut. Maka beliau bersabda: "Pergilah kalian, dan pegang teguhlah janji kalian dengan mereka, kita akan memohon pertolongan kepada Allah untuk mengalahkan mereka."
Shahih Muslim 3343: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dan [Ishaq bin Ibrahim] semuanya dari [Jarir], [Zuhair] berkata: telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim At Taimi] dari [ayahnya] dia berkata: "Suatu ketika kami berada di dekat [Hudzaifah], tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berkata: "Seandainya aku mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, niscaya aku akan berperang bersama beliau dan aku akan bersungguh-sunbgguh." Hudzaifah berkata: "Betulkah kalian akan berbuat seperti itu?" aku sendiri pernah mengalami perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Ahzab. Saat itu kami diserang oleh angin yang sangat kencang dan udara yang dingin. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Adakah seseorang yang sanggup mencari berita tentang musuh? Maka Allah akan menempatkannya bersamaku kelak di hari Kiamat." Semuanya diam, dan tidak ada satupun yang menjawab. Kemudian beliau bertanya lagi: "Adakah seseorang yang sanggup mencari berita tentang musuh? Maka Allah akan menempatkannya bersamaku kelak di hari Kiamat." Semuanya diam, dan tidak ada satupun yang menjawab. Kemudian beliau bertanya pula: "Adakah seseorang yang sanggup mencari berita tentang musuh? Maka Allah akan menempatkannya bersamaku kelak di hari Kiamat." Kami masih terdiam semuanya, dan tidak ada satupun yang menjawab. Lalu beliau bersabda: "Wahai Hudzaifah, berdiri dan carilah kabar mengenai musuh!" Maka tidak bisa tidak, aku harus berdiri, karena beliau jelas memanggil namaku. Beliau bersabda: "Pergi dan carilah kabar mengenai musuh, dan jangan kamu mengagetkan mereka tentang diriku." Tatkala aku telah berpaling dari sisi beliau, seakan-akan aku berjalan dengan kehangatan (tidak seperti yng lain dalam kedinginan-red), sehingga aku mendatangi mereka, lantas aku melihat Abu Sufyan yang sedang menghangatkan badannya dengan api, maka aku langsung menaruh anak panah pada busurnya dan hendak memanahnya, sekiranya aku tidak ingat dengan pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Jangan kamu mengagetkan mereka dengan diriku." Niscaya aku telah panah dan akan mengenainya. Lalu aku kembali sambil berjalan kaki dengan kehangatan, kemudian aku menemui beliau dan melaporkan mengenai kondisi musuh, setelah itu aku pergi, tiba-tiba diriku mulai merasakan kedinginan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memakaikanku kain burdah yang biasa dipakai beliau untuk shalat, kemudian aku tertidur sampai pagi, keesokan harinya beliau bersabda: "Bangun wahai orang yang banyak tidur."
Shahih Muslim 3344: Telah menceritakan kepada kami [Haddab bin Khalid Al Azdi] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Ali bin Zaid] dan [Tsabit bin Al Banani] dari [Anas bin Malik], bahwa ketika perang Uhud berkecamuk, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terdesak sendirian bersama-sama dengan tujuh orang Anshar dan dua sahabat Quraisy (Muhajirin), ketika musuh semakin mendekati beliau, beliau bersabda: "Barangsiapa dapat menghalau mereka (musuh) dari kami, maka baginya surga atau dia akan bersamaku di surga." Maka seorang laki-laki dari Anshar maju kehadapan dan bertempur hingga terbunuh, kemudian musuh semakin mendekati beliau, beliau bersabda: "Barangsiapa dapat menghalau mereka dariku, maka baginya surga atau dia akan bersamaku di surga." Maka seorang laki-laki dari Anshar maju kehadapan dan bertempur hingga terbunuh. Peristiwa tersebut terus seperti itu hingga ketujuh sahabat Anshar terbunuh, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kedua sahabat Quraisy: "Betapa adilnya para sahabat kita."
Shahih Muslim 3345: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At Tamimi] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abu Hazim] dari [ayahnya] bahwa dia mendengar [Sahl bin Sa'id] ditanya seseorang mengenai luka yang pernah diderita Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam pertempuran Uhud, maka dia menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terluka, gigi taringnya patah, dan topi baja yang bliau kenakan juga pecah. Lalu Fatimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membersihkan darah beliau, sedangkan Ali menyiramkan air dari perisai. Ketika Fatimah melihat darah semakin bertambah banyak keluar, dia mengambil potongan pelepah kurma lalu dia bakar hingga menjadi abu, kemudian abu tersebut diletakkan di atas luka beliau hingga darahnya berhenti keluar." Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] -yaitu Ibnu Abdurrahman Al Qari- dari [Abu Hazim] bahwa dia mendengar [Sahl bin Sa'id] ditanya mengenai luka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia menjawab, "Demi Allah, sungguh aku telah melihat sendiri orang yang mencuci luka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan yang menuangkan air, serta dengan apa dia mengobati luka beliau...kemudian dia menyebutkan seperti haditsnya Abdul Aziz, namun dia menambahkan, 'dan wajahnya terluka' dia juga menyebtkan, 'giginya pecah'." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] dan [Ishaq bin Ibrahim] serta [Ibnu Abu Umar] semuanya dari [Ibnu Uyainah]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Sawad Al 'Amiri] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Al Harits] dari [Sa'id bin Abu Hilal]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Sahl At Tamimi] telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abu Maryam] telah menceritakan kepada kami [Muhammad] -yaitu Ibnu Mutharrif- semuanya dari [Abu Hazim] dari [Sahl bin Sa'id] dengan hadits ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam hadits Ibnu Abu Hilal disebutkan, 'wajah beliau terkena', sedangkan dalam hadits Ibnu Mutharif disebutkan, 'wajah beliau terluka.'
Shahih Muslim 3346: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Tsabit] dari [Anas], bahwa gigi geraham Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pecah ketika perang Uhud, dan kepala beliau juga terluka hingga mengalirkan darah, beliau lalu bersabda: "Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung, sedangkan mereka melukai nabinya dan mematahkan gigi gerahamnya." Oleh karena itu beliau memohon kepada Allah untuk mengutuk mereka, lalu Allah Azza wa jalla menurunkan ayat: '(Kamu tidak memiliki wewenang apa-apa terhadap urusan mereka…) ' (Qs. Ali Imran: 128).
Shahih Muslim 3347: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] telah menceritakan kepada kami [Waki'] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Syaqiq] dari [Abdullah] dia berkata: "Aku seakan-akan masih melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan seorang Nabi dari para Nabi yang dilukai oleh kaumnya, lalu beliau mengusap darah dari mukanya sambil mengatakan: "Wahai Rabbku, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui." Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dan [Muhammad bin Bisyr] dari [Al A'masy] dengan isnad ini, namun dia menyebutkan, "Dan beliau mengusap darah yang mengalir di pelipisnya."
Shahih Muslim 3348: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam bin Munabbih] dia berkata: "Ini seperti sesuatu yang pernah diceritakan oleh [Abu Hurairah] kepada kami dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian dia menyebutkan di antaranya, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah sangat marah terhadap suatu kaum yang melakukan perbuatan ini terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Dan ketika itu beliau sambil menunjuk taringnya yang patah. Dan beliau juga bersabda: "Allah sangat marah terhadap orang yang dibunuh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang fi sabilillah Azza Wa Jalla."
Shahih Muslim 3349: Dan telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Aban Al Ja'fi] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahim] -yaitu Ibnu Sulaiman- dari [Zakaria] dari [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Maimun Al Audi] dari [Ibnu Mas'ud] dia berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat dekat Ka'bah, Abu Jahal dan kawan-kawannya sedang duduk-duduk, sementara ada bekas unta yang disembelih pada hari sebelumnya. Abu Jahal berkata: "Siapa di antara kalian yang sanggup mengambil perut unta sembelihan bani Fulan itu, lalu meletakkannya di bahu Muhammad apabila dia sujud." Dan orang yang paling jahat di antara mereka pergi mengambil isi perut unta tersebut, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sujud, dia meletakkannya di bahu beliau." Ibnu Mas'ud berkata: "Setelah itu mereka tertawa terbahak-bahak, dan dorong-mendorong antara satu sama lain. Aku berdiri saja melihat peristiwa tersebut. Sekiranya aku anggup, tentu aku akan membuang isi perut unta tersebut dari sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terus saja sujud, beliau tidak mengangkat kepalanya hingga ada orang yang lewat, lalu orang tersebut memberitahukannya kepada Fathimah -ketika itu dia masih gadis kecil-. Fatimah datang dan membuang isi perut unta itu dari punggung beliau, sesudah itu Fatimah menghampiri mereka dan memaki-makinya. Seusainya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat, beliau mengeraskan suaranya dan mendo'akan kejelekan terhadap mereka. Apabila beliau berdo'a, biasanya beliau mengulanginya sampai tiga kali, dan apabila beliau meminta, beliau juga mengucapkan tiga kali, kemudian beliau berucap: "Allahumma 'alaika bi Quraisy (Ya Allah, binasakanlah orang-orang Quraisy)." Beliau mengucapkannya tiga kali. Tatkala mereka mendengar suara beliau, mereka berhenti tertawa dan merasa khawatir dengan do'a beliau, kemudian beliau melanjutkan do'anya: "ALLAHUMMA 'ALAIKA BI ABI JAHAL BIN HISYAM, WA 'UTBAH BIN RABI'AH WA SYAIBAH BIN RABI'AH WA WALID BIN 'UQBAH WA 'UMAYYAH BIN KHALAF WA 'UQBAH BIN ABI MU'ITH." (Ya Allah, binasakanlah Abu Jahal bin Hisyam, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin 'Uqbah, 'Umayyah bin Khalaf dan 'Uqbah bin Abu Mu'ith)." -Ibnu Mas'ud menyebutkan yang ketujuh, namun perawi lupa namanya- Maka demi dzat yang telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kebenaran, sungguh aku telah melihat orang-orang yang namanya disebut oleh beliau, mereka mati tergeletak dalam perang Badar. Kemudian mereka diseret ke sumur Badar." Abu Ishaq berkata: "Al Walid bin 'Uqbah masih ada kekeliruan dalam hadits ini."
Shahih Muslim 3350: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Muhammad bin Basyar] sedangkan lafadznya dari Ibnu Mutsanna keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dia berkata: aku mendengar [Abu Ishaq] menceritakan dari ['Amru bin Maimun] dari [Abdullah] dia berkata: "Pada suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang sujud, sementara di sekitar beliau ada beberapa orang Quraisy, tiba-tiba 'Uqbah bin Abu Mu'th datang dengan membawa sekarung bekas sembilhan anak unta yang telah membusuk, lalu ia melemparnya tepat mengenai punggung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena itu beliau tidak mau mengangkat kepalanya. Setelah Fatimah datang, maka dia mengambil karung tersebut dari punggung beliau. Lantas beliau mendo'akan kebinasaan terhadap orang-orang yang telah melakukan perbuatan tersebut, beliau bersabda: "Ya Allah, binasakanlah orang-orang Quraisy: Abu Jahal bin Hisyam, 'Utbah bin Rabi'ah, 'Uqbah bin Abu Mu'ith, Syaibah bin Rabi'ah, Umayyah bin Khalaf dan Ubay bin Khalaf." Sungguh aku telah melihat dalam perang Badar, mereka semua binasa, lalu jasad mereka dilemparkan ke dalam sumur selain Umayah atau mungkin Ubay, karena persendiannya banyak yang putus, maka ia tidak dilemparkan ke dalam sumur." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ja'far bin 'Aun] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Ishaq] dengan isnad seperti ini, dengan sedikit tambahan, "Apabila beliau berdo'a, beliau lebih suka mengulanginya sampai tiga kali, beliau bersabda: "Ya Allah, binasakanlah orang-orang Quraisy, Ya Allah, binasakanlah orang-orang Quraisy, Ya Allah, binasakanlah orang-orang Quraisy -hingga tiga kali-." Dan dia menyebutkan dalam hadits tersebut nama 'Al Walid bin 'Utbah dan Umayyah bin Khalaf - tanpa ada keragu-raguan-, Abu Ishaq berkata: "Dan aku lupa yang ketujuh."
Shahih Muslim 3351: Dan telah menceritakan kepadaku [Salamah bin Syabib] telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin A'yan] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] dari ['Amru bin Maimun] dari [Abdullah] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendo'akan kebinasaan kepada enam tokoh Quraisy dengan menghadap ke Ka'bah, di natara mereka adalah Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan 'Uqbah bin Abu Mu'ith. Demi Allah, sungguh aku telah melihat mereka tewas bergelimpangan di Badar di bawah terik Matahari yang sangat panas."
Shahih Muslim 3352: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir Ahmad bin 'Amru bin Sarh] dan [Harmalah bin Yahya] serta ['Amru bin Sawad Al 'Amiri], sedangkan lafadz mereka saling berdekatan, mereka berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] dia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah menceritakan kepadaku ['Urwah bin Zubair] bahwa ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, telah menceritakan kepadanya bahwa suatu ketika ia pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, pernahkah anda merasakan kesulitan yang paling sulit daripada hari perang uhud?" Beliau menjawab: "Aku pernah mengalami kesulitan dari kaummu, dan itulah kesulitan yang paling sulit yang pernah ku alamai dari mereka, yaitu peristiwa di hari 'aqabah. Ketika itu aku mendatangi Ibnu 'Abd Yaaliil bin 'Abd Kulal, tapi ia tidak mau memenuhi harapanku sehingga aku pergi meninggalkannya dengan penuh kecemasan, dan aku baru sadarkan diri ketika aku sampai di Qarnits Tsa'alib. Lalu aku mendongakkan kepalaku dan ternyata aku sedang dinaungi oleh awan, setelah kuperhatikan, ternyata malaikat Jibril ada di sana. dia memanggilku dan berkata: 'Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu dan penolakan mereka terhadap ajakanmu. Dan Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung agar anda dapat menyuruhnya untuk menghancurkan mereka sekehendak hatimu'." Beliau bersabda: "Lalu malaikat penjaga gunungpun memanggilku dan mengucap salam kepadaku sambil berkata: 'Wahai Muhammad, Sungguh Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu, dan aku malaikat penjaga gunung telah diutus oleh Rabbmu untuk menemuimu guna melaksanakan apa yang anda kehendaki. Jika anda menghendaki, maka aku akan menutupkan dua gunung ini kepada mereka'." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Bahkan aku sangat berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang-tulang sulbi mereka orang yang mau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun."
Shahih Muslim 3353: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Qutaibah bin Sa'id] keduanya dari [Abu 'Awanah], [Yahya] berkata: telah mengabarkan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Al Aswad bin Qais] dari [Jundub bin Sufyan] dia berkata: "Jari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah terluka dalam suatu peperangan, maka beliau bersabda: "Bukankah engkau hanya sebatang jari yang berdarah? Dan ini terjadi ketika engkau ikut berjihad fi sabilillah." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Ishaq bin Ibrahim] semuanya dari [Ibnu 'Uyainah] dari [Al Aswad bin Qais] dengan isnad ini, dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk ke dalam goa, tiba-tiba salah satu jari beliau mengalirkan darah."
Shahih Muslim 3354: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Al Aswad bin Qais] bahwa dia mendengar [Jundub] berkata: "Jibril terlambat datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu orang-orang Musyrik berkata: "Muhammad telah ditinggalkannya." Maka Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayat: '(Demi waktu Dluha, dan demi malam apabila telah sunyi, Rabbmu tiada mennggalkanmu dan tiada benci terhadapmu) ' (Qs. Adl Dluha: 1-3).
Shahih Muslim 3355: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Muhammad bin Rafi'] sedangkan lafadznya dari Ibnu Rafi'. [Ishaq] berkata: telah mengabarkan kepada kami, sedangkan [Ibnu Rafi'] mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] dari [Al Aswad bin Qais] dia berkata: aku mendengar [Jundub bin Sufyan] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengalami sakit, oleh karena itu beliau tidak kuat bangun untuk melaksanakan shalat selama dua atau tiga hari, maka seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata: "Ya Muhammad, aku berharap mudah-mudahan setanmu betul-betul telah meninggalkanmu. Telah dua malam atau tiga malam aku tidak melihatnya menghampirimu. Maka Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayat: '(Demi waktu Dluha, dan demi malam apabila telah sunyi, Rabbmu tiada mennggalkanmu dan tiada benci terhadapmu) ' (Qs. Adl Dluha: 1-3). Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Muhammad bin Al Mutsanna] serta [Ibnu Basyar] mereka mengatakan: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dari [Syu'bah]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Al Mula`i] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] keduanya dari [Al Aswad bin Qais] dengan isnad ini seperti kedits keduanya."
Shahih Muslim 3356: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali] dan [Muhammad bin Rafi'] serta [Abd bin Humaid] sedangkan lafadznya dari Ibnu Rafi', Ibnu Rafi' berkata: telah menceritakan kepada kami, sedangkan yang dua mengatakan: telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] bahwa [Usamah bin Zaid] telah mengabarkan kepadanya, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menaiki keledai yang berpelana dan di bawahnya ada kain selimut usang hasil produksi Fadakiyah. Sedangkan Usamah membonceng di belakang beliau. Ketika itu beliau pergi hendak menjenguk Sa'd bin Ubadah di perkampungan Bani Harits bin Khazraj sebelum terjadi perang Badar. (Di tengah perjalanan) beliau melewati suatu majlis yang terdiri dari orang-orang Muslim, orang-orang Musyrik penyembah berhala dan orang-orang Yahudi, dan di antara mereka terdapat Abdullah bin Ubay dan Abdullah bin Rawahah. Ketika melihat debu bekas derap langkah kami, maka Abdullah bin Ubay menutup hidungnya dengan kain cadar, sambil berkata: "Janganlah kalian taburkan debu kepada kami." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam kepada mereka, kemudian berhenti dan turun. Beliau mengajak mereka kepada Allah dengan membacakan ayat-ayat Al Qur'an kepada mereka, justru Abdullah bin Ubay berkata: "Heh...tidak adakah yang lebih baik daripada ini?" jika apa yang kamu katakan benar, maka kalian jangan mengganggu dalam majlis kami, pulanglah ke rumahmu, dan bacakanlah kepada orang yang datang kepadamu." Maka Abdullah bin Rawahah angkat bicara, "Datanglah ke Majlis kami, sesungguhnya kami menyukai hal itu." Usamah mengatakan, "Maka terjadilah perang mulut antara orang-orang Muslim, orang-orang Musyrik dan orang-orang Yahudi, hingga hampir terjadi perkelahian. Akan tetapi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dapat menenangkan mereka, lalu beliau menaiki kendaraannya dan pergi ke rumah Sa'ad bin Ubadah. Kemudan beliau bersabda: "Hai Sa'd, tahukah kamu apa yang baru diucapkan oleh Abu Hubab? -maksudnya adalah Abdullah bin Ubay- dia telah mengatakan begini dan begini." Sa'd lalu berkata: "Ma'afkanlah dia wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah memberi Anda apa yang telah diberi-Nya, sebelum kedatangan Anda, penduduk negeri ini telah sepakat hendak memakaikan mahkota dan melilitkan surban kepadanya. Tetapi Allah menggagalkannya dengan kebenaran yang diberikan-Nya kepada Anda. Karena itu, dia merasa iri terhadap anda. Itulah sebabnya dia banyak membuat ulah seperti yang anda saksikan." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkannya." Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Hujjain] -yaitu Ibnu Al Mutsanna- telah menceritakan kepada kami [Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dengan isnad seperti ini, dengan sedikit tambahan, "Hal itu terjadi sebelum Abdullah masuk Islam."
Shahih Muslim 3357: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdul A'la Al Qaisi] telah menceritakan kepada kami [Al Mu'tamir] dari [ayahnya] dari [Anas bin Malik] dia berkata: "Seseorang mengusulkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Alangkah baiknya seandainya anda datang menjenguk Abdullah bin Ubay." Anas berkata: "Kemudian beliau pergi menjenguknya dengan mengendarai keledainya bersama-sama dengan beberapa orang Muslim, sementara Ubay tinggal di tanah yang gersang. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendatanginya, dia berkata: "Menjauhlah kamu dariku, demi Allah bau keledaimu telah menyakitiku." Seorang laki-laki dari Anshar menyahut, "Demi Allah, bau keledai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih harum daripada baumu sendiri." Anas berkata: "Lalu seorang laki-laki dari kaumnya (Ubay) angkat bicara hingga masing-masing pihak sama-sama marah dan hampir terjadi perkelahian antara mereka." Anas melanjutkan, "Mereka saling pukul memukul dengan pelepah kurma, dengan tangan dan dengan sepatu atau sandal. Anas berkata: "Berkenaan dengan mereka, maka turunlah ayat: '(Jika dua golongan antara orang-orang Mukmin berkelahi, maka damaikanlah mereka…) ' (Qs. Al Hujurat: 9).
Shahih Muslim 3358: Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Hujr As Sa'di] telah mengabarkan kepada kami [Isma'il] -yaitu Ibnu 'Ulayah- telah menceritakan kepada kami [Sulaiman At Taimi] telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapakah yang sanggup mengabarkan kepadaku keadaan Abu Jahal?" Maka berangkatlah Ibnu Mas'ud, dan dipatinya Abu Jahal telah dipukul rubuh oleh dua orang anak Afra' sehingga tidak berdaya. Kemudian dia memegang jenggotnya seraya berkata: "Kamukah Abu Jahal?" Abu Jahal menjawab, "Apakah ada yang kebih mulia dari orang yang telah kalian bunuh selain aku, atau orang yang dibunuh oleh kaumnya." Abu Mijlas berkata: "Abu Jahal mengatakan, "Asal aku tidak di bunuh oleh anak seorang petani." Telah menceritakan kepada kami [Hamid bin 'Umar Al Bakrawi] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir] dia berkata: saya mendengar [ayahku] berkata: telah menceritakan kepada kami [Anas] dia berkata: "Rasulullah bersabda: "Siapakah yang sanggup memperlihatkanku apa yang diperbuat Abu Jahal?....seperti hadits Ibnu 'Ulayyah, perkatan Abu Mijlas itu seperti yang disebutkan oleh Isma'il."
Shahih Muslim 3359: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al hanzhali] dan [Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Miswar Az Zuhri] keduanya dari [Ibnu 'Uyainah] sedangkan lafadznya dari Az Zuhri, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ['Amru] aku mendengar [Jabir] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapakah di antara kalian yang sanggup membunuh Ka'ab bin Ashraf? Sebab dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya." Maka Muhammad bin Maslamah berkata: "Wahai Rasulullah, setujukah anda jika aku yang akan membunuhnya?" beliau bersabda: "Ya, setuju." Maslamah berkata: "Tetapi, izinkanlah aku terlebih dahulu untuk mengatakan sesuatu kepada anda." Beliau menjawab: "Silahkan." Kemudian Dia mendekati beliau untuk menyampaikan sesuatu, akhirnya keduanya terlibat dengan pembicaraan yang serius. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebenarnya Ka'ab memang pernah berniat untuk bersedekah, akan tetapi ia justru menyusahkan kami." Mendengar keterangan beliau, Muhammad bin Maslamah berkata: "Demi Allah sungguh aku tidak merasa lebih geram daripada kejengkelanku ini." Muhammad bin Maslamah berkata: "Kami sekarang akan membuntutinya, dan kami tidak suka membiarkan begitu saja sehingga kami mengetahui akhir kesudahannya." Maslamah berkata (kepada Ka'ab), "Wahai Ka'ab, aku hendak meminjam sesuatu darimu!" Ka'ab bertanya, "Lalu apa yang hendak kamu gadaikan kepadaku sebagai jaminanannya?" Ibnu Maslamah balik bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Ka'ab berkata: "Bagaimana menurutmu jika aku ingin agar kamu menggadaikan isteri-isterimu kepadaku?" Ibnu Maslamah menjawab, "Kamu adalah orang arab yang berpenampilan sangat menarik dan gagah, jadi bagaimana mungkin aku akan menggadaikan isteri-isteriku?" Ka'ab kembali bertanya, "kalau begitu, bagaimana kalau kamu gadaikan anak-anakmu kepadaku." Ibnu Maslamah menjawab, "Itu tidak mungkin aku lakukan, tetapi aku akan menggadaikan senjataku kepadamu." Ka'ab menjawab, "Baiklah aku setuju." Kemudian Muhammad bin Maslamah berjanji akan datang ke rumah Ka'ab bin Al Ashraf dengan ditemani Al Harits, Abu Abbas bin Jabr dan Abbad bin Bisyr. Akhirnya keempat orang tersebut datang ke rumah Ka'ab pada malam hari. Sufyan berkata: selain 'Amru berkata: "Lalu isterinya Ka'ab berkata: "Sepertinya aku mendengar suara orang yang akan menumpahkan darah." Ka'ab menjawab, "Itu hanya suara Muhammad bin Maslamah dan Abu Nailah, saudara sesusuanku. Sebagai seorang yang terhormat maka aku akan menemuinya walaupun di malam hari." Sementara itu Muhammad bin Maslamah berkata (kepada temanya), "Apabila di keluar, maka aku akan mengulurkan tanganku ke kepalanya, apabila aku telah berhasil membekuknya, maka kamu maju untuk membunuhnya." Maslamah berkata: "Ketika Ka'ab keluar dengan meletakkan senjatanya, mereka (temannya Maslamah) berkata: "Sepertinya kami mencium bau harum darimu." Ka'ab menjawab, "Memang, sebab isteriku adalah wanita yang pandai berhias dan merawat diri." Muhammad bin Maslamah berkata: "Kalau kamu berkenan, bolehkah aku mencium bau harum yang ada pada dirimu?" Ka'ab berkata: "Silahkan." Kemudian Muhammad menciumnya dan berusaha menciumnya lagi, lalu dia berkata: "Kalau kamu berkenan, bolehkah aku mengulanginya lagi?" rupanya Ka'ab tidak merasa keberatan dan menyodorkan kepalanya kepada Muhammad bin Maslamah. Kemudian Muhammad bin Maslamah berkata kepada temannya, "Giliran kalian." Dia berkata: "Kemudian mereka membunuh Ka'ab bin Al Ashraf."
Shahih Muslim 3360: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] -yaitu Ibnu 'Ulayyah- dari [Abdul 'Aziz bin Shuhaib] dari [Anas], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak memerangi Khaibar, ketika kami hampir tiba di kota terebut, kami melaksanakan shalat subuh sementara hari masih agak gelap. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menaiki kendaraannya kemudian diikuti oleh Abu Thalhah, sedangkan aku membonceng di belakang Abu Thalhah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terus saja berjalan memasuki jalan-jalan kecil di Khaibar, sehingga lututku bersentuhan dengan paha Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan pernah kain beliau sampai tersingkap, sehingga kelihatan olehku putih paha Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika memasuki perkampungan, beliau bersabda: "Allahu Akbar, takluklah Khaibar, takluklah Khaibar, apabila kami menduduki suatu negeri, '(maka amat buruklah pagi hari yang di alami oleh orang-orang yang di peringatkan itu)." Beliau mengulanginya hingga tiga kali." Anas berkata: "Ketika orang-orang kampung keluar menuju tempat mereka bekerja, mereka lalu berteriak, "Muhammad telah tiba." Abdul Aziz berkata: "Sebagian sahabat kami menyebutkan, "Dan tentaranya." Anas mengatakan, "(Khaibar) kami rebut dengan kekerasan."
Shahih Muslim 3361: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami ['Affan] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] telah menceritakan kepada kami [Tsabit] dari [Anas] dia berkata: "Aku pernah membonceng Abu Thalhah ketika hari penaklukan khaibar, sendangkan kakiku bersentuhan dengan kaki Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Anas berkata: "Kami tiba ketika matahari belum muncul. Ketika para penduduknya keluar dengan membawa kempak dan keranjang menuju tempat mereka bekerja, maka mereka berteriak, "Muhammad dan tentaranya telah datang…!" Anas berkata: "Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Takluklah Khaibar, dan apabila kami menduduki suatu negeri, '(maka amat buruklah pagi hari yang di alami oleh orang-orang yang di peringatkan itu) ' '(Qs. Asy Syaffat: 177). Anas berkata: "Maka Allah Azza Wa Jalla telah mengalahkan mereka."
Shahih Muslim 3362: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Ishaq bin Manshur] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [An Nadlr bin Syumail] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dia berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Khaibar, beliau mengucapkan: "Apabila kami menduduki suatu negeri, '(maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu) ' (Qs. Asy Syaffat: 177)."
Shahih Muslim 3363: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dan [Muhammad bin 'Abbad] sedangkan lafadznya dari Ibnu 'Abbad, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Hatim] -yaitu Ibnu Isma'il- dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] bekas budak Salamh bin Al Akwa', dari [Salamah bin Al Akwa'] dia berkata: "Kami pergi berperang ke khaibar bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kami mengadakan perjalanan di malam hari. Seorang anggota pasukan lalu berkata kepada 'Amir bin Al Akwa', "Bacakanlah kepada kami sajak-sajakmu!" -'Amir memang seorang penyair- kemudian dia turun sambil menghalau unta dan berkata: "Ya Allah, kalau bukan karena (Hidayah-Mu) maka tidaklah kami akan mendapat petunjuk, kami tidak akan bersedekah, dan kami tidak akan mendirikan shalat. Oleh karena itu, ampunilah kami sebagai, selaku tebusan Engkau atas kesalahan kami. Dan teguhkanlah pendirian kami jika bertemu denga musuh. Tanamkanlah ketenangan di hati kami, apabila di teriaki kami kan datang. Dan dengan teriakan, mereka kan menangis kepada kami." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Siapakah orang yang menghalau unta sambil bersyair itu?" mereka menjawab, "Amir." Beliau bersabda: "Semoga Allah memberinya rahmat." Lalu seorang anggota pasukan bertanya, "Betulkah begitu ya Rasulullah? alangkah baiknya sekiranya anda menyuruhnya supaya menghibur kami terus." Kiranya saat itu kami telah sampa di Khaibar, kemudian kami mengepung penduduknya, sehingga perut kami terasa sangat lapar, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menaklukkan negeri itu kepada kalian." Salamah berkata: "Setelah hari mulai petang di hari penaklukan Khaibar, mereka mulai menyalakan api, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Nyala api apakah itu? Dan untuk apakah mereka menyalakan api tersebut?" mereka menjawab, "Untuk membakar daging." Beliau bertanya: "Daging apa?" mereka menjawab, "Daging keledai jinak." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tumpahkan dan pecahkanlah (periuknya)." Lantas ada seorang laki-laki berkata: "Tumpahkan lalu di cuci." Beliau menjawab: "Atau seperti itu." Tatkala dua pasukan saling berhadapan, ternyata 'Amir hanya mempunyai pedang pendek. Dengan pedang itu maka ia menikamkannya di betis orang Yahudi, tetapi malang baginya, ujung pedang itu terus meluncur hingga berbalik mengenai lutut 'Amir, dan 'Amir pun gugur karenanya." Salamah berkata: "Tatkala mereka telah kembali pulang, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang tanganku, ketika beliau melihat aku diam." Beliau bertanya: "Ada apa denganmu?" Aku menjawab, "Ayah dan ibuku menjadi tebusan anda, mereka mengatakan, 'Pahala 'Amir telah terhapus'." Beliau bertanya: "Siapa yang mengatakannya?" Aku menjawab, "Fulan, fulan dan Usaid bin Hudlair Al Anshari." Beliau bersabda: "Orang yang telah mengatakannya telah berdusta, sesungguhnya dia memperoleh pahala ganda -sambil beliau memberi isyarat dengan jemarinya- dialah pejuang sesungguhnya, dan sedikit sekali orang Arab yang pergi berperang seperti dia."
Shahih Muslim 3364: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Abdurrahman] -selain Ibnu Wahb menisbatkan kepada selainnya, Ibnu Abdullah bin Ka'ab bin Malik berkata- [Salamah bin Al Akwa'] berkata: "Ketika terjadi perang Khaibar, saudaraku berperang dengan dahsyatnya bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, namun malang baginya, pedang yang dipakainya berbalik dan mengenainya hingga ia meninggal. Maka [para sahabat] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkomentar mengenai peristiwa itu, bahwa ada seseorang yang mati karena tertusuk pedangnya sendiri." Salamah berkata: "Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali pulang dari khaibar, maka aku bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk malantunkan beberapa bait syair untuk anda!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengizinkannya, lantas Umar bin Khattab berkata: "Aku lebih tahu apa yang akan kamu katakan." Salamah berkata: "Lalu aku berkata (membacakan syair), "Demi Allah, kalau bukan karena Allah, niscaya kami tidak akan mendapatkan petunjuk, kami tidak akan bersedekah, dan kami tidak akan mendirikan shalat." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kamu benar." (Salamah melanjutkan senandungnya), "Semoga Allah menurunkan ketenangan atas kita, dan teguhkanlah pendirian kami jika bertemu dengan musuh…salamah berkata: "ketika aku selesai melatunkan beberapa bait syair tersebut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebenarnya siapakah yang melantunkan bait syair ini?" Aku menjawab, "Saudaraku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Semoga Allah merahmatinya." Salamah berkata: "Maka aku bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang enggan mendo'akan dia, justru mereka mengatakan bahwa ada seorang laki-laki mati karena pedangnya sendiri." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dia telah gugur sebagai seorang Mujahid." [Ibnu Syihab] berkata: "Setelah itu baru aku bertanya."
Shahih Muslim 3365: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] sedangkan lafadznya dari Ibnu Mutsanna, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar [Al Barra`] berkata: "Ketika terjadi perang Ahzab, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam turut bersama-sama dengan kami mengangkat tanah. Sehingga perut putih beliau kotor dengan tanah, beliau bersenandung: "Ya Allah, sekiranya bukan karena Engkau, tidaklah kami mendapatkan petunjuk, tidaklah kami bersedekah, dan tidak pula kami akan mendirikan shalat. Tanamkanlah ketenangan di hati kami, karena sesungguhnya para pembesar kaum tidak menyukai kami." Al Barra` berkata: "Mungkin juga beliau bersajak: "Sesungguhnya para pembesar tidak menyukai kami, namun bila mereka hendak berbuat firnah, maka mereka enggan kepada kami." Sambil mengerasnya bacaannya." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] dia berkata: aku mendengar [Al Barra`]...kemdian dia menyebutkan yang semisalnya, namun dia menyebutkan, "Sesungguhnya para pembesar berlaku congkak terhadap kami."
Shahih Muslim 3366: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abu Hazim] dari [ayahnya] dari [Sahl bin Sa'd] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada kami saat kami sedang menggali khandaq (parit) dan mengangkut tanah di pundak kami, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda: "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki selain kehidupan Akhirat, maka ampunilah orang-orang Muhajirin dan Anshar."
Shahih Muslim 3367: Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar] sedangkan lafadznya dari Ibnu Mutsanna, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Mu'awiyah bin Qurrah] dari [Anas bin Malik] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki melainkan kehidupan Akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Shahih Muslim 3368: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Basyar], [bnu Mutsanna] berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat." Syu'bah berkata: "Atau, beliau bersabda: "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang hakiki melainkan kehidupan akhirat, maka muliakanlah kaum Anshar dan Muhajirin."
Shahih Muslim 3369: Dan telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Syaiban bin Farruh], Yahya berkata: telah mengabarkan kepada kami, sedangkan Syaiban berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] dari [Abu At Tayyah] telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik] dia berkata: "Para sahabat sedang bersenandung sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama-sama dengan mereka, mereka mengatakan, "Ya Allah, tidak ada kebaikan yang abadi melainkan kebaikan akhirat, maka tolonglah kaum Anshar dan Muhajirin." Dan dalam haditsnya Syaiban kalimat 'Maka tolonglah', diganti dengan kalimat 'Maka ampunilah'."
Shahih Muslim 3370: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] telah menceritakan kepada kami [Tsabit] dari [Anas], bahwa ketika perang Khandaq para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengatakan, "Kami adalah orang-orang yang pernah berbaiat kepada muhammad atas Islam, sehingga hayat masih dikandung badan, -atau dia mengatakan- 'atas jihad, ' Hammad ragu-ragu. Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya tidak ada kebaikan yang abadi melainkan kebaikan akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Shahih Muslim 3371: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Hatim] -yaitu Ibnu Isma'il- dari [Yazid bin Abu 'Ubaid] dia berkata: aku mendengar [Salamah bin Al Akwa'] berkata: "Aku keluar kota sebelum adzan pertama dikumandangkan, sedangkan unta-unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam digembalakan di Dzu Qard." Salamah berkata: "Tiba-tiba budak Abdurrahman bin Auf mendatangiku seraya berkata: "Unta-unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah dirampok." Maka aku bertanya, "Siapa yang merampoknya?" dia menjawab, "Bani Ghathafan." Salamah berkata: "Kemudian aku berteriak hingga tiga kali, "Tolooong...!" Salamah berkata: "Hingga suaraku terdengar hingga ke seluruh pojok kota Madinah, kemudian aku bertolak hingga menemui mereka di Dzu Qard, sedangkan mereka baru minum dari sumber air, maka aku melempari mereka dengan panah sambil bersenandung, 'Aku adalah Ibnu Al Akwa', pada hari ini adalah hari kebinasana.' Aku masih bersenandung hingga aku dapat mengambil kembali unta-unta beliau dari mereka, dan membawa tiga puluh kain burdah dari mereka." Salamah berkata: "Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang disertai dengan beberapa orang, aku lalu berkata: 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku telah menghalau mereka dari sumber air, padahal mereka sangat kehausan, maka utuslah kepada mereka sekarang juga.' Maka beliau bersabda: "Wahai Al Akwa', kamu telah melakukan suatu hal yang sangat tepat." Kemudian kami kembali pulang dengan membonceng di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di atas untanya, hingga kami memasuki kota Madinah."
Shahih Muslim 3372: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Hasyim Ibnul Qasim]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Abu Amir Al Aqadi] keduanya dari [Ikrimah bin Ammar]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin 'Abdurrahman Ad Darimi] dan ini adalah haditsnya. Telah mengabarkan kepada kami [Abu Ali Al Hanafi Ubaidullah bin Abdul Majid] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah] -yaitu Ibnu Ammar- telah menceritakan kepadaku [Iyas bin Salamah] dari [ayahnya] dia berkata: "Kami pernah ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ke Hudaibiyah, pada saat itu kami berjumlah seribu empat ratus orang, dan kami hanya membawa lima puluh ekor kambing, sehingga air susu kambing sejumlah itu tidak cukup untuk kami minum. Setelah itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di dekat sumur sambil berdo'a atau meludahinya. Berkat do'a yang dibacakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada air susu kambing tersebut, maka kami semua dapat meminum air susu dengan sepuas-puasnya. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak kami untuk berbai'at kepada beliau di bawah pohon. Aku berbaiat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada rombongan pertama. Kemudian beliau terus menerima pembaiatan dari para sahabat yang hadir pada saat itu. Ketika sampai pada rombongan yang berada di tengah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Barbaiatlah wahai Salamah." Aku pun berkata kepada beliau, "Aku telah berbaiat kepada anda pada rombongan pertama wahai Rasulullah." Namun beliau justru bersabda kepadaku: "Berbaiatlah lagi waahi Salamah." Aku akhirnya menuruti permintaan beliau. Ketika beliau melihat aku tidak membawa senjata sama sekali, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan tameng atau perisai kepadaku. Selanjutnya beliau menerima pembaiatan lagi dari rombongan yang terakhir. Pada saat itu, beliau kembali bertanya kepada aku: "Mengapa kamu tidak ikut berbaiat kepadaku wahai Salamah?" Aku menjawab, "Aku telah berbaiat kepadamu wahai Rasulullah, bahkan tadi aku telah berbaiat kepada anda hingga dua kali, yaitu pada rombongan pertama dan rombongan pertengahan." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berbaiatlah sekali lagi wahai Salamah!" Akhirnya aku ikut berbaiat kepada beliau untuk yang ketiga kalinya. Selesai berbaiat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: "Wahai Salamah, mana tameng dan perisai yang aku berikan kepadamu?" aku mencoba menjelaskan pertanyaan beliau, "Wahai Rasulullah, tadi aku bertemu dengan pamanku, Amir, ternyata dia juga tidak mempunyai senjata sama sekali, maka tameng itu aku berikan kepadanya." Mendengar penjelasan itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum sambil bersabda: "Sesungguhnya kamu seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang dahulu, 'Ya Allah, ya Rabbku, berikanlah aku seorang kekasih yang lebih aku cintai daripada diriku sendiri'." Beberapa hari kemudian, kaum Musyrikin mengajak kami berdamai dengan cara mengirim kurir terlebih dahulu. Setelah mengalami proses yang tidak begitu lama, akhirnya kami sepakat untuk berdamai. Dahulu aku adalah pelayan Thalhah bin Ubaidillah, tugasku memberi minum kuda dan memandikannya. Sebagai imbalan dari pelayanannya tersebut, aku mendapatkan makan darinya. Aku memang bertekat untuk meninggalkan keluarga dan hartaku untuk berhijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya. Ketika kesepakatan perjanjian damai antara kami dengan penduduk Makkah telah terjalin, hingga kami sudah bisa saling berbaur, maka suatu hari aku pergi menuju pepohonan untuk beristirahat di bawahnya. Pada saat berbaring di bawah pohon itulah, tiba-tiba datang empat orang Musyrikin dari peduduk kota Makkah yang tengah menggunjing Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hingga membuat aku geram terhadap mereka. Lalu aku pidah ke batang pohon lainnya sambil melihat mereka menggantungkan senjatanya dan setelah itu mereka tertidur. Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar suara orang yang menyeru dari dasar jurang, "Hai kaum Muhajirin, Ibnu Zunaim telah terbunuh." Seketika itu juga aku cabut sambil mendatangi keempat orang musyrikin yang tengah tidur tersebut, aku ambil senjata mereka." Salamah melanjutkan, "Setelah itu aku berkata kepada mereka, 'Demi dzat yang telah memuliakan wajah Muhammad, barangsiapa ada di antara kalian berani mengangkat kepalanya, maka akan kutebas lehernya.' Akhirnya keempat orang kafir Qurasiy tersebut aku giring ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada saat yang bersamaan aku melihat Amir, paman aku. Ternyata dia juga tengah menggiring seorang laki-laki Quraisy yang bernama Mikraz untuk di ajukan ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lelaki Quraisy yang bernama Mikraz tersebut dibiarkan mengendarai seekor kuda yang ternyata diikuti sekitar tiga puluh orang musyrikin dari anak buahnya. Sejenak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memandangi mereka sambil bersabda: "Biarkanlah mereka, karena mereka akan menaggung kezalimannya dari awal sampai akhir." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkan mereka, maka Allah menurunkan ayat: '(Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Makkah setelah Allah memenangkan kamu atas mereka) ' (Qs. Al Fath: 24). Setelah kejadian itu, kami kembali pulang bersama-sama ke kota Madinah dengan membawa kemenangan. Namun sebelumnya, kami berhenti di suatu tempat. Sedangkan jarak kami dengan Bani Lihyan saat itu hanya dipisahkan oleh gunung, menurut informasi yang aku ketahui, kaum Bani Lihyan juga termasuk dari orang-orang Musyrik. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan bahwa beliau akan mengampuni seseorang yang sanggup mendaki gunung tersebut pada malam hari. Memang, gunung yang ada di hadapan mereka itu seakan-akan sedang menantang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat yang hadir saat itu. Pada malam itu juga, aku berhasil mendaki gunung tersebut sebanyak dua atau tiga kali. Akhirnya kami tiba di kota Madinah. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus Rabbah -pelayan beliau- untuk mengawal unta yang tengah membawa muatan yang cukup besar, lalu aku juga ikut menyertai Rabbah dengan menaiki kuda milik Thalhah. Keesokan harinya, aku mendengar informasi bahwa Abdurrahman Al Fazari hendak mencegat rombongan kami. Ternyata informasi itu benar, Abdurrahman dapat menawan unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beserta muatannya. Bahkan kami dengar, dia berhasil membunuh orang yang mengendarai unta tersebut. Saat itu aku telah mengatakannya kepada Rabbah, 'Wahai Rabbah, ambillah kuda ini dan serahkanlah kepada Thalhah bin Ubaidullah, jangan sampai lupa, beritahukan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa orang-orang Musyrikin telah menawan rombongan unta yang beliau utus.' Setelah itu, aku naik ke atas bukit, sambil menghadap kota Madinah, aku berteriak dengan suara lantang, 'Wahai para penduduk! ' Sebanyak tiga kali berturut-turut. Kemudian aku turun dari atas bukit sambil terus melepaskan anak panah ke arah sasaran musuh, sementara itu untuk menghibur hati, aku bersenandung, 'Aku adalah putra Al Akwa', hari ini adalah hari kebinasaan! ' Dalam perjelanan mengejar musuh, aku bertemu seorang laki-laki dari kaum Musyrikin. Lalu aku mulai membidikkan anak panah ke arahnya. Tidak lama kemudian, aku berhasil menancapkan sebatang anak panah tepat mengenai bahunya, dari kejauhan aku katakan kepadanya, 'Rasakanlah anak panah itu, aku adalah putra Al Akwa', hari ini adalah hari kebinasaan'." Salamah berkata: "Demi Allah, aku tetap terus melancarkan anak panah ke arah musuh. Tiba-tiba dari arah depan, aku melihat seorang musuh yang sedang menunggang kuda menuju ke arahku. Lalu aku bersembunyi di balik pohon yang rimbun. Begitu musuh yang menunggang kuda itu melintas, segera aku melepaskan anak panahku hingga berhasil melukainya. Tidak beberapa lama, datang lagi beberapa pasukan musuh. Namun seperti sebelumnya, aku langsung memanjat ke atas bukit. Dari atas bukit tersebut aku berupaya menahan laju mereka dengan cara melemparkan bebatuan ke arah mereka, dan ternyata cara tersebut berhasil. Mereka mundur secara teratur dan membiarkan aku terus mengejarnya. Karena merasa keberatan dengan beban yang mereka bawa, akhirnya mereka menjatuhkan sebagian besar perbekalan mereka dari unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mereka ambil, agar lebih ringan dan dapat melarikan kendaraannya. Aku pun terus mengikuti laju mereka sambil melemparkan anak panah. Aku juga membuat jejak di jalan-jalan dengan bebatuan supaya dapat diketahui oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, dari apa yang telah aku lakukan terhadap musuh-musuh tersebut. Dengan berhimpit-himpitan, pasukan kaum Musyrikin berusaha turun dari bukit dengan melewati jalan sempit yang ada di bukit. Untungnya, Fulan bin Badri Al Fazari telah siap menanti di bawah untuk membantu mereka. Kemudian mereka duduk sambil beristirahat karena kelelahan, sementara aku duduk di atas bukit. Dari atas bukit, aku mendengar Al Fazari bertanya kepada teman-temannya yang baru saja turun dari bukit, 'Ada apa ini? Apa yang telah terjadi pada kalian? ' mereka menjawab, 'Kami telah mengalami kepayahan, demi Allah, tidaklah kami melalui akhir malam, melainkan kami selalu dihujani anak panah, sehingga kami membuang sebagian besar perbekalan kami.' Lalu Al Fazari memerintahkan empat orang dari mereka untuk menghadapiku, akhirnya keempat orang tersebut bergegas naik ke atas bukit untuk menghadapiku. Ketika jarak antara aku dengan mereka sudah semakin dekat, hingga memungkinkan mereka mendengar suara aku, maka aku berseru, "Hai kalian berempat, apakah kalian mengenalku? ' mereka menjawab, 'Tidak, kami tidak mengenalmu, siapa sebenarnya kamu? ' aku menjawab, 'Aku adalah Salamah bin Al Akwa', demi dzat yang memuliakan wajah Muhammad, aku tidak akan membiarkan kalian hidup, mungkin begitu pula dengan kalian yang tidak mungkin membiarkan aku hidup.' Lalu aku mendengar salah seorang dari keempat orang tersebut menjawab seperti yang aku katakan. Belum sampai aku pindah tempat, tiba-tiba aku melihat beberapa orang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang tengah mengendarai kuda keluar dari balik semak-semak pepohonan menuju arah tempat aku berada." Salamah berkata: "Pertama kali yang aku lihat adalah Akhram Al Asadi, disusul oleh Abu Qatadah Al Anshari. Setelah itu, muncullah Miqdad bin Aswad Al Kindi." Salamah melanjutkan, "Lalu aku memegang tali kekang kuda milik akhram, ternyata mereka bergegas hendak maju membantu aku, segera aku berkata: "Wahai Akhram, hati-hatilah terhadap mereka, jangan sampai mereka melukai atau mencelakaimu, hingga datang bala bantuan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat yang lain." Dia menjawab, "Wahai Salamah, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Allah dan hari Kiamat, serta kamu yakin bahwa surga dan neraka itu sesuatu yang benar, maka janganlah kamu menghalangiku untuk memperoleh syahid." Salamah berkata: "Kemudian aku membiarkannya maju untuk bertempur satu lawan satu, lalu Abdurrahman maju ke hadapan menghadapi Akhram, pada awalnya dia dapat melukai kuda Abdurrahman, namun akhirnya Abdurrahman dapat menikam akhram hingga dia gugur. Abdurrahman lantas menaiki kudanya. Setelah itu, majulah Abu Qatadah -prajurit penunggang kuda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- menghadapi Abdurrahman. Lalu Abu Qatadah dapat menikam Abdurrahman dan membunuhnya, demi dzat yang memuliakan wajah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, aku terus membuntuti mereka dengan berjalan kaki hingga tak kulihat satupun sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak juga debunya. Menjelang matahari terbenam, mereka menuju ke jalan di bukit yang terdapat mata airnya bernama Dzu Qard, untuk mereka minum karena kehausan." Salamah berkata: "Kemudian mereka melihatku berlari membuntuti mereka, kuhalangi mereka dari telaga itu sehingga mereka tak bisa meneguk setetes air." Salamah berkata: "Lantas mereka meninggalkan tempat tersebut dengan bersusah payah menyusuri lereng-lereng bukit." Salamah melanjutkan, "Lalu aku berlari dan menjumpai seseorang dari mereka, lantas kutusuk dengan anak panah tepat mengenai ujung tulang bahu." Salamah melanjutkan, "Lalu kukatakan dengan nada mengejek, 'Coba kau cabut anak panah yang kutusukkan, aku adalah putra Al Akwa', hari ini adalah hari kebinasaan.' Sang musuh berujar, 'Pagi yang sial, betulkah kamu Akwa'? ' Aku menjawab, 'Betul hai musuh Allah, akulah Akwa' yang pagi dini membawa kesialan bagimu.' Akwa' meneruskan, "Musuh mencelakai dua ekor kudanya di lereng gunung. Kugiring keduanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Amir menyusulku dengan membawa geriba kulit berkantung dua, satu berisi susu campuran, dan satunya berisi air murni. Aku berwudlu dan minum, lantas kutemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang beliau tengah berada di sumber air yang kuhalangi musuh meminumnya. Ternyata Rasulullah telah mengambil seluruh unta dan segala yang kuselamatkan dari pasukan musyrik, juga tombak dan kain burdah. Saat itu, Bilal telah menyembelih seekor unta dari beberapa unta yang aku selamatkan dari orang Musyrik, kemudian dia mengambil hatinya dan punuknya dan membakarnya, setelah itu ia mempersembahkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Salamah melanjutkan, 'Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, biarkanlah aku memilih seratus orang dari pasukan musuh, kemudian aku mengikuti mereka hingga tidak ada lagi yang menginformasikan posisi kita melainkan aku tebas batang lehernya'." Salamah berkata: "Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum sehingga gigi geraham beliau terlihat jelas siang hari itu. Kemudian beliau bertanya: "Wahai Salamah, apakah kamu telah siap dengan apa yang akan kamu lakukan itu?" aku menjawab, "Tentu, demi dzat yang telah memuliakan anda." Selanjutnya beliau bersabda: "Ketahuilah wahai Salamah, sesungguhnya mereka sekarang sedang berada di wilayah kekuasaan orang-orang Ghathafan." Salamah berkata: "Lalu datanglah seorang laki-laki dari Ghathafan seraya berkata: "Si fulan telah menyembelih unta untuk mereka, ketika mereka menguliti hewan tersebut, tiba-tiba mereka melihat debu mengepul, hingga mereka lari terbirit-birit." Keesokan harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik prajurit penunggang kuda saat ini adalah Abu Qatadah, sedangkan sebaik-baik prajurit pejalan kaki adalah salamah." Salamah melanjutkan, "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan dua batang tombak kepadaku, yaitu: tombak untuk pasukan berkuda dan tombak untuk pejalan kaki, dan saat itu aku menggabungkan menjadi satu. Kemudian kami kembali ke Madinah dan aku membonceng di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan menaiki Adzba`." Salamah berkata: "Ketika kami berada di tengah jalan, -Salamah berkata- ada seorang sahabat Anshar yang mengajak kami untuk lomba lari cepat. Salamah berkata: "Lalu sahabat Anshar itu berkata: 'Tidakkah ada orang yang mau berlomba lari menuju Madinah? ' dan ia mengulanginya sampai beberapa kali." Salamah melanjutkan, "Setelah aku mendengar perkataannya, aku berkata: 'Apakah kamu hendak memuliakan orang yang mulia, ataukah hendak memperoleh wibawa di hadapan orang yang terpandang? ' dia menjawab, "Tidak, namun untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Salamah melanjutkan, "Aku berkata: "Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, biarkanlah aku melayani tantangan lomba lari laki-laki itu!" Beliau menjawab: "Silahkan jika kamu mau." Salamah berkata: "Ayo mulai." Lalu aku berlari dengan kakiku, memang aku sengaja membiarkan dia hingga ia mendaki satu atau dua bukit, sebab aku khawatir akan kehabisan tenaga, kemudian aku berlari melewati jejaknya dan aku masih membiarkan dia mendaki satu atau dua bukit. Kemudian aku pacu lagi lariku sekencang-kencangnya sehingga aku dapat menjumpainya." Salamah berkata: "Kemudian aku menepuk di antara pundaknya." Salamah melanjutkan, "Aku berkata: 'Demi Allah, kamu telah didahului'." -Iyasy berkata: aku kira Salamah berkata- "aku telah mendahuluinya ke Madinah." Salamah melanjutkan, "Demi Allah, kami waktu i
Shahih Muslim 3373: Telah menceritakan kepadaku [Amru bin Muhammad An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Tsabit] dari [Anas bin Malik], bahwa delapan puluh orang dari penduduk Makkah turun dari bukit Tan'im kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan persenjataan yang lengkap. Mereka hendak menyerang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya karena bentuk permusuhannya terhadap beliau. Namun akhirnya mereka menyerah dan beliau membiarkan mereka hidup, maka Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayatnya: '(Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah kota Makkah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka) ' (Qs. Al Fath: 24).
Shahih Muslim 3374: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Tsabit] dari [Anas], bahwa Ummu Sulaim selalu membawa parang ketika perang Hunain, lalu Abu Thalhah melihatnya sehingga ia pun mengadu, "Wahai Rasulullah, Ummu Sulaim selalu membawa parang." Beliau lalu bertanya kepada Ummu Sulaim: "Untuk apakah kamu selalu membawa parang?" Ummu Sulaim membawa, "Jika ada orang Musyrik mendekatiku, maka aku akan membelah perutnya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa mendengarnya. Ummu Sulaim berkata: "Wahai Rasulullah, bunuhlah orang-orang yang anda bebaskan di hari penaklukan kota Makkah, sekarang mereka telah lari dari Anda." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Ummu Sulaim, sesungguhnya Allah telah mencukupi dan memperbaiki." Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] telah mengabarkan kepada kami [Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah] dari [Anas bin Malik] tentang kisah Ummu Sulaim, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seperti haditsnya Tsabit."
Shahih Muslim 3375: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ja'far bin Sulaiman] dari [Tsabit] dari [Anas bin Malik] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berperang bersama-sama dengan Ummu Sulaim dan beberap wanita Anshar, ketika perang berkecamuk, mereka memberi minum dan mengobati tentara yang terluka."
Shahih Muslim 3376: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin 'Amru] -yaitu Abu Ma'mar Al Minqari- telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] -yaitu Ibnu Shuhaib- dari [Anas bin Malik] dia berkata: "Ketika perang Uhud berkecamuk, beberapa orang dari pasukan Islam lari meninggalkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan Abu Thalhah adalah seorang pamanah yang terampil. Pada hari itu, dia sampai mematahkan dua atau tiga busur panah." Anas mengatakan, "Saat itu ada seseorang yang lewat di hadapan temannya dengan membawa panah, maka temanya berkata: "Berikanlah itu kepada Abu Thalhah!" Anas melanjutkan, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri berdiri tegak memperhatikan seluruh pasukan. Lalu Abu Thalhah berkata: "Wahai Nabi Allah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, aku memohon anda tidak berdiri tegak supaya tidak terkena panah musuh, biarlah leherku yang terkena asal bukan leher anda." Kata Anas selanjutnya, "Sungguh, aku melihat 'Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Sulaim, keduanya menyingsingkan pakainnya sehingga terlihat olehku gelang kakinya, keduanya membawa geribah di punggung mereka, kemudian dituangkannya di mulut kaum Muslimin. Sesudah itu mereka pergi lagi mengisi geribah mereka dan datang lagi untuk menuangkannya ke mulut anggota pasukan. Seusai pertempuran, pedang Abu Thalhah sampai terjatuh dua hingga tiga kali karena sangat mengantuknya."
Shahih Muslim 3377: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman] -yaitu Ibnu Bilal- dari [Ja'far bin Muhammad] dari [ayahnya] dari [Yazid bin Hurmuz] bahwa Najdah pernah menulis surat kepada [Ibnu Abbas] dan menanyakan mengenai lima masalah. Ibnu Abbas berkata: "Kalaulah aku tidak khawatir akan dianggap menyembunyikan ilmu, maka tidak akan kubalas suratnya." (surat 'Abdah -red): "Amma Ba'd, tolonglah kabarkan kepadaku, adakah kaum wanita yang pergi berperang bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam? Apakah mereka juga diberi ghanimah? Apakah beliau membunuh anak-anak? Kapankah seorang anak tidak lagi dikatakan yatim? Dan untuk siapakah diberikan seperlima pembagian harta ghanimah?" Ibnu Abbas membalas suratnya: "Anda menanyakan kepadaku, apakah para wanita ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam? Betul, beliau pergi berperang bersama dengan para wanita. Mereka bertugas mengobati pasukan yang terluka, dan mereka diberi harta ghanimah ala kadarnya, tetapi mereka tidak diberi jumlah tertentu. Dan sesungguhnya beliau tidak pernah membunuh anak-anak, oleh karena itu, tahanlah kalian dari membunuh anak-anak. Kamu menanyakan kepadaku, mengenai kapan masa habisnya keyatiman anak yatim? Demi Dzat yang memanjangkan umurku, ada orang yang telah tumbuh jenggotnya, namun dia masih lemah mengurus dirinya, lemah mengambil dirinya sendiri atau memberi kepada dirinya sendiri. Maka apabila dia sudah sanggup mengurus dirinya sendiri, mengambil apa yang baik bagi dirinya seperti halnya orang lain. Maka ketika itu dia habis masa keyatimannya. Dan anda menanyakan pula tentang untuk siapa seperlima harta ghanimah tersebut?, sesungguhnya kami pernah mengatakan, itu untuk kami (Bani Hasyim), namun keluarga kami keberatan atas kami." Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Ishaq bin Ibrahim] keduanya dari [Hatim bin Isma'il] dari [Ja'far bin Muhammad] dari [ayahnya] dari [Yazid bin Hurmuz] bahwa Najdah pernah menulis surat kepada [Ibnu Abbas] untuk menanyakan mengenai hal itu sebagaimana hadits Sulaiman bin Bilal, namun dalam hadits Hatim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah membunuh anak-anak, oleh karena itu janganlah kamu membunuh anak-anak, kecuali jika kamu mengetahui seorang anak tersebut ikut dalam berperang." Dan Ishaq menyebutkan dalam haditsnya dari Hatim, bahwa 'Kamu dapat membedakan antara yang mukmin, kemudian kamu bunuh yang kafir dan tinggalkanlah yang mukmin'."
Shahih Muslim 3378: Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Isma'il bin Umayyah] dari [Sa'id Al Maqbiri] dari [Yazid bin Hurmuz] dia berkata: "Najdah bin 'Amir pernah menulis surat kepada [Ibnu Abbas], dia bertanya mengenai seorang budak dan seorang wanita yang ikut serta dalam peperangan, apakah keduanya diberi bagian khsusus? Dan mengenai membunuh anak-anak, masa habis keyatiman seorang anak yatim dan mengenai dzawil qurba, siapakah mereka itu?" maka Ibnu Abbas berkata kepada Yazid, "Balaslah suratnya, sekiranya aku tidak khawatir ia mengiraku berpura-pura bodoh, niscaya aku tidak akan membalas suratnya, tulislah: 'Sesungguhnya kamu bertanya kepadaku mengenai seorang wanita dan budak yang ikut mengumpulkan ghanimah, apakah dia mendapatkan bagian yang khusus? Dia tidak mendapatkan bagian tertentu melainkan ia diberi sebatas ala kadarnya. Dan bertanya mengenai membunuh anak-anak, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak membunuh anak-anak, oleh karena itu, janganlah kamu membunuh anak-anak, kecuali sebagaimana yang telah kamu ketahui apa yang diperbuat oleh sahabatnya Musa -(Khidzir -red) yang telah membunuh seorang anak. Dan kamu menulis surat untuk bertanya kepadaku mengenai batasan anak yatim, kapankah terputus keyatimannya? Bahwa keyatiman belum terputus dari seorang anak yatim hingga dia baligh dan matang kecerdasannya (sanggup menurus dirinya sendiri). Kamu menulis surat untuk bertanya kepadaku mengenai dzawil qurba, siapakah sebenarnya mereka? aku kira bahwa aku termasuk dari mereka, namun kaumku keberatan atas kami." Dan telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Bisyr Al 'Abdi] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Umayyah] dari [Sa'id bin Abu Sa'id] dari [Yazid bin Hurmuz] dia berkata: "Najdah pernah menulis surat kepada [Ibnu Abbas]... kemudian dia melanjutkan hadits tersebut seperti hadits di atas." Abu Ihsaq berkata: telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Sufyan dengan hadits yang sangat panjang ini."
Shahih Muslim 3379: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Wahb bin Jarir bin Hazim] telah menceritakan kepadaku [ayahku] dia berkata: aku mendengar [Qias] menceritakan dari [Yazid bin Hurmuz]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] sedangkan lafadznya dari dia, dia berkata: telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Jarir bin Hazim] telah menceritakan kepadaku [Qais bin Sa'd] dari [Yazid bin Hurmuz] dia berkata: "Najdah bin 'Amir pernah mengirim surat kepada [Ibnu Abbas]." Yazid bin Hurmuz berkata: "Aku menyaksikan Ibnu Abbas ketika dia membaca suratnya dan ketika dia membalas suratnya, Ibnu Abbas berkata: "Demi Allah, sekiranya aku tidak khawatir dia akan memandang jelek aku, niscaya aku tidak akan membalas suratnya dan juga memuliakannya." Yazid berkata: "Lantas Ibnu Abbas membalas suratnya, "Sesungguhnya kamu telah menanyakan mengenai bagian Dzawil Qurba sebagaimana yang telah disebutkan Allah, siapakah sebenarnya mereka? Sesungguhnya kami berpendapat bahwa kerabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah kami, namun kaum kami keberatan atas kami. Kamu bertanya mengenai kapankah terputusnya keyatiman? Sesungguhnya terputusnya keyatiman adalah jika seseorang itu telah menikah dan telah matang kecerdasannya (dapat mengurus diri -red), dan dapat mempergunakan hartanya dengan semestinya, maka keyatiman telah terputus darinya. Dan kamu bertanya mengenai apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membunuh anak-anak orang Musyrik? Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah sama sekali membunuh anak-anak mereka, oleh karena itu janganlah kamu membunuh anak-anak melainkan jika kamu mengetahui dari mereka sebagaimana yang diketahui oleh Khidzir yang membunuh seorang anak kecil. Kamu bertanya mengenai seorang budak dan wanita, apakah keduanya dapat bagian tertentu jika keduanya ikut serta perang? Sesungguhnya mereka tidak mendapatkan bagian tertentu melainkan ia mendapatkan bagian ala kadarnya dari harta ghanimah." Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Za`idah] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman, Al A'masy] dari [Al Mukhtar bin Shaifi] dari [Yazid bin Hurmuz] dia berkata: "Najdah pernah mengirim surat kepada [Ibnu Abbas]...kemudian dia menyebutkan sebagian hadits, namun tidak sampai sempurna, sebagaimana sempurnanya hadits yang telah kami sebutkan dari hadits mereka."
Shahih Muslim 3380: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahim bin Sulaiman] dari [Hisyam] dari [Hafshah binti Sirin] dari [Ummu 'Athiyah Al Anshariyah] dia berkata: "Aku pernah ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tujuh kali peperangan, aku tinggal di perkemahan mereka, memasak makanan untuk mereka, mengobati yang luka dan merawat orang-orang yang sakit." Dan telah menceritakan kepada kami ['Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Hasan] dengan isnad seperti ini."
Shahih Muslim 3381: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Ibnu Al Basyar] sedangkan lafadznya dari Ibnu Al Mutsanna, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu Ishaq] bahwa [Abdullah bin Yazid] keluar untuk shalat istisqa' bersama-sama dengan manusia, kemudian dia shalat dua rakaat dan beristisqa' (do'a minta hujan), dia berkata: "Saat itu aku bertemu dengan Zaid bin Arqam." Dia melanjutkan, "Dan tidak ada seorang pun antara kami dengan dia melainkan ada seorang laki-laki, atau mengatakan, "antara aku dengan dia ada seorang laki-laki." Abdullah bin Yazid berkata: "Lantas aku bertanya kepadanya, "Berapa kalikah Rasulullah ikut berperang?" dia menjawab, "Sembilan belas kali." Aku bertanya lagi, "Berapa kalikah kamu ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" dia menjawab, "Tujuh belas kali peperangan." Abdullah berkata: "Lantas aku bertanya, 'Peperangan apa yang pertama kali beliau ikuti? dia menjawab, "Perang Dzatul 'Usair atau 'Usyair."
Shahih Muslim 3382: Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Adam] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] dari [Abu Ishaq] dari [Zaid bin Arqam] ia mendengarnya darinya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berperang sebanyak sembilan belas kali peperangan. Dan setelah hijrah, beliau hanya melakukan haji hanya sekali, beliau belum pernah melakukan haji selain haji Wada'."
Shahih Muslim 3383: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin 'Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Zakaria] telah mengabarkan kepada kami [Abu Az Zubair] bahwa dia pernah mendengar [Jabir bin Abdullah] berkata: "Aku pernah mengikuti peperangan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak sembilan belas kali peperangan." Jabir berkata: "Namun aku tidak ikut dalam perang Badar dan perang Uhud, sebab ayahku melarangku untuk mengikutinya, ketika Abdullah terbunuh pada waktu perang Uhud, maka aku tidak pernah ketinggalan sekali pun untuk ikut perang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Shahih Muslim 3384: Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Zaid bin Al Hubab]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Muhammad Al Jarmi] telah menceritakan kepada kami [Abu Tumailah] dia berkata: telah menceritakan kepada kami [Husain bin Waqid] dari [Abdullah bin Buraidah] dari [ayahnya] dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ikut serta dalam peperangan sebanyak sembilan balas kali, delapan kali di antaranya (beliau) terjun langsung dalam kancah peperangan tersebut." Namun Abu Bakar tidak menyebutkan, "di antaranya." Dan haditsnya ia menyebutkan, "Telah menceritakan kepadaku, Abdullah bin Buraidah."
Shahih Muslim 3385: Dan telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Hanbal] telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir bin Sulaiman] dari [Kahmas] dari [Ibnu Buraidah] dari [ayahnya], bahwa dia berkata: bahwa dia pernah ikut berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak enam belas kali peperangan."
Shahih Muslim 3386: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin 'Abbad] telah menceritakan kepada kami [Hatim] -yaitu Ibnu Isma'il- dari [Yazid] -yaitu Ibnu Abu 'Ubaid- dia berkata: aku mendengar [Salamah] berkata: "Aku pernah berperang bersama-sama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebanyak tujuh kali, kemudian aku juga pernah ikut dalam pasukan yang dikirim oleh beliau sebanyak sembilan kali peperangan, sekali dipimpin oleh Abu Bakar dan satu kali di bawah pimpinan Usamah bin Zaid." Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Hatim] dengan isnad ini, namun dia mengatakan dalam kedua hadits tersebut sebanyak tujuh kali peperangan."
Shahih Muslim 3387: Telah menceritakan kepada kami [Abu 'Amir Abdullah bin Barrad Al Asy'ari] dan [Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani] sedangkan lafadznya dari 'Amir, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid bin Abu Burdah] dari [Abu Burdah] dari [Abu Musa] dia berkata: "Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menghadapi beberapa orang yang hendak menyerbu, saat itu kami berjumlah sekitar enam orang, dengan mengendarai seekor unta yang kami naiki secara bergantian." Abu Musa berkata: "Lalu kaki kamipun terluka, demikian juga dengan kakiku, bahkan kuku kakiku ada yang terlepas satu-persatu. Kami bersama-sama membalut kaki-kaki kami dengan secarik kain. Karena kami membalut kaki kami yang terluka dengan secarik kain, maka peperangan tersebut dinamai dengan perang Dzatu Ar Riqa'." Abu Burdah mengatakan, "Abu Musa pernah menceritakan hadits ini kepadaku, tetapi kemudian dia membencinya. Sepertinya dia membenci kalau amal perbuatannya disebarluaskan." Abu Usamah mengatakan, "Dan selain Buraid ada juga seseorang yang menambahkan kepadaku, yaitu, 'Semoga Allah memberikan pahala'."
Shahih Muslim 3388: Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dari [Malik]. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir] sedangkan lafadznya dari dia, telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Wahb] dari [Malik bin Anas] dari [Al Fudlail bin Abu Abdullah] dari [Abdullah bin Niyar Al Aslami] dari ['Urwah bin Az Zubair] dari ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi ke Badar, tatkala beliau sampai di Harratul Wabarah, beliau ditemui oleh seorang laki-laki yang terkenal gagah berani. Maka para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merasa gembira ketika melihat kedatangannya. Laki-laki tersebut berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Aku sengaja mengikuti anda karena hendak ikut berperang dipihak anda dan bersama-sama dengan anda." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Apakah kamu sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?" dia menjawab, "Tidak." Beliau bersabda: "Jika demikian, kembalilah kamu pulang, sebab kami tidak membutuhkan pertolongan orang-orang Musyrik." 'Aisyah berkata: "Maka pergilah orang itu, namun ketika kami dekat dengan sebatang pohon, orang itu datang kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata seperti semula, sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bertanya seperti semula. Selanjutnya beliau bersabda: "Jika demikian, kembalilah kamu pulang, sebab kami tidak membutuhkan pertolongan orang-orang Musyrik." Dia berkata: "Maka pergilah dia, kemudian ketika kami sampai di baida`, dia datang kembali, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya pula kepadanya seperti semula: "Apakah anda sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?" jawab orang itu, "Ya aku beriman." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Mari, teruslah jalan."