51. Sifat Munafik dan Hukumnya
Shahih Muslim 4976: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin Musa] telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Mu'awiyah] telah menceritakan kepada kami [Abu Ishaq] bahwasanya ia mendengar [Zaid bin Arqam] berkata: "Pada suatu ketika, kami pernah pergi bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan jauh yang pada saat itu para sahabat banyak yang mengalami kesulitan. Kemudian Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: 'Janganlah kalian memberikan perbelanjaan kepada orang-orang yang berada di sisi Rasulullah agar mereka meninggalkan Rasulullah.' Zuhair berkata: 'Lafaz 'Haulihi' (dengan kasrah pada huruf lam) yaitu menurut bacaan yang paling rajih. Abdullah bin Ubay berkata: 'Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, maka orang-orang yang kuat benar-benar akan dapat mengusir orang-orang yang lemah.' (Qs.Al Munaafiquun (63): 8). Zaid bin Arqam berkata: 'Lalu saya pergi menghadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memberitahukan tentang ucapan Abdullah bin Ubay tersebut kepada beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada Abdullah bin Ubay untuk menginterogasinya. Namun, ternyata Abdullah bin Ubay bersumpah bahwa ia tidak pernah berkata seperti itu! Dan ia berkata: 'Zaid telah membohongi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.' Zaid bin Arqam berkata: 'Tentu saja ucapan orang-orang munafiq itu membuat hati saya menjadi jengkel, hingga Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat yang membenarkan sikap saya yang berbunyi: 'Apabila orang-orang munafik datang kepadamu… (Qs. Al Munaafiquun (63): 1) '. Zaid bin Arqam berkata: 'Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil mereka, orang-orang munafik, untuk dimintakan ampunan kepada Allah, tetapi mereka malah membuang muka.' Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 'Orang-orang munafik itu seolah-olah kayu yang tersandar…' (Al Munaafiquun (63): 4). Zaid bin Arqam berkata: 'Mereka itu sebenarnya adalah orang-orang yang secara zhahir kelihatan mempesona.'
Shahih Muslim 4977: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Zuhair bin Harb] dan [Ahmad bin 'Abdah Adh Dhabbi] -dan lafadh ini milik Ibnu Abu Syaibah- Ibnu Abdah berkata: Telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lain: telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari ['Amru] bahwasanya ia mendengar [Jabir] berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kuburan Abdullah bin Ubbay, setelah ia dimasukkan ke dalam kuburannya, lalu beliau memerintahkan untuk dikeluarkan, dan beliau meletakkannya di atas lutut beliau, kemudian beliau meniup sedikit air liur padanya dan memakaikan baju beliau." Wallahu A'lam. Telah menceritakan kepadaku [Ahmad bin Yusuf Al Azdi] telah menceritakan kepada kami ['Abdurrazzaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku ['Amru bin Dinar] dia berkata: Aku mendengar [Jabir bin 'Abdullah] berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kuburan Abdullah bin Ubbay, setelah ia dimasukkan ke dalam kuburannya. -selanjutnya sebagaimana Hadits Sufyan.
Shahih Muslim 4978: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin 'Umar] dari [Nafi'] dari [Ibnu 'Umar] dia berkata: "Ketika Abdullah bin 'Ubay bin Salul wafat, anaknya Abdullah bin Abdullah (bin Ubay) datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta jubah beliau untuk kafan bapaknya. Rasulullah memenuhi permintaan anaknya itu. Kemudian dimintakan pula agar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyalatkan jenazah bapaknya. Ketika beliau berdiri hendak shalat jenazah, maka beliau tiba-tiba ditarik bajunya oleh Umar (bin Khaththab) seraya berkata: 'Ya Rasulullah! Akan Anda shalatkankah dia? Bukankah Allah telah melarang Anda menyalatkannya? ' Jawab beliau: 'Aku hanya diberi pilihan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala antara menyalatkan atau tidak.' Lalu dibacanya ayat: Kamu mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja): sekalipun kamu mohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali…'. (QS. At Taubah (9): 80). Dan aku akan melebihi dari tujuh puluh kali.' Kata Umar: 'Tapi diakan orang munafik! ' Tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetap menyalatkannya juga. Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat: 'Dan sekali-kali janganlah kamu shalatkan jenazah salah seorang mereka yang mati, dan jangan pula kamu berdiri di kuburannya…'. (QS. At Taubah (9): 84). Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan ['Ubaidullah bin Sa'id] mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada kami [Yahya Al Qaththan] dari ['Ubaidullah] dengan sanad ini dengan Hadits yang serupa dengan tambahan: lalu beliau meninggalkan shalat untuk orang-orang munafik.
Shahih Muslim 4979: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu 'Umar Al Makki] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Manshur] dari [Mujahid] dari [Abu Ma'mar] dari [Ibnu Mas'ud] dia berkata: "Ada tiga orang berkumpul di dekat Ka'bah, dua orang dari suku Quraisy dan satu lagi dari suku Tsaqafi atau sebaliknya. Ketiga-tiganya kurang terpelajar tetapi mereka gemuk-gemuk. Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya: 'Tahukah kamu bahwa Allah mendengar apa yang kita ucapkan? ' Jawab yang lain: 'Dia mendengar kalau kita bicara keras, dan tidak mendengar kalau kita bicara perlahan.' Kata orang yang ketiga: 'Jika Dia mendengar ketika kita berbicara keras tentu Dia mendengar juga ketika kita berbicara perlahan.' Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat: 'Kamu sekali-kali tidak kalian tidak dapat menyembunyikan dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu…'. (QS. Fushilat (41): 22). Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Bakr bin Khallad Al Bahili] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepadaku [Sulaiman] dari ['Umarah bin 'Umair] dari [Wahb bin Rabi'ah] dari ['Abdullah] Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan dia berkata: telah menceritakan kepada kami [Yahya] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] telah menceritakan kepadaku [Manshur] dari [Mujahid] dari [Abu Ma'mar] dari ['Abdullah] dengan Hadits yang serupa.
Shahih Muslim 4980: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Mu'adz Al 'Anbari] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari ['Adi bin Tsabit] dia berkata: aku mendengar ['Abdullah bin Yazid] bercerita dari [Zaid bin Tsabit] bahwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat ke medan perang Uhud, beberapa orang yang ikut berangkat bersama-sama beliau pulang kembali di tengah perjalanan. Karena itu, para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berbeda pendapat mengenai mereka menjadi dua golongan: Sebagian mengatakan mereka harus diperangi dan sebagian lagi mengatakan jangan diperangi. Karena itu, turunlah ayat: 'Mengapa kamu menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik…' (QS. An Nisaa (4): 88). Dan telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Sa'id] Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepadaku [Abu Bakr bin Nafi'] telah menceritakan kepada kami [Ghundar] keduanya dari [Syu'bah] melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa.
Shahih Muslim 4981: Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin 'Ali Al Hulwani] dan [Muhammad bin Sahl At Tamimi] mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Maryam] telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah mengabarkan kepadaku [Zaid bin Aslam] dari ['Atha bin Yasar] dari [Abu Sa'id Al Khudri] "Bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila beliau pergi berperang mereka tidak turut berperang dan merasa bangga dengan duduk-duduknya (nongkrong-nongkrongnya) untuk menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah kembali (membawa kemenangan dan harta rampasan perang), mereka mengemukakan alasan mereka masing-masing, mengapa mereka tidak turut berperang dan menguatkan alasannya dengan sumpah. Kemudian mereka ingin dipuji (seolah-olah merekalah yang pahlawan) padahal mereka tidak berbuat apa-apa. Karena itu turunlah ayat: 'Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka ingin dipuji terhadap perbuatan yang tidak mereka kerjakan, janganlah kamu mengira bahwa mereka akan terlepas dari siksa…' (QS Ali Imraan (3):! 88).
Shahih Muslim 4982: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dan [Harun bin 'Abdullah] -dan lafadh ini milik Zuhair- mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Muhammad] dari [Ibnu Juraij]: telah mengabarkan kepadaku [Ibnu Abu Malikah] bahwasanya [Humaid bin 'Abdurrahman bin 'Auf] mengabarkan kepadanya bahwasanya Marwan berkata: Wahai Abu Rafi', katakan kepada penjaga pintu agar dia pergi menemui Ibnu Abbas, tanyakan kepadanya: "Apabila setiap orang dari kita yang merasa senang dengan apa yang dia kerjakan dan yang menyukai untuk dipuji terhadap apa yang belum dia kerjakan akan di adzab, dengan demikian berarti kita semua akan di adzab?" [Ibnu Abbas] berkata: 'Apa hubungannya kalian dengan ayat ini? Ayat ini hanya di turunkan mengenai Ahlu kitab.' Lalu Ibnu Abbas membaca ayat: {Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), "Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi kitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya} (QS. Ali Imran: 187). Dan Ibnu Abbas membaca ayat: {Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan} (QS. Ali 'Imran: 188) Ibnu Abbas berkata: Yaitu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menanyakan kepada mereka tentang sesuatu, namun mereka menyembunyikannya dan mengabarkan hal yang lain. Lalu mereka keluar. Sungguh aku melihat beliau diberitahu tentang yang beliau tanyakan kepada mereka hingga mereka ingin dipuji dengan apa yang telah mereka kabarkan itu dan mereka senang dengan apa yang telah mereka kerjakan dari menyembunyikan sesuatu yang beliau tanyakan.
Shahih Muslim 4983: Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Aswad bin 'Amir] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah bin Al Hajjaj] dari [Qatadah] dari [Abu Nadhrah] dari [Qais] dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Ammar: 'Bagaimanakah pendapatmu tentang peperangan melawan Ali? Atau, bagaimana pesan Rasulullah yang telah disampaikan kepadamu?' [Ammar] menjawab: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menyampaikan pesan kepada kami suatu pesan yang tidak beliau sampaikan juga kepada semua orang. Saya diberitahu oleh [Hudzaifah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Di kalangan sahabatku ada dua belas orang munafik. Di antara mereka ada delapan orang yang tidak akan masuk surga hingga ada seekor unta yang dapat masuk ke dalam lubang jarum. Delapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah, sedangkan yang empat lagi aku tidak hafal apa yang dikatakan Syu'bah tentang mereka.'
Shahih Muslim 4984: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] dan [Muhammad bin Basysyar] -dan lafadh ini milik Al Mutsanna- mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] dari [Abu Nadlrah] dari [Qais bin 'Ubad] dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Ammar, "Bagaimanakah pendapatmu tentang peperanganmu? Sesungguhnya pendapat itu bisa salah dan bisa pula benar. Atau, bagaimana pesan Rasulullah yang telah disampaikan kepadamu?" Ammar menjawab: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menyampaikan pesan kepada kami suatu pesan yang tidak beliau sampaikan juga kepada semua orang. [Ammar] berkata: Sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda: "Sesungguhnya di kalangan umatku (Syu'bah) berkata: Menurut saya Ammar berkata: 'Saya diberitahu oleh [Hudzaifah].' Ghundar berkata: Saya pernah melihat Rasulullah ketika beliau bersabda: "(Di kalangan umatku) ada dua belas orang munafik yang tidak akan masuk surga. Bahkan mereka tidak akan dapat mencium harumnya surga kecuali jika ada seekor unta yang dapat masuk ke dalam lubang jarum. Delapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah, yaitu pijaran api yang menyengat bagian belakang pundak sehingga tembus ke dada mereka."
Shahih Muslim 4985: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan kepada kami [Abu Ahmad Al Kufi] telah menceritakan kepada kami [Al Walid bin Jumai'] telah menceritakan kepada kami [Abu Ath Thufail] dia berkata: "Pernah ada persoalan antara seorang peserta dalam peristiwa Aqabah dengan Hudzaifah yang diketahui oleh orang banyak. Lalu Hudzaifah bertanya: 'Saya bersumpah kepadamu dengan nama Allah, berapa jumlah orang dalam Peristiwa Aqabah?' Abu Thufail berkata: Orang-orang pun berkata kepadanya: 'Beritahukan kepada [Hudzaifah] apabila ia bertanya kepadamu. Dia menjawab: kami diberi tahu bahwasanya mereka itu berjumlah empat belas orang. Dan apabila kamu termasuk di antara mereka, maka jumlahnya menjadi lima belas orang. Saya bersaksi kepada Allah bahwasanya dua belas orang dari mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya baik di dunia dan di akhirat.' Dan yang tiga orang lagi, mereka meminta udzur (maaf) seraya berkata 'Kami tidak mendengar seruan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami juga tidak tahu apa maksud orang-orang munafik itu.' Pada cuaca yang sangat panas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan dan bersabda: 'Perbekalan tinggal sedikit. Oleh karena itu, janganlah ada seorang pun yang menyentuh air itu sebelum aku sentuh!' Namun Rasulullah mendapati beberapa orang munafik telah mendahului beliau. Akhirnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam langsung mengutuk mereka pada saat itu juga.
Shahih Muslim 4986: Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Mu'adz Al 'Anbari] telah menceritakan kepada kami [bapakku] telah menceritakan kepada kami [Qurrah bin Khalid] dari [Abu Az Zubair] dari [Jabir bin 'Abdullah] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa mendaki bukit Al Murar? Maka dosanya akan diampuni sebagaimana diampuninya dosa Bani Israil.' Jabir bin Abdullah berkata: 'Yang pertama kali mendaki bukit itu adalah pasukan berkuda kami dari Bani Khazraj. Setelah itu, barulah pasukan yang lain menyusul bersama-sama.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Dosa kalian akan diampuni, kecuali dosa pemilik unta merah.' Setelah itu kami pun pergi mendatangi pemilik unta merah itu sambil berkata: 'Ayo, mintalah kepada Rasulullah agar beliau memohonkan ampun untukmu! ' Ternyata sang pemilik unta merah itu menjawab: 'Sungguh aku lebih senang mendapatkan kembali untaku yang hilang daripada temanmu itu (Nabi Muhammad) memohonkan ampun untukku.' Jabir berkata: 'Ternyata orang tersebut sedang mencari untanya yang hilang.' Dan telah menceritakannya kepada kami [Yahya bin Habib Al Haritsi] telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Al Harits] telah menceritakan kepada kami [Qurrah] telah menceritakan kepada kami [Abu Az Zubair] dari [Jabir bin 'Abdullah] dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa mendaki bukit Al Murar atau Al Marar? Sebagaimana Hadits Mu'adz hanya saja dia berkata dengan lafazh: dan ternyata orang itu seorang badui yang sedang mencari untanya yang hilang.'
Shahih Muslim 4987: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Rafi'] telah menceritakan kepada kami [Abu An Nadhr] telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Al Mughirah] dari [Tsabit] dari [Anas bin Malik] dia berkata: "Dulu ada seorang sahabat laki-laki dari Bani Najjar. Sahabat tersebut telah menghafal surah Al Baqarah dan surah Ali Imran. Selain itu, ia juga pernah menjadi juru tulis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hingga pada suatu hari ia melarikan diri dan bergabung dengan Ahli Kitab." Anas berkata: 'Ternyata orang-orang Ahli Kitab memuliakan dan menghormatinya. Mereka berkata: 'Sesungguhnya orang laki-laki ini pernah menjadi juru tulis Muhammad.' Maka semakin tambah hormatnya mereka kepada orang laki-laki itu. Tak lama kemudian, orang itu meninggal dunia di tengah-tengah orang-orang Ahli Kitab. Lalu mereka menggali tanah untuk menguburkannya. Tetapi kemudian, bumi malah memuntahkan mayatnya ke atas. Mereka menggali tanah lagi untuk menguburkannya. Tetapi kemudian bumi malah memuntahkan mayatnya ke atas. Mereka menggali tanah lagi untuk menguburkannya. Tetapi kemudian bumi malah memuntahkan mayatnya ke atas, hingga mereka membiarkannya tergeletak.
Shahih Muslim 4988: Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala] telah menceritakan kepada kami [Hafsh bin Ghiyats] dari [Al A'masy] dari [Abu Sufyan] dari [Jabir] bahwasanya suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang dari suatu perjalanan. Ketika beliau hampir tiba di kota Madinah, tiba-tiba angin dahsyat bertiup kencang hingga hampir saja merobohkan penunggang kuda. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Angin ini diutus karena adanya orang munafik yang meninggal dunia." Setelah beliau sampai di Madinah, ternyata memang benar ada salah seorang pembesar dari kalangan munafik meninggal dunia.
Shahih Muslim 4989: Telah menceritakan kepadaku ['Abbas bin 'Abdul 'Azhim Al 'Anbari] telah menceritakan kepada kami [Abu Muhammad An Nadhr bin Muhammad bin Musa Al Yamani] telah menceritakan kepada kami ['Ikrimah] telah menceritakan kepada kami [Iyas] telah menceritakan kepadaku [bapakku], dia berkata: "Kami pernah menjenguk seseorang yang menderita sakit panas dan demam bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Salamah berkata: 'Saya sentuhkan kedua tangan saya pada tubuh orang itu sambil berkata: 'Demi Allah, saya tidak pernah melihat orang yang menderita sakit panas seperti ini.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Maukah kamu aku tunjukkan orang yang lebih panas daripada orang yang sakit panas ini pada hari kiamat kelak? Itulah dua orang laki-laki yang mengendarai hewan dengan berboncengan.' Pada saat itu, beliau menunjuk kepada dua orang sahabat yang menjadi orang munafik yang sedang berlalu.
Shahih Muslim 4990: Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin 'Abdullah bin Numair] telah menceritakan kepada kami [bapakku] Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] mereka berdua berkata: telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah] Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] -dan lafadh ini miliknya- telah mengabarkan kepada kami ['Abdul Wahhab Ats Tsaqafi] telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah] dari [Nafi'] dari [Ibnu 'Umar] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Orang Munafik itu bagaikan seekor kambing di antara dua kambing (yang bingung untuk menentukan mana yang harus diikuti) terkadang mengikuti yang ini dan terkadang mengikuti yang itu." Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin 'Abdurrahman Al Qariya] dari [Musa bin 'Uqbah] dari [Nafi'] dari [Ibnu 'Umar] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan Hadits yang serupa. Hanya saja dia menggunakan lafazh: 'takirru' (pulang), bukan 'ta'iiru'.