14. Puasa

【1】

Shahih Muslim 1793: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] -ia adalah Ibnu Ja'far- dari [Abu Suhail] dari [Bapaknya] dari [Abu Hurairah] radliyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bila bulan Ramadlan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu."

【2】

Shahih Muslim 1794: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Ibnu Abu Anas] bahwa [bapaknya] telah menceritakan kepadanya, bahwa ia mendengar [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Ramadlan telah tiba, maka pintu-pintu surga akan dibuka, lalu pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun akan dirantai." Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] dan [Al Hulwani] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [bapakku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] telah menceritakan kepadaku [Nafi' bin Abu Anas] bahwa [bapaknya] telah menceritakan kepadanya, bahwa ia mendengar [Abu Hurairah] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila bulan Ramadlan tiba." Yakni dengan hadits semisalnya.

【3】

Shahih Muslim 1795: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau menyebutkan Ramadlan, dan beliau pun bersabda: "Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat Hilal (bulan bati) dan jangan pula berbukan hingga melihatnya (terbit) kebali. Namun, jika bulan itu tertutup dari pandanganmu, makan hitunglah."

【4】

Shahih Muslim 1796: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dar [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhumaa bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bulan Ramadlan dan beliau menepukkan kedua tangannya seraya bersabda: "Hitungan bulan itu begini, bigini dan begini (beliau menekuk jempolkan pada kali yang ketiga). Karena itu, berpuasalah kalian setelah melihat (hilal) -nya, dan berbukalah pada saat kaliat melihatnya (terbit kembali). Dan jika bulan tertutup dari pandanganmu, maka hitunglah menjadi tiga puluh hari." Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] Telah menceritakan kepada kami [bapakku] Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dengan isnad ini dan Ibnu 'Abbas RAa menyebutkan: "Dan apabila (hilal itu) tidak tampak atas kalian (terhalang mendung), maka sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari." Yakni sebagaimana haditsnya Abu Usamah. Dan Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Sa'id] Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Ubaidullah] dengan isnad ini. Dan berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan bulan Ramadlan seraya bersabda: "Hitungan bulan itu adalah dua puluh sembilan. Hitungan bulan itu adalah begini, begini dan begini." Dan ia juga menyebutkan: "Sempurnakanlah." Dan tidak menyebutkan: "Tiga puluh."

【5】

Shahih Muslim 1797: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari [Ayyub] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhumaa, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhya hitungan bulan itu adalah dua puluh sembilan hari, maka janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihat Hilal, dan jangan pula berbuka hingga kalian melihatnya terbit kembali. Dan bila hilal itu tertutup dari pandangan kalian, maka hitunglah (jumlah harinya)."

【6】

Shahih Muslim 1798: Dan telah menceritakan kepadaku [Humaid bin Mas'adah Al Bahili] telah menceritakan kepada kami [Bisyr Al Mufadldlal] telah menceritakan kepada kami [Salamah] -ia adalah Ibnu Alqamah- dari [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bilangan bulang itu adalah dua puluh sembilan hari, dan jika kalian telah melihat Hilal, maka berpuasalah, dan bila kalian melihatnya (terbit) kembali, maka berbukalah. Namun, jika hilal itu tertutup dari pandangan kalian, maka hitunglah (bilangan harinya)."

【7】

Shahih Muslim 1799: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Salim bin Abdullah] bahwa [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian melihat HIlal, maka berpuasalah dan jika kalian melihatnya (terbit) kembali, maka berbukalah, namun bila ia tertutup dari pandanga kalian, maka hitunglah (bilangan harinya)."

【8】

Shahih Muslim 1800: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah bin Sa'id] dan [Ibnu Hujr] -Yahya bin Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami -sementara yang lain berkata- Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] -ia adalah ibnu Ja'far- dari [Abdullah bin Dinar] bahwa ia mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "(Bilangan) bulan itu adalah dua puluh sembilan malam. Janganlah kalian berpuasa hingga kalian melihatnya (Hilal), dan jangan pula kalian berbuka hingga kalian melihatnya (terbit) kembali. Dan jika hilal itu tertutup dari pandangan kalian, maka (hitunglah bilangannya)."

【9】

Shahih Muslim 1801: Telah menceritakan kepada kami [Harun bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Zakariya bin Ishaq] telah menceritakan kepada kami [Amru bin Dinar] bahwa ia mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma berakata: Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Satu bulan itu (sebanyak) begini, begini dan begini (beliau menekukkan ibu jarinya pada kali yang ketiga)."

【10】

Shahih Muslim 1802: Telah menceritakan kepadaku [Hajjaj bin Sya'ir] telah menceritakan kepada kami [Hasan Al Asyyab] telah menceristakan kepada kami [Syaiban] dari [Yahya] ia berkata: dan telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah] bahwa ia mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "(Jumlah hari dalam) satu bulan itu adalah dua puluh sembilan."

【11】

Shahih Muslim 1803: Telah menceritakan kepada kami [Sahl bin Utsman] telah menceritakan kepada kami [Ziyad bin Abdullah Al Bakka`i] dari [Abdul Malik bin Umair] dari [Musa bin Thalhah] dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Jumlah dari dalam satu bulan itu adalah begini, begini dan begini (yaitu, sepuluh, sepuluh dan sembilan hari)."

【12】

Shahih Muslim 1804: Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Jabalah] ia berkata: saya mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jumlah hari dalam satu bulan itu adalah begini, begini dan begini (beliau mengangkat kedua tangannya berserta semua jari jemarinya, kemudian beliau menguranginya pada kali yang ketiga, yaitu ibu jarinya yang sebelah kanan atau kiri)."

【13】

Shahih Muslim 1805: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Uqbah, anaknya Huraits] ia berkata: saya mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Satu bulan itu ada dua puluh sembilan (hari)." Kemudian beliau mengangkat jari-jemari dari kedua tangannya sebanyak tiga kali. Lalu pada kali yang ketiga beliau menurunkan ibu jarinya. Uqbah berkata: Saya mengira bahwa beliau bersabda: "Bilangan bulan itu adalah tiga puluh (kemudian beliau mengangkat kedua tangannya beserta jari-jemarinya sebanyak tiga kali)."

【14】

Shahih Muslim 1806: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah] -dalam jalur lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Muhammad bin Basysyar] - [Ibnul Mutsanna] berkata- telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Al Aswad bin Qais] ia berkata: Saya mendengar [Sa'id bin Amru bin Sa'id] bahwa ia mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Kita adalah umat yang ummiy (buta huruf), kita tidak menulis dan tidak pula menghitung. Satu bulan itu adalah begini, begini dan begini (beliau menurunkan ibu jarinya pada kali yang ketiga). Dan jumlah bulan itu adalah begini, begini dan begini (yakni bilangannya lengkap menjadi tiga puluh)." Dan telah menceritakannya kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Mahdi] dari [Sufyan] dari [Al Aswad bin Qais] dengan isnad ini, namun ia tidak menyebutkan jumlah bulan yang kedua yaitu tiga puluh hari.

【15】

Shahih Muslim 1807: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kamil Al Jahdari] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid bin Ziyad] telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Ubaidullah] dari [Sa'd bin Ubaidah] ia berkata: [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma mendengar seorang laki-laki berkata: "Malam ini adalah malam pertengahan (bulan)." Maka Ibnu Umar pun bertanya kepadanya, "Apa alasanmu mengatakan bahwa malam ini adalah pertengahan?" Saya teleh mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Bilangan bulan itu adalah begini, begini (beliau memberi isyarat dengan jari-jarinya yaitu bilangan sepuluh dua kali) dan begini (yakni pada kali yang ketiga, beliau memberi isyarat dengan jari-jemarinya semua, tetapi beliau menurunkan ibu jarinya).'"

【16】

Shahih Muslim 1808: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibrahim bin Sa'd] dari [Ibnu Syihab] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian telah melihat hilal, maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya kembali, maka berpuasalah. Namun, bila bulan itu tertutup dari pandangan kalian (karena awan), maka berpuasalah sebanyak tiga puluh hari."

【17】

Shahih Muslim 1809: Telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Sallam Al Jumahi] telah menceritakan kepada kami [Ar Rabi'] yakni Ibnu Muslim, dari [Muhammad bin Ziyad] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah karena juga telah melihatnya (terbit kembali), dan jika bulan itu tertutup dari pandangan kalian, maka genapkanlah bilangannya."

【18】

Shahih Muslim 1810: Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Ziyad] ia berkata: saya mendengar [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah karena juga telah melihatnya (terbit kembali), dan jika bulan itu tertutup dari pandangan kalian, maka hitunglah bilangannya menjadi tiga puluh hari."

【19】

Shahih Muslim 1811: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bisyr Al Abdi] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Umar] dari [Abu Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut hilal, maka beliau pun bersabda: "Jika kalian melihatnya, maka berpuasalah, dan bila kemudian kalian melihatnya (terbit) kembali, maka berbukalah. Dan jika bulan itu tertutup dari pandangan kalian, hitunglah menjadi tiga puluh hari."

【20】

Shahih Muslim 1812: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] - [Abu Bakar] berkata- telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Ali bin Mubarak] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian mendahului Ramadlan dengan berpuasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang telah terbiasa berpuasa sebelumnya." Telah menceritakannya kepada kami [Yahya bin Bisyr Al Hariri] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah, anaknya Sallam] -dalam jalur lain- Telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Amir] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] -dalam jalur lain- Telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] dan [Ibnu Abu Umar] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahhab bin Abdul Majid] telah menceritakan kepada kami [Ayyub] -dalam jalur lain- Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Husain bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Syaiban] semuanya dari [Yahya bin Abu Katsir] dengan isnad ini, hadits semisalnya.

【21】

Shahih Muslim 1813: Telah menceritakan kepada kami [Abdu bin Humaid] telah mengabarkan kepada kami [Abdur Razaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersumpah untuk tidak memasuki isteri-isterinya selama satu bulan. [Az Zuhri] berkata: Telah mengabarkan kepadaku [Urwah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: Tatkala lewat dua puluh sembilan malam, yang aku menghitungnya sendiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mulai masuk ke rumahku. Maka aku bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah! bukankah Tuan telah bersumpah untuk tidak masuk menemui kami selama sebulan? Menurut hitunganku sekarang baru dua puluh sembilan hari." Maka beliau pun bersabda: "Sesungguhnya jumlah hari dalam satu bulan itu (ada kalanya) dua puluh sembilan hari."

【22】

Shahih Muslim 1814: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh] telah mengabarkan kepada kami [Laits] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] -lafazh juga darinya- telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Abu Zubair] dari [Jabir] radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah (bersumpah) meninggalkan isteri-isterinya selama satu bulan. Tiba-tiba beliau keluar menemui kami pada hari ke dua puluh sembilan, maka kami pun berkata: "Sesungguhnya hari ini baru hari ke dua puluh sembilan." Beliau bersabda: "Sesungguhnya jumlah hari dalam satu bulan itu adalah (kemudian beliau mengangkat jari-jemari tangannya tiga kali, dan menurunkan ibu jarinya pada kali yang ketiga)."

【23】

Shahih Muslim 1815: Telah menceritakan kepadaku [Harun bin Abdullah] dan [Hajjaj bin Sya'ir] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Muhammad] ia berkata: [Ibnu Juraij] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abu Zubair] bahwa ia mendengar [Jabir bin Abdullah] radliallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah (bersumpah) meninggalkan isteri-isterinya selama satu bulan. Kemudian pada pagi di hari yang kedua puluh sembilan, beliau keluar menemui kami, maka sebagian orang pun berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya pagi hari ini kita baru memasuki hari ke dua puluh sembilan." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhya jumlah bulan itu adalah dua puluh sembilan hari." Lalu beliau mengangkat jari-jemari dari kedua tangannya sebanyak tiga kali, dua kali beserta disertai semua jari-jemarinya dan pada kali yang ketiga hanya dengan sembilan jari.

【24】

Shahih Muslim 1816: telah menceritakan Kepadaku [Harun bin Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Muhammad] ia berkata: [Ibnu Juraij] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Yahya bin Abdullah bin Muhammad Shaifi] bahwa [Ikrimah bin Abdurrahman bin Harits] telah mengabarkan kepadanya bahwa [Ummu Salamah] radliallahu 'anha telah mengabarkan kepadanya: Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersumpah untuk tidak memasuki kamar isteri-isterinya selama satu bulan. Setelah berlalu dua puluh sembilan hari, beliau pun pergi menemui mereka di pagi atau sore harinya. Kemudian dikatakanlah pada beliau, "Wahai Nabiyullah, Anda telah bersumpah untuk tidak memasuji kami selama satu bulan penuh." Maka beliau pun bersabda: "Sesungguhnya jumlah hari dalam satu bulan itu adalah dua puluh sembilan hari." Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Rauh] -dalam jalur lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Adl Dlahak] yakni Abu Ashim, semuanya dari [Ibnu Juraij] dengan isnad ini, hadits semisalnya.

【25】

Shahih Muslim 1817: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Abu Khalid] telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Sa'd] dari [Sa'd bin Abu Waqash] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menempelkan tangannya ke tangan yang lain seraya bersabda: "Jumlah bulan itu adalah begini dan begini (kemudian beliau mengurangi satu jarinya pada kali yang ketiga)."

【26】

Shahih Muslim 1818: Telah menceritakan kepadaku [Al Qasim bin Zakariya] telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali] dari [Za`idah] dari [Isma'il] dari [Muhammad bin Sa'd] dari [bapaknya] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Satu bulan itu adalah begini, begini dan begini (yakni sepuluh, sepuluh dan sembilan)." Dan telah menceritakannya kepadaku [Muhammad bin Abdullah bin Quhzadz] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Al Hasan bin Syaqiq] dan [Salamah bin Sulaiman] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Mubarak] telah mengabarkan kepada kami [Isma'il bin Abu Khalid] dalam isnad ini dan semakna dengan hadits keduanya.

【27】

Shahih Muslim 1819: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr] -Yahya bin Yahya berakata- telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- telah menceritakan kepada kami [Isma'il, yakni anak Ja'far] dari [Muhammad bin Abu Harmalah] dari [Kuraib] bahwasanya: Ummul Fadhl binti Al Harits mengutusnya menghadap Mu'awiyah di Syam. Kuraib berkata: Aku pun datang ke Syam dan menyampaikan keperluannya kepadanya. Ketika itu aku melihat hilal awal Ramadhan pada saat masih berada di Syam, aku melihatnya pada malam Jum'at. Kemudian aku sampai di Madinah pada akhir bulan. Maka [Abdullah bin Abbas] bertanya kepadaku tentang hilal, ia bertanya, "Kapan kalian melihatnya?" Aku menjawab, "Kami melihatnya pada malam Jum'at." Ia bertanya lagi, "Apakah kamu yang melihatnya?" Aku menjawab, "Ya, orang-orang juga melihatnya sehingga mereka mulai melaksanakan puasa begitu juga Mu'awiyah." Ibnu Abbas berkata: "Akan tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu. Dan kamipun sekarang masih berpuasa untuk menggenapkannya menjadi tiga puluh hari atau hingga kami melihat hilal." Aku pun bertanya, "Tidakkah cukup bagimu untuk mengikuti ru'yah Mu'awiyah dan puasanya?" Ia menjawab, "Tidak, beginilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami." Dalam lafazh "NAKTAFI" (tidak cukupkah bagi kami?) atau "TAKTAFI" (tidak cukupkah bagimu?), Yahya bin Yahya agak ragu.

【28】

Shahih Muslim 1820: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fudlail] dari [Hushain] dari [Amru bin Murrah] dari [Abu Al Bakhtari] ia berkata: Suatu ketika, kami keluar untuk menunaikan umrah. Ketika kami singgah di Bathn Nakhlah, kami melihat hilal, maka sebagian dari rombongan pun berkata: "Itu adalah malam ketiga." Kemudian sebagian yang lain mengatakan, "Itu adalah malam kedua." Kemudian kami menemui Ibnu Abbas dan kami pun berkata padanya, "Kami telah melihat hilal, lalu sebagian orang mengatakan bahwa itu adalah malam ketiga, sedangkan yang lain mengatakan bahwa itu adalah malam kedua." Maka [Ibnu Abbas] bertanya: "Pada malam apakah kalian melihatnya?" kami menjawab: "Kami melihatnya pada ini dan ini..." ia pun berkata: Sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah membentangkannya untuk dapat dilihat. Karena itu, mulailah pada malam kamu melihatnya."

【29】

Shahih Muslim 1821: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] dan [Ibnu Basysyar] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Amru bin Murrah] ia berkata: saya mendengar [Abul Bakhtari] ia berkata: Ketika kami berada di Dzat 'Irq, kami melihat Hilal bulan Ramadlan. Lalu kami utus seorang laki-laki kepada [Ibnu Abbas] untuk menanyakannya. Maka Ibnu Abbas pun berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah membentangkannya untuk dilihat. Jika bulan itu tertutup dari pandanganmu, maka sempurnakanlah bilangannya (tiga puluh)."

【30】

Shahih Muslim 1822: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: telah mengabarkan kepada kami [Yazid bin Zurai'] dari [Khalid] dari [Abdurrahman bin Abu Bakarah] dari [bapaknya] radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Dua bulan hari raya, keduanya tidaklah akan berkurang pahalanya, yakni Ramadlan dan Dzul Hijjah."

【31】

Shahih Muslim 1823: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] ia berkata: telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir bin Sulaiman] dari [Ishaq bin Suwaid] dan [Khalid] dari [Abdurrahman bin Abu Bakarah] dari [Abu Bakarah] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dua bulan hari raya, keduanya tidaklah akan berkurang pahalanya, yakni Ramadlan dan Dzul Hijjah."

【32】

Shahih Muslim 1824: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Idris] dari [Hushain] dari [Asy Sya'bi] dari [Adi bin Hatim] radliallahu 'anhu, ia berkata: Ketika turun ayat: "Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar." Maka Adi bin Hatim berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, aku meletakkan benang putih dan benang hitam di bawah bantalku untuk membedakan malam dan siang." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Bantalmu itu terlalu lebar. Yang dimaksud dengan benang hitam ialah gelapnya malam, dan (benang putih) adalah cahaya siang."

【33】

Shahih Muslim 1825: Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Umar Al Qawariri] telah menceritakan kepada kami [Fudlail bin Sulaiman] telah menceritakan kepada kami [Abu Hazim] telah menceritakan kepada kami [Sahl bin Sa'dari] ia berkata: Ketika turun ayat: "…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…", ia berkata: Ada seorang lelaki yang mengambil satu benang berwarna hitam dan satu benang lagi berwarna putih, lalu ia makan (sahur) sampai keduanya terlihat jelas sehingga Allah 'azza wajalla menurunkan ayat: "Yaitu fajar." Maka perkara itupun menjadi jelas baginya.

【34】

Shahih Muslim 1826: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Sahl At Tamimi] dan [Abu Bakar bin Ishaq] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Maryam] telah mengabarkan kepada kami [Abu Ghassan] telah menceritakan kepadaku [Abu Hazim] dari [Sahl bin Sa'd] radliallahu 'anhu ia berkata: Ketika turun ayat: "…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…" ia berkata: Ada seorang lelaki ketika ia hendak berpuasa, ia mengambil satu benang berwarna hitam dan satu benang lagi berwarna putih, lalu ia makan (sahur) sampai keduanya terlihat jelas. Maka Allah 'azza wajalla pun menurunkan ayat: "MINAL FAJR (yaitu fajar)." Maka mereka pun mengetahui, bahwa yang dimaksud adalah kegelapan malam dan cahaya siang.

【35】

Shahih Muslim 1827: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Muhammad bin Rumh] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Laits] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Ibnu Syihab] dari [Salim bin Abdullah] dari [Abdullah] radliyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya Bilal itu adzan pada malam hari, maka makan dan minumlah kalian hingga kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum."

【36】

Shahih Muslim 1828: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Salim bin Abdullah] dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian hingga kalian mendengar adzannya Ibnu Ummi Maktum."

【37】

Shahih Muslim 1829: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mempunyai dua orang mudzin, yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum yang buta. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Sesungguhnya Bilal itu adzan di malam hari, maka makan dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan." Dan tidaklah jarak antara keduanya, kecuali waktu Bilal turun (dari sini) dan Ibnu Ummi Maktum naik dari sini. Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] telah menceritakan kepada kami [Al Qasim] dari [Aisyah] radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yakni dengan hadits semisalnya. Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq] telah mengabarkan kepada kami [Abdah] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Mas'adah] semuanya dari [Ubaidullah] dengan kedua isnad itu, dan keduanya serupa dengan haditsnya Ibnu Numair.

【38】

Shahih Muslim 1830: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ibrahim] dari [Sulaiman At Taimi] dari [Abu Utsman] dari [Ibnu Mas'ud] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kamu terhalang dari makan sahur karena adzan Bilal: sebab, ia menyeru -atau- mengumandangkan adzan di tengah malam, sehingga orang-orang yang qiyamullail segera pulang dan orang-orang yang masih tidur segera bangun." Dan beliau bersabda: "Dan tidaklah ia mengucapkan seperti ini dan ini." Beliau merendahkan tangannya dan mengangkatnya hingga beliau mengatakan seperti ini. -beliau merenggangkan antara jari-jari tangannya.- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] Telah menceritakan kepada kami [Abu Khalid] yakni Al Ahmar, dari [Sulaiman At Taimi] dengan isnad ini, hanya saja menyebutkan: "Sesungguhnya waktu fajar adalah ketika ia tidak mengatakan seperti ini." Beliau menyatukan jari-jemarinya lalu membalikkannya ke tanah. Beliau melanjutkan: "Akan tetapi (waktu Fajar itu) adalah saat ia mengatakan seperti ini." Beliau meletakkan jari telunjuk di atas jari telunjuk dan menjulurkan kedua tangannya. Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] Telah menceritakan kepada kami [Mu'tamir bin Sulaiman] -Dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dan [Al Mu'tamir bin Sulaiman] keduanya dari [Sulaiman At Taimi] dengan isnad ini. Dan hadits Al Mu'tamir berhenti pada pada ungkapan beliau: "Untuk membangunkan orang-orang yang masih tidur di antara kalian dan agar orang-orang qiyamullail kembali (bersiap-siap untuk menyambut fajar)." Dan Ishaq berkata: Jarir berkata di dalam haditsnya terkat dengan sabda beliau: "(Waktu fajar) bukanlah saat Bilal mengatakan seperti ini, akan tetapi ketika ia mengatakan seperti ini." Maksudnya adalah waktu Fajar adalah Al Mu'taridl (cahaya fajar yang menyebar/merata) dan bukanlah Al Mustathil (saat cayahaya fajar masih memanjang).

【39】

Shahih Muslim 1831: Telah menceritakan kepada kami [Syaiban bin Farrukh] telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] dari [Abdullah bin Sawadah Al Qusyari] telah menceritakan kepadaku [bapakku] bahwa ia mendengar [Samurah bin Jundub] berkata: Saya mendengar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian terpedaya (untuk tidak makan sahur) oleh adzan Bilal di waktu sahur, dan jangan pula oleh cahaya putih ini hingga telah tersebar (cahayanya di ufuk)."

【40】

Shahih Muslim 1832: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ulayyah] telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Sawadah] dari [bapaknya] dari [Samurah bin Jundub] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian terhalang makan sahur dan jangan pula oleh cahaya putih ini hingga ia tersebar (cahayanya di ufuk) seperti ini."

【41】

Shahih Muslim 1833: Telah menceritakan kepadaku [Abu Rabi' Az Zahrani] telah menceritakan kepada kami [Hammad] yakni Ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Sawadah Al Qusyairi] dari [bapaknya] dari [Samurah bin Jundub] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kamu terpedaya (untuk tidak makan sahur) oleh adzan yang dikumandangkan oleh Bilal di waktu sahur, dan jangan pula karena cahaya putih ini (fajar kadzib) hingga cahaya itu tersebar (cahayanya di ufuk) seperti ini." Hammad memberi isyarat dengan kedua tangannya, yaitu membentang.

【42】

Shahih Muslim 1834: Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Sawadah] ia berkata: saya mendengar [Samurah bin Jundub] radliallahu 'anhu, menyampaikan khutbah, kemudian ia menceritakan hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Janganlah kalian terhalang oleh adzannya Bilal, dan jangan pula oleh cahaya putih ini, hingga terbit fajar (shodik) atau hingga fajar menyingsing." Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Dawud] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] telah mengabarkan kepadaku [Sawadah bin Hanzhalah Al Qusyairi] ia berkata: saya mendengar [Samurah bin Jundub] radliallahu 'anhu, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Maka ia pun menyebutkan hadits ini.

【43】

Shahih Muslim 1835: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: telah mengabarkan kepada kami [Husyaim] dari [Abdul Aziz bin Shuhaib] dari [Anas] -dalam jalur lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] dari [Ibnu Ulayyah] dari [Abdul Aziz] dari [Anas] radliallahu 'anhu -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Qatadah] dan [Abdul Aziz bin Shuhaib] dari [Anas] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu mengandung barakah."

【44】

Shahih Muslim 1836: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Musa bin Ulay] dari [Bapaknya] dari [Abu Qais] Maula Amru bin Al Ash, dari [Amru bin Al Ash] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur." Dan telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] semuanya dari [Waki'] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakannya kepadaku [Abu Thahir] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] keduanya dari [Musa bin Ulayy] dengan isnad ini.

【45】

Shahih Muslim 1837: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah mengabarkan kepada kami [Waki'] dari [Hisyam] dari [Qatadah] dari [Anas] dari [Zaid bin Tsabit] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan sesudah itu kami beranjak untuk menunaikan shalat." saya bertanya, "Kira-kira berapa lama jarak antara makan sahur dan shalat." Ia menjawab, "Kira-kira selama pembacaan lima puluh ayat." Dan telah menceritakan kepada kami [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] telah mengabarkan kepada kami [Hammam] -dalam jalur lain- Telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Salim bin Nuh] telah menceritakan kepada kami [Umar bin Amir] keduanya dari [Qatadah] dengan isnad ini.

【46】

Shahih Muslim 1838: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Abdul Aziz bin Abu Hazim] dari [bapaknya] dari [Sahl bin Sa'd] radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan untuk berbuka." Dan telah menceritakannya kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] -dalama riwayat lain- Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dari [Sufyan] keduanya dari [Abu Hazim] dari [Sahl bin Sa'd] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia menyebutkan hadits yang sama.

【47】

Shahih Muslim 1839: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Kuraib Muhammad bin Ala`] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] dari [Umarah bin Umair] dari [Abu 'Athiyyah] ia berkata: Saya dan Masruq menemui [Aisyah] radliallahu 'anha, kemudian kami pun berkata: Wahai Ummul Mukminin, ada dua sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang satu menyegerakan berbuka dan shalat, sementara yang lain mengakhirkan berbuka dan shalat." Maka Aisyah pun bertanya, "Siapa yang menyegerakan berbuka dan shalat?" Kami menjawab, "Abdullah, yakni Ibnu Mas'ud." Ia berkata: "Seperti itulah yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Abu Kuraib menambahkan: Kemudian yang lain adalah Abu Musa.

【48】

Shahih Muslim 1840: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Abu Za`idah] dari [Al A'masy] dari [Umarah] dari [Abu 'Athiyah] ia berkata: Saya dan Masruq menemui [Aisyah] radliallahu 'anha. Kemudian Masruq berkata kepadanya, "Ada dua orang dari kalangan sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keduanya begitu bersemangat untuk mendapatkan kebaikan. Yang satu menyegerakan shalat Maghrib dan Ifthar (berbuka). Sedangkan yang satu lagi, mengakhirkan shalat Maghrib dan juga Ifthar." Lalu Aisyah bertanya, "Siapa yang menyegerakan shalat Maghrib dan Ifthar?" Ia menjawab, "Abdullah." Maka Aisyah berkata: "Seperti inilah yang telah diperbuat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."

【49】

Shahih Muslim 1841: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya], [Abu Kuraib] dan [Ibnu Numair] -mereka semua sepakat mengenai lafazhnya- [Yahya] berkata: telah mengabarkan kepada kami [Abu Mu'awiyah] -sementara [Ibnu Numair] berkata- telah menceritakan kepada kami [bapakku] -sementara [Abu Kuraib] berkata- telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] semuanya dari [Hisyam bin Urwah] dari [Bapaknya] dari [Ashim bin Umar] dari [Umar] radliyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila malam telah datang, siang telah hilang, dan matahari telah terbenam, maka seorang yang berpuasa sungguh sudah boleh berbuka." Ibnu Numair tidak menyebutkan kata: "FAQAD (sungguh)."

【50】

Shahih Muslim 1842: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Husyaim] dari [Abu Ishaq Asy Syaibani] dari [Abdullah bin Abu Aufa] radliallahu 'anhu, ia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan di bulan Ramadlan. Ketika matahari telah terbenam, beliau bersabda: "Hai fulan! Turunlah, dan siapkan makan kita." Maka orang itu pun berkata: "Hari masih siang ya Rasulullah!" beliau bersabda lagi: "Turunlah dan siapkan makan kita." Abdullah berkata: Maka orang itu pun turun dan segera menyiapkannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kemudian langsung minum. Kemudian beliau bersabda sambil menunjuk dengan tangannya: "Apabila matahari telah terbenam di sana, dan malam telah datang di sini, maka orang yang berpuasa sudah boleh berbuka."

【51】

Shahih Muslim 1843: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dan [Abbad bin Al Awwam] dari [Asy Syaibanii] dari [Ibnu Abu Aufa] radliallahu 'anhu, ia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, ketika matahari telah terbenam, maka beliau pun bersabda kepada seorang laki-laki, "Turun dan siapkanlah makan kita." Laki-laki itu pun berkata: "Wahai Rasulullah, sekiranya Tuan menunggu agak petang?" beliau bersabda: "Turun dan siapkanlah makan kita." Laki-laki itu berkata: "Hari masih siang." Akhirnya laki-laki itu pun turun dan menyiapkannya untuk beliau. Kemudian beliau langsung minum, dan bersabda: "Apabilah kalian telah melihat malam datang dari arah ini -beliau memberi isyarat dengan tangannya ke arah timur- maka seorang yang berpuasa sudah boleh berbuka." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Kamil] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman Asy Syaibani] ia berkata: saya mendengar [Abdullah bin Abu Aufa] radliallahu 'anhu berkata: Kami pernah berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan saat itu beliau sedang berpuasa. Ketika matahari telah terbenam beliau bersabda: "Wahai Fulan, turun dan sediakanlah makan kita." Yakni sebagaimana hadits Ibnu Mushir dan Abbad bin Al Awwam. Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq] telah mengabarkan kepada kami [Jarir] keduanya dari [Asy Syaibani] dari [Ibnu Abu Aufa] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnul Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Asy Syaibani] dari [Ibnu Abu Aufa] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni semakna dengan hadits Ibnu Mushir dan Abbad dan Abdul Wahid. Dan di dalam hadits mereka tidak seorang pun yang mencantumkan: "Di bulan Ramadlan." Dan tidak pula ungkapan, "Dan malam datang dari arah ini." kecuali pada riwayat Husyaim.

【52】

Shahih Muslim 1844: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang puasa Wishal, maka para sahabat pun berkata: "Bukankah Anda sendiri melakukan puasa Wishal?" Beliau bersabda: "Sesungguhnya saya tidaklah sebagaimana kalian, karena saya diberi makan dan minum (oleh Rabb-ku)."

【53】

Shahih Muslim 1845: Telah menceritakannya kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Numair] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan puasa Wishal di bulan Ramadlan, sehingga orang-orang pun ikut melakukannya. Mengetahui hal itu, maka beliau melarang mereka. Akhirnya mereka bertanya, "Bukankah Anda sendiri melakukan puasa wishal?" beliau bersabda: "Sesungguhnya saya, tidaklah sebagaimana kalian, karena saya diberi makan dan minum (oleh Rabb-ku)." Dan telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits bin Abdush Shamad] telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari [kakekku] dari [Ayyub] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dengan hadits semisalnya, namun ia tidak mengatakan: "Di bulan Ramadlan."

【54】

Shahih Muslim 1846: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah menceritakan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] bahwa [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang puasa Wishal, maka seorang laki-laki dari kaum muslimin pun berkata: "Bukankah Anda sendiri melakukan puasa wishal wahai Rasulullah?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Siapakah di antara kalian yang sama denganku? Sungguh, ketika aku bermalam, Rabb-ku memberiku makan dan minum." Ketika ternyata mereka enggan untuk berhenti melakukan wishal, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berpuasa wishal bersama mereka satu hari kemudian satu hari. Setelah itu, mereka melihat hilal, maka beliau pun bersabda: "Seandainya bulan (Syawal) belum terbit niscaya akan aku perintahkan kepada kalian untuk meneruskannya -seolah beliau ingin memberikan hukuman lantaran keengganan mereka-."

【55】

Shahih Muslim 1847: Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Ishaq] - [Zuhair] berkata- telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Umarah] dari [Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian melakukan puasa wishal." Mereka bertanya, "Bukankah Anda sendiri melakukan puasa wishal wahai Rasulullah?" Maka beliau menjawab: "Sesungguhnya kalian tidaklah sebagaimana aku, sesungguhnya ketika aku bermalam Rabb-ku memberiku makan dan minum. Karena itu, beribadahlah kalian sesuai dengan kemampuan kalian." Dan Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Al Mughirah] dari [Abu Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam semisalnya. Hanya saja, ia mengatakan: "FAKLAFUU MAA LAKUM BIHI THAAQAH (Lakukanlah amalan yang sesuai dengan kemampuan kalian)." Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau melarang puasa wishal, yakni sebagaimana hadits Umarah dari Abu Zur'ah.

【56】

Shahih Muslim 1848: Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abu Nadlr, Hasyim bin Qasim] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman] dari [Tsabit] dari [Anas] radliallahu 'anhu ia berkata: pada suatu malam di bulan Ramadlan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat. Kemudian aku datang dan berdiri di samping beliau. Lalu datang pula sahabat yang lain dan berdiri pula, sehingga akhirnya kami menjadi satu rombongan. Tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam merasa bahwa kami shalat di belakang beliau, maka beliau pendekkan shalatnya, kemudian beliau masuk ke rumahnya, dan di sana beliau shalat sendirian. Anas berkata: Pagi-pagi kami bertanya kepada beliau, "Apakah Anda tahu apa yang kami perbuat semalam?" Beliau menjawab: "Ya, aku tahu. Itulah yang menyebabkan aku masuk ke rumah dan di sana aku shalat sendirian." Anas berkata: Beberapa hari di akhir bulan Ramadlan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan puasa wishal. Karena itu, beberapa orang sahabat melakukannya, maka beliau pun bersabda: "Kenapa orang-orang ini ikut-ikutan puasa wishal? Sesungguhnya kalian tidaklah sebagaimana aku. Demi Allah, sekiranya bulan ini bertambah panjang, aku akan terus berpuasa wishal sehingga orang-orang yang memberati dirinya (dengan puasa wishal) akan kewalahan sendiri."

【57】

Shahih Muslim 1849: Telah menceritakan kepada kami [Ashim bin Nadlr At Taimi] telah menceritakan kepada kami [Khalid, yakni putra Al Harits] telah menceritakan kepada kami [Humaid] dari [Tsabit] dari [Anas] radliallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan puasa Wishal pada awal bulan Ramadlan sehingga orang-orang ikut melakukannya. Ketika hal itu sampai kepada beliau, beliau bersabda: "Sekiranya bulan itu dipanjangkan lagi, niscaya kami akan terus melakukan puasa wishal sehingga mereka yang berlebih-lebihan akan meninggalkan sikap berlebih-lebihannya itu. Sesungguhnya kalian tidaklah sebagaimana aku -atau beliau mengatakan- sesungguhnya aku tidaklah sebagaimana kalian, Rabb-ku senantiasa memberiku makan dan minum."

【58】

Shahih Muslim 1850: Dan Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Utsman bin Abu Syaibah] semuanya dari [Abdah] - [Ishaq] berkata- telah mengabarkan kepada kami [Abdah bin Sulaiman] dari [Hisyam bin Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang mereka untuk berpuasa wishal dan hal itu sebagai rahmat atas mereka. Maka mereka pun berkata: "Bukankah Anda sendiri melakukan Wishal." Maka beliau menjawab: "Aku tidaklah seperti kalian, aku diberi makan dan minum oleh Rabbku."

【59】

Shahih Muslim 1851: Telah menceritakan kepadaku [Ali bin Hujr] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Hisyam bin Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencium salah seorang isterinya saat beliau sedang berpuasa." Aisyah kemudian tertawa.

【60】

Shahih Muslim 1852: Telah menceritakan kepadaku [Ali bin Hujr As Sa'di] dan [Ibnu Abu Umar] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Sufyan] ia berkata: saya bertanya kepada [Abdurrahman bin Al Qasim], "Apakah Anda telah mendengar [bapak Anda] menceritakan dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menciumnya saat beliau berpuasa?" Abdurrahman diam sejenak kemudian menjawab, "Ya."

【61】

Shahih Muslim 1853: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dari [Ubaidullah bin Umar] dari [Al Qasim] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciumku saat beliau sedang berpuasa. Maka adakah diantara kalian yang mampu mengendalikan nafsunya sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mampu mengendalikannya."

【62】

Shahih Muslim 1854: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] -[Yahya] berkata- telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] dan [Alqamah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Syuja' bin Makhlad] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Abu Zaidah] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Muslim] dari [Masruq] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mencium dan mencumbuku mesra ketika beliau sedang berpuasa. Tetapi beliau memang seorang yang paling bisa mengendalikan nafsunya di antara kalian."

【63】

Shahih Muslim 1855: Telah menceritakan kepadaku [Ali bin Hujr] dan [Zuhair bin Harb] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari [Alqamah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciumku saat beliau sedang berpuasa. Dan beliau adalah orang yang paling kuat mengendalikan nafsunya di antara kalian."

【64】

Shahih Muslim 1856: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Muhammad bin Basysyar] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari [Alqamah] dari [Aisyah]: "Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencium isterinya saat beliau sedang berpuasa."

【65】

Shahih Muslim 1857: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Ashim] ia berkata: saya mendengar [Ibnu Aun] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] ia berkata: Saya dan Masruq pernah menemui [Aisyah], kemudian kami pun bertanya kepadanya, "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mencumbui isterinya saat beliau sedang berpuasa?" Aisyah menjawab, "Ya, akan tetapi beliau adalah seorang paling kuat menahan nafsunya di antara kalian -atau- beliau adalah seorang yang paling kuat menahan nafsunya dari kalian." Abu Ashim agak ragu. Dan telah menceritakannya kepadaku [Ya'qub Ad Dauraqi] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari [Ibnu Aun] dari [Ibrahim] dari [Al Aswad] dan [Masruq] bahwa keduanya menemui Ummul Mukminin untuk bertanya. Maka beliau pun menyebutkan hadits semisalnya.

【66】

Shahih Muslim 1858: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Musa] telah menceritakan kepada kami [Syaiban] dari [Yahya bin Abu Katsir] dari [Abu Salamah] bahwa [Umar bin Abdul Aziz] telah mengabarkan kepadanya, bahwa [Urwah bin Zubair] telah mengabarkan kepadanya, bahwa [Aisyah] Ummul Mukminin radliallahu 'anha telah mengabarkan kepadanya, bahwasanya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciumnya saat beliau sedang berpuasa." Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bisyr Al Hariri] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] yakni Ibnu Sallam dari [Yahya bin Abu Katsir] dengan isnad ini semisalnya.

【67】

Shahih Muslim 1859: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Qutaibah bin Sa'id] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] -Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- telah menceritakan kepada kami [Abul Ahwash] dari [Ziyad bin Ilaqah] dari [Amru bin Maimun] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciumnya di bulan puasa."

【68】

Shahih Muslim 1860: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Bahz bin Asad] telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar An Nahsyali] telah menceritakan kepada kami [Ziyad bin Ilaqah] dari [Amru bin Maimun] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mencium isterinya di bulan Ramadlan padahal beliau sedang berpuasa."

【69】

Shahih Muslim 1861: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Zinad] dari [Ali bin Al Husain] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwasanya: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencium isterinya padahal beliau sedang berpuasa."

【70】

Shahih Muslim 1862: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] -Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami -sementara dua orang yang lain berkata- telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] dari [Muslim] dari [Syutair bin Syakal] dari [Hafshah] radliallahu 'anha, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mencium isterinya saat beliau sedang berpuasa." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Rabi' Az Zahrani] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Ishaq bin Ibrahim] dari [Jarir] keduanya dari [Manshur] dari [Muslim] dari [Syutair bin Syakal] dari [Hafshah] radliallahu 'anha, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, semisalnya.

【71】

Shahih Muslim 1863: Telah menceritakan kepadaku [Harun bin Sa'id Al `Aili] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru, anak Al Harits] dari [Abdu Rabbihi bin Sa'id] dari [Abdullah bin Ka'b Al Himyari] dari [Umar bin Abu Salamah] bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa apakah beliau pernah mencium isterinya saat berpuasa. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Tanyakanlah perkara ini kepada Ummu Salamah." Maka Ummu Salamah pun mengabarkan kepadanya bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan hal itu. Kemudian Umar bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan juga yang akan datang." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Demi Allah, aku adalah orang yang paling bertakwa dan paling takut kepada Allah di antara kalian."

【72】

Shahih Muslim 1864: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Ibnu Juraij] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] -lafazh juga miliknya- Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq bin Hammam] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Abdul Malik bin Abu Bakar bin Abdurrahman] dari [Abu Bakar] ia berkata: saya mendengar [Abu Hurairah] radliyallahu 'anhu mengkisahkan. Di dalam kisahnya ia berkata: "Siapa yang junub di waktu fajar, maka janganlah ia berpuasa." Maka saya pun menyampaikan hal itu kepada Abdurrahman bin Al Harits dan ternyata ia mengingkarinya. Lalu ia pun segera pergi dan aku ikut bersamanya menemui [Aisyah] dan [Ummu Salamah] radliallahu 'anhuma. Kemudian Abdurrahman menanyakan hal itu kepada keduanya, maka keduanya menjawab, "Di suatu pagi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam junub bukan karena mimpi, kemudian setelah itu beliau tetap berpuasa." Sesudah itu, kami menemui Marwan, dan Abdurrahman menuturkan pula hal itu padanya. Maka Marwan berkata: "Aku aku berbuat sesuatu atas kalian, kecuali bila kalian segera menemui Abu Hurairah dan membantah apa yang telah didkatakannya." Akhirnya kami pun segera menemui Abu Hurairah sedangkan Abu Bakar juga hadir bersamanya. Abdurrahman kemudian menuturkan perkara tersebut. Maka Abu Hurairah pun bertanya, "Apakah keduanya memang telah mengatakannya kepadamu?" Abdurrahman menjawab: "Ya." Abu Hurairah berkata: "Mereka berdua lebih mengetahui." Kemudian Abu Hurairah mengembalikan ungkapan yang telah diucapkannya tersebut ke [Al Fadll bin Al Abbas], ia berkata: "Aku mendengar hal itu dari Al Fadll, memang aku tidak mendengarnya langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Akhirnya Abdurrahman menarik kembali pendapatnya dalam permasalahan tersebut. Kemudian aku bertanya kepada Abdul Malik, "Apakah keduanya mengatakan: 'Di bulan Ramadlan? '" Ia menjawab, "Seperti itulah. Di suatu pagi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam junub bukan karena mimpi, kemudian setelah itu beliau tetap berpuasa."

【73】

Shahih Muslim 1865: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Urwah bin Zubair] dan [Abu Bakar bin Abdurrahman] bahwa [Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendapati fajar di bulan Ramadlan (kesiangan), padahal beliau dalam keadaan junub karena jima'. Lalu beliau mandi dan berpuasa."

【74】

Shahih Muslim 1866: Telah menceritakan kepadaku [Harun bin Sa'id Al `Aili] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru, yaitu anaknya Al Harits] dari [Abdu Rabbihi] dari [Abdullah bin Ka'b Al Himyari] bahwa [Abu Bakar] telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah diutus oleh Marwan kepada [Ummu Salamah] radliallahu 'anha untuk menanyakan tentang seorang laki-laki yang mendapati waktu pagi dalam keadaan junub, apakah ia boleh berpuasa. Maka Ummu Salamah menjawab: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendapati waktu subuh dalam keadaan junub karena jima', bukan karena mimpi. Namun beliau tidak Ifthar (berbuka) dan tidak pula meng-qadla` (mengganti) puasanya."

【75】

Shahih Muslim 1867: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Abdu Rabbihi bin Sa'id] dari [Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam] dari [Aisyah] dan [Ummu Salamah] kedua isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa keduanya berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendapati waktu Subuh dalam keadaan junud karena jima', bukan karena mimpi di bulan Ramadlan, kemudian beliau tetapi berpuasa."

【76】

Shahih Muslim 1868: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] dan [Ibnu Hujr] - [Ibnu Ayyub] berkata- telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ja'far] telah mengabarkan kepadaku [Abdullah bin Abdurrahman] -ia adalah Ibnu Ma'mar bin Hazm Al Anshari Abu Thuwalah bahwa [Abu Yunus] Maula Aisyah telah mengabarkan kepadanya dari [Aisyah] bahwasanya: Ada seorang laki-laki datang meminta fatwa kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sementara Aisyah waktu itu mendengar dari balik pintu. Lakli-laki itu bertanya: "Wahai Rasululah, waktu shalat telah tiba sedangkan aku dalam keadaan junub. Bolehkah aku meneruskan puasaku?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Aku pun pernah mendapati waktu Subuh dalam keadaan junub, namun aku tetap berpuasa." Laki-laki itu berkata: "Anda tidaklah sama dengan kami wahai Rasulullah. Sebab Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda baik telah berlalu atau pun yang akan datang." Maka beliau pun bersabda: "Sesunguhnya saya berharap, bahwa sayalah yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan paling tahu bagaimana caranya bertakwa."

【77】

Shahih Muslim 1869: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Utsman An Naufali] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Ashim] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Muhammad bin Yusuf] dari [Sulaiman bin Yasar] bahwa ia bertanya kepada [Ummu Salamah] radliallahu 'anha mengenai seorang laki-laki yang mendapati waktu Subuh dalam keadaan junub, apakah ia boleh berpuasa. Maka Ummu Salamah menjawab: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendapati waktu Subuh dalam keadaan junub -bukan karena mimpi- kemudian beliau tetap berpuasa."

【78】

Shahih Muslim 1870: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] dan [Ibnu Numair] semuanya dari [Ibnu Uyainah] - [Yahya] berkata- telah mengabarkan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Az Zuhri] dari [Humaid bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Seorang laki-laki datang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Celaka diriku wahai Rasulullah." Beliau bertanya: "Apa yang telah mencelakakanmu?" Laki-laki itu menjawab, "Saya telah menggauli isteriku di siang hari pada bulan Ramadlan." Beliau bertanya: "Sanggupkah kamu untuk memerdekakan budak?" Ia menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi: "Sanggupkan kamu berpuasa dua bulan berturut-turut?" "Tidak." jawabnya, Beliau bertanya lagi: "Sanggupkah kamu memberi makan kepada enam puluh orang miskin?" Ia menjawab, "Tidak." Abu Hurairah berkata: Kemudian laki-laki itu pun duduk, sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diberi satu keranjang berisi kurma. Maka beliau pun bersabda: "Bersedekahlah dengan kurma ini." Laki-laki itu pun berkata: "Adakah orang yang lebih fakir dari kami. Karena tidak ada penduduk di sekitar sini yang lebih membutuhkannya daripada kami." Mendengar ucapan itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa hingga gigi taringnya terlihat. Akhirnya beliau bersabda: "Pulanglah dan berilah makan keluargamu dengannya." Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Muhammad bin Muslim Az Zuhri] dengan isnad ini sebagaimana riwayat Ibnu Uyainah. Ia mengatakan: "BI'ARAQ FIIHI TAMR (keranjang/takaran berisi kurma)." Namun ia tidak menyebutkan ungkapan: "Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun tertawa hingga gigi taringnya terlihat."

【79】

Shahih Muslim 1871: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Muhammad bin Rumh] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Laits] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Ibnu Syihab] dari [Humaid bin Abdurrahman bin Auf] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, bahwasanya: Seorang laki-laki menyetubuhi isterinya di siang hari bulan Ramadlan. Kemudian laki-laki itu meminta fatwa mengenai hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau bertanya: "Apakah kamu memiliki seorang budak wanita (untuk dibebaskan)?" jawabnya, "Tidak." Beliau bertanya lagi: "Sanggupkah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?" jawabnya, "Tidak." Beliau bersabda: "Kalau begitu, berilah makan kepada enam puluh orang miskin." Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Isa] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Az Zuhri] dengan isnad ini, bahwa seorang laki-laki berbuka di siang hari pada bulan Ramadlan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya untuk membayar kaffarat dengan membebaskan seorang budak wanita… kemudian ia pun menyebutkan sebagaimana hadits Ibnu Uyainah.

【80】

Shahih Muslim 1872: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah menceritakan kepadaku [Ibnu Syihab] dari [Humaid bin Abdurrahman] bahwa [Abu Hurairah] telah menceritakan kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada seorang yang ifthar (berbuka karena jima') di siang hari bulan Ramadlan untuk memerdekakan seorang budak wanita, atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan kepada enam puluh orang miskin. Telah menceritakan kepada kami [Abdu bin Humaid] telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dengan isnad ini sebagaimana hadits Ibnu Uyainah.

【81】

Shahih Muslim 1873: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh bin Muhajir] telah mengabarkan kepada kami [Laits] dari [Yahya bin Sa'id] dari [Abdurrahman bin Qasim] dari [Muhamamd bin Ja'far bin Zubair] dari [Abbad bin Abdullah bin Zubair] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwa ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah binasa." Beliau bertanya: "Kenapa?" laki-laki itu menjawab: "Saya telah menyetubuhi isteriku pada siang hari di bulan Ramadlan." Maka beliau bersabda: "Kalau begitu, bersedekahlah, bersedekahlah." Laki-laki itu menjawab, "Saya tidak mempunyai sesuatu pun (untuk disedekahkan)." Maka beliau mempersilahkannya duduk. Kemudian didatangkan kepada beliau dua keranjang (berupa takaran) berisi makanan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun memerintahkannya untuk bersedekah dengan makanan itu. Dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah mengabarkan kepada kami [Abdul Wahhab Ats Tsaqafi] ia berkata: saya mendengar [Yahya bin Sa'id] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abdurrahman bin Qasim] bahwa [Muhammad bin Ja'far bin Zubair] telah mengabarkan kepadanya bahwa [Abbad bin Abdullah bin Zubair] telah menceritakan kepadanya, bahwa ia telah mendengar [Aisyah] radliallahu 'anha berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu ia pun menyebutkan hadits. Dan di awal hadits tidak ada ungkapan: "Bersedakahlah, bersedekahlah." Dan tidak pula ungkapan, "Siang hari."

【82】

Shahih Muslim 1874: Telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru bin Harits] bahwa [Abdurrahman bin Qasim] telah menceritakan kepadanya bahwa [Muhammad bin Ja'far bin Zubair] telah menceritakan kepadanya bahwa [Abbad bin Abdullah bin Az Zubair] telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar [Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di masjid tepatnya pada bulan Ramadlan. Laki-laki itu berkata: "Wahai Rasulullah, saya telah binasa, saya telah binasa." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bertanya padanya, "Ada apa denganmu?" laki-laki itu menjawab, "Saya telah menyetubuhi isteriku (pada siang hari di bulan Ramadlan)." Beliau bersabda: "Bersedekahlah." Ia berkata: "Demi Allah, wahai Nabiyullah, saya tidak mempunyai sesuatu pun dan saya tidak sanggup untuk menuanaikannya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalau begitu, duduklah." Dalam ke adaan seperti itu, tiba-tiba datanglah seorang laki yang menuntun himar yang membawa makanan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun berdiri dan bertanya: "Kemanakah laki-laki yang (katanya) binasa tadi?" Kemudian beliau bersabda: "Bersedekahlah dengan ini." maka laki-laki itu berkata: "Wahai Rasulullah, apakah mesti (aku berikan) kepada orang lain? Demi Allah, kami benar-benar dalam keadaan lapar, kami tidak miliki makanan sedikit pun." Akhirnya beliau bersabda: "Kalau begitu, makanlah (bersama keluargamu)."

【83】

Shahih Muslim 1875: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Muhammad bin Rumh] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Laits] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Ibnu Syihab] dari [Ubaidullah bin Abdulalh bin Utbah] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, bahwa ia telah mengabarkan kepadanya, bahwasanya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar pada tahun pembebasan kota Makkah di bulan Ramadlan, dan beliau berpuasa hingga sampai di Kadid, baru kemudian beliau berbuka. Ibnu Abbas berkata: Dan para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengikuti segala perbuatan beliau kala itu. Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Amru An Naqid] dan [Ishaq bin Ibrahim] dari [Sufyan] dari [Az Zuhri] dengan isnad ini semisalnya. [Yahya] berkata: [Sufyan] berkata: "Saya tidak tahu, siapakah laki-laki itu." ungkapan itu diambil dari bagian akhir sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri] dengan isnad ini. Az Zuhri berkata: berbuka adalah yang terakhir dari dua perkara. Dan ia diambil dari perkara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu dari yang terakhir secara berurutan. Az Zuhri berkata: "Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermukim di Makkah selama tiga belas hari, hingga bulan Ramadlan pun berlalu." Dan telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dengan isnad ini, sebagaimana hadits Laits. Ibnu Syihab berkata: "Para sahabat mengikuti segala perbuatan beliau. Dan menurut mereka bahwa hal itu merupakan an nasikh al muhkam."

【84】

Shahih Muslim 1876: Dan telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Mujahid] dari [Thawus] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melakukan perjalan pada bulan Ramadlan, beliau berpuasa hingga sampai di Usfan, kemudian beliau meminta bejana berisi minuman, lalu beliau meminumnya di siang hari agar-agar orang-orang juga melihatnya. Beliau berbukan hingga memasuki kota Makkah. Ibnu Abbas radliallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa (saat dalam perjalanan) dan juga terkadang berbuka. Maka barangsiapa ingin berpuasa silahkan berpuasa dan barangsiapa ingin berbuka silahkan berbuka."

【85】

Shahih Muslim 1877: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Sufyan] dari [Abdul Karim] dari [Thawus] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata: "Jangan kamu mencela mereka yang berpuasa dan jangan pula mencela yang berbuka. Sebab, dalam perjalanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa dan juga pernah berbuka."

【86】

Shahih Muslim 1878: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahhab] yakni Ibnu Abdul Majid, telah menceritakan kepada kami [Ja'far] dari [bapaknya] dari [Jabir bin Abdullah] radliallahu 'anhuma, bahwa pada tahun Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju Makkah, yakni tepatnya pada bulan Ramadhan. Saat itu, beliau berpuasa hingga sampai di Kura' Al Ghamim, dan para sahabat pun ikut berpuasa. Kemudian beliau meminta segayung air, lalu beliau mengangkatnya hingga terlihat oleh para sahabat kemudian beliau meminumnya. Setelah itu dikatakanlah kepada beliau, "Sesungguhnya sebahagian sahabat ada yang terus berpuasa." Maka beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku), mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku)." Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] yakni Ad Darawardi, dari [Ja'far] dengan isnad ini, dan ia menambahkan: Lalu dikatakan kepada beliau: "Sebenarnya orang-orang merasa berat untuk melaksanakan puasa, tapi berhubung mereka melihat Tuan melaksanakannya maka merekapun berpuasa." Akhirnya beliau meminta segayung air setelah shalat 'Ashar.

【87】

Shahih Muslim 1879: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Muhammad bin Basysyar] semuanya dari [Muhammad bin Ja'far] - [Abu Bakar] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah] dari [Muhammad bin Abdurrahman bin Sa'd] dari [Muhammad bin Amru bin Al Hasan] dari [Jabir bin Abdullah] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam suatu perjalanan, lalu beliau melihat seorang laki-laki dikerumuni oleh orang banyak dan dibawa ke tempat yang teduh. Beliau bertanya, "Mengapa dia?" mereka menjawab, "Ia sedang berpuasa." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Bukanlah termasuk kebaikan, jika kalian berpuasa saat dalam perjalanan." Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Muhammad bin Abdurrahman] ia berkata: saya mendengar [Muhamamd bin Amru bin Al Hasan] menceritakan dari [Jabir bin Abdullah] radliallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki.., yakni serupa dengan hadits di atas. Dan telah menceritakannya kepada kami [Ahmad bin Utsman An Naufali] telah menceritakan kepada kami [Abu Dawud] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dengan isnad ini, semisalnya. Dan ia menambahkan: Syu'bah berkata: Telah sampai kepadaku dari Yahya bin Abu Katsir bahwa ia menambahkan di dalam hadits dan isnad ini, ia berkata: "Hendaklah kalian menerima rukhshah (keringanan) dari Allah, yang Dia karuniakan kepada kalian." Ia berkata: Ketika aku tanyakan kepadanya, ia tidak menghafalnya.

【88】

Shahih Muslim 1880: Telah menceritakan kepada kami [Haddab bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Hammam bin Yahya] telah menceritakan kepada kami [Qatadah] dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Kami ikut berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada tanggal enam belas Ramadlan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka. Namun mereka yang berpuasa tidaklah mencela orang yang berbuka dan yang berbuka tidak mencela yang berpuasa." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Bakar Al Muqaddami] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [At Taimi] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakannya kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Mahdi] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] -dalam jalur lain- Berkata [Ibnul Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu Amir] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] -dan [Ibnul Mutsanna] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Salim bin Nuh] telah menceritakan kepada kami [Umar] yakni Ibnu Amir -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] dari [Sa'id] semuanya dari [Qatadah] dengan isnad ini sebagaimana haditsnya Hammam, hanya saja di dalam hadits At Taimi dan Umar bin Amir dan Hisyam tercantum tanggal delapan belas. Sementara dalam hadits Sa'id adalah tanggal dua belas. Dan menurut Syu'bah: tanggal tujuh belas atau sembilan belas.

【89】

Shahih Muslim 1881: Telah menceritakan kepada kami [Nashru bin Ali Al Jahdlami] telah menceritakan kepada kami [Bisyr, yakni anak Mufadldlal] dari [Abu Salamah] dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Kami pernah bepergian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadlan, maka mereka yang berpuasa tidaklah dicela karena puasa yang dilakukannya dan begitu pula yang berbuka."

【90】

Shahih Muslim 1882: Telah menceritakan kepadaku [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Ismail bin Ibrahim] dari [Al Jurairi] dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadlan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka begitu juga orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang kuat lalu ia berpuasa, maka itu adalah baik, dan siapa yang merasa lemah hingga ia berbuka, maka itu pun juga baik."

【91】

Shahih Muslim 1883: Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Amru Al Asy'atsi] dan [Sahl bin Utsman] dan [Suwaid bin Sa'id] dan [Husain bin Huraits] semuanya dari [Marwan] - [Sa'id] berkata- telah mengabarkan kepada kami [Marwan bin Mu'awiyah] dari [Ashim] ia berkata: saya mendengar [Abu Nadlrah] menceritakan dari [Abu Sa'id Al Khudri] dan [Jabir bin Abdullah] radliallahu 'anhum, keduanya berkata: "Kami pernah mengadakan perjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka di antara kami ada yang tetap berpuasa dan ada pula yang berbuka, namun sebagian mereka tidak mencela sebagian yang lain."

【92】

Shahih Muslim 1884: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Abu Khaitsamah] dari [Humaid] ia berkata: [Anas] pernah ditanya mengenai puasa Ramadhan saat berada dalam perjalanan, lalu ia menjawab, "Kami dulu pernah bepergian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan, namun orang yang berpuasa tidaklah mencela orang yang berbuka, dan yang berbuka juga tidak mencela orang yang berpuasa."

【93】

Shahih Muslim 1885: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Khalid Al Ahmar] dari [Humaid] ia berkata: Saya pernah keluar dalam suatu perjalan dan saat itu saya tetap berpuasa, lalu orang-orang pun berkata: "(Kalau kamu tetap berpuasa maka) pulanglah." Saya berkata: "Sesungguhnya [Anas] telah mengabarkan kepadaku, bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengadakan perjalanan, namun yang berbuka tidak mencela yang tetap berpuasa dan yang berpuasa tidak mencela yang berbuka. Kemudian saya juga telah menjumpai [Ibnu Abu Mulaikah], dan ia mengabarkan kepadaku dari [Aisyah] radliallahu 'anha, yakni dengan hadits yang serupa."

【94】

Shahih Muslim 1886: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah mengabarkan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Ashim] dari [Muwarriq] dari [Anas] radliallahu 'anhu, ia berkata: Dulu kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan di antara kami ada yang melaksanakan puasa dan ada pula yang tidak berpuasa. Kemudian di hari yang sangat terik itu kami berhenti di suatu tempat dan orang yang bisa berteduh hanyalah orang yang mempunyai pakaian, bahkan di antara kami ada orang berlindung dari sinar matahari hanya dengan tangannya saja. Maka orang-orang yang berpuasa pun berjatuhan, dan sebaliknya orang yang tidak berpuasa masih tetap tegar, masih mampu menghancurkan bangunan dan masih kuat memberi minum hewan tunggangan mereka. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Hari ini mereka yang berbuka telah menuai pahala."

【95】

Shahih Muslim 1887: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Hafsh] dari [Ashim Al Ahwal] dari [Muwarriq] dari [Anas] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengadakan suatu perjalanan, maka sebagian sahabat ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka. Maka pada hari itu mereka yang berbuka begitu semangat dalam beramal, sementara mereka yang berpuasa terasa lemas dan malas untuk melakukan beberapa pekerjaan. Maka beliau pun bersabda: "Mereka yang berbuka pada hari telah meraih pahala."

【96】

Shahih Muslim 1888: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dari [Mu'awiyah bin Shalih] dari [Rabi'ah] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Qaza'ah] ia berkata: Aku pernah mendatangi [Abu Sa'id Al Khudriy] yang saat itu sedang dikerumuni oleh orang banyak. Ketika mereka telah membubarkan diri aku berkata kepadanya, "Aku tidak ingin menanyakan apa yang telah mereka tanyakan. Aku hanya ingin menanyakan perihal puasa dalam safar." Maka ia pun menjawab, "Kami dulu pernah bepergian ke kota Makkah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami saat itu sedang berpuasa. Lalu kami singgah di suatu tempat, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jarak kalian dengan musuh kalian sudah semakin dekat, dan makan (tidak berpuasa) akan dapat membuat kalian lebih kuat, dan ini adalah sebuah rukhshah (keringanan)." Maka di antara kamipun ada yang masih berpuasa dan ada pula yang tidak berpuasa. Setelah itu, kami singgah lagi pada sebuah tempat, lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya kalian besok pagi kalian akan menghadapi musuh sedangkan berbuka akan membuat kalian lebih kuat, maka berbukalah kalian, ini adalah suatu ketetapan." Maka sesudah itu, kami pun berbuka. Abu Sa'id berkata: Sungguh, semenjak itu aku telah melihat kami berpuasa bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perjalanan.

【97】

Shahih Muslim 1889: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] dari [Hisyam bin Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwa ia berkata: Hamzah bin Amru Al Aslami bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang berpuasa dalam perjalanan, maka beliau menjawab: "Jika kamu mau berpuasalah dan jika tidak berbukalah."

【98】

Shahih Muslim 1890: Telah menceritakan kepada kami [Abu Rabi' Az Zahrani] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwasanya: Hamzah bin Amru Al Aslami bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, saya seorang laki-laki yang kuat berpuasa dalam perjalanan. Apakah aku harus berpuasa dalam perjalanan?" Beliau menjawab: "Berpuasalah jika kamu mau, dan berbukalah jika kamu ingin berbuka." Dan telah menceritakannya kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Hisyam] dengan isnad ini, sebagaimana hadits Hammad bin Zaid. Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] -dan [Abu Bakar] berkata- telah menceritakan kepada kami [Abdurrahim bin Sulaiman] keduanya dari [Hisyam] dengan isnad ini, bahwa Hamzah berkata: "Saya adalah seorang yang kuat berpuasa, maka haruskah aku berpuasa ketika dalam perjalanan?"

【99】

Shahih Muslim 1891: Telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] dan [Harun bin Sa'id Al Aili] -Harun berkata- Telah menceritakan kepada kami -sementara Abu Thahir berkata- telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru bin Harits] dari [Abul Aswad] dari [Urwah bin Zubair] dari [Abu Murawih] dari [Hamzah bin Amru Al Aslami] radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata: "Wahai Rasulullah, aku kuat untuk berpuasa dalam perjalanan. Berdosakah jika aku berpuasa?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Berbuka puasa saat dalam perjalanan merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah. Siapa yang mengambilnya maka itu adalah baik, namun siapa yang lebih suka untuk berpuasa, maka tidak ada dosa atasnya." Harun berkata dalam haditsnya, "Itu adalah rukhshah." namun ia tidak menyebutkan: "Dari Allah."

【100】

Shahih Muslim 1892: Telah menceritakan kepada kami [Dawud bin Rusyaid] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Muslim] dari [Sa'id bin Abdul Aziz] dari [Isma'il bin Ubaidullah] dari [Ummu Darda`] dari [Abu Darda'] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadlan saat terik matahari begitu menyengat hingga salah seorang dari kami meletakkan tangannya di atas kepala. Di antara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah."

【101】

Shahih Muslim 1893: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah Al Qa'nabi] telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Sa'd] dari [Utsman bin Hayyan Ad Dimasyqi] dari [Ummu Darda`] ia berkata: [Abu Darda`] berkata: "Kami telah ikut serta bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalan yang beliau lakukan. Saat itu, panas terik matahari begitu menyengat hingga seseorang meletakkan tangannya di atas kepala karena begitu panasnya. Dan di antara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah."

【102】

Shahih Muslim 1894: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Abu Nadlr] dari [Umair] Maula Abdullah bin Abbas, dari [Ummu Fadl binti Al Harits] bahwa banyak orang-orang bertengkar di dekatnya tentang puasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di hari 'Arafah. Sebagian mereka mengatakan beliau puasa, dan sebagian lagi mengatakan tidak. Lalu kukirimkan kepada beliau secangkir susu. Saat itu beliau sedang berada di atas untanya di Arafah dan beliau pun meminumnya. Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] dan [Ibnu Abu Umar] dari [Sufyan] dari [Abu Nadlr] dengan isnad ini, dan tidak menyebutkan: "Beliau saat itu berada di atas untanya." Dan ia juga mengatakan: Dari Umair Maula Ummu Fadll. Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] dari [Sufyan] dari [Salim Abu Nadlr] dengan isnad ini sebagaimana hadits Ibnu Uyainah. Dan ia juga mengatakan: Dari Umair Maula Ummu Fadll.

【103】

Shahih Muslim 1895: Telah menceritakan kepadaku [Harun bin Sa'id Al Aili] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru] bahwa [Abu Nadlr] telah menceritakan kepadanya bahwa [Umair Maula Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma telah menceritakan kepadanya bahwa [Ummul Fadl] radliallahu 'anhuma berkata: "Para sahabat merasa ragu apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa di hari Arafah. Sementara saat itu kami berada di sana bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka aku mengirimkan segelas susu pada beliau dan beliau pun meminumnya, padahal beliau saat itu berada di Arafah.

【104】

Shahih Muslim 1896: Telah menceritakan kepadaku [Harun bin Sa'id Al Aili] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru] dari [Bukair bin Al Asyajj] dari [Kuraib Maula Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, dari [Maimunah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa ia berkata: Orang banyak ragu tentang puasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di hari Arafah, lalu kukirim kepada secangkir susu -ketika itu beliau sedang berdiri (wukuf) di tempatnya- lalu susu itupun diminum, sedangkan orang banyak melihatnya.

【105】

Shahih Muslim 1897: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Hisyam bin Urwah] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: Di zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari 'Asyura`, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula melaksanakannya. Ketika beliau melakukan hijrah ke Madinah beliau berpuasa dan beliau memerintahkan agar berpuasa. Maka tatkala puasa Ramadlan diwajibkan, beliau bersabda: "Siapa yang suka puasa di hari 'Asyura`silakan ia berpuasa, dan siapa yang tidak suka boleh meninggalkannya." Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] dari [Hisyam] dengan isnad ini, dan ia tidak menyebutkan di awal hadits: "Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah berpuasa 'Asyura`." Dan di akhir hadits ia menyebutkan: "Beliau meninggakan puasa 'Asyura`. Siapa yang suka melakukan puasa 'Asyura silakan mengerjakan, dan siapa yang meninggalkannya (tidaklah mengapa)." Ia tidak menjadikan ungkapan sebagai bagian dari sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana pula yang tercantum dalam riwayatnya Jarir.

【106】

Shahih Muslim 1898: Telah menceritakan kepadaku [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhri] dari [Urwah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwa pada hari 'Asyura` di masa Jahiliyah orang-orang Quraisy berpuasa. Maka ketika Islam datang, pada hari 'Asyura siapa pun boleh berpuasa dan juga boleh meninggalkannya.

【107】

Shahih Muslim 1899: Telah menceritakan kepada kami [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Urwah bin Zubair] bahwa [Aisyah] radliallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk berpuasa pada hari 'Asyura` sebelum diwajibkannya puasa Ramadlan. Tatkalah puasa Ramadlan diwajibkan, maka pada hari 'Asyura` siapa saja boleh berpuasa dan siapa juga boleh berbuka."

【108】

Shahih Muslim 1900: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dan [Muhammad bin Rumh] semuanya dari [Laits bin Sa'id]. [Ibnu Rumh] berkata: telah mengabarkan kepada kami [Laits] dari [Yazid bin Abu Habib] bahwa ['Irak] telah mengabarkan kepadanya bahwa [Urwah] telah mengabarkan kepadanya bahwa [Aisyah] telah mengabarkan kepadanya: Bahwa pada zaman Jahiliyah orang-orang Quraisy melakukan puasa pada hari 'Asyura`. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah memerintahkan untuk melakukannya hingga diwajibkannya puasa Ramadlan. Sesudah itu, beliau pun bersabda: "Siapa yang suka berpuasa pada hari 'Asyura`, hendaklah ia berpuasa, dan siapa yang tidak suka maka berbukalah."

【109】

Shahih Muslim 1901: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Numair] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] -lafazh darinya- Telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dari [Nafi'] telah mengabarkan kepadaku [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Orang-orang pada masa Jahiliyah berpuasa di hari 'Asyura`. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum muslimin juga melakukannya sebelum diwajibkannya puasa Ramadlan. Ketiwa puasa Ramadlan diwajibkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hari 'Asyura` merupakan hari di antara hari-hari Allah, maka siapa yang ingin berpuasa di hari itu silahkan, dan siapa yang tidak, maka tidaklah mengapa." Dan Telah menceritakannya kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Zuhair bin Harb] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Yahya Al Qaththan] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] keduanya dari [Ubaidullah] dengan isnad ini dan serupa dengan hadits di atas.

【110】

Shahih Muslim 1902: Dan Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Laits] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Rumh] telah mengabarkan kepada kami [Laits] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma bahwa suatu ketika disebutkanlah hari 'Asyura` di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Itu adalah hari yang dijadikan orang-orang Jahiliyah untuk berpuasa, maka siapa di antara kalian yang suka berpuasa di hari itu silahkan, dan siapa yang tidak suka, maka tidaklah mengapa ia meninggalkannya."

【111】

Shahih Muslim 1903: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Al Walid bin Katsir] telah menceritakan kepadaku [Nafi'] bahwa [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma telah menceritakan kepadanya bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda di hari 'Asyura`: "Sesungguhnya orang-orang Jahiliyah berpuasa di hari ini. Maka siapa yang suka berpuasa silahkan, dan siapa yang lebih suka meninggalkannya maka tidaklah mengapa." Maka Abdullah radliallahu 'anhu tidak pernah berpuasa di hari itu, kecuali memang bertepatan dengan hari puasanya. Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Ahmad bin Abu Khalaf] telah menceritakan kepada kami [Rauh] -dalam riwayat lain- Telah menceritakan kepada kami [Abu Malik Ubaidullah bin Al Akhnas] telah mengabarkan kepadaku [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Suatu ketika, disebutkanlah puasa hari 'Asyura` di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka ia pun menyebutkan hadits sebagaimana hadits Laits bin Sa'd.

【112】

Shahih Muslim 1904: Dan Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Utsman An Naufali] telah menceritakan kepada kami [Abu Ashim] telah menceritakan kepada kami [Umar bin Muhammad bin Zaid Al Asqalani] telah menceritakan kepada kami [Salim bin Abdullah] telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah disebutkan tentang hari 'Asyura`, maka beliau pun bersabda: "Itu adalah hari, yang sering dijadikan orang-orang Jahiliyah berpuasa, maka siapa di antara kalian yang suka berpuasa di hari itu silahkan, dan siapa yang tidak suka, maka tidaklah mengapa ia meninggalkannya."

【113】

Shahih Muslim 1905: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] semuanya dari [Abu Mu'awiyah] - [Abu Kuraib] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] dari [Umarah] dari [Abdurrahman bin Yazid] ia berkata: Al Asy'ats bin Qais pernah datang ke rumah Abdullah ketika dia sedang makan. Maka [Abdullah] pun berkata: "Wahai Abu Muhammad! Mari silahkan makan." Asy'ats menjawab: "Bukankah hari ini adalah hari 'Asyura`?" Abdullah balik bertanya: "Tahukah kamu, apakah hari 'Asyura` itu?" Kemudian ia melanjutkan: "Hari 'Asyura` adalah hari yang dijadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berpuasa sebelum diwajibkannya puasa Ramadlan. Maka ketika puasa Ramadlan diwajibkan, maka puasa hari 'Asyura itu pun ditinggalkannya." Abu Kuraib mengatakan: "Beliau meninggalkannya." Dan Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dasn [Utsman bin Abu Syaibah] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dengan isnad ini, dan keduanya menyebutkan: "Maka ketika kewajiban puasa Ramadlan turun, beliau pun meninggalkannya."

【114】

Shahih Muslim 1906: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dan [Yahya bin Sa'id Al Qaththan] dari [Sufyan] -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] -lafazh juga miliknya- Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepadaku [Zubaid Al Yami] dari [Umarah bin Umair] dari [Qais bin Sakn] bahwa Al Asy'ats bin Qais menemui [Abdullah] pada hari 'Asyura dan saat itu Abdullah sedang makan. Maka Abdullah pun berkata: "Wahai Abu Muhammad, marilah makan." Ia menjawab, "Saya sedang berpuasa." Abdullah berkata: "Dulu, kami berpuasa 'Asyura`, namun kemudian kami meninggalkannya."

【115】

Shahih Muslim 1907: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Manshur] telah menceritakan kepada kami [Isra`il] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari [Alqamah] ia berkata: Al Asy'ats bin Qais menemui [Abdullah bin Mas'ud] yang saat itu sedang makan di hari 'Asyura`. Kemudian Al Asy'ats pun berkata: "Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya hari ini adalah hari 'Asyura`." Maka Ibnu Mas'ud berkata: "Dulu sebelum diturunkannya kewajiban puasa Ramadlan, kaum muslimin memang berpuasa di hari 'Asyura`, namun ketika puasa Ramadlan diwajibkan, maka puasa hari 'Asyura` pun ditinggalkan. Maka jika kamu ingin berbuka, berbukalah."

【116】

Shahih Muslim 1908: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Syaiban] dari [Asy'ats bin Abu Sya'tsa`] dari [Ja'far bin Abu Tsaur] dari [Jabir bin Samurah] radliallahu 'anhu, ia berkata: "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berpuasa di hari 'Asyura` dan beliau selalu menganjurkan untuk selalu melakukannya, maka ketika puasa Ramadlan diwajibkan, beliau tidak lagi memerintahkan kami, dan tidak pula melarang kami dan tidak pula memperhatikan apakah kami berpuasa atau tidak."

【117】

Shahih Muslim 1909: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Humaid bin Abdurrahman] bahwa ia mendengar [Mu'awiyah bin Abu Sufyan] yang sedang menyampaikan khutbah di Madinah tepatnya pada hari 'Asyura`. Kemudian ia pun berkata: "Di manakah ulama kalian wahai penduduk Madinah? Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda berkenaan dengan hari ini. Hari ini adalah hari 'Asyura`, dan Allah tidaklah mewajibkan puasa padanya, namun saya saat ini sedang berpuasa. Maka siapa di antara kalian suka untuk berpuasa silahkan, dan siapa yang lebih suka untuk berbuka maka sialahkan." Telah menceritakan kepada kami [Abu Thahir] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Malik bin Anas] dari [Ibnu Syihab] dalam isnad ini, semisalnya. Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Az Zuhri] dengan isnad ini, ia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagaimana hari ini: "Sesungguhnya saya sedang berpuasa, siapa di antara kalian yang ingin berpuasa, maka berpuasalah." Dan ia tidak menyebutkan yang tersisa dari haditsnya Malik dan Yunus.

【118】

Shahih Muslim 1910: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Husyaim] dari [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam belum lama tiba di Madinah, didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura`. Lalu mereka pun ditanya (alasan apa mereka berpuasa di hari itu). Mereka menjawab, "Hari ini adalah hari kemenangan Musa dan Bani Isra`il atas Fir'aun. Karena itu, kami puasa pada hari ini untuk menghormati Musa." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Sesungguhnya kami lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian." lalu beliau perintahkan agar kaum muslimin puasa pada hari 'Asyura`. Dan Telah meceritakannya kepada kami [Ibnu Basysyar] dan [Abu Bakr bin Nafi'] semuanya dari [Muhammad bin Ja'far] dari [Syu'bah] dari [Abu Bisyr] dengan isnad ini, dan ia mengatakan: Maka beliau pun menanyakan hal itu pada mereka.

【119】

Shahih Muslim 1911: Dan telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ayyub] dari [Abdullah bin Sa'id bin Jubair] dari [bapaknya] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari 'Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka: "Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?" mereka menjawab, "Hari ini adalah hari yang agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan Kaumnya, dan menenggelamkan Fir'aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian." kemudian beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaum puasa di hari itu. Dan Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Ayyub] dengan isnad ini, hanya saja ia berkata: "Dari Ibnu Sa'id bin Jubair." Ia tidak menyebutkan namanya.

【120】

Shahih Muslim 1912: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Ibnu Numair] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Abu Umais] dari [Qais bin Muslim] dari [Thariq bin Syihab] dari [Abu Musa] radliallahu 'anhu, ia berkata: Hari 'Asyura adalah hari yang sangat diangungkan oleh kaum Yahudi bahkan mereka menjadikannya sebagai hari raya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpuasalah kalian pada hari itu."

【121】

Shahih Muslim 1913: Dan Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Al Mundzir] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Usamah] telah menceritakan kepada kami [Abul Umais] telah mengabarkan kepadaku [Qais] ia pun menyebutkan dengan isnad ini, dan hadits yang serupa. Dan ia juga menambahkan: [Abu Usamah] berkata: telah menceritakan kepadaku [Shadaqah bin Abu Imran] dari [Qais bin Muslim] dari [Thariq bin Syihab] dari [Abu Musa] radliallahu 'anhu, ia berkata: Penduduk Khaibar berpuasa pada hari 'Asyura` dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, para wanita mereka memakai perhiasan dan pakaian-pakaian yang indah pada hari itu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: "Berpuasalah kalian pada hari itu."

【122】

Shahih Muslim 1914: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Amru An Naqid] semuanya dari [Sufyan] - [Abu Bakr] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Uyainah] dari [Ubaidullah bin Abu Yazid] ia mendengar [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma tatkala ditanya mengenai puasa di hari 'Asyura`. Maka ia pun menjawab, "Setahu saya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa pada hari tertentu untuk mengharap keutamaan atas hari-hari yang lain selain hari ini ('Asyura`) dan tidak pula bulan tertentu, kecuali bulan ini, yakni bulan Ramadlan." Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Ubaidullah bin Abu Yazid] dalam isnad ini, dengan hadits semisalnya.

【123】

Shahih Muslim 1915: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki' bin Jarrah] dari [Hajib bin Umar] dari [Al Hakam bin Al A'raj] ia berkata: Aku pernah mendatangi [Ibnu Abbas] ketika ia sedang berbantal dengan selendangnya di dekat Zamzam, lalu aku berkata padanya, "Beritahukanlah kepadaku tentang puasa 'Asyura`." Ia menjawab, "Jika kamu telah melihat Hilal (bulan sabit) pada bulan Muharram, maka hitunglah, lalu berpuasalah sejak subuh pada hari ke sembilan." Aku bertanya, "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa seperti itu?" Ia menjawab, "Ya." Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id Al Qaththan] dari [Mu'awiyah bin Amru] Dan telah menceritakan kepadaku [Al Hakam bin Al A'raj] ia berkata: Saya bertanya kepada [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma yang sedang berbantal dengan selendangnya di sisi Zamzam mengenai puasa di hari 'Asyura`. Yakni serupa dengan hadits Hajib bin Umar.

【124】

Shahih Muslim 1916: Dan Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Ali Al Hulwani] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Maryam] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] telah menceritakan kepadaku [Isma'il bin Umayyah] bahwa ia mendengar [Abu Ghathafan bin Tharif Al Murri] berkata: saya mendengar [Abdullah bin Abbas] radliallahu 'anhuma berkata saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa pada hari 'Asyura`dan juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa: Para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang sangat diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nashrani." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pada tahun depan insya Allah, kita akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram)." Tahun depan itu pun tak kunjung tiba, hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat.

【125】

Shahih Muslim 1917: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Ibnu Abu Dzi`b] dari [Al Qasim bin Al Abbas] dari [Abdullah bin Umair] -sepertinya dia berkata- dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seandainya tahun depan aku masih hidup, niscaya saya benar-benar akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram)." Sementara dalam riwayat Abu Bakr ia berkata: Yakni pada hari 'Asyura`.

【126】

Shahih Muslim 1918: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Hatim bin Isma'il] dari [Yazid bin Abu Ubaid] dari [Salamah bin Al Akwa'] radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus seorang laki-laki suku Aslam pada hari 'Asyura`dan memerintahkan padanya untuk mengumumkan kepada orang banyak: "Siapa yang belum puasa di hari ini, hendaklah ia berpuasa. Dan siapa yang telah terlanjur makan, hendaklah ia juga menyempurnakan puasanya sampai malam tiba."

【127】

Shahih Muslim 1919: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Bakr bin Nafi' Al Abdi] telah menceritakan kepada kami [Bisyr Al Mufadldlal bin Lahiq] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Dzakwan] dari [Rabi' binti Mu'awwidz bin Afran] ia berkata: Suatu pagi di hari 'Asyura`, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim petugas ke perkampungan orang Anshar yang berada di sekitar Madinah, untuk menyampaikan pengumuman: "Siapa yang berpuasa sejak pagi hari, hendaklah ia menyempurnakan puasanya, dan siapa yang tidak berpuasa hendaklah ia puasa sejak mendengar pengumuman ini." Semenjak itu, kami berpuasa di hari 'Asyura`, dan kami suruh pula anak-anak kecil kami, insya Allah. Kami bawa mereka ke Masjid dan kami buatkan mereka main-mainan dari bulu. Apabila ada yang menangis minta makan, kami berikan setelah waktu berbuka tiba. Dan Telah meceritakannya kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Abu Ma'syar Al 'Aththar] dari [Khalid bin Dzakwan] ia berkata: saya bertanya kepada [Rabi' binti Mu'awwidz] tentang puasa di hari 'Asyura`, maka ia menjawab: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim petugas ke perkampungan orang Anshar." Ia pun menyebutkan hadits sebagaimana hadits Bisyr, hanya saja ia menyebutkan: "Dan kami membuatkan mereka main-mainan dari bulu, kemudian kami membawa mereka. Dan apabila mereka meminta makanan kepada kami, maka kami memberi mereka main-mainan untuk melalaikan mereka (dari rasa lapar) hingga puasa mereka sempurna."

【128】

Shahih Muslim 1920: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Abu Ubaid] Maula Ibnu Azhar, bahwa ia berkata: Saya pernah ikut serta dalam shalat Ied bersama [Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhu]. Saat itu, ia datang, lalu shalat kemudian menyampaikan khutbah seraya berkata: "Sesungguhnya dua hari ini, merupakan dua hari yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang untuk berpuasa pada keduanya. Yakni, hari Iedul Fithri setelah puasa kalian, dan satu lagi adalah hari ketika kalian makan daging dari hewan kurban kalian."

【129】

Shahih Muslim 1921: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Muhammad bin Yahya bin Habban] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang berpuasa pada dua hari, yaitu pada hari Iedul Adlha dan Iedul Fithr.

【130】

Shahih Muslim 1922: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Abdul Malik] ia adalah Ibnu Umair, dari [Qaza'ah] dari [Abu Sa'id] radliallahu 'anhu, ia berkata: saya mendengar satu hadits darinya, lalu kutanyakan padanya, "Apakah Anda mendengar ini langsung dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" ia menjawab, "Apakah aku akan berkata atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sesuatu yang belum pernah aku dengar?" Ia melanjutkan berkata: Saya telah mendengar beliau bersabda: "Tidak boleh berpuasa pada dua hari: yaitu Iedul Adlha dan Iedul fithri dari bulan Ramadlan."

【131】

Shahih Muslim 1923: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Kamil Al Jahdari] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Al Mukhtar] telah menceritakan kepada kami [Amru bin Yahya] dari [bapaknya] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang puasa pada dua hari, yaitu: pada hari raya Iedul fithri dan An Nahr (Iedul Adlha).

【132】

Shahih Muslim 1924: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Ibnu 'Aun] dari [Ziyad bin Jubair] ia berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada [Ibnu Umar], "Aku telah benadzar untuk berpuasa sehari, dan ternyata puasa itu bertepatan dengan hari raya Iedul Adlha atau Iedul Fithri." Maka Ibnu Umar menjawab: "Allah Ta'ala telah memerintahkan untuk menunaikan Nadzar, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang untuk berpuasa di hari ini."

【133】

Shahih Muslim 1925: Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Sa'd bin Sa'id] telah mengabarkan kepadaku [Amrah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang dua macam puasa: puasa di hari 'iedul fithri dan di hari 'iedul adlha.

【134】

Shahih Muslim 1926: Dan Telah menceritakan kepada kami [Suraij bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Husyaim] telah mengabarkan kepada kami [Khalid] dari [Abu Malih] dari [Nubaisyah Al Hudzali] ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hari-hari Tasyriq adalah hari makan-makan dan minum." Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abdullah bin Numair] telah menceritakan kepada kami [Isma'il] yakni Ibnu Ulayyah dari [Khalid Al Hadzdza`] telah menceritakan kepadaku [Abu Qilabah] dari [Abu Al Malih] dari [Nubaisyah]. Khalid berkata: Saya menjumpai Abu Malih dan bertanya kepadanya, maka ia pun menceritakannya kepadaku, lalu ia menyebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan hadits yang serupa dengan haditsnya Husyaim dan ia menambahkan: Dan dzikir kepada Allah.

【135】

Shahih Muslim 1927: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sabiq] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Thamhan] dari [Abu Zubair] dari [Ibnu Ka'b bin Malik] dari [bapaknya] bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutusnya bersama Aus bin Al Hadatsan pada hari-hari Tasyriq, lalu ia menyerukan: "Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali peribadi yang mukmin, dan hari-hari di Mina merupakan hari makan-makan dan minum." Dan Telah meceritakannya kepada kami [Abdu bin Humaid] telah menceritakan kepada kami [Abu Amir Abdul Malik bin Amru] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Thamhan] dengan isnad ini, hanya saja ia menyebutkan: "Maka keduanya menyerukan."

【136】

Shahih Muslim 1928: Telah menceritakan kepada kami [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Abdul Hamid bin Jubair] dari [Muhammad bin Abbad bin Ja'far] ia berkata: saya bertanya kepada [Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma] saat ia melakukan thawaf, "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk berpuasa di hari Jum'at?" Maka ia pun menjawab, "Ya, dan Rabb-nya Ka'bah juga melarang." Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah] bahwa telah mengabarkan kepadanya [Muhammad bin Abbad bin Ja'far] bahwa ia telah bertanya kepada [Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma] dengan pertanyaan yang sama, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

【137】

Shahih Muslim 1929: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Hafsh] dan [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] -dalam riwayat lain- Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] -lafazh juga miliknya- telah mengabarkan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dari [Al A'masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian berpuasa pada hari Jum'at kecuali sehari sebelum atau sesudahnya ia berpuasa."

【138】

Shahih Muslim 1930: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Husain] yakni Al Ju'fani dari [Za`idah] dari [Hisyam] dari [Ibnu Sirin] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Janganlah kalian mengkhususkan malam Jum'at dengan shalat malam di antara malam-malam yang lain, dan jangan pula dengan puasa, kecuali memang bertepatan dengan hari puasanya."

【139】

Shahih Muslim 1931: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Bakr bin Manshur] dari [Amru bin Harits] dari [Bukair] dari [Yazid] Maula Salamah, dari [Salamah bin Al Akwa'] ia berkata: Ketika turun ayat: "…dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin…". (QS. Albaqarah 184), banyak orang yang menginginkan untuk tetap makan (tidak berpuasa) dan hanya membayar fidyah, sampai turun ayat setelahnya dan iapun saya me-nasakh-nya.

【140】

Shahih Muslim 1932: Telah menceritakan kepadaku [Amru bin Sawwad Al 'Amiri] telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah mengabarkan kepada kami [Amru bin Harits] dari [Bukair bin Al Asyajj] dari [Yazid] Maula Salamah bin Al Akwa', dari [Salamah Al Akwa'] radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata: Dulu, ketika kami memasuki bulan Ramadlan pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam siapa saja yang ingin, maka ia berpuasa dan siapa yang tidak suka, maka ia akan berbuka dengan syarat membayar fidyah, peritstiwa itu terus terjadi hingga turunnya ayat: "Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." (QS. Albaqarah 185).

【141】

Shahih Muslim 1933: Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Abdullah bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dari [Abu Salamah] ia berkata: Saya mendengar [Aisyah] radliallahu 'anhu berkata: "Aku masih punya hutang puasa Ramadlan. Tetapi aku belum membayarnya sehingga tiba bulan Sya'ban, barulah kubayar, berhubungan dengan kesibukanku bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Dan Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Bisyr bin Umar Az Zahrani] telah menceritakan kepadaku [Sulaiman bin Bilal] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] dengan isnad ini, hanya saja ia mengatakan: Hal itu, karena kesibukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan telah menceritakannya kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Sa'id] dengan isnad ini, dan ia berkata: "Saya menduga bahwa sebab hal itu adalah, karena posisinya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Yang mengatakannya adalah Yahya. Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahab] dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] keduanya dari [Yahya] dengan isnad ini, namun keduanya tidak menyebutkan di dalam hadits: "Kesibukan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."

【142】

Shahih Muslim 1934: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abu Umar Al Makki] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Muhammad Ad Darawardi] dari [Yazid bin Abdullah bin Al Had] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, bahwa ia berkata: "Pernah ada salah seorang dari kami, benar-benar ia berbuka (di bulan Ramadlan) pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan tidaklah ia mampu meng-qadla-nya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hingga masuk bulan Sya'ban."

【143】

Shahih Muslim 1935: Dan telah menceritakan kepadaku [Harun bin Sa'id Al Aili] dan [Ahmad bin Isa] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepada kami [Amru bin Harits] dari [Ubaidullah bin Ja'far] dari [Muhammad bin Ja'far bin Zubair] dari [Urwah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha: Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang meninggal, sedangkan ia masih memiliki hutang puasa, maka yang membayarnya adalah walinya."

【144】

Shahih Muslim 1936: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Isa bin Yunus] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Muslim Al Bathin] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, bahwa ada seorang wanita mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Sesungguhnya ibuku telah meninggal, padahal ia masih memiliki hutang puasa selama satu bulan." Maka beliau pun bersabda: "Bagaimana menurutmu jika ibumu memiliki hutang uang, apakah kamu akan melunasinya?" wanita itu menjawab, "Ya, tentu." Beliau bersabda: "Kalau begitu, hutang kepada Allah lebih berhak untuk dilunasi."

【145】

Shahih Muslim 1937: Dan telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Umar Al Waki'i] telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali] dari [Za`idah] dari [Sulaiman] dari [Muslim Al Bathin] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata: "Sesungguhnya ibuku telah meninggal, padahal ia memiliki hutang puasa selama satu bulan. Apakah saya harus membayarkan untuknya?" beliau menjawab: "Sekiranya ibumu memiliki hutang uang, apakah kamu harus membayarnya?" laki-laki itu menjawab, "Ya, tentu." Beliau bersabda: "Kalau begitu, maka hutang kepada Allah adalah lebih berhak untuk dilunasi." Sualaiman berkata: Dan juga telah berkata: Al Hakam dan Salamah bin Kuhail semuanya. Dan kami dalam posisi duduk saat Muslim menceritakan hadits ini. Keduanya berkata: kami mendengar Mujahid menyebutkan hadits ini dari Ibnu Abbas. Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Sa'id Al Asyajj] telah menceritakan kepada kami [Abu Khalid Al Ahmar] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Salamah bin Kuhail] dan [Al Hakam bin Utaibah] dan [Muslim Al Bathin] dari [Sa'id bin Jubair] dan [Mujahid] dan [Atha`] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan hadits ini.

【146】

Shahih Muslim 1938: Dan Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Manshur] dan [Ibnu Abu Khalaf] dan [Abdu bin Humaid] semuanya dari [Zakariya bin Adi]. Abdu berkata: Telah menceritakan kepadaku [Zakariya bin Adi] telah mengabarkan kepada kami [Ubaidullah bin Amru] dari [Zaid bin Abu Unaisah] telah menceritakan kepada kami [Al Hakam bin Utaibah] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Seorang wanita mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibuku telah meninggal, sedangkan beliau masih memiliki hutang puasa Nadzar, bolehkah aku membayarnya?" beliau menjawab: "Bagaimana menurutmu, jika ibumu memiliki hutang, lalu kamu membayarnya, apakah hal itu dapat melunasi hutangnya?" wanita itu menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Kalau begitu, berpuasalah untuknya."

【147】

Shahih Muslim 1939: Dan telah menceritakan kepadaku [Ali bin Hujr As Sa'di] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir Abul Hasan] dari [Abdullah bin 'Atha`] dari [Abdullah bin Buraidah] dari [bapaknya] radliallahu 'anhu, ia berkata: Ketika saya sedang duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datanglah seorang wanita dan berkata: "Aku pernah memberikan seorang budak wanita kepada ibuku, dan kini ibuku telah meninggal. Bagaimana dengan hal itu?" beliau menjawab, "Kamu telah mendapatkan pahala atas pemberianmu itu, dan sekarang pemberianmu itu telah kembali kepadamu sebagai pusaka." Wanita itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, Ibuku punya hutang puasa satu bulan, bolehkah saya membayar puasanya?" beliau menjawab: "Ya, bayarlah puasanya itu." wanita itu berkata lagi, "Ibuku juga belum menunaikan haji, bolehkah aku yang menghajikannya?" beliau menjawab: "Ya, hajikanlah ia." Dan Telah meceritakannya kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Numair] dari [Abdullah bin 'Atha`] dari [Abdullah bin Buraidah] dari [bapaknya] radliallahu 'anhu, ia berkata: Saya pernah duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. yakni serupa dengan haditsnya Ibnu Mushir, hanyanya saja ia mengatakan: "Puasa selama dua bulan." Dan Telah menceritakan kepada kami [Abdu bin Humaid] telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ats Tsauri] dari [Abdullah bin Atha`] dari [Ibnu Buraidah] dari [bapaknya] radliallahu 'anhu ia berkata: Seorang wanita mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka ia pun menyebutkan hadits semisalnya. Dan ia juga mengatakan: "Puasa selama satu bulan." Dan telah meceritakannya kepadaku [Ishaq bin Manshur] telah mengabarkan kepada kami [Ubaidullah bin Musa] dari [Sufyan] dengan isnad ini, dan ia mengatakan: "(Hutang) Puasa selama dua bulan." Dan telah menceritakan kepadaku [Ibnu Abu Khalaf] Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Yusuf] telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik bin Abu Sulaiman] dari [Abdullah bin Atha` Al Makki] dari [Sulaiman bin Buraidah] dari [bapaknya] radliallahu 'anhu, ia berkata: Seorang wanita mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni serupa dengan hadits mereka, dan ia juga mengatakan: "Puasa satu bulan."

【148】

Shahih Muslim 1940: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Amru An Naqid] dan [Zuhair bin Harb] mereka berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Abu Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, -Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata- dan telah berkata Amru hingga sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam -sementara Zuhair berkata- dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian diundang makan padahal ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya, saya sedang berpuasa.'"

【149】

Shahih Muslim 1941: Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Abu Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] -secaya riwayah (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi- beliau berkata: Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan berbuat kesia-siaan. Bila ia caci seseorang atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, "Sesungguhnya saya sedang berpusa."

【150】

Shahih Muslim 1942: Telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya At Tujibi] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] bahwa ia mendengar [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah 'azza wajalla telah berfirman: 'Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya, kecuali puasa, karena ia adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya.' Maka demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh, bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi."

【151】

Shahih Muslim 1943: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab] dan [Qutaibah bin Sa'id] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Al Mughirah Al Hizami] dari [Abu Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Puasa adalah perisai (yang akan melindungi seseorang dari api neraka)."

【152】

Shahih Muslim 1944: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Atha`] dari [Abu Shalih Az Zayyat] bahwa ia mendengar [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah 'azza wajalla telah berfirman: 'Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.' Dan puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.' Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga karena puasanya."

【153】

Shahih Muslim 1945: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dan [Waki'] dari [Al A'masy] Dan Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Sa'id Al Asyajj] -lafazh juga miliknya- Telah menceritakan kepada kami [Waki'] telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman: 'Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.' Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi."

【154】

Shahih Muslim 1946: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Fudlail] dari [Abu Sinan] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah] dan [Abu Sa'id] radliallahu 'anhuma, keduanya berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah berfirman: 'Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.' Bagi seorang yang berpuasa, maka baginya ada dua kebahagiaan, yaitu: kebahagiaan saat ia berbuka dan ketika ia berjumpa dengan Allah. Demi Dzat yang jiwa Muhmmad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya misk." Dan telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin 'Umar bin Salith Al Hudzaili] Telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Muslim] telah menceritakan kepada kami [Dlirar bin Murrah] -ia adalah Abu Sinan, dengan isnad ini ia berkata: dan ia mengatakan: "Ketika ia berjumpa dengan Allah, lalu Dia memberinya ganjaran hingga ia pun senang dan bahagia."

【155】

Shahih Muslim 1947: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Makhlad Al Qathawani] dari [Sulaiman bin Bilal] telah menceritakan kepadaku [Abu Hazim] dari [Sahl bin Sa'd] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Di dalam surga ada satu pintu yang disebut Ar Rayyan. Orang-orang yang diperkenankan masuk surga melalui pintu pada hari kiamat kelak hanyalah orang-orang yang berpuasa, sedangkan yang lainnya tidak diperkenankan. Mereka akan dipanggil: 'Manakah orang-orang yang sering berpuasa? ' Dan bila orang yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun segera ditutup, hingga tak seorang pun yang dapat memasukinya."

【156】

Shahih Muslim 1948: Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh bin Muhajir] telah mengabarkan kepadaku [Laits] dari [Ibnul Hadi] dari [Suhail bin Abu Shalih] dari [Nu'man bin Abu Abbas] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh ribu musim." Dan Telah menceritakannya kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] yakni Ad Darawardi, dari [Suhail] dengan isnad ini.

【157】

Shahih Muslim 1949: Dan telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin Manshur] dan [Abdurrahman bin Bisyr Al 'Abdi] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] dari [Yahya bin Sa'id] dan [Suhail bin Abu Shalih] bahwa keduanya mendengar [An Nu'man bin Abu Abbas Az Zuraqi] menceritakan dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh ribu musim."

【158】

Shahih Muslim 1950: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Kamil Fudlail bin Husain] telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahid bin Ziyad] telah menceritakan kepada kami [Thalhah bin Yahya bin Ubaidullah] telah menceritakan kepadaku [Aisyah binti Thalhah] dari [Aisyah] radliyallahu 'anha, ia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: "Wahai Aisyah, apakah kamu mempunyai makanan?" Aisyah berkata: Maka aku menjawab: "Kita tidak memiliki makanan, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Kalau begitu, aku akan berpuasa." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun keluar. Setelah itu, saya diberi hadiah berupa makanan -atau dengan redaksi- seorang tamu mengunjungi kami. Aisyah berkata: Maka ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali saya pun berkata: "Wahai Rasulullah, telah dihadiahkan kepada kita -atau dengan redaksi- tadi ada orang datang memberi kita makanan dan kusimpan untuk Anda." Beliau bertanya: "Makanan apa itu?" saya menjawab: "Kuwe Hais (yakni terbuat dari kurma, minyak samin dan keju)." Beliau bersabda: "Bawalah kemari." Maka kuwe itu pun aku sajikan untuk beliau, lalu beliau makan, kemudian berkata: "Sungguh sejak pagi tadi aku puasa." Thalhah berkata: Saya menceritakan hadits ini kepada Mujahid, lalu ia berkata: "Hal itu seperti halnya seorang laki-laki yang mengeluarkan sedekah. Jika ingin, ia akan mengeluarkannya, dan jika tidak, maka ia akan menahannya."

【159】

Shahih Muslim 1951: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Thalhah bin Yahya] dari Bibinya [Aisyah binti Thalhah], dari [Aisyah] Ummul Mukminin, ia berkata: Pada suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemui saya dan bertanya: "Apakah kalian mempunyai makanan?" kami menjawab: "Tidak." Beliau bersabda: "Kalau begitu, saya akan berpuasa." Kemudian beliau mendatangi kami lagi pada hari yang lain dan kami berkata: "Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kurma, samin dan keju)." Maka beliau pun bersabda: "Bawalah kemari, sungguhnya sejak pagi tadi aku berpuasa." Kemudian beliau makan.

【160】

Shahih Muslim 1952: Dan telah menceritakan kepadaku [Amru bin Muhamamd Naqid] telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ibrahim] dari [Hisyam Al Qurdusi] dari [Muhamamd bin Sirin] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang makan dan minum karena lupa, sedangkan ia puasa, maka hendaklah diteruskannya puasanya itu, karena Allah telah memberinya makan dan minum."

【161】

Shahih Muslim 1953: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Yazid bin Zurai'] dari [Sa'id Al Jurairi] dari [Abdullah bin Syaqiq] ia berkata: saya bertanya kepada [Aisyah], "Apakah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa selama satu bulan penuh secara terang-terangan selain di bulan Ramadlan?" Aisyah menjawab, "Demi Allah, beliau belum pernah berpuasa sebulan penuh secara terang-terangan selain bulan Ramadlan hingga diangkatnya beliau ke Ar Rafi' Al A'la (kedudukan yang tinggi), dan beliau juga belum pernah berbuka terus menerus (maksudnya tidak puasa) sebulan penuh diluar Ramadhan, hingga ada diantaranya yang beliau isi dengan puasa."

【162】

Shahih Muslim 1954: Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Kahmas] dari [Abdullah bin Syaqiq] ia berkata: saya bertanya kepada [Aisyah] radliallahu 'anha, "Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa sebulan penuh?" Aisyah menjawab, "Setahuku beliau belum pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadlan. Dan beliau juga belum pernah tidak puasa sebulan penuh diluar ramadhan hingga Beliau berpulang ke hadirat Allah."

【163】

Shahih Muslim 1955: Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Rabi' Az Zahrani] telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Ayyub] dan [Hisyam] dari [Muhammad] dari [Abdullah bin Syaqiq] - [Hammad] berkata- saya menduga bahwa [Ayyub] telah mendengarnya dari [Abdullah bin Syaqiq], ia berkata: Saya pernah bertanya kepada [Aisyah] radliallahu 'anha, mengenai puasa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Aisyah menjawab, "Beliau berpuasa beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa terus. Dan beliau berbuka beberapa hari hingga kami mengira beliau akan berbuka terus. Sejak beliau tiba di Madinah, aku tidak pernah melihat beliau puasa sebulan sembuh, kecuali Ramadlan." Dan Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah] telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Ayyub] dari [Abdullah bin Syaqiq] ia berkata: Saya pernah bertanya kepada [Aisyah] radliallahu 'anha, yakni dengan hadits semisalnya. Sedangkan di dalam isnadnya ia tidak menyebutkan: Hisyam dan tidak pula Muhammad.

【164】

Shahih Muslim 1956: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Abu Nadlr] Maula Umar bin Ubaidullah, dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Aisyah] Ummul Mukminin, bahwa ia berkata: "Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban."

【165】

Shahih Muslim 1957: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Amru An Naqid] semuanya dari [Ibnu Uyainah] - [Abu Bakr] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Ibnu Abu Labid] dari [Abu Salamah] ia berkata: saya pernah bertanya kepada [Aisyah] radliallahu 'anha tentang puasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia pun berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau akan berbuka (tidak puasa) terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak dariada puasanya di bulan Sya'ban. Beliau berpuasa pada bulan Sya'ban hingga sisa harinya tinggal sedikit."

【166】

Shahih Muslim 1958: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [Mu'adz bin Hisyam] telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari [Yahya bin Abu Katsir] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa banyak di bulan tertentu dalam satu tahun, melebihi puasa beliau ketika pada bulan Sya'ban. Dan beliau bersabda: "Lakukanlah amalan yang mampu kalian lakukan, karena Allah tidak akan bosan hingga kalian sendirilah yang bosan. Dan Amalah yang paling disukai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit."

【167】

Shahih Muslim 1959: Telah menceritakan kepada kami [Abu Rabi' Az Zahrani] telah menceritakan kepada kami [Abu Awanah] dari [Abu Bisyr] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa selama satu bulan penuh, kecuali Ramadlan. Dan jika beliau rajin puasa, beliau puasa berhari-hari hingga orang mengatakan, "Tidak, demi Allah, beliau tidak pernah absen berpuasa, namun ternyata tiba hari yang beliau tidak berpuasa. Dan bila beliau sedang rajin tidak puasa (beliau lakukan hari demi hari) hingga seseorang kami mengatakan, "Tidak, demi Allah, beliau tidak pernah berpuasa." Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Basysyar] dan [Abu Bakr bin Nafi'] dari [Ghundar] dari [Syu'bah] dari [Abu Bisyr] dengan isnad ini, dan ia mengatakan: Satu bulan berturut-turut, semenjak beliau tiba di kota Madinah.

【168】

Shahih Muslim 1960: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Numair] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Utsman bin Hakim Al Anshari] ia berkata: Saya bertanya kepada [Sa'id bin Jubair] mengenai puasa Rajab, dan saat itu kami berada di bulan. Maka ia pun menjawab: Saya telah mendengar [Ibnu Abbas] radliallahu 'anhuma berkata: Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpuasa hingga kami berkata berkata bahwa beliau tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan puasa." Dan telah meceritakannya kepadaku [Ali bin Hujr] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Isa bin Yunus] keduanya dari [Utsman bin Hakim] di dalama isnad ini, yakni dengan hadits semisalnya.

【169】

Shahih Muslim 1961: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Ibnu Abu Khalaf] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Rauh bin Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Tsabit] dari [Anas] radliallahu 'anhu -dalam riwayat lain- Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Bakr bin Nafi'] -lafazh juga miliknya- Telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Hammad] telah menceritakan kepada kami [Tsabit] dar [Anas bin Anas] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sering berpuasa hingga dikatakanlah bahwa beliau puasa lagi, beliau berpuasa lagi. Dan begitu pula beliau sering tidak puasa, hingga dikatakan bahwa beliau tidak puasa, beliau tidak puasa."

【170】

Shahih Muslim 1962: Telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] ia berkata: saya mendengar [Abdullah bin Wahb] menceritakan dari [Yunus] dari [Ibnu Syihab] -dalam riwayat lain- telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Al Musayyab] dan [Abu Salamah bin Abdurrahman] bahwa [Abdullah bin Amru bin Ash] ia berkata: Disampaikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ada seseorang mengatakan, "Sesungguhnya aku akan shalat sepanjang malam dan puasa setiap hari selama hidupku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bertanya kepadaku: "Benarkah kamu yang mengatakan hal itu?" Jawabku, "Benar, sayalah yang telah mengatakannya ya Rasulullah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kamu tidak akan sanggup melakukannya. Maka berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. Kamu tidur dan kamu juga shalat, dan berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan, sebab tiap-tiap satu kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh, dan itulah contoh puasa sepanjang masa." Abdullah berkata: "Sesungguhnya aku sanggup lebih dari itu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalau begitu, berpuasalah satu hari dan berbukalah dua hari." Abdullah berkata: "Aku masih sanggup lebih dari itu ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Kalau begitu, berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari. Yang demikian itu adalah puasa Dawud 'Alaihis salam. Dan itulah puasa yang paling seimbang." Abdullah berkata lagi: "Aku masih sanggup lebih dari itu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada lagi puasa yang lebih utama dari itu." Maka Abdullah bin Amru pun berkata: "Kalaulah kuterima, puasa tiga hari seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam padaku, tentulah akan lebih kusukai daripada keluarga dan hartaku."

【171】

Shahih Muslim 1963: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad bin Ar Rumi] telah menceritakan kepada kami [An Nadlr bin Muhammad] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah bin Ammar] Telah menceritakan kepada kami [Yahya] ia berkata: saya berangkat bersama Abdullah bin Yazid hingga kami menemui [Abu Salamah], lalu kami mengutus seseorang kepadanya. kemudian ia pun keluar menemui kami, dan tepat dekat pintu rumahnya ternya ada Masjid, maka kami pun menunggu di masjid itu hingga keluar menemui kami. Lalu ia berkata: "Jika kalian mau, masuklah, namun bila kalian memilih duduk (di situ), maka duduklah." Kami menjawab, "Kami duduk di sini saja. Ceritakanlah hadits kepada kami!" Ia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Amru bin Ash] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Saya biasa melakukan puasa Ad Dahr (sepanjang masa) dan membaca (mengkhatamkan) Al Qur`an setiap malam sekali. Mungkin telah disampaikan berita kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai diriku atau mungkin juga beliau yang mengutus seseorang kepadaku. Lalu aku mendatangi beliau, maka beliau pun bertanya kepadaku: "Benarkah berita bahwa kamu berpuasa sepanjang masa dan membaca (mengkhatamkan) Al Qur`an sekali setiap malam?" saya menjawab, "Benar wahai Nabiyullah, namun tidaklah saya menginginkan dari perbuatan itu kecuali kebaikan." Beliau bersabda: "Sungguh, bagimu cukup berpuasa tiga hari dalam setiap bulannya." Saya berkata: "Wahai Nabiyullah, sungguh saya masih kuat lebih dari itu." beliau bersabda: "Sesunguhnya isteri juga mempunyai hak atasmu, tamumu punya hak atasmu dan jasadmu juga punya hak atasmu. Karena itu, lakukanlah puasa Dawud Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab ia adalah hamba yang paling banyak beribadah." Saya bertanya, "Wahai Nabiyullah, bagaimanakah puasa Dawud itu?" beliau menjawab: "Nabi Dawud berpuasa sehari dan berbuka sehari." Kemudian beliau bersabda: "Bacalah (khatamkanlah) Al Qur`an sekali dalam setiap bulannya." Saya berkata: "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya masih kuat kurang dari itu." beliau bersabda: "Kalau begitu, pada setiap dua puluh hari sekali." Saya berkata: "Wahai Nabiyullah, sesungguhnya saya masih kuat kurang dari itu." beliau bersabda: "Kalau begitu, setiap sepuluh hari sekali." Saya berkata: "Wahai Nabiyullah, sungguh, saya masih kuat kurang dari itu." beliau bersabda: "Kalau begitu, bacalah (khatamkanlah) Al Qur`an setiap tujuh hari sekali, janganlah kamu menambahnya lagi, sebab, isterimu juga punya hak atasmu, dan jasadmu juga punya hak atasmu." Abdullah berkata: Aku telah berlebih-lebihan, hingga aku pun diberatkan sendiri. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Sesunguhnya kamu tidak tahu, apakah umurmu masih panjang." Abdullah berkata: "Maka aku pun lebih memilih dan melakukan apa yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam padaku. setelah lanjut usia, aku pun berangan-angann, sekiranya dahulu aku menerima rukhshah (keringanan) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin Ubadah] telah menceritakan kepada kami [Husain Al Mu'allim] dari [Yahya bin Abu Katsir] dengan isnad ini, dan ia menambahkan setelah ungkapan: "Tiga hari dalam setiap bulannya, karena setiap kebaikan maka ganjarannya untukmu akan menjadi sepuluh kali lipat, maka itulah puasa Ad Dahr (sepanjang masa)." Dan di dalam hadits diungkapkan: Saya berkata: "Bagaimana puasa Nabiyullah Dawud?" beliau menjawab: "Yaitu setengah masa." Dan ia tidak menyebutkan sesuatu pun terkait dengan bacaan Al Qur`an. Dan ia juga tidak menyebutkan: "Sesungguhnya tamumu juga punya hak atasmu." Namun ia menyebutkan: "Sesungguhnya anakmu juga punya hak atasmu."

【172】

Shahih Muslim 1964: Telah menceritakan kepadaku [Al Qasim bin Zakariya] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Musa] dari [Syaiban] dari [Yahya] dari [Muhammad bin Abdurrahman] Maula Bani Zuhrah, dari [Abu Salamah] ia berkata: dan saya menyangka bahwa saya telah mendengarnya dari [Abu Salamah] dari [Abdullah bin Amru] radliyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepdaku: "Bacalah (Khatamkanlah) Al Quran sekali pada setiap bulannya." Saya berkata: "Saya masih kuat dari itu." beliau bersabda: "Kalau begitu, pada setiap dua puluh hari sekali." Saya berkata lagi, "Saya masih kuat kurang dari itu." beliau bersabda: "Kalau begitu, bacalah (khatamkanlah) pada setiap tujuh hari sekali, dan jangan kamu menguranginya lagi."

【173】

Shahih Muslim 1965: Dan telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Yusuf Al Azdi] telah menceritakan kepada kami [Amru bin Abu Salamah] dari [Al Auza'i] -secara qira`ah- ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Abu Katsir] dari [Ibnul Hakam bin Tsauban] telah menceritakan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Abdullah bin Amru bin Ash] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Abdullah, janganlah kamu seperti si Fulan, sebelumnya ia rajin Qiyamullail (shalat malam), namun ia kemudian hari meninggalkannya."

【174】

Shahih Muslim 1966: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] ia berkata: saya mendengar ['Atha`] ia berdalih bahwa [Abul Abbas] telah mengabarkan kepadanya, bahwa ia mendengar [Abdullah bin Amru bin Al Ash] radliallahu 'anhuma, berkata: Telah sampai berita kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa saya berpuasa setiap hari dan shalat sepanjang malam. Kemungkinan beliau yang mengutus seseorang kepadaku, atau mungkin juga saya yang berjumpa dengan beliau. Kemudian beliau bertanya: "Benarkah kabar yang menyatakan bahwa kamu berpuasa dan tidak pernah berbuka, dan kamu juga shalat sepanjang malam (tidak tidur)? Janganlah kamu lakukan, karena kedua matamu juga mempunyai hak, dirimu mempunyai hak, dan keluargamu juga memiliki hak. Karena itu, hendaklah kamu berpuasa dan juga berbuka, kamu shalat dan juga tidur. Kemudian berpuasalah sehari dalam setiap sepuluh hari, maka kamu akan mendapatkan ganjaran pahala sembilan kali." Ia berkata: "Sungguh, saya masih kuat lebih dari itu wahai Nabiyullah." Beliau menjawab: "Kalau begitu lakukanlah puasa Dawud 'Alahis salam." Abdullah bertanya, "Bagaimanakah Nabi Dawud berpuasa wahai Nabiyullah?" beliau menjawab: "Nabi Dawud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan Nabi Dawud juga tidak kabur melarikan diri dari medan peperangan, tepatnya ketika berhadapan dengan musuh." Abdullah bertanya lagi, "Lalu ganjaran apa yang saya dapatkan dari puasa ini wahai Nabiyullah?" Atha` berkata: Saya tidak tahu bagaimana ia menyebutkan puasa sepanjang masa. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menajawab: "Tidak akan mendapatkan pahala puasa, bagi siapa saja yang berpuasa sepanjang masa. Tidak akan mendapatkan pahala puasa, bagi siapa saja yang berpuasa sepanjang masa." Dan telah meceritakannya kepadaku [Muhammad bin Hatim] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Bakr] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] dengan isnad ini, dan berkata: Bahwa [Abul Abbas Asy Sya'ir] telah mengabarkan kepadanya, ia berkata: Muslim Abul Abbas As Sa`ib bin Farrukh adalah seorang penduduk Makkah dan ia adalah seorang yang Tsiqqah (terpercaya) dan Adil.

【175】

Shahih Muslim 1967: Dan Telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepadaku [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Habib] ia mendengar [Abul Abbas] bahwa ia mendengar [Abdullah bin Amru] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: "Wahai Abdullah, benarkah kamu berpuasa Ad Dahr (sepanjang masa) dan shalat sepanjang malam (tidak tidur). Sungguh, jika kamu melakukan hal itu, matamu akan letih dan tersiksa. Tidak ada (ganjaran) puasa bagi yang berpuasa sepanjang masa. Berpuasa tiga hari dalam satu bulan, sama halnya dengan berpuasa sebulan penuh." Saya berkatanya, "Sungguh, saya masih kuat lebih dari itu." maka beliau pun bersabda: "Kalau begitu, lakukanlah puasa Dawud, yang ia berpuasa sehari dan berbuka sehari, dan beliau tidak lari (kabur), bila bertemu dengan musuh." Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Bisyr] dari [Mis'ar] telah menceritakan kepada kami [Habib bin Abu Tsabit] dengan isnad ini, dan ia berkata: "Dan jasad pun menjadi lemah."

【176】

Shahih Muslim 1968: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Amru] dari [Abul Abbas] dari [Abdullah bin Amru] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku, "Bukankah telah dikabarkan kepadaku, bahwa kamu shalat sepanjang malam dan berpuasa sepanjang hari?" saya menjawab, "Sungguh, saya benar-benar telah melakukan hal itu." beliau bersabda: "Sungguh, jika kamu melakukan hal itu, maka kedua matamu akan binasa. Kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, dan keluargamu juga mempunyai hak atas dirimu. Karena itu, hendaklah kamu bangun (shalat lail) dan tidurlah. Kemudian berpuasalah kamu dan juga berbukalah."

【177】

Shahih Muslim 1969: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] -Zuhair berkata- Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Amru bin Dinar] dari [Amru bin Aus] dan [Abdullah bin Amru] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud, sedangkan shalat yang paling disukai Allah adalah juga shalat Nabi Dawud 'Alaihis Salam, ia tidur hingga pertengahan malam, kemudian bangun (shalat lail) pada waktu seperti malam, lalu ia tidur pada seperenamnya. Kemudian ia berpuasa sehari dan berbuka sehari."

【178】

Shahih Muslim 1970: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Amru bin Dinar] bahwa [Amru bin Aus] telah mengabarkan kepadanya dari [Abdullah bin Amru bin Ash] radliallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Dawud, yang beliau berpuasa setengah masa (tahun), dan shalat yang paling disukai Allah 'azza wajalla adalah shalat Nabi Dawud 'Alaihis Salam, beliau tidur setengah malam kemudian bangun (menunaikan shalat lail) lalu tidur di akhir malam, kemudian ia bangun lagi disepertiga malam setelah setengah dari waktu malam berlalu." Saya bertanya kepada Amru bin Dinar, "Apakah Amru bin Aus yang mengatakan: "Ia bangun pada sepertiga malam setelah setengah dari waktu malam berlalu?." Ia menjawab, "Ya."

【179】

Shahih Muslim 1971: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Khalid bin Abdullah] dari [Khalid] dari [Abu Qilabah] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Abul Malih] ia berkata: saya pernah menemui [Abdullah bin Amru] bersama bapakmu, maka ia pun menceritakan bahwasanya: Telah dituturkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai puasaku. Maka beliau pun menemuiku, lalu aku memberikan beliau bantal dari kulit berisi sabut, namun beliau duduk di atas lantai hingga posisi bantal itu tepat berada antara aku dan beliau. Kemudian beliau bertanya kepadaku: "Tidakkah cukup bagimu untuk berpuasa tiga hari (dalam setiap bulannya)?" saya menjawab, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau lima hari?" saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau tujuh hari?" saya berkata lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau sembilan hari?" saya berkata lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau sebelas hari?" Saya berkata: "Wahai Rasulullah…" Akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada puasa yang lebih uatama dari puasa Dawud, yaitu puasa setengah masa (tahun), yakni, puasa sehari dan berbuka sehari."

【180】

Shahih Muslim 1972: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] dari [Syu'bah] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Ziyad bin Fayyadl] ia berkata: saya mendengar [Abu 'Iyadl] dari [Abdullah bin Amru] radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Berpuasalah satu hari maka bagimu pahala sepanjang masa.” Abdullah bin Amru berkata: “Sesungguhnya aku masih mampu lebih dari itu.” Beliau bersabda: “Kalau begitu berpuasalah dua hari, maka bagimu pahala sepanjang masa.” Beliau bersabda: “Kalau begitu berpuasalah tiga hari (dalam setiap bulan) bagimu pahala sepanjang masa." Abdullah bin Amru berkata: "Sesungguhnya saya masih kuat lebih dari itu." beliau bersabda: "Kalau begitu, berpuasalah empat hari (dalam setiap bulannya), bagimu pahala sepanjang masa." Abdulah berkata lagi, "Saya masih kuat lebih dari itu." beliau bersabda: "kalau begitu, berpuasalah dengan seutama-utama puasa di sisi Allah yaitu puasa Dawud 'Alaihis Salam, ia berpuasa sehari dan berbuka sehari."

【181】

Shahih Muslim 1973: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Muhammad bin Hatim] semuanya dari [Abdurrahman bin Mahdi] - [Zuhair] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] telah menceritakan kepada kami [Salim bin Hayyan] telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Mina`] ia berkata: [Abdullah bin Amru] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadaku: "Wahai Abdullah bin Amru, telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan shalat sepanjang malam. Janganlah kamu lakukan, sebab jasadmu mempunyai hak atas dirimu, kedua matamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu juga punya hak atasmu. Karena itu, hendaknya kamu puasa dan juga berbuka. Berpuasalah tiga hari pada setiap bulannya, sebab itulah sebenarnya puasa sepanjang masa." Saya berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya kuasa melakukannya." Beliau bersabda: "Kalau begitu, berpuasalah sebagaimana puasa Dawud 'Alaihis salam, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari." Di kemudian hari 'Abdullah bin Amru pun berkata: "Duhai…, sekiranya kau mengambil rukhshah (keringanan) itu."

【182】

Shahih Muslim 1974: Telah menceritakan kepada kami [Syaiban bin Farrukh] telah menceritakan kepada kami [Abdul Warits] dari [Yazid Ar Risyk] ia berkata: telah menceritakan kepadaku [Mu'adz Al 'Adawiyah] bahwa ia bertanya kepada ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Apakah setiap bulan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu berpuasa tiga hari? Ia menjawab: Ya. Aku bertanya lagi kepadanya: Pada tanggal berapa beliau berpuasa? Ia menjawab: Beliau tidak terlalu mempersoalkan pada hari apa saja beliau berpuasa.

【183】

Shahih Muslim 1975: Dan telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin Muhammad bin Asma` Adl Dluba'] telah menceritakan kepada kami [Mahdi] ia dalah Ibnu Maimun, Telah menceritakan kepada kami [Ghailan bin Jarir] dari [Mutharrif] dari [Imran bin Hushain] radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya atau kepada seorang laki-laki sementara ia mendengarnya: "Wahai Fulan, apakah kamu telah puasa di akhir bulan (Sya'ban) ini?" laki-laki itu menjawab, "Tidak." Beliau bersabda: "Jika kamu telah usai menunaikah puasa Ramadlan, maka berpuasalah dua hari."

【184】

Shahih Muslim 1976: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At Tamimi] dan [Qutaibah bin Sa'id] semuanya dari [Hammad] - [Yahya] berkata- telah mengabarkan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Ghailan] dari [Abdullah bin Ma'bad Az Zimani] dari [Abu Qatadah] bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya, "Bagaimanakah Anda berpuasa?" Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam marah. Dan ketika Umar menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam marah, ia berkata: "Kami rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul. Kami berlindung kepada Allah, dari murka Allah dan Rasul-Nya." Umar mengulang ucapan tersebut hingga kemarahan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam reda. Kemudian ia bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang berpuasa sepanjang tahun?" Beliau menjawab: "Dia tidak berpuasa dan tidak juga berbuka." -atau beliau katakan dengan redaksi 'Selamanya ia tak dianggap berpuasa dan tidak pula dianggap berbuka-- Umar bertanya lagi, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka sehari?" beliau menjawab: "Itu adalah puasa Dawud 'Alaihis Salam." Umar bertanya lagi, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka dua hari?" beliau menjawab: "Aku senang, jika diberi kekuatan untuk itu." kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Puasa tiga hari setiap bulan, puasa dari Ramadlan ke Ramadlan sama dengan puasa setahun penuh. Sedangkan puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya. Adapun puasa pada hari 'Asyura`, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya."

【185】

Shahih Muslim 1977: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Muhammad bin Basysyar] -lafazhnya dari Ibnul Mutsanna- keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Ghailan bin Jarir] bahwa mendengar [Abdullah bin Ma'bad Az Zimani] dari [Abu Qatadah Al Anshari] radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasanya, maka serta merta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam marah, lalu umar pun mengucapkan, "Kami rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul. Kami berlindung kepada Allah, dari murka Allah dan Rasul-Nya dan Bai'at kami sebagai suatu Bai'at." kemudian beliau ditanya tentang puasa sepanjang masa, maka beliau menjawab: "Sebenarnya, ia tidak berpuasa dan tidak pula berbuka." Kemudian beliau ditanya lagi mengenai puasa sehari dan berbuka dua hari, beliau menjawab: "Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk melakukannya." Lalu beliau ditanya mengenai puasa pada hari senin, beliau menjawab: "Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku." Kemudian beliau bersabda: “Puasa tiga hari pada setiap bulan dan ramadan hingga ramadan berikutnya adalah puasa dahr.” Kemudian beliau ditanya tentang puasa pada Arafah, maka beliau menjawab: "Puasa itu akan menghapus dosa-dosa satu tahun yang lalu dan yang akan datang." Kemudian beliau ditanya tentang puasa pada hari 'Asyura`, beliau menjawab: "Ia akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu." Dan di dalam hadits ini, yakni dari riwayat Syu'bah, ia berkata: "Dan beliau ditanya tentang puasa hari senin dan kamis." Namun kami tidak menyebutkan puasa kamis, karena menurut kami padanya terdapat Wahm (kekurang akuratan berita). Dan Telah meceritakannya kepada kami [Ubaidullah bin Mu'adz] telah menceritakan kepada kami [bapakku] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Syababah] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] telah mengabarkan kepada kami [An Nadlr bin Syumail] semuanya dari [Syu'bah] dengan isnad ini. Dan Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Sa'id Ad Darimi] telah menceritakan kepada kami [Habban bin Hilal] telah menceritakan kepada kami [Aban Al 'Aththar] telah menceritakan kepada kami [Ghailan bin Jarir] dalam isnad ini, sebagaimana haditsnya Syu'bah, hanya saja ia menyebutkan hari Senin, namun tidak menyebutkan hari kamis.

【186】

Shahih Muslim 1978: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi] telah menceritakan kepada kami [Mahdi bin Maimun] dari [Ghailan] dari [Abdullah bin Ma'bad Az Zimani] dari [Abu Qatadah Al Anshari] radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, maka beliau pun menjawab: "Di hari itulah saya dilahirkan, dan pada hari itu pula, wahyu diturunkan atasku."

【187】

Shahih Muslim 1979: Telah menceritakan kepada kami [Haddab bin Khalid] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] dari [Tsabit] dari [Mutharrif] -dan saya tida paham Mutharrif dari Haddab- dari [Imran bin Hushain] radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya atau kepada yang lain: "Apakah kamu telah berpuasa di hari-hari akhir bulan Sya'ban?" ia menjawab, "Tidak." Beliau bersabda: "Jika kamu telah usai menunaikan puasa Ramadlan, maka berpuasalah dua hari."

【188】

Shahih Muslim 1980: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Yazid bin Harun] dari [Al Jurairi] dari [Abul Ala`] dari [Mutharrif] dari [Imran bin Hushain] radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada seseorang: "Apakah kamu berpuasa di hari-hari terakhir bulan (Sya'ban) ini?" laki-laki itu menjawab, "Tidak." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kamu telah menunaikan puasa Ramadlan, maka berpuasalah dua hari untuk menggantikannya."

【189】

Shahih Muslim 1981: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [keponakan Mutharrif bin Asy Syikhkhir] ia berkata: saya mendengar [Mutharrif] menceritakan dari [Imran bin Husain] radliyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada seorang laki-laki: "Apakah kamu telah berpuasa di akhir bulan ini (Sya'ban)?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Maka beliau pun bersabda kepadanya: "Jika kamu telah usai menunaikan puasa Ramadlan, maka berpuasalah sehari -atau- dua hari." Yang ragu adalah Syu'bah, ia berkata: Dan menduga bahwa beliau mengatakan: "Dua hari." Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Qudamah] dan [Yahya Al Lu`lu`i] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [An Nadlr] telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Hani` bin Akhu Mutharrif] dalam isnad ini, dengan hadits yang semisalnya.

【190】

Shahih Muslim 1982: Telah menceritakan kepadaku [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Abu Awanah] dari [Abu Bisyr] dari [Humaid bin Abdurrahman Al Himyari] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam."

【191】

Shahih Muslim 1983: Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Abdul Malik bin Umair] dari [Muhammad bin Al Muntasyir] dari [Humaid bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu -dan ia saya mendengar-marfu'-kannya bahwa: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya, "Shalat apakah yang paling utama setelah shalat Maktubah (wajib)? Dan puasa apakah yang paling utama setelah puasa Ramadlan?" maka beliau menjawab: "Seutama-utama shalat setelah shalat Maktubah (wajib) adalah shalat pada sepertiga akhir malam, dan seutama-utama puasa setelah puasa Ramadlan adalah puasa di bulan Muharram." Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali] dari [Za`idah] dari [Abdul Malik bin Umair] dengan isnad ini, terkait dengan penyebutan puasa dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. yakni dengan hadits yang semisalnya.

【192】

Shahih Muslim 1984: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah bin Sa'id] dan [Ali bin Hujr] semuanya dari [Isma'il] - [Ibnu Ayyub] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ja'far] telah mengabarkan kepadaku [Sa'd bin Sa'id bin Qais] dari [Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji] dari [Abu Ayyub Al Anshari] radliallahu 'anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang berpuasa Ramadlan kemudian diiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa." Dan Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Sa'd Sa'id] saudaranya Yahya bin Sa'id, telah mengabarkan kepada kami [Umar bin Tsabit] telah mengabarkan kepada kami [Ayyub Al Anshari] radliallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. Yakni dengan hadits semisalnya. Dan Telah menceritakannya kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Mubarak] dari [Sa'd bin Sa'id] ia berkata: saya mendengar [Umar bin Tsabit] ia berkata: saya mendengar [Abu Ayyub] radliallahu 'anhu. Berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: yakni dengan hadits yang serupa.

【193】

Shahih Muslim 1985: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma bahwa seroang laki-laki dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada tujuh hari terakhir (dari bulan Ramadlan). Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku juga bermimpi seperti mimpimu itu, melihat Lailatul Qadr itu jatuh bertepatan pada tujuh hari terakhir bulan Ramadlan. Maka siapa yang mencarinya, carilah dalam tujuh hari terakhir itu."

【194】

Shahih Muslim 1986: Dan Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Abdullah bin Dinar] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadr pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadlan)."

【195】

Shahih Muslim 1987: Dan telah menceritakan kepadaku [Amru An Naqid] dan [Zuhair bin Harb]. Zuhair berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [Bapaknya] radliyallahu 'anhu, ia berkata: Seorang bermimpi bahwa Lailatul Qadr terdapat pada malam kedua puluh tujuh bulan Ramadlan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku bermimpi seperti mimipimu, yaitu pada sepuluh malam yang akhir. Karena itu, carilah ia pada malam-malam yang ganjil."

【196】

Shahih Muslim 1988: Dan telah menceritakan kepadaku [Harmalah bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] telah mengabarkan kepadaku [Salim bin Abdullah bin Umar] bahwa [bapaknya] radliallahu 'anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda berkenaan dengan Lailatul Qadr: "Beberapa orang di antara kalian telah bermimpi bahwa Lailatul Qadr itu terdapat pada tujuh malam yang awal, sedangkan yang lain bermimpi terdapat pada tujuh malam terakhir (dari Ramadlan). Maka carilah ia pada sepuluh yang akhir."

【197】

Shahih Muslim 1989: Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Uqbah bin Huraits] ia berkata: saya mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Carilah ia pada sepuluh terakhir (Ramadlan), yakni Lailatul Qadr. Maka jika salah seorang dari kalian tidak sempat atau tidak mampu, maka jangan sampai terlewatkan tujuh malam terakhir."

【198】

Shahih Muslim 1990: Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Jabalah] ia berkata: saya mendengar [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: "Siapa yang ingin mencari (Lailatul Qadr), maka hendaklah ia mencarinya pada sepuluh akhir Ramadlan."

【199】

Shahih Muslim 1991: Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Mushir] dari [Asy Syaibani] dari [Jabalah] dan [Muharib] dari [Ibnu Umar] radliallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh hari terakhir -atau beliau berkata- pada sembilan hari terakhir (dari bulan Ramadlan)."

【200】

Shahih Muslim 1992: Telah menceritakan kepada kami [Abu Thahir] dan [Harmalah bin Yahya] keduanya berkata: telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Lailatul Qadr telah diperlihatkan kepadaku (dalam mimpi), kemudian aku dibangunkan oleh sebagian keluargaku, lalu aku pun dilupakan untuk mengingatnya kembali. karena itu, carilah Lailatul Qadr itu pada sepuluh akhir (bulan Ramadlan)." Harmalah berkata: "Lalu saya melupakannya."

【201】

Shahih Muslim 1993: Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Bakr bin Mudlar] dari [Ibnul Hadi] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadlan, dan ketika dua puluh hari dari bulan Ramadlan telah berlalu dan hari ke dua puluh satu akan segera masuk, beliau kembali ke tempat tinggalnya dan orang-orang yang ikut beri'tikaf bersamanya pun ikut pulang. Namun pada malam ke dua puluh satu Ramadlan, beliau kembali beri'tikaf dan menyuruh orang-orang agar ikut beri'tikaf bersamanya: "Barangsiapa yang ingin beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia bermalam di tempat I'tikafnya. Dan sesungguhnya, aku telah melihat (bahwa) malam ini (adalah malam lalaitul Qadar), namun aku dilupakan kembali. Karena itu, carilah (Lailatul Qadar itu) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Yakni pada setiap malam ganjil. Dan aku juga telah bermimpi sujud di tanah yang basah." Abu Sa'id berkata: "Hujan pun turun pada malam ke dua puluh satu hingga air hujan itu merambat ke tempat shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku melihat ke tempat itu, ternyata beliau telah beranjak usai menunaikan shalat Shubuh, sementara di wajah beliau basah dengan tanah bercampur air." Dan Telah mennceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] yakni Ad Darawardi, dari [Yazid] dari [Muhammad bin Ibrahim] dari [Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, bahwa ia berkata: "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan I'tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadlan." Maka ia pun menyebutkan hadits yang semisalnya, hanya saja ia menyebutkan: "FALYUTSBIT FI MU'TAKAFIHI (Hendaklah ia menetap di tempat I'tikafnya)." Dan ia juga menyebutkan: "WA JABIINUHU MUMTALI`AN THIINAN WA MAA`AN (Dan pada keningnya terdapat tanah dan air)."

【202】

Shahih Muslim 1994: Dan telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abdul A'la] telah menceritakan kepada kami [Al Mu'tamir] telah menceritakan kepada kami [Umarah bin Ghaziyyah Al Anshari] ia berkata: saya mendengar [Muhammad bin Ibrahim] menceritakan dari [Abu Salamah] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan I'tikaf pada sepuluh awal bulan Ramadlan, kemudian dilanjutkannya pada sepuluh pertengahan, dalam sebuah kubah kecil yang terbuat dari permadani dan pintunya ditutup dengan tikar. Lalu beliau ambil tikar itu, dan diletakkannya di sudut kubah. Kemudian diulurkannya kepalanya seraya berujar memanggil orang banyak. Maka mendekatlah mereka pada beliau, beliau bersabda: "Aku telah I'tikaf sejak sepuluh awal bulan untuk mendapatkan Lailatul Qadr, kemudian sepuluh yang pertengahan. Kemudian dikatakan kepadaku bahwa Lailatul Qadr itu terdapat pada sepuluh akhir Ramadlan. Karena itu, siapa yang suka I'tikaf, maka silahkan." Maka para sahabat pun ikut I'tikaf bersama-sama dengan beliau. Dan beliau juga bersabda: "Aku bermimpi melihat Lailatul Qadr di malam ganjil, yang pada pagi harinya aku sujud di tanah yang basah." Memang, pagi-pagi malam kedua puluh satu beliau shalat Shubuh sedangkan hari hujan sehingga masjid tergenang air. Aku melihat tanah dan air. Setelah selesai shalat Shubuh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar, sedangkan di kening dan hidungnya ada tanah basah. Malam itu adalah malam ke dua puluh satu dari sepuluh yang akhir bulan Ramadlan.

【203】

Shahih Muslim 1995: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Abu 'Amir] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Yahya] dari [Abu Salamah] ia berkata: Kami ingat Lailatul Qadr, lalu saya mendatangi [Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu] -ia juga adalah temanku- lalu saya bertanya, "Tidakkah Anda keluar bersama kami ke kebun kurma?" Maka ia pun keluar dengan mengenakan jubah. Kemudian saya bertanya lagi, "Apakah Anda pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan mengenai Lailatul Qadr?" ia menjawab: "Ya, kami pernah melakukan I'tikaf bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada sepuluh awal pertengahan Ramadlan. Dan ketika kami keluar pada pagi hari ke dua puluh, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bekhutbah seraya bersabda: "Sesungguhnya aku telah bermimpi diperlihatkan padaku Lailatul Qadr, namun aku lupa -atau- dilupakan lagi. Karena itu, carilah ia pada sepuluh terakhir Ramadlan, yakni pada setiap malam ganjil. Dan sungguh, di dalam mimpiku, aku bersujud di air yang lembab. Maka siapa yang mau melakukan I'tikaf bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, hendaklah ia kembali." Lalu kami pun pulang, dan saat itu saya tidak melihat kabut sedikit pun di langit. Namun, tiba-tiba datanglah kumpulan awan, hingga hujan pun turun, hingga masjid tergenang air, padahal masjid itu terbuat dari pelepah kurma. Kemudian shalat pun didirikan dan saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sujud di atas hamparan air dan tanah yang melembab, hingga saya melihat bekasnya pada kening beliau. Dan Telah menceritakan kepada kami [Abdu Humaid] telah mengabarkan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi] telah mengabarkan kepada kami [Abul Mughirah] telah menceritakan kepada kami [Al Auza'i] keduanya dari [Yahya bin Abu Katsir] dengan isnad ini, semisalnya. Dan dalam kedua haditsnya tercantum: "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat beliau usai menunaikan shalat, sementara pada keningnya terdapat bekas tanah."

【204】

Shahih Muslim 1996: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Abu Bakr bin Khallad] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abdul A'la] telah menceritakan kepada kami [Sa'id] dari [Abu Nadlrah] dari [Abu Sa'id Al Khudri] radliallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah I'tikaf pada sepuluh malam pertengahan bulan Ramadlan untuk mencari Lailatul Qadr sebelum hal itu dijelaskan pada beliau. Setelah sepuluh malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk dibuatkan bilik, tetapi kemudian dibongkar. Kemudian dijelaskanlah kepada beliau, bahwa Lailatul Qadr ada pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadlan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali. kemudian beliau keluar dan menemui orang-orang dan bersabda: "Wahai sekalian manusia, sungguh, telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul Qadr, dan kau keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun kemudian datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani oleh syetan. Sehingga Lailatul Qadr terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadlan, carilah Lailatul Qadr pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima (dalam sepuluh malam terakhir itu)." Seseorang berkata: "Wahai Abu Sa'id! Kamu tentu lebih tahu bilangan itu dari pada kami." Abu Sa'id menjawab, "Tentu, kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian." Orang itu bertanya lagi, "Apa yang dimaksud dengan malam ke sembilan, ketujuh dan kelima?" ia menjawab, "Jika malam kedua puluh satu telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke dua puluh dua, dan itulah yang dimaksud dengan malam ke sembilan. Dan apabila malam ke dua puluh tiga telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke tujuh, dan jika malam ke dua puluh lima telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke lima." Dalam riwayat lain Ibnu Khallad berkata "Redaksi keduanya sama-sama mengaku benar" seharusnya keduanya bersengketa.

【205】

Shahih Muslim 1997: Dan Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Amru bin Sahl bin Ishaq bin Muhammad bin Al Asy'ats bin Qais Al Kindi] dan [Ali bin Khasyram] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abu Dlamrah] telah menceritakan kepadaku [Adl Dlahak bin Utsman] - [Ibnu Khasyram] berkata- dari [Adl Dlahak bin Utsman] dari [Abu Nadlr] Maula Umar bin Ubaidullah, dari [Busr bin Sa'id] dari [Abdullah bin Unais] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku diperlihatkan Lailatul Qadr, kemudian aku lupa. Dan esok paginya aku sujud di tanah yang basah." Abdullah bin Unais berkata: "Kemudian turun hujan pada malam ke dua puluh tiga dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama kami. Kemudian beliau pulang dan terlihat bekas tanah basah di dahi dan hidung beliau." Abdullah bin Unais juga berkata: "Itu adalah malam kedua puluh tiga."

【206】

Shahih Muslim 1998: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair] dan [Waki'] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari [Aisyah] radliallahu 'anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Cari dan tunggulah malam lailatul Qadr dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan." Ibnu Numair mengatakan dengan redaksi: "ILTAMISUU" sementara Waki' mengatakan dengan redaksi: "TAHARRAW." Dan maknanya adalah satu, yakni mencari-cari dan menunggu.

【207】

Shahih Muslim 1999: Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Hatim] dan [Ibnu Abu Umar] keduanya dari [Ibnu Uyainah] - [Ibnu Hatim] berkata- Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Abdah] dan [Ashim bin Abun Najud] keduanya mendengar [Zirr bin Hubaisy] berkata: saya bertanya kepada [Ubay bin Ka'b radliallahu 'anhu]. Saya katakan, "Sesungguhnya saudaramu Ibnu Mas'ud berkata: 'Barangsiapa yang menunaikan shalat malam sepanjang tahun, niscaya ia akan mendapatkan malam Lailatul Qadr.'" Maka Ubay bin Ka'b berkata: "Semoga Allah merahmatinya. Ia menginginkan agar manusia tidak hanya bertawakkal. Sesungguhnya ia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadlan, yakni dalam sepuluh hari terakhir tepatnya pada malam ke dua puluh tujuh." kemudian Ubay bin Ka'b bersumpah, bahwa adanya Lailatul Qadr adalah pada malam ke dua puluh tujuh. Maka saya pun bertanya, "Dengan landasan apa, Anda mengatakan hal itu ya Abu Mundzir?" Ia menjawab, "Dengan dasar alamat atau tanda-tanda yang telah dikabarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kami, bahwa di hari itu matahari terbit dengan pancaran cahaya yang tidak menyengat."

【208】

Shahih Muslim 2000: Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] ia berkata: saya mendengar [Abdah bin Abu Lubabah] menceritakan dari [Zirr bin Hubaisy] dari [Ubay bin Ka'b] radliallahu 'anhu, ia berkata terkait dengan malam Lailatul Qadr, "Demi Allah, saya benar-benar mengetahuinya." -Syu'bah berkata-, "Dan sedalam apa yang saya ketahui, bahwa Lailatul Qadr itu suatu malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menunaikan shalat padanya. Tepatnya malam itu adalah malam ke dua puluh tujuh." Syu'bah hanya ragu mengenai kalimat: (Lailatul Qadr) adalah malam yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkannya kami." Ia berkata: Dan sahabatku telah menceritakannya kepadaku dari Abdah.

【209】

Shahih Muslim 2001: Dan Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abbad] dan [Ibnu Abu Umar] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Marwan Al Fazari] dari [Yazid bin Kaisan] dari [Abu Hazim] dari [Abu Hurairah], ia berkata: Kami teringat dengan malam Lailatul Qadr di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau pun bersabda: "Siapakah di antara kalian yang teringat ketika bulan muncul seperti belahan nampan?."